• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

B. Manajemen Berbasis Madrasah

9. Karakteristik Manajemen Berbasis Madrasah

semakin baik. Rasio antara jumlah siswa yang mendaftar dengan jumlah siswa yang lulus menjadi lebih besar.

Keempat, relevansi pendidikan akan semakin baik, karena program

madrasah dibuat bersama dengan warga madrasah dan warga masyarakat, baik dari aspek pengembangan kurikulum dan sarana prasarana madrasah.

Kelima, terjadinya keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan

karena penentuan biaya pendidikan tidak dilakukan secara pukul rata, tetapi didasarkan pada kemampuan ekonomi masing-masing.

Keenam, meningkatnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam

pengambilan keputusan di madrasah, baik yang menyangkut keputusan intruksional maupun organisasional.

Ketujuh, kesejahteraan guru dan staf madrasah membaik.

Kedelapan, terjadinya demokratisasi dalam penyelenggaraan.

efisiensi, partisipasi, dan mutu, serta bertanggung jawab kepada masayarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2018: 35).

Karakteristik MBM bisa diketahui antara lain dari bagaimana madrasah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi madrasah, proses belajar- mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut BPPN dan Bank Dunia (1999), mengutip dari Focus on School: The Future Organisation of Education Services for Student, Departement of Education, Australia (1990), mengemukakan ciri-ciri MBM dalam tabel 2.1 dilampiran.

Karakteristik MBM bisa diketahui antara lain dari bagaimana madrasah dapat mengoptimalkan kinerjanya, proses pembelajaran, pengelolan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem administrasi secara keseluruhan. Sejalan dengan itu, Saud (2002) dalam Mulyasa (2018:36) berdasarkan pelaksanaan di negara maju mengemukakan bahwa karakteristik dasar MBM adalah pemberian otonomi yang luas kepada madrasah, partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan madrasah yang demokratis dan profesional, serta adanya team-work yang tinggi dan profesional. Hal tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:

a. Pemberian Otonomi Luas kepada Madrasah

MBM memberikan otonomi luas kepada madrasah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi sesuai

dengan kondisi setempat, madrasah dapat lebih memberdayakan tenaga kependidikan guru agar lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya mengajar.

Dalam pada itu, madrasah sebagai lembaga pendidikan diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan program-program kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Untuk mendukung keberhasilan program tersebut, madrasah memiliki kekuasaan dan kewenangan mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia di masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain itu, madrasah juga diberikan kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.

Melalui otonomi yang luas, madrasah dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional, dan profesional.

b. Partisipasi Masyarakat dan Orangtua

Dalam MBM, pelaksanaan program-program madrasah didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung madrasah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite madrasah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas madrasah. Masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama untuk membantu madrasah sebagai narasumber berbagai kegiatan madrasah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

Dalam MBM, pelaksanaan program-program madrasah didukung oleh adanya kepemimpinan madrasah yang demokratis dan profesional. Kepala madrasah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana inti program madrasah merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional.

Kepala madrasah adalah manager pendidikan profesional yang direkrut komite madrasah untuk mengelola segala kegiatan madrasah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut oleh madrasah adalah pendidik profesional dalam bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kinerja profesional yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik. Dalam proses pengambilan keputusan, Kepala madrasah mengimplementasikan proses “bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.

d. Team-Work yang Kompak dan Transparan

Dalam MBM, keberhasilan program-program madrasah didukung oleh kinerja team-work yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan madrasah. Dalam dewan pendidikan dan komite madrasah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masinguntuk mewujudkan suatu ―Madrasah yang dapat dibanggakan‖ oleh semua pihak. Mereka tidak saling menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing memberi

kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja madrasah secara kaffah. Dalam pelaksaan program misalnya, pihak-pihak terkait bekerja sama secara profesional untuk mencapai tujuan-tujuan atau target yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, keberhasilan MBM merupakan sinergi (sinergistic effect) dari kolaborasi tim yang kompak dan transparan. Dalam konsep MBM, kekuasaan yang dimiliki madrasah, mencakup pengambilan keputusan tentang manajemen kurikulum dan pembelajaran; rekrutmen dan manajemen tenaga kependidikan; serta manajemen keuangan madrasah.

Empat faktor penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi MBM, yakni kekuasaan, pengetahuan dan ketrampilan, sistem informasi, serta sistem penghargaan (Depdiknas, 2002).

a. Kekuasaan yang Dimiliki Madrasah

Kepala madrasah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan dibandingkan dengan sistem mananjemen pendidikan yang dikontrol oleh pusat. Besarnya kekuasaan madrasah bergantung bagaimana MBM dapat diimplementasikan.

Pemberian kekuasaan secara utuh seperti dituntut MBM tidak mungkin dilaksanakan sekaligus, tetapi memerlukan proses transisi dari manajemen terpusat ke MBM. Kekuasaan lebih besar yang dimiliki oleh kepala madrasah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan secara demokratis, antara lain dengan melibatkan semua pihak khususnya guru dan orang tua peserta didik; membentuk pengambil keputusan dalam hal-hal yang relevan dengan tugasnya; serta menjalin kerjasama dengan masyarakat dan dunia kerja.

b. Pengetahuan dan Ketrampilan

Kepala madrasah beserta seluruh warganya harus menjadi ―learning person‖ yang senantiasa belajar untuk meningkatkan ketrampilannya secara terus menerus (continuous improvement). Seluruh warga madrasah perlu memiliki pengetahuan untuk meningkatkan prestasi, memahami dan melaksanakan berbagai teknik, seperti quality assurance, quality control, self- assessment, school review, benchmarking, dan analisis SWOT. Untuk itu, madrasah harus memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang diwujudkan melalui pelatihan.

c. Sistem Informasi yang Jelas

Madrasah yang melaksanakan MBM perlu memiliki informasi yang jelas tentang program yang netral dan transparan, karena dari informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi madrasah. Informasi ini diperlukan untuk monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas madrasah. Informasi yang amat penting untuk dimiliki madrasah, antara lain berkaitan dengan kemampuan guru, prestasi peserta didik, kepuasan orang tua dan peserta didik, serta visi dan misi madrasah.

d. Sistem Penghargaan

Madrasah yang melaksanakan MBM perlu menyusun sistem penghargaan bagi warganya yang berprestasi, untuk mendorong karirnya.

Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja dari kalangan warga madrasah. Oleh karena itu, sistem penghargaan yang dikembangkan harus bersifat proporsional, adil, dan transparan.