E Uji Coba Instrumen Penelitian
C. Hasil Pengujian Model Multimedia Interaktif Adaptif
1. Karakteristik Model MIA-PIZA
Pengembangan model pembelajaran multimedia interaktif didahului dengan melakukan analisis konsep yang terdiri dari konsep abstrak dan konsep yang berdasarkan prinsip pada mata kuliah pendahuluan fisika zat padat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyusunan alur pembelajaran bagi pencapaian penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat dan pengembangan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Model pembelajaran multimedia interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model tutorial yang bertujuan memberikan penguasaan secara tuntas (mastery learning) kepada mahasiswa pada materi yang dipelajari. Menurut Rusman (2009) sistem multimedia interaktif harus memenuhi prinsip- prinsip yaitu: (1) berorientasi pada tujuan pembelajaran, (2) berorientasi pada pembelajaran individual, (3) berorientasi pada pembelajaran mandiri dan (4) berorientasi pada pembelajaran tuntas. Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan teori gaya belajar, sehingga model multimedia interaktif ini juga mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang kemudian dituangkan dalam bentuk multimedia interaktif adaptif. Gaya belajar mempengaruhi efektivitas pelatihan, tidak peduli apakah pelatihan tersebut dilakukan secara tatap muka atau secara on-line
(Benham, 2002). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan gaya belajar dalam
proses belajar mengajar. Triantafillou, et al (2004) mengadakan penelitian eksperimen untuk mengevaluasi efektivitas sistem e-learning adaptif. Hasilnya menunjukkan bahwa prestasi
fisika zat padat yang bersifat abstrak dan submikroskopik. Model ini juga memungkinkan mahasiswa untuk belajar mandiri, karena multimedia interaktif adaptif yang dikembangkan dapat dipelajari sendiri di rumah oleh mahasiswa. Multimedia interaktif ini terdiri dari petunjuk, standar kompetensi dan kompetensi dasar, silabus dan SAP, tes gaya belajar, materi dan evaluasi. Model multimedia interaktif adaptif yang terdiri dari presentasi teks, audio, simulasi, animasi dengan mengadaptasi gaya belajar dapat mempermudah mahasiswa dan dosen dalam mempelajari konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat yang bersifat abstrak dan submikroskopik (Wiyono & Setiawan, 2012).
2. Profil Gaya Belajar Mahasiswa
Implementasi perkuliahan didahului dengan menjaring gaya belajar mahasiswa. Multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan berdasarkan gaya belajar mahasiswa yang meliputi gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Instrumen gaya belajar yang dipakai berjumlah 25 pertanyaan yang diadaptasi dari Rose (1987). Gaya belajar mayoritas mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah pendahuluan fisika zat padat adalah gaya belajar visual yaitu 43% (16 dari 37 mahasiswa). Jika dilihat dari hasil belajar, N- gain (peningkatan) tertinggi sebesar 82,0% juga terjadi pada mahasiswa dengan gaya belajar visual dan terendah 66,3% pada gaya belajar kinestetik. Namun demikian dari semua gaya belajar mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa multimedia intraktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA) yang dikembangkan memberikan peningkatan terbesar pada mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual. Peningkatan tersebut disebabkan karena multimedia interaktif sejalan dengan karakteristik gaya belajar visual seperti presentasi dalam bentuk teks, grafik, animasi dan simulasi yang merupakan ciri-ciri gaya belajar visual. Sementara itu untuk ciri gaya belajar auditorial dan kinestetik kurang dapat diakomodasi oleh software karena dalam pembelajaran fisika ciri-ciri gaya belajar tersebut lebih cocok jika dilakukan eksperimen nyata yang memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa. Selain itu tingginya peningkatan penguasaan konsep pada gaya belajar visual dipengaruhi oleh animasi dan simulasi yang ditampilkan lebih mudah menjadikan gambaran mental (mental image) dari konsep yang dipelajari tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne (Dahar, 1996) yang menyatakan bahwa penggunaan gambaran mental selama mengungkapkan informasi baru, cukup membantu dalam proses mengingat informasi tersebut. Menurut Wiyono & Tjiang (2011) model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada setiap gaya belajar terutama pada gaya belajar visual.
James dan Blank (1993), menyatakan bahwa gaya belajar sangat mempengaruhi kebiasaan belajar seseorang dalam menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan sesuatu yang dipelajari. Menurut Mc Loughlin (1999) dalam memperoleh pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh gaya belajarnya. Honey dan Mumford (1992) menyatakan bahwa sikap dan tingkah laku seseorang menunjukkan cara belajar seseorang yang paling disukai. Rita Dunn (DePorter, 2006) menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang yang mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan mengatur serta mengolah informasi.
lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini dilakukan. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai N-gain yang diperoleh pada kelas eksperimen 74% yang termasuk kriteria tinggi, sementara untuk kelas kontrol diperoleh sebesar 47% yang termasuk kriteria sedang. Peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen ini tentu saja tidak lepas dari pengaruh model pembelajaran MIA-PIZA dimana model ini terdiri dari presentasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang menempuh mata kuliah pendahuluan fisika zat padat, sehingga mereka belajar dalam lingkungan yang menyenangkan. Penggunaan simulasi dan animasi pada materi yang tepat lebih produktif dari metode tradisional (Finkelstein, 2006). Visualisasi yang disajikan memungkinkan mahasiswa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menghubungkan pancaindera mereka dengan antusias sehingga informasi yang masuk ke bank memorinya lebih tahan lama dan mudah untuk dipanggil pada saat informasi tersebut digunakan. Pemrosesan informasi dalam pembentukan konsep akan mudah dipanggil apabila tersimpan dalam memori jangka panjang terutama dalam bentuk gambar (Matlin, 1994).
Pada penelitian ini pokok bahasan pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan terdiri dari 5 pokok bahasan yaitu struktur kristal, difraksi sinar-x, ikatan dalam kristal, elektron bebas dan teori pita energi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa N-gain tertinggi pada kelas eksperimen terjadi pada pokok bahasan difraksi sinar-x yaitu sebesar 82% yang termasuk kategori tinggi dan terkecil pada pokok bahasan ikatan dalam kristal sebesar 72% yang juga termasuk kategori tinggi. Peningkatan ini terjadi karena pengaruh model MIA-PIZA yang memberikan penyajian materi yang menarik terutama pada pokok bahasan difraksi sinar-x yang dilengkapi dengan berbagai simulasi dan contoh-contoh penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan komputer pada kuliah fisika lanjut dapat membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak (McKagan, 2007). Pada materi ini mahasiswa diajak untuk dapat melihat proses bagaimana terjadinya sinar-x sampai pada proses penggunaan sinar-x dalam pemeriksaan pasien dalam dunia kedokteran atau yang sering kita dengar dengan istilah rontgen. Selain itu pokok bahasan difraksi sinar-x merupakan menjadi dasar dalam memahami konsep-konsep pada materi ikatan dalam kristal. Materi ikatan dalam kristal memerlukan berbagi pengetahuan dasar, sehingga materi ikatan dalam kristal menjadi lebih kompleks. Namun demikian N-gain tersebut sama-sama berada pada kriteria peningkatan yang tinggi. Sementara untuk kelas kontrol N-gain tertinggi terjadi pada pokok bahasan struktur kristal yaitu sebesar 59% yang termasuk kriteria sedang dan terendah terjadi pada pokok bahasan elektron bebas sebesar 34% yang termasuk kriteria sedang.
Perbedaan N-gain tertinggi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terjadi pada pokok bahasan elektron bebas dalam kristal yaitu sebesar yaitu sebesar 46%. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep elektron bebas dalam kristal yang tidak dapat dilihat dengan mata dan susah untuk dipahami. Model yang dikembangkan dapat memvisualisasikan konsep elektron bebas dalam kristal dengan simulasi yang dapat membantu mahasiswa dalam memahami konsep yang abstrak dan submikroskopik. Hal ini sejalan dengan pendapat Burke (1998) yang menyatakan bahwa animasi komputer dapat memvisualisasikan proses-proses abstrak yang mustahil dilihat dan dibayangkan.
kuliah pendahuluan fisika zat padat rendah. Pengaruh kemampuan geometri yang dikuasai mahasiswa sebelum belajar fisika zat padat sangat mempengaruhi mahasiswa dalam belajar konsep struktur kristal, sehingga perbedaan N-gain antara kelas yang belajar dengan MIA-PIZA dan kelas yang belajar dengan bahan ajar lain tidak terlalu tinggi. Namun demikian secara statistik tetap terdapat perbedaan signifikan antara kelas ekperimen dan kelas kontrol pada pokok bahasan struktur kristal.
Peningkatan yang terjadi pada pokok bahasan pada kelas eksperimen termasuk kategori tinggi, hal ini merupakan pengaruh dari pengunaan multimedia interaktif yang berbasis gaya belajar yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar sesuai dengan karakteristik gaya belajar masing-masing. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar mempengaruhi efektivitas pelatihan, tidak peduli apakah pelatihan tersebut dilakukan secara tatap muka atau secara on-line (Surjono, 2008). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan gaya belajar dalam proses belajar mengajar.
Peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen yang berbeda secara signifikan dengan kelas dengan bahan ajar lain juga akibat pengaruh dari fungsi multimedia dalam pembelajaran adalah yaitu: (1) membantu mahasiswa dalam memahami konsep yang abstrak dan submikroskopik, menyederhanakan perhitungan yang rumit, dan mempercepat keberlangsungan proses belajar mengajar. Penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap, serta merancang lingkup informasi dan keterampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu; (2) membantu mahasiswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya antara lain dalam pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian, memelihara keseimbangan mental, serta mendorong belajar mandiri (Arifin, 2003). Fungsi lain dari multimedia interaktif dalam dunia pendidikan adalah sebagai perangkat lunak
(sofware) pembelajaran, yang memberikan fasilitas kepada mahasiswa untuk mempelajari
suatu materi. Multimedia memiliki keistimewaan diantaranya adalah (1) interaktif dengan memberikan kemudahan umpan balik; (2) kebebasan menentukan topik pembelajaran; (3) kontrol yang sistematis dalam proses belajar (Munir, 2008).