• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Kehamilan ( Ante Natal Care = ANC )

2.1.4 Penatalaksanaan Ante Natal Care (ANC)

Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante Natal Care (ANC). Selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, perneriksaan laboratorium atas indikasi

serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya menurut Manuaba (2001) pada dasarnya, ada 7 standar minimal dalam melakukan asuhan kehamilan (Antenatal Care) yang disebut dengan 7 T yaitu:

1. (Timbang) berat badan

Berat badan ibu selama kehamilan haruslah bertambah. Pertambahan berat badan ibu selama hamil merupakan salah satu indikator penilaian status gizi, indikator tumbuh kembang janin. Pertambahan berat badan selama hamil rata-rata 0,3-0,5 kg per minggu. Dalam KMS ibu hamil selama trimester I kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg (350-400gr/mg). Sementara trimester II dan III, sekitar 0,34-0,50 kg tiap minggu pertumbuhan janin, plasenta serta penambahan jumlah cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III.

Berat badan janin bertambah sebesar 5 gr sehari pada minggu ke 14-15 dan menjadi 10 gr pada minggu ke 20, kecepatan tumbuh sebesar 30-35 gr sehari berlangsung pada minggu ke 32-34 dan berubah menjadi 230 gr seminggu pada minggu ke 33-36. Pada akhir kehamilan pertambahan berat badan total sebanyak 12,5 kg (Arisman, 2007). Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya kemungkinan preeklamsi, kehamilan kembar atau hidramnion. 2. Ukur (tekanan) darah

Tekanan darah diperiksa dan dicatät setiap kunjungan. Bila lebih tinggi dari sebelumnya, perlu diteliti dan harus diberitahukan apa yang harus dilakukan oleh penderita. Tekanan darah ibu hamil yang normal tidak boleh lebih dan 30 mmHg

systole dan 15 mmHg diastole. Bila lebih dan itu, hati-hati adanya preeklamsi untuk kehamilan lebih dari 20 minggu.

3. Ukur (tinggi) fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas symsis dan disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus uteri diukur pada kehamilan >12 minggu karena pada usia kehamilan ini uterus dapat diraba dari dinding perut dan untuk kehamilan > 24 minggu dianjurkan mengukur dengan pita meter. Tinggi fundus uteri dapat menentukan ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus kurang dari perhitungan umur kehamilan mungkin terdapat gangguan pertumbuhan janin, dan sebaliknya mungkin terdapat gemeli, hidramnion atau molahidatidosa (Depkes, 2007).

Pengukuran tinggi fundus uteri adalah merupakan pemeriksaan palpasi abdomen, pada pemeriksaan palpasi ini ada cara menurut Leopold (yang sering) I, II, III, IV dan atau cara Kenebel, Budin dan Ahfeld (Mochtar, 1998). Biasanya bila dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan cara Leopold I diteruskan dengan Leopold II, III, dan IV sekaligus perabaan gerakan janin dan pemeriksaan auskultasi untuk mendengarkan denyut jantung janin. Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan janin dengan menilai besarnya tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, atau penilaian terhadap janin yang tumbuh terlalu besar sehingga tinggi fundus uteri yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda (Depkes, 2007).

Menurut Spiegelberd dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis, maka diperoleh :

- 22 – 28 minggu : 24 – 25 cm di atas simfisis.

- 28 minggu : 26,7 cm di atas simfisis.

- 30 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis.

- 32 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis.

- 34 minggu : 31 cm di atas simfisis.

- 36 minggu : 32 cm di atas simfisis.

- 38 minggu : 33 cm di atas simfisis.

- 40 minggu : 37,7 cm di atas simfisis.

Menurut Sarwono (2008), pengukuran tinggi fundus uteri, kemudian hasil pengukuran dimasukkan dalam perhitungan dengan menggunakan rumus:

Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri – 13) x 155 gram: untuk kepala janin yang masih floating.

Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri – 12) x 155 gram: untuk kepala janin yang sudah memasuki pintu atas panggul.

Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri – 11) x 155 gram: untuk kepala janin yang sudah melewati atas panggul.

Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dilakukan pada posisi ibu tidur terlentang, ibu diminta untuk berkemih sehingga kandungan kemih dalam keadaan kosong. Titik 0 pada pengukurannya adalah tulang symphisis pubis. Pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan Leopold. Perut ibu disimetriskan, centimeter ditarik dari

titik 0 sampai setinggi umbulikus, kemudian ditambahkan dari hasil pengukuran yang kembali dimulai dari umbulikus ke fundus uteri (Henretty, 2006).

4. Pemberian Imunisasai (Tetanus Toxoid) TT lengkap

Tinjauan pemberian imunisasi TT (tetanus toxoid) adalah untuk melindungi ibu dan bayi dan infeksi tetanus neonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan variabel 4 minggu kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapat TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali saja (TT ulang). Bila ibu pernah mendapatkan suntikan TT 2 kali, diberikan suntikan ulang/boster 1 kali pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes, 2007).

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT Antigen Interval (selang waktu

minimal)

Lama perlindungan Perlindungan TT 1 Pada kunjungan antenatal

pertama

- -

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80

TT 3 1-6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 95

TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun / seumur hidup 99 Keterangan :Apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut melahirkan maka bayi yang dilahirkan

akan terlindungi dari tetanus neonatorum.

5. Pemberian Tablet Zat Besi

Tujuan pemberian tablet zat besi adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa hamil volume darah ibu mengalami pengenceran hingga kira-kira 25%, sedangkan pada masa nifas terjadi banyak pendaharan sehingga membutuhkan Fe yang lebih banyak (Pusdiknakes, 2001).

Kebijakan program KIA di Indonesia saat ini menetapkan, pemberian tablet Fe (320 mg sulfas ferosis dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak l x 1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama hamil yaitu 1000 mg. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil diberikan tablet zat besi (Fe) dan dilakukan pemantauan Hb 1 kali dalam bulan.

Daya serap tubuh terhadap zat besi akan baik apabila dihindari mengkonsumsi tembakau, teh dan kopi untuk membantu penyerapan, dianjurkan mengkonsumsi makanan kaya protein dan vitamin C (Wastidar, 1999).

6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual

Tes penyakit menular seksual sangat penting karena banyak gejala asimtomatik penyakit menular seksual ini yang tidak diketahui seperti sipilis, gonorrhoe, clamidya trachomatis ataupun AIDS.

Tes penyakit menular seksual dapat dilakukan mulai dari:

a. Mengkaji riwayat penyakit terdahulu, riwayat obstetric, riwayat sosial dan lain-lain.

b. Melakukan pemeriksaan fisik mulai dan inspeksi seperti pada alat genitalia dan mungkin juga dibutuhkan palpasi. Bila ada indikasi maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan Torch, VDRI dan juga pemeriksaan AIDS.

7. Temu Wicara dalam Persiapan Rujukan

Kebanyakan ibu tampak sehat-sehat saja sampai waktu persalinan dan melahirkan. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal, namun

ada sekitar 10-15% dari mereka khususnya di Indonesia yang perlu dirujuk ke tempat pertolongan khusus seperti transfuse darah, tindakan-tindakan khusus (ekstraksi vakum, seksio secarea dan tindakan bedah obstetric). Karena itu seringkali ada suatu masalah yang muncul saat persalinan, seringkali sulit melakukan upaya rujukan dengan cepat. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman si ibu ke tempat rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan yang diharapkan. Penundaan ini akan mempertinggi angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

Dokumen terkait