• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Kualitas Air Perairan Tanjung Bunga

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Kualitas Air Perairan Tanjung Bunga

Karakteristik kualitas air Perairan Tanjung Bunga mencakup parameter fisika, kimia, dan logam Hg dapat mempengaruhi air dan biota laut disuatu perairan. Air laut yang tidak tercemar memiliki nilai parameter yang tidak melebihi ambang batas baik secara fisika, kimia, maupun logam yang terlarut didalamnya. Adanya aktivitas perkotaan seperti pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, limbah rumah sakit, kegiatan reklamasi pantai, serta kurang pedulinya terhadap pembuatan IPAL yang baik sehingga limbah-limbah ini menyebabkan tercemarnya perairan. Adapun hasil pengukuran beberapa parameter fisika, kimia maupun logam Hg pada perairan Tanjung Bunga Makassar dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Parameter Fisika, Kimia, dan Logam Hg

Sumber* : PerGub SulSel No.69 Tahun 2010-Lam.2 Lokasi Parameter Pengujian Suhu (˚C) pH Salinitas (‰) DO (mg/l) TSS (mg/l) Merkuri (mg/l) Titik 1 31 8,03 26,8 7,20 26 0,0029 Titik 2 31 8,09 27,1 7,10 21 0,0024 Titik 3 30 8,10 27,3 7,30 12 0,0012 Titik 4 30 8,13 27,4 7,60 27 0,0006 Titik 5 31 8,12 27,0 7,50 28 0,0011 Baku Mutu* 28-32 7-8,5 28-33 >5 <20 <0,002

IV-2 1. Suhu

Suhu air permukaan di perairan Indonesia pada umumnya berkisar antara 28-32˚C (Nontji, 2002). Suhu air juga dapat mempengaruhi kehidupan biota laut perairan karena berkaitan dengan tingkat kelarutan oksigen, proses respirasi biota perairan dan kecepatan degradasi pencemar. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan (Monoarfa, 2002) suhu air yang terukur di perairan Tanjung Bunga antara 30-32˚C. Berdasarkan Tabel 4.2 hasil penelitian yang penulis lakukan, suhu air di perairan Tanjung Bunga berkisar antara 30-31˚C.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Parameter Suhu

Lokasi Suhu (˚C) Nilai Rata-Rata Baku Mutu * (˚C) Keterangan Titik 1 31 30.60 28-32 Normal Titik 2 31 28-32 Normal Titik 3 30 28-32 Normal Titik 4 30 28-32 Normal Titik 5 31 28-32 Normal Sumber * : Nontji,(2002)

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas nilai suhu pada lima titik pengambilan sampel menunjukan nilai yang relatif sama yaitu berkisar antara 30˚C sampai 31˚C. Titik sampling 1 dan titik sampling 2 diperoleh nilai yang sama yaitu sebesar 31˚C. Hasil yang tidak jauh berbeda juga didapatkan untuk titik sampling 3 dan titik sampling 4 yaitu sebesar 30˚C. Nilai Suhu yang diperoleh pada titik sampling 5 yaitu sebesar 31˚C. Pengujian untuk suhu langsung dilakukan dilapangan dengan pembacaan langsung menggunakan thermometer air raksa.

IV-3 Waktu pengambilan sampel akan mempengaruhi pembacaan suhu yang dilakukan karena berkaitan langsung dengan intensitas sinar matahari. dari Pengambilan sampel yang dilakukan pada siang hari yaitu pada pukul 11.08 WITA sampai 13.00 WITA. Berikut merupakan gambar kondisi perairan Tanjung Bunga Makassar.

Gambar 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian

Sumber : Dokumentasi Pribadi, Pantai Tanjung Bunga Makassar

Perubahan Suhu juga bisa terjadi akibat adanya hembusan angin pada permukaan laut yang menyebabkan timbulnya gerakan turbulensi pada kedalaman tertentu. Suhu bisa mempengaruhi proses kelarutan logam-logam berat yang masuk keperairan, peningkatan atau tingginya suhu dapat menyebabkan peningkatan kelarutan dan toksisitas logam berat (Lukman, 2012). Pada Gambar 4.2 terlihat grafik tersebut menunjukan bahwa nilai suhu pada perairan Tanjung Bunga Makassar masih dalam keadaan normal.

IV-4 Gambar 4.2 Grafik Parameter Suhu

Pada Gambar 4.3 peta penyebaran suhu, dengan menggunakan metode interpolasi terlihat bahwa suhu di sekitar perairan Tanjung Bunga Makassar tidak jauh berbeda antara kelima titik yang diuji. Hasilnya yang diperoleh berkisar antara 30˚C - 31˚C.

Gambar 4.3 Peta Penyebaran Suhu

26 27 28 29 30 31 32 33

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5

Su h u ( °C) Lokasi Sampel

IV-5 Kondisi suhu permukaan perairan Tanjung Bunga masih tergolong normal untuk perairan tropik. Variasi suhu perairan tropik tergolong normal apabila nilainya berkisar antara 25,6-32,3˚C (Illahude dan Liasaputra, 1980).

2. Derajat Keasamaan (pH)

Secara umum nilai derajat keasaman (pH) pada perairan Pantai Tanjung Bunga disetiap titik selama pengamatan tidak berbeda secara signifikan. Hal ini disebabkan sifat dari air laut yang mempunyai sistem buffer atau penyangga, sehingga mampu mengendalikan sifat asam atau basa yang masuk ke dalam perairan. Kondisi pH pada perairan dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Kisaran nilai derajat keasaman yang diperoleh dari perairan Tanjung Bunga pada Tabel 4.3 yaitu 8,03 - 8,13..

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Parameter pH

Lokasi pH Nilai Rata-Rata Baku Mutu Keterangan

Titik 1 8,03 8,09 7 - 8,5 Normal Titik 2 8,09 7 – 8,5 Normal Titik 3 8,10 7 – 8,5 Normal Titik 4 8,13 7 – 8,5 Normal Titik 5 8,12 7 – 8,5 Normal

Sumber * : PerGub SulSel No.69 Tahun 2010-Lamp.2

Pengukuran pH dilakukan di Laboratorium dengan menggunakan alat pH meter. Dari hasil penelitian nilai pH yang didapatkan pada titik sampling 1 sebesar 8,03. Titik sampling 2 diperoleh nilai pH yang diperoleh sebesar 8,09. Nilai pH untuk titik sampling 3 sebesar 8,10. Titik sampling 4 sebesar 8,13 dan untuk titik

IV-6 sampling 5 sebesar 8,12. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan titik sampling 1 memiliki nilai terendah yaitu sebesar 8,03 dan titik sampling 4 merupakan titik dengan kadar pH tertinggi yaitu 8,13. Namun hasil yang didapatkan antara kelima titik sampling tidaklah jauh berbeda. Nilai tersebut masih sesuai dengan standar baku mutu dan kriteria kerusakan lingkungan hidup yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No.69 Tahun 2010. Kandungan nilai pH yang yang diatur dalam peraturan ini adalah berkisar antara 7 – 8,5. Grafik derajat keasaman (pH) di perairan Tanjung Bunga Makassar disajikan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Grafik Parameter pH

pH normal baik untuk suatu perairan namun apabila suatu pH dikatakan tidak normal atau asam yaitu memiliki nilai di bawah 7 maka perairan tersebut dapat dikatakan tercemar sebab pH yang rendah dapat melarutkan logam berat sehingga nilai logam berat dapat meningkat pada suatu perairan yang cenderung

5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5

D e rajat Ke asam an (p H ) Lokasi sampel

IV-7 memiliki pH rendah. pH yang rendah pada suatu perairan salah satunya diakibatkan oleh hujan masam, hujan masam terjadi oleh adanya sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (gas NO2) yang dilepaskan oleh cerobong asap industri, hasil pembakaran bahan bakar minyak pada alat transportasi dan oleh pembakaran batu bara yang dilepaskan ke udara yang kemudian bereaksi dengan air pada saat hujan. Senyawa-senyawa pencemar udara tersebut terlebih dahulu mencemari udara kemudian masuk ke badan air bersama dengan air hujan yang dapat menurunkan pH air menjadi masam. Berikut adalah Gambar 4.5 merupakan peta penyebaran pH pada lokasi penelitian di perairan Tanjung Bunga.

Gambar 4.5 Peta Penyebaran pH

Perairan laut maupun pesisir memiliki pH yang relatif stabil. Pada Gambar 4.5 terlihat pada titik 1 memiliki nilai pH yang terendah yaitu 8,03 dan tertinggi pada titik 4 yaitu 8,13 namun pH pada perairan Tanjung Bunga ini masih tergolong normal karena memiliki nilai yang berkisar antara 8,03 - 8,13 dan masih sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.

IV-8 3. Salinitas

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter air. Salinitas di perairan Indonesia umumnya berkisar antara 28-33‰ (Nontji, 2002). Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.4 di perairan Tanjung Bunga, nilai salinitas berkisar antara 26,8 - 27,4‰. Kadar salinitas ini tidak normal. Hal ini disebabkan karena air laut yang berada dekat daratan masih memiliki pengaruh dari air darat hingga menyebabkan salinitas di daerah ini kecil. Sebaliknya salinitas di perairan laut lepas sudah tidak memiliki pengaruh dari darat, sehingga salinitasnya semakin besar (Nybakken, 1992).

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Parameter Salinitas

Lokasi Salinitas

(‰) Nilai Rata-Rata Baku Mutu Keterangan

Titik 1 26,8

27,12

28 - 33 Tidak Normal

Titik 2 27,1 28 - 33 Tidak Normal

Titik 3 27,3 28 - 33 Tidak Normal

Titik 4 27,4 28 - 33 Tidak Normal

Titik 5 27,0 28 - 33 Tidak Normal

Sumber * : Nontji, (2002)

Pada tabel 4.4 nilai rata-rata salinitas perairan yang didapatkan yaitu sebesar 27,12 ‰. Nilai ini tidak memenuhi standar baku mutu yang telah ditentukan yaitu 28-33 ‰. Nilai salinitas yang diperoleh untuk titik sampling 1 yaitu 26,8 ‰. Titik sampling 2 diperoleh nilai salinitas sebesar 27,1 ‰. Nilai yang diperoleh untuk titik sampling 3 yaitu sebesar 27,3 ‰. Titik sampling 4 dan titik sampling 5 masing-masing diperoleh nilai salinitas sebesar 27,4 ‰ dan 27,0

IV-9 ‰. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di perairan Tanjung Bunga Makassar, nilai salinitas disajikan pada Gambar 4.6 sebagai berikut :

Gambar 4.6 Grafik Parameter Salinitas

Salinitas menunjukkan kandungan garam yang ada didalam air laut, dan perbandingannya dengan total padatan terlarut (dissolved solids) yang ada di air laut dalam perbandingan berat. Rentang nilai salinitas terutama dipengaruhi oleh evaporasi dan presipitasi yang terjadi. Laut di daerah tropis biasanya mempunyai salinitas yang tinggi dibandingkan dengan laut di daerah kutub, karena banyaknya evaporasi yang terjadi. Salinitas air laut bervariasi sebanding dengan kedalaman. Salinitas bertambah dipermukaan laut karena evaporasi dan percampuran yang disebabkan oleh arus maupun upwelling, sehingga air akan menjadi lebih kental dan cenderung bergerak mengendap ke kedalaman tertentu dimana keseimbangan terjadi. Di bawah kedalaman 150m sampai 180m umumnya salinitas menjadi lebih konstan. 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5

Sa li n ita s (‰ ) Lokasi Sampel

IV-10 Secara umum terjadi peningkatan nilai salinitas pada kelima titik dengan nilai rata-rata berkisar antara 26,8 ‰ – 27,4 ‰ meskipun pada titik keempat mengalami nilai yang rendah. Penurunan salinitas dalam perairan dapat menyebabkan tingkat bioakumulasi dalam logam berat pada organisme menjadi semakin besar (Mukhtasor, 2007). Peta penyebaran salinitas dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Peta Penyebaran Salinitas

Pada peta penyebaran salinitas menunjukan nilai terendah salinitas berada pada titik sampling 1 yaitu 26,8 ‰ dimana titik tersebut merupakan titik terdekat dari outlet kanal yang berbatasan langsung dengan Pantai Losari. Rendahnya nilai salinitas di titik tersebut menunjukan adanya pengaruh dari daratan seperti pencampuran dengan air tawar yang terbawa aliran kanal. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas semakin rendah, sedangkan jika sedikit sungai yang bermuara maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi. Pada

IV-11 peta penyebaran salinitas juga dapat dilihat nilai tertinggi salinitas berada pada titik sampling 4 yaitu 27,4 ‰. Menurut Bowden dalam Nurhayati (2002) keberadaan salinitas dalam distribusi di perairan laut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adanya interaksi masuknya air tawar ke dalam perairan laut melalui sungai, juga dipengaruhi oleh penguapan dan curah hujan.

4. Oksigen Terlarut (DO)

Kadar oksigen di permukaan laut yang normal berkisar antara 5,7 - 8,5 mg/l. Kadar oksigen di perairan laut yang tercemar ringan di lapisan permukaan adalah 5 mg/l (Sutamihardja, 1978). Namun dalam peraturan yang ditetapkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan No.69 Tahun 2010 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari dijelaskan bahwa baku mutu untuk DO adalah tidak kurang dari 5 mg/l. Pada perairan Tanjung Bunga Makassar, nilai DO yang diperoleh dari hasil penelitian telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Parameter DO

Lokasi DO

(mg/l) Nilai Rata-Rata Baku Mutu* Keterangan

Titik 1 7,20 7,34 >5 Normal Titik 2 7,10 >5 Normal Titik 3 7,30 >5 Normal Titik 4 7,60 >5 Normal Titik 5 7,50 >5 Normal

IV-12 Pada Tabel 4.5 Nilai rata-rata DO yang didapatkan pada kelima titik sampling yaitu sebesar 7,34 mg/l. Menurut Supardi (1984) tingkat pencemaran air laut terbagi menjadi 3 bagian yaitu tercemar ringan bila kadar DO = 5 mg/l, tercemar sedang bila kadar DO antara 2-5 mg/l, dan tercemar berat bila kadar DO antar 0,1-2 mg/l. Pada Gambar 4.8 grafik tersebut menunjukan bahwa nilai DO pada kelima titik tidak tercemar dan masih dalam kondisi yang baik sesuai baku mutu yang berlaku.

Gambar 4.8 Grafik Parameter DO

Oksigen Terlarut (dissolved oxygen) akan menurun apabila banyak limbah, terutama limbah organik yang masuk kedalam perairan Tanjung Bunga Makassar. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut digunakan oleh bakteri-bakteri aerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah yang mencemari perairan. Keadaan ini akan sangat mengganggu kehidupan organisme yang lebih lanjut dapat mengganggu kestabilan ekosistem secara keseluruhan. Riva’I dkk, (1983) mengatakan bahwa pada umumnya kandungan oksigen sebesar

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5

D is sol ved O xygen (mg/ l) Lokasi Sampel DO Baku Mutu >5

IV-13 5 ppm dengan suhu air berkisar antara 20-30˚C relatif masih baik untuk kehidupan ikan-ikan. Peta penyebaran DO pada perairan Tanjung Bunga telah disajikan pada pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Peta Penyebaran DO

Berdasarkan peta penyebaran DO pada Gambar 4.9 diperoleh nilai dari titik sampling 1 sebesar 7,20 mg/l. Titik sampling 2 diperoleh nilai DO sebesar 7,10 mg/l. Pada titik sampling 3 diperoleh hasil sebesar 7,30 ml/l. Terjadi peningkatan nilai DO pada titik sampling 4 yaitu 7,60 mg/l dan titik sampling 5 dengan nilai sebesar 7,50 mg/l. Dari peta penyebaran DO diatas terlihat titik sampling 2 merupakan titik yang memiliki nilai DO terendah yaitu sebesar 7,10 mg/l. Rendahnya kandungan oksigen dalam air ini diduga karena terjadinya proses aerasi dari daratan dan sungai disekitar perairan.

Nilai tertinggi diperoleh pada titik sampling 4 yaitu sebesar 7,60 mg/l. Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan kandungan DO pada perairan Tanjung Bunga telah sesuai dengan ambang batas baku mutu berdasarkan

IV-14 Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No.69 Tahun 2010 untuk wisata bahari. Nilai DO >5 baik terhadap biota sedangkan nilai DO <5 dapat berdampak pada kehidupan biota yang ada disekitarnya. Terjadinya fluktuasi pada kandungan oksigen terlarut antar titik pengambilan sampel. Korelasinya adalah pembuangan limbah akibat aktivitas manusia akan mempercepat habisnya oksigen terlarut yang digunakan oleh bakteri untuk menguraikannya. Selain itu fluktuasi kandungan oksigen terlarut juga dipengaruhi oleh pemasukan massa air dari daratan seperti yang terjadi pada titik sampling 4.

5. Padatan Tersuspensi Total (TSS)

Total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat disaring dengan kertas milipore berpori-pori 0,45 µm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari kedalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produsen (Monoarfa, 2002). Data pengukuran parameter Total Suspended Solids di perairan Tanjung Bunga Makassar disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Parameter TSS

Lokasi TSS

(mg/l) Nilai Rata-Rata Baku Mutu* Keterangan

Titik 1 26

20,8

<20 Tidak Normal

Titik 2 21 <20 Tidak Normal

Titik 3 12 <20 Normal

Titik 4 27 <20 Tidak Normal

Titik 5 28 <20 Tidak Normal

IV-15 Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 4.6 nilai rata-rata Padatan Tersuspensi Total kelima titik sampling adalah sebesar 20,8 mg/l. Hasil pengukuran kandungan Total Suspended Solid pada titik sampling 1 yaitu sebesar 26 mg/l. Kandungan Total Suspended Solid pada titik sampling 2 sebesar 21 mg/l. Titik sampling 3 diperoleh nilai Total Suspended Solid yang rendah yaitu sebesar 12 mg/l. Titik sampling 4 diperoleh nilai sebesar 17 mg/l. Kenaikan nilai Total Suspended Solid terjadi pada titik sampling 5 yaitu sebesar 28 mg/l. Menurut Eryati (2008) Total Suspended Solid merupakan total padatan halus yang sukar larut dan sukar mengendap, sehingga sangat berpengaruh terhadap biota. Grafik Total Suspended Solid disajikan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Grafik Parameter TSS

Berdasarkan grafik Total Suspended Solid (TSS) pada Gambar 4.10 nilai tertinggi yaitu pada titik sampling 5 yaitu sebesar 28 mg/l. Titik 1 dan titik 2 juga memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu sebesar 26 mg/l dan 21 mg/l. Hal ini

0 5 10 15 20 25 30

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5

Total S us pended Sol ids (mg/ l) Lokasi sampel TSS Baku Mutu Max

IV-16 merupakan pengaruh dari limpasan perkotaan yang masuk ke perairan oleh sungai. Laju aliran arus yang kuat juga sangat mempengaruhi tingginya TSS. Sedangkan hasil terendah diperoleh pada titik sampling 3 yaitu 12 mg/l dan titik sampling 4 sebesar 27 mg/l. Berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.69 Tahun 2010 mengenai Baku Mutu Air Laut Untuk Wisata Bahari tidak lebih dari 20 mg/l untuk parameter Total Suspended Solid (TSS). TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi merupakan total padatan halus yang sukar larut dan sukar mengendap, sehingga sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota (Eryati, 2008). Selain itu adapun peta penyebaran TSS yang telah disajikan pada Gambar 4.11 dibawah ini.

Gambar 4.11 Peta Penyebaran TSS

Pada Gambar 4.11 merupakan peta penyebaran TSS dan dapat dilihat nilai TSS yang tertinggi terdapat pada titik sampling 5 sedangkan yang terendah pada

IV-17 titik sampling 3. Nilai TSS yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat pencemar dan menghambat penetrasi cahaya kedalam air sehingga mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis dari biota laut. Tinggi TSS juga dapat menyebabkan peningkatan suhu air permukaan karena partikel menyerap panas dari sinar matahari.

Gambar 4.12 Titik sampling 5

Sumber : Dokumentasi Pribadi, Perairan Tanjung Bunga Makassar

B. Tingkat Pencemaran Air Raksa (Hg) PerairanTanjung Bunga dan

Dokumen terkait