Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri mahasiswa karena melalui keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat lebih mudah memahami konsep, peka akan masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan masalah dan mampu mengaplikasikan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda. Pada materi fisika zat padat yang bersifat abstrak dan submikroskopik serta aplikatif dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan keterampilan berpikir kritis agar mahasiswa mampu menyelesaikan masalah- masalah yang berkaitan dengan aplikasi fisika zat padat dalam kehidupannya.
5. Hubungan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen
Pokok bahasan struktur kristal terdiri dari 5 indikator keterampilan berpikir kritis yaitu: (1) menentukan definisi materi subyek, (2) menjawab pertanyaan tentang fakta, (3) melaporkan berdasarkan pengamatan, (4) menemukan persamaan dan perbedaan, (5) mengidentifikasi alasan yang dikemukakan. Hubungan yang paling kuat antara penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis pada pokok bahasan ikatan kristal dan terendah pada struktur kristal. Hal ini disebabkan karena materi pada ikatan kristal merupakan materi kompleks yang membutuhkan pengetahuan-pengetahuan pendukung lainnya, sedangkan pada materi ikatan kristal merupakan materi dasar yang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan awal mahasiswa terutama pengetahuan tentang geometri bidang dan ruang.
Rerata koefisien korelasi antara pokok bahasan struktur kristal dengan indikator: (1) menentukan definisi materi subyek, (2) menjawab pertanyaan tentang fakta, (3) menemukan persamaan dan perbedaan, (4) mengidentifikasi alasan yang diterima, (5) menerapkan prinsip yang dapat diterima adalah 0,32 dengan kategori rendah. Pokok bahasan difraksi sinar-x dengan indikator: (1) menerapkan prinsip yang dapat diterima, (2) menggeneralisasi dengan rerata koefisien korelasi 0,38 kategori rendah. Pokok bahasan ikatan kristal terdiri dari indikator: (1) menentukan definisi materi subyek, (2) menemukan persamaan dan perbedaan, (3) mengidentifikasi alasan yang dikemukakan, (4) menjawab pertanyaan tentang fakta dengan rerata koefisien korelasi 0,69 dengan kategori kuat. Pokok bahasan elektron bebas terdiri dari indikator: (1) mengidentifikasi alasan yang dikemukakan, (2) menggeneralisasi, (3) melaporkan berdasarkan pengamatan dengan rerata koefisien korelasi 0,56 dengan kategori sedang. Pokok bahasan teori pita energi terdiri dari indikator: (1) menentukan definisi materi subyek, (2) menjawab pertanyaan tentang fakta, (3) menemukan persamaan dan perbedaan, (4) mengidentifikasi alasan yang dikemukakan, (5) menggeneralisasi dengan rerata koefisien korelasi 0,52 dengan kategori sedang.
Hasil analisis hubungan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis diperoleh mulai dari yang sangat rendah sampai dengan yang sangat kuat. Dengan melihat hasil koefisien korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa bervariasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2008) yang menyatakan bahwa rerata peningkatan N-gain keterampilan berpikir kritis mahasiswa pada pembelajaran multimedia interaktif dualisme gelombang termasuk kategori sedang.
mendefinisikan materi subyek dan mengidentifikasi hal yang relevan pada pokok bahasan struktur kristal termasuk hal yang sulit, jika dilihat dari analisis konsep pada pokok bahasan struktur kristal terdiri dari konsep abstrak dan konsep berdasarkan prinsip. Rendahnya korelasi ini juga disebabkan karena pada materi struktur kristal penguasaan konsep mahasiswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan matematika terutama pada materi geometri bidang dan ruang.
Rendahnya korelasi menggeneralisasi pada pokok bahasan difraksi sinar-x disebabkan karena merupakan konsep dasar yang mendasari konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat yang lain. Penyebab lainnya karena jumlah butir soal yang mengukur indikator tersebut pada pokok bahasan difraksi sinar-x lebih sedikit daripada butir soal pada pokok bahasan yang lainnya. Penyebab rendahnya korelasi indikator melaporkan berdasarkan pengamatan pada pokok bahasan elektron bebas disebabkan karena karakter materi yang konsep-konsepnya sangat abstrak dan submikroskopik. Sementara itu untuk korelasi indikator menjawab pertanyaan tentang fakta pada pokok bahasan ikatan kristal sangat kuat. Hal ini disebabkan karena sebagian konsep tersebut telah diajarkan pada mata pelajaran kimia, sehingga mahasiswa telah memiliki bekal yang cukup dalam mempelajari jenis-jenis ikatan dalam kristal. Kuatnya hubungan tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Sarantos (2007) yang menyatakan bahwa penggunaan pembelajaran yang adaptif dapat meningkatkan komponen- komponen metakognitif siswa.
6. Keterlaksanaan Model MIA-PIZA
Pada penelitian ini juga dilakukan observasi terhadap keterlaksanaan perkuliahan model MIA-PIZA dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa persentase keterlaksanaan model MIA-PIZA pada penelitian ini sebesar 93,6% yang berarti bahwa tingkat keterlaksanaan model ini tinggi. Tingginya keterlaksanaan model ini karena model ini karena model yang dikembangkan telah divalidasi oleh ahli dan telah diujicoba kapada mahasiswa sehingga kendala-kendala yang mungkin akan muncul sudah diantisipasi dalam rancangan model yang dibuat. Menurut Zacharia (2008) penggunaan model pembelajaran berbasis komputer dapat memberikan semangat belajar yang tinggi bagi siswa. Faktor lain yang berpengaruh adalah serana laboratorium komputer sudah memadai dan hampir 80% mahasiswa telah memiliki komputer jinjing (laptop) sebagai sarana untuk mendukung dalam proses belajar fisika.
Hal ini juga sejalan dengan fakta bahwa fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronik yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil (Permendiknas, 2006). Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.
Observasi dilakukan meliputi 4 aspek yaitu aspek kegiatan awal, kegiatan dosen, kegiatan mahasisea dan kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi motivasi, brainstorming dan penyampaian tujuan perkuliahan sesuai dengan silabus dan SAP. Aspek kegiatan dosen
tugas terstruktur.
Dari aspek-aspek yang diobservasi terlihat bahwa keterlaksanaan model multimedia interaktif pendahuluan fisika zat padat telah memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis komputer (pembelajaran MMI) yaitu berorientasi pada: (1) tujuan pembelajaran, (2) pembelajaran individual, (3) pembelajaran mandiri dan (4) pembelajaran tuntas (Rusman, 2009). Menurut Karyadinata (2006) juga menyatakan bahwa pembelajaran berbasis komputer (MMI) akan memberikan kontrol terhadap aktivitas belajar siswa, memberikan iklim belajar yang efektif bagi siswa dan membantu siswa memperoleh umpan balik dengan cepat.
7. Tanggapan Mahasiswa dan Dosen terhadap Model MIA-PIZA
Peningkatan penguasan konsep dan keterampilan berpikir kritis juga didukung hasil angket tanggapan dosen dan mahasiswa sangat baik terhadap model pembelajaran yang dikembangkan yaitu rerata 87% untuk tanggapan mahasiswa dan 96% tanggapan dosen. Hasil tersebut dipengaruhi oleh aspek isi yang dikembangkan dalam multimedia interaktif adaptif seperti: (1) konsep-konsep yang disajikan dalam multimedia interaktif adaptif sudah baik, (2) multimedia interaktif adaptif menyajikan konsep dengan kedalaman yang baik, (3) konsep- konsep yang disajikan disertai dengan contoh yang relevan, (4) multimedia interaktif adaptif menunjukkan cara-cara pemecahan masalah, (5) penyajian konsep dalam multimedia interaktif adaptif dengan struktur penyajian yang benar, (6) multimedia interaktif adaptif menyajikan informasi dengan bermakna, (7) penulisan teks dalam multimedia interaktif adaptif memperhatikan tata bahasa, ejaan, simbol dan rumus dan (8) pengucapan multimedia interaktif adaptif telah memperhatikan tata pengucapan teks, nama, simbol dan rumus.
Aspek teknis multimedia interaktif adaptif memberikan kemudahan dalam: (1) tautan menu dan sub-menu berjalan dengan benar, (2) tautan maju, mundur ke menu lainnya, tautan berjalan dengan benar, (3) halaman bantuan dapat diakses, (4) terdapat respon pilihan jawaban saat di-klik, (5) teks, suara, grafik dan video bekerja, (6) MMI Adaptif telah menerapkan keinteraktifan dengan mahasiswa, (7) MMI Adaptif mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa, (8) MMI Adaptif mudah digunakan, navigasi mengikuti kaidah umum.
Dari aspek penyajian pengguna mendapatkan kemudahan dalam: (1) konsep, contoh penerapan dan masalah disajikan dengan jelas dalam MMI Adaptif, (2) penyajian MMI Adaptif sesuai dengan tujuan penerapan konsep pendahuluan fisika zat padat, (3) pengorganisasian penyajian konsep dalam MMI Adaptif logis dan sistematis, (4) secara umum MMI Adaptif menarik untuk dipelajari, (5) secara keseluruhan MMI Adaptif memberikan keyakinan bagi pengguna setelah mempelajarinya, (6) secara umum pengguna merasa puas setelah mempelajari MMI Adaptif, (7) pengguna memperoleh hasil setelah mempelajari MMI Adaptif, (8) perlu untuk materi fisika lain yang bersifat abstrak untuk diajarkan dengan MMI Adaptif.
Berdasarkan aspek-aspek tanggapan mahasiswa dan dosen, terlihat tanggapan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem multimedia interaktif yang dikembangkan berbeda dengan multimedia interaktif yang ada saat ini. Pada perkembangannya multimedia interaktif harus mampu mengadaptasi perbedaan individu penggunanya. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem multimedia interaktif yang adaptif. Menurut M. Odritscher (2004), sistem adaptif
Berdasarkan hasil implementasi model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dapat dikemukakan keunggulan dan kelemahan model pembelajaran ini. Keunggulannya model multimedia interaktif pendahuluan fisika zat padat antara lain: (1) model multimedia interaktif dapat mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa, (2) pembelajaran berpusat pada mahasiswa, (3) aktivitas belajar mahasiswa dapat terkontrol, (4) mahasiswa mendapat fasilitas untuk mengulang jika diperlukan, (5) tercipta iklim belajar yang efektif bagi mahasiswa yang lambat (slow learner), tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi mahasiswa yang lebih cepat (fast learner); (6) evaluasi interaktif yang dibuat dapat lebih memotivasi mahasiswa dalam menjawab setiap soal yang diberikan, (7) dapat memberikan kebebasan ruang dan waktu bagi mahasiswa.
Kelemahan model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat antara lain: (1) beberapa mahasiswa belum terbiasa belajar mandiri dan masih tergantung dengan apa yang diberikan oleh dosen, (2) model multimedia interaktif pendahuluan fisika zat padat kurang dapat mengadaptasi gaya belajar auditorial dan kinestetik, (3) ada beberapa komputer yang tidak mendukung (support) dengan software yang dikembangkan sehingga beberapa simulasi yang tidak tampil (4) beberapa simulasi perlu dilatihkan penggunaanya terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran dikelas sehingga mahasiswa dapat menggunakan dengan tepat.
multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk mahasiswa calon guru disimpulkan bahwa:
1. Multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA), telah dikembangkan dengan karakteristik berupa presentasi, teks, audio, simulasi, animasi, evaluasi yang dapat mengadaptasi gaya belajar dan dapat mempermudah mahasiswa, dosen dalam mempelajari konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat yang bersifat abstrak dan mikroskopis.
2. Gaya belajar mayoritas mahasiswa yang menempuh kuliah pendahuluan fisika zat padat memiliki gaya belajar visual yaitu 43%. MIA-PIZA yang dikembangkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada berbagai gaya belajar terutama pada gaya belajar visual dengan N-gain 82% termasuk kriteria tinggi.
3. Peningkatan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan MIA-PIZA secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan bahan ajar lain. Rerata N-gain penguasaan konsep kelas eksperimen 74% (kriteria tinggi) dan kelas kontrol 47% (kriteria sedang) yang menunjukkan bahwa penggunaan MIA-PIZA lebih efektif daripada pembelajaran dengan bahan ajar lain dalam meningkatkan penguasaan konsep.
4. Peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan MIA-PIZA secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan bahan ajar lain. N-gain pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator melaporkan berdasarkan pengamatan yaitu 77% (kategori tinggi) dan terendah pada indikator menjawab pertanyaan tentang fakta yaitu 55% (kategori sedang). 5. Persentase keterlaksanaan perkuliahan di kelas dengan adalah 93,6% (kategori tinggi).
Mahasiswa dan dosen memberikan tanggapan baik terhadap model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan
6. Keunggulan model MIA-PIZA yang dikembangkan dapat mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru. Kelemahan model MIA-PIZA adalah mahasiswa belum terbiasa belajar mandiri dan masih tergantung dari apa yang diberikan dosen sehingga, perlu dilatihkan penggunaan multimedia interaktif yang adaptif.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengembangan model perkuliahan multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk mahasiswa calon guru menyarankan hal-hal sebagai berikut: