• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Kunjungan ulang

1. Karakteristik Ibu

a. Umur saat melahirkan

Umur ibu yang paling baik untuk melahirkan adalah berkisar antara 20-35 tahun, makin jauh umur ibu dan rentang waktu tersebut makin besar resiko bagi ibu maupun anaknya. Banyak penelitian yang menghubungkan antara umur ibu dengan kejadian BBLR 12,69 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih dari 20 tahun (JNPKKR, 2004). Menurut Kramer (1987) yang dikutip oleh institute of medicine, secara umum ibu yang umurnya lebih muda akan mernpunyai bayi yang lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Penelitian menunjukkan angka kematian dan kesakitan ibu akan tinggi bila melahirkan terlalu muda atau terlalu tua, yaitu usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun.

Menurut SKDI 1994, proporsi ibu hamil berusia kurang dan 20 tahun sebesar 25,4% dan usia lebih dan 35 tabun sebesar 19,5%. Faktor usia pada wanita hamil di negara berkembang perlu diperhatikan, hal ini dikarenakan perkawinan pada masyarakat di pedesaan sering terjadi pada usia muda, yaitu sekitar usia menarche. Di

usia ini resiko untuk melahirkan BBLR sekitar 2 kali lipat dan yang hamil pada usia 2 tahun setelah menarche (Sutjiningsih, 1995).

Pada umur ibu yang masih muda perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal serta belum tercapai emosi dan kejiwaan yang cukup matang yang akhimya akan mempengaruhi janin yang dikandungnya. Di sisi lain pada umur yang tua akan banyak merugikan perkembangan janin selama periode dalam kandungan, hal ini disebabkan oleh karena penurunan fungsi fisiologik dan reproduksinya (Maulana, 2009).

b. Usia kehamilan saat melahirkan

Makin rendah usia kehamilan maka semakin kecil bayi yang dilahirkan, dan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Bayi yang dilahirkan prematur (< 37 minggu) belum mempunyai alat-alat yang tumbuh lengkap seperti bayi matur ( 37 minggu), oleh sebab itu ia memiliki lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Makin pendek umur kehamilannya makin kurang sempurna alat-alat dalam tubuhnya, yang mengakibatkan makin mudah terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya. Dalam hal ini sebagian besar kematian neonatal terjadi pada bayi-bayi prematur.

c. Status bekerja

Ibu yang bekerja pada waktu bayi ada dalam kandungan tidak begitu memengaruhi keadaan bayi asalkan pada trimester pertama dan kedua saja. Bila ibu bekerja pada trimester ketiga maka angka prematuritas akan naik. Istirahat pada trimester ketiga adalah sangat penting untuk ibu dan calon bayi (Indiarti, 2009).

d. Tingkat pendidikan

Pendidikan ibu mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga, variabel tersebut secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya BBLR. Dengan pendidikan, seseorang dapat menerima lebih banyak informasi dan memperluas cakrawala berpikir sehingga mudah untuk mengembangkan diri, mengambil keputusan dan bertindak.

Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh kuat pada perilaku reproduksi, kelahiran, kematian anak dan bayi, kesakitan, dan sikap serta kesadaran atas kesehatan keluarga. Latar belakang pendidikan itu mempengaruhi sikapnya dalam pemilihan pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan peningkatan berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi kejadian BBLR. Ibu yang berpendidikan rendah sulit untuk menerima inovasi dan sebagian besar kurang mengetahui pentingnya perawatan pra kelahiran. Disamping itu juga mempunyai keterbatasan mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, keterbatasan mengkonsumsi makanan yang bergizi selama hamil. Kesemuanya ini akan mengganggu kesehatan ibu dan janin, bahkan sering mengalami keguguran atau lahir mati (Varney, 2003).

e. Tinggi badan sebelum hamil

Tinggi badan selain ditentukan oleh faktor genetik juga ditentukan oleh status gizi pada masa kanak-kanak, keadaan ini dapat diartikan bahwa gangguan gizi waktu anak-anak pengaruhnya sangat jauh sampai dengan masa reproduksi (JNPKKR,

2004). Pengukuran tinggi badan ibu hamil sedapat mungkin dilaksanakan pada awal kehamilan, untuk menghindari kesalahan akibat perubahan postur tubuh.

Perubahan postur tubuh dapat mengurangi ukuran tinggi badan sepanjang 1 cm (institute of medicine, 1990). Ibu yang mempunyai tinggi badan kurang dan 144 cm akan melahirkan bayi yang lebih kecil dibandingkan ibu yang mempunyai tinggi badan normal. Penelitian Budiman di Garut (1996) menyebutkan bahwa ibu hamil yang mempunyai TB 145 cm akan melahirkan bayi dengan BBLR 3,06 kali lebih besar dan pada ibu yang tinggi badannya lebih dan 145 cm.

f. Berat badan sebelum hamil

Berat badan ibu merupakan parameter penting selama kunjungan ANC. BB selama kehamilan adalah indikator untuk menentukan status gizi ibu. Bila berat badan ibu pada kunjungan pertama ANC kurang dan 47 kg maka kemungkinan melahirkan bayi BBLR adalah 1,73 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang berat badannya lebih atau sama dengan 47 kg (Kestler, 1991).

Berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badannya selama hamil temyata dapat berpengaruh terhadap kesehatan serta pertumbuhan janin dalam kandungannya. Kesehatan dan pertumbuhan jamn sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibunya., salah satu faktor penting untuk kesehatan ibu adalah pengaturan berat badan, yang sebaiknya dilakukan sejak si ibu merencanakan kehamilan. Indeks massa tubuh yang normal untuk wanita yaitu antara 19-23. Bila berat badan ibu sebelum hamil terlalu kurus atau terlalu gemuk, maka sebiknya diatur dulu agar berat badannya normal.

g. Pertambahan berat badan

Pertambahan BB kurang dan 210 gram per minggu akan memberikan resiko melahirkan BBLR 1,85 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang penambahan BB nya lebih atau sama dengan 210 gram per minggu (Kestler, 1991), jadi pertambahan BB 8-13 kg selama kehamilan dianggap normal, sehingga pada akhir kehamilan minimal BB ibu adalah 55 kg.

Berikut ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk pertambahan berat badan ibu selama kehamilan :

1) Bila berat badan ibu sebelum hamil adalah normal, maka kenaikan berat badan ibu sebaiknya antara 9-12 kg.

2) Bila berat badan sebelumnya adalah berlebih, maka kenaikan berat badannya cukup 6-9 kg saja.

3) Bila sebelum kehamilan berat badan ibu adalah kurang, maka kenaikan berat badannya sebaiknya 12-15 kg.

4) Jika ibu mengandung bayi kembar dua atau lebih, maka kebaikan berat badan selama kehamilan harus lebih banyak lagi, tergantung dan jumlah bayi yang dikandung.

h. LLA

Indikator untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan menggunakan LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu berisiko melahirkan anak dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan

sejak awal kehamilan, petugas kesehatan dapat memotivasi ibu agar lebih mempertahankan kesehatannya (Supariasa, 2001).

i. Riwayat Keguguran

Riwayat abortus baik spontan maupun sengaja pada kehamilan sebelumnya dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur pada persalinan berikutnya. Tindakan kuretase dan dilatasi akan menyebabkan trauma path serviks yang merupakan faktor predisposisi pada kelahiran berikutnya. Demikian juga ibu dengan riwayat melahirkan bayi lahir mati sebelumnya, memiliki resiko untuk melahirkan BBLR pada persalinan berikutnya, sebagian yang lahir mati tersebut adalah bayi prematur dan IUGR dan kecenderungan tersebut berulang pada persalinan berikutnya.

j. Paritas

Paritas adalah banyaknya ibu melahirkan anak selama masa reproduksi. Ibu dengan jumlah kehamilan yang lebih dan tiga mengalami kesulitan untuk pertambahan BB yang diharapkan.

Dokumen terkait