• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Munafik Dalam Musnad Ahmad

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MUNAFIK

C. Karakteristik Munafik Dalam Musnad Ahmad

Di dalam al-Qur‟an banyak sekali membicarakan mengenai orang- orang munafik, terutama dalam surah-surah panjang yang diturunkan di Madinah. Dalam Surat al-Baqarah, yaitu surah kedua dalam susunan al-Qur‟an, terdapat kisah mengenai sifat-sifat orang yang muttaqin dalam empat ayat, orang kafir dua ayat, namun orang munafik dibicarakan tingkah lakunya yang buruk itu dalam tiga belas ayat. Surat-surat ali-Imrân, an-Nisâ‟, al-Anfâl, at-Taubah, Ahzâb, al-Hadîd, al-„Ankabût, al-Fath, al-Tahrîm yang penuh berisi keterangan tentang perangai, kelakuan, kedengkian, pengecut dan kekecilan jiwa orang munafik.86

Munafik adalah suatu sifat yang paling populer yang telah disebut oleh Rasulullah Saw. dengan 3 tanda. Penulis telah melacak dalam al-Musnad

bahwa Imam Ahmad menyebut 4 hadis yang menyatakan hal yang persis demikian.87 Dalam sunan sittah juga meriwayatkan dari sahabat yang sama yaitu Abu Hurairah. Namun demikian, dalam Sunan Ibn Majah saja yang tidak menyebut 3 tanda munafik.

86 HAMKA, Tafsir al-Azhar, (Ja karta: Pustaka Panjimas 2008), Cet. ke-2, Jilid XXVIII,

h. 202

87

Riwayat dari a l-Walid ibn al-Qasim, Sula iman abu al-Rabi‟, Ishaq ibn „isa dan Hasan.

Lihat Ahmad Ibnu Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Ima m Ahmad ibn Hanbal,

(Be irut: Da r a l-Fikr 1987), cet. ke -2, Jilid 2. h. 200, 357, 397 dan 536

88

Ahmad Ibnu Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imam Ahmad ibn

Sulaiman Abu al-Rabi‟ memberitahu kami, ia berkata, Ismail bin Ja‟far memberitahu kami, ia berkata, Nafi‟ bin Malik bin Abi Amir Abu Suhail memberitahu kami, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu tiga, yaitu: apabila berbicara ia dusta, jika berjanji ia menginkari dan jika dipercaya ia khianat.”

Adapun sifat munafik yang disebut Rasulullah Saw. dengan 4 perkara. Penulis mengkaji bahwa Sahih al-Bukhâri mengeluarkan 3 hadis yang serupa tapi berlainan perawi, adapun Sahih Muslim, Sunan al-Turmudzi, Abi Daud dan

al-Nasâi hanya meriwayatkan satu hadis dan semuanya berlainan perawi dan cara periwayatan mereka dengan gaya bahasa tersendiri. Namun dari penilaian penulis mendapati bahwa semua ahli hadis meriwayatkan dari sahabat yang sama yaitu Abdullah „Amr.

1. Mengkhianati seseorang, sering berdusta ketika berbicara, mengingkari janji dan melakukan perbuatan keji terhadap musuh

89

Muhammad ibn Ja‟far memberitahu kami, telah bercerita Syu‟bah dari

Sulaiman dan Ibn Numair, ia berkata, al-A‟masy memberitahu kami, dari

Abdillah bin Murrah, dari Masyruq dari Abdullah bin „Amr, sesungguhnya Nabi Saw. bersabda: “barang siapa yang di dalam dirinya terdapat empat perkara sebagai berikut, maka dia adalah orang munafik. Sedangkan siapa yang didalam dirinya terdapat satu perkara diantara empat perkara itu, maka ia menyandang satu sifat dari kemunafikan, sampai dia

89

Ahmad Ibnu Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imam Ahmad ibn

39

meninggalkannya. Keempat perkara itu ialah: apabila ia jika berbicara ia dusta, jika berjanji ia mengingkari, dipercaya ia khianat, dan jika bermusuhan ia berbuat keji.”

2. Memakan harta rampasan, tidak pergi ke masjid dan mencela umat Islam

90

Yazid menceritakan kepada kami, bahwa Abdullah Ibn Malik al-Jumahi mengkhabarkan dari Ishaq ibn Bakar ibn Abi al-Furat dari

Sa‟id ibn Abi Sa‟id al-Mukbiri dari ayahnya dari Abi Hurairah dari Nabi Saw. telah berkata “Bahwa bagi orang-orang munafik ada tanda-tandanya, mereka berkenalan setelah itu kutuk, dan memberi makan dengan harta rampasan perang yang dicuri dan mereka tidak mendekati masjid kecuali berteduh dan mereka tidak pergi salat kecuali membelakanginya dengan sombong.”

3. Shalat yang paling berat adalah shalat Subuh dan Isya

Waki‟ berkata kepada kami, al-A‟masy menceritakan dari Abi Salih

dari Abi Hurairah berkata, berkata Rasulullah Saw. “sukakah kamu

90Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ah mad ibn Hanbal,

jilid 2, h. 293

91Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ah mad ibn Hanbal,

apabila kamu pulang ke rumahmu lantas kamu mendapati 3 ekor unta yang sedang bunting dan gemuk-gemuk?. Maka 3 ayat yang di bacakan dalam sembahyang lebih baik dari 3 ekor unta yang bunting itu, sesungguhnya sembahyang yang paling berat bagi orang munafik adalah sembahyang isya‟ dan subuh, jika sekiranya mereka tahu fadhilat kedua sembahyang itu, nescaya mereka akan menunaikannya walaupun dalam keadaan merangkak.”

4. Bermuka Dua

92

Hasyim menceritakan kami, Laits memberitahu Yazid ibn Abi Habib dari „irak dari Abi Hurairah bahwa sesungguhnya telah mendengar Rasulullah Saw. berkata “bahwa seburuk-buruk manusia adalah orang yang bermuka dua, dia datang kepada mereka dengan satu wajah dan pada mereka dengan wajah yang lain

.”

5. Berkata-kata Dengan Berdalilkan al-Qur‟an

93

Abu Mu‟awiyah menceritakan, al-A‟masy mengkhabarkan dari

Khaitsamah dari Suwaid ibn Ghaflah berkata, berkata Ali Ra. Apabila kamu menceritakan hadis Rasulullah akan satu hadis maka lembutlah

92Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ah mad ibn Hanbal,

jilid 2, h. 307

93Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ah mad ibn Hanbal,

41

satu bagian yang tinggi dari langit yang paling suka kepadaku dari berkata bohong, dan apabila dari selainnya, maka sesungguhnya aku lah lelaki pertama memeranginya dan peperangan itu adalah tipu daya, aku mendengar Rasulullah bersabda “Akan datang suatu kaum di akhir zaman di mana para pemuda pada saat itu berakal buruk mereka berkata dengan ayat-ayat al-Qur‟an, tidaklah imannya melebihi kecuali sekedar pada bibir mulut, barang siapa menjumpai mereka, bunuhlah mereka, maka sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu ganjaran di hari Kiamat nanti.”

6. Orang yang paling dibencinya adalah orang arab

94

Abdullah menceritakan kami, Ismâ‟îl Abu Ma‟mar memberitahu kami, Ismâ‟îl ibn „Iyâsh menceritakan dari Zaid ibn Jabirah dari Daud ibn al-Husain dari Abdullah ibn Abi Rafi‟ dari Ali Ra. Berkata, berkata Rasulullah Saw. “tidaklah orang yang paling membenci orang arab melainkan orang-orang munafik.”

7. Berdebat mengenai al-Qur‟an

95

Zaid ibn al-Hubbab menceritakan kami, abu al-Samhi

memberitahu Abu Qabil bahwa sesungguhnya Uqbah ibn „amir

mendengar beliau bersabda, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda “Sesungguhnya aku paling takut terjadi ke atas umatku 2 perkara, yaitu al-Qur‟an dan buruh (tukang batu bata), adapun para buruh mencari tanah yang subur dan mengerjakannya dengan mengikuti syahwat, dan mereka sering meninggalkan solat, adapun al-Qur‟an maka orang-orang munafik mempelajarinya hanya untuk berdebat melawan orang beriman.”

94Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ah mad ibn Hanbal,

jilid 1, h. 181

95Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ah mad ibn Hanbal,

42

KRITIK HADIS

A. Kritik Sanad a) Hadis Pertama:

a. Ahmad

1. Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilâl ibn Asad al-Syaibâni al-Marwazi.97

2. Di antara gurunya adalah Sufyan ibn „Isa al-Zuhri, Yahya ibn Sa'id al-Qatân, Abdurrahman ibn Mahdî, Yazîd ibn Hârun, Sufyân ibn „Uyainah dan Abu Daud al-Thayâlisi98

3. Tabaqat ke sepuluh Kibaru Akhzain Tabi‟Tâbi‟in

4. Salih ibn Ahmad ibn Hanbal berkata bahwa ayahnya yaitu Ahmad lahir di kota Baghdad pada bulan Rabi' ul Akhir tahun 16499 dan wafat pada 25 Ramadhan 241 H.100

96 Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, jilid 1, h. 44

97

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 1, h. 442

98

Lihat Ahmad ibn Ali ibn Ha jar Abu al-Fadhl al-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, jilid 1,

h. 62

99

43

5. Sifat cela dan keadilannya menurut ulama hadis  Ibn Hajar : imâm, tsiqat, hafiz dan hujjat.  Ibn Salih al-„Ajli : tsiqat tsabit fi al-hadits101

Ibn Abi Hâtim : imâm dan hujjat.  Nasâi: tsiqatma‟mûn.

Ibn Ma‟kûla: orang yang paling tahu tentang sahabat dan tâbi‟in.  Al-Khalili: orang yang lebih tahu dalam kurunnya.

Ibn Hibbân: beliau adalah penghafal yang kuat ingatan.  Ibn Sa‟di: tsiqatthabit sudûq katsir. 102

Al-Dzahabî: imâm.103

Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Ahmad adalah

Tsiqat. Dan menurut dari data tarikh kelahiran dan kematiannya, perawi ini bersambung sanadnya dengan Abdullah (w.290), Ahmad (164-241) dan Yazîd Ibn Harun (117-206).

b. Yazîd Ibn Hârun

1. Nama lengkapnya adalah Yazîd ibn Hârun ibn Zadzi Abu Khalid al-Wasiti al-Salmi, datuknyaZadzan maula Ummu „Asim.104

100

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 1, h. 466

101

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 1, h. 453

102

Ahmad ibn Ali ibn Haja r Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, jilid 1, h.75

103

Ima m Sya msuddin Muhammad ibn Ahmad ibn Uth man al-Dzahabi, Siyâr A‟lâm al

-Nubalâ‟, (Qah irah : Da r a l-Hadits 2006), cet. ke-1, jilid 11, h.179

104

2. Di antara gurunya adalah Aswad ibn Syaibân, Ismâil ibn Muslim, Jarîr ibn Hâzim, Ismâil ibn „Iyash, Hamâd ibn Zaid, Supyân al-Tsauri, Yahya ibn Sa‟id, dan Dailam ibn Ghazwân.105

3. Tabaqat kesembilan dari Sighâru Atbâ‟u Tâbi‟in.

4. Ya‟qub ibn Supyan mengatakan bahwa Yazid dilahirkan pada 117 H dan wafat pada 206 H pada hari selasa bulan Rabi‟ al-Akhir pada pemerintahan Khalifah al-Ma‟mun , adapun Muhammad ibn Sa‟id

berkata 118 H. „Ali ibn Syu‟ib mengatakan bahwa beliau telah menghafal hadis sebanyak 1024 hadis dengan sanad dan yang tidak tercela. Muhammad ibn Qudâmah berkata beliau telah menghafal hadis sebanyak 1025 hadis dengan sanad.106

5. Sifat cela dan keadilannya menurut ulama hadis  Yahya ibn Mu‟în : tsiqat

 „Ali ibn al-Madini :beliau daripada golongan tsiqatAl-„Ajli : tsiqat dan tetap dengan hadis

Abu Hâtim al-Razi : tsiqat dan Imâm Sudûq

Yahya ibn Yahya al-Naisâburi: beliau di kalangan penghafaz107Al-Dzahabî: seorang yang berpengetahuan108

Al-Za‟farâni: tidaklah aku lihat orang yang lebih baik darinya

105

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 32, h.268.

106

Lihat Ja mal a l-Din Abi al-Ha jja j Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 32, h.

262-268. Lihat juga Muhammad ibn Isma il ibn Ibrahim Abu Abdullah al -Bukhari a l-Ja‟fi, Tarik h

al-Kabir, (Beirut: Dar a l-Fikr 1977) Jilid 8, h. 368. Lihat juga Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad

Abu Hatim a l-Ta mimi al-Basti, al-Tsiqah, (Be irut: Dar al-Fikr 1975), cet. ke-1, jilid 7, h. 632.

107

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 32, h. 269.

108

Ima m Sya msuddin Muhammad ibn Ahmad ibn Uth man al-Dzahabi, Siyâr A‟lâm al

44

Ziyad ibn Ayyub : Hafiz

Ya‟qub ibn Syaibah: tsiqat

Ibn Qâni‟: TsiqatMa‟mûn

Ibn Hajar : Tsiqat dan sempurna dalam ibadat109

Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Yazîd Ibn Harun

adalah Tsiqat, menurut dari data tarikh kelahiran dan kematiannya, perawi ini bersambung sanadnya dengan Ahmad ibn Hanbal (164-241), Yazîd Ibn Harun

(117-206), dan Dailam ibn Ghazwân (w.235). c. Dailam Ibn Ghazwân

1. Nama lengkapnya adalah Dailam ibn Ghazwân Al-Ba‟di, Abu Ghalib al-Barra‟ al-Basri.

2. Di antara gurunya adalah Hakim ibn Jahl, Abdullah ibn „Amru ibn „Ash, Tsabit al-Banâni dan Maimûn al-Kurdi.110

3. Tabaqat ke delapan dari Wusto Atbâ‟u Tâbi‟in.

4. Abdullah al-Baghwi menyatakan bahwa Dailam dan al-Qawâriri

adalah wafat pada tahun yang sama yaitu 235 H.111 5. Sifat cela dan keadilannya menurut ulama hadis

Yahya bin Mu‟în : Tsiqat

Abu Dâud al-Sajastâni : Tidak mengapa dengannya112Abu Hâtim ar-Radzi : Tidak Mengapa Dengannya

109

Ahmad ibn Ali ibn Ha jar Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid 11, h.

368

110

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 8, h. 502

111

Ima m Sya msuddin Muhammad ibn Ahmad ibn Uth man al-Dzahabi, Siyâr A‟lâm al

-Nubalâ‟, Jilid 11, h.445

112

Ibnu Hibbân : Tsiqat

Al-Barraz : Guru Yang Saleh

Ibn Hajar : Sudûq113

Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Dailam ibn Ghazwân adalah Sudûq. Menurut dari data perawi, perawi ini bersambung sanadnya dengan Yazîd Ibn Harun (117-206), Dailam ibn Ghazwân (w.235), dan Maimûn al-Kurdî sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzîb al-Kamâl.

d. Maimûn al-Kurdî

1. Nama lengkapnya adalah Maimûn al-Kurdi, gelarannya Abu Basir, dan dikatakan Abu Nasir ibn Ma‟kulâ.114

2. Gurunya adalah Abu Utsmân Al-Nahdi Al-Kûfi, ayahnya dan Nabi Muhammad Saw..115

3. Tabaqat keenam dari Sighâru Tâbi‟in.

4. Penulis tidak menemukan biodata lengkap periwayat di atas. 5. Sifat cela dan keadilannya menurut ulama hadis

Yahya bin Mu‟în : Saleh, Tidak Mengapa Dengannya  Abu Daud : Tsiqat

Ibnu Hibbân : Tsiqat116

Ibnu Hajar: Maqbûl117

113

Ahmad ibn Ali ibn Haja r Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid 3, h.

215

114

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 29, h. 236

115

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 29, h. 236

116

46

Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Maimûn al-Kurdi

adalah maqbûl. Menurut dari data perawi, perawi ini bersambung sanadnya dengan Dailam ibn Ghazwân (w. 235) Maimûn al-Kurdî dan Abu „Ustmân Al-Nahdî (w. 95) dikarenakan atas pertalian guru dan murid yang telah disebutkan dalam Tahdzîb al-Kamâl.

e. Abu „Utsmân Al-Nahdî Al-Kûfi

1. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahmân ibn Mâl ibn „Amru ibn „Adi ibn Wahâb ibn Rabî‟ah ibn Sa‟ad ibn Huzaifah ibn Ka‟ab ibn Rifa‟at ibn Mâlik ibn Nahdi ibn Laits ibn Sûdi ibn Aslam ibn al-Hâf ibn Qadhâ‟at, Abu „Ustmân Al-Nahdî Al-Kûfi.118

2. Diantara gurunya adalah Ubai ibn Ka‟ab, Usâmat ibn Zaid, Bilâl ibn Rabâh, Huzaifat ibn Yamân, Jabîr ibn Abdullah, Zaid ibn Arqâm, „Umar al-Khattab, „Ali, Talhah, ibn Mas‟ûd dan ramai lagi.119

3. Tabaqat kedua dari Kibâru Tâbi‟in.

4. Berkata „Amru ibn „Ali bahwa beliau wafat pada umur 75, pada tahun 95 H. Ibnu al-Barra‟ menyatakan bahwa beliau berasal dari Kûfah, setelah meninggalkan agama Jahiliyah, beliau berhijrah ke Madinah setelah kematian Khalifah Abu Bakr.120

5. Sifat cela dan keadilannya menurut ulama hadis  „Ali al-Madini: Tsiqat

117

Ahmad ibn Ali ibn Ha jar Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid 10, h.

395

118

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 17, h. 425

119

Ahmad ibn Ali ibn Haja r Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid 6, h.

249

120

Abu Hâtim ar-Radzi : Tsiqat

Abu Zur‟ah: Tsiqat

Muhammad ibn Sa‟ad: Tsiqat

Ibnu Kharâsyi: Tsiqat121

Nasâi: TsiqatIbnu Hibbân : Tsiqat

Abu Dâud: tâbi‟in yang besar  Ibnu Hâjar:Tsiqat Tsabit 122

Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Abu „Ustmân Al-Nahdi adalah Tsiqat. Menurut dari data perawi, perawi ini bersambung sanadnya dengan Maimûn al-Kurdî, Abu „Ustmân Al-Nahdî Al-Kûfi (w. 95) dan „Umar ibn al-Khattâb (w.23) disebabkan atas pertalian guru dan murid yang telah disebutkan dalam Tahdzîb al-Kamâl.

f. „Umar ibn al-Khattab

1. Nama lengkapnya adalah „Umar ibn al-Khattab ibn Nafil ibn Abdul „Azi ibn Riyâh Ibn Tahtâniah ibn Abdullah ibn Qarti ibn Rizah ibn „Adi ibn Ka‟ab ibn Luai ibn Ghalib al-Qarsyi al-„Adawi. Yang digelar

al-Fâruq.123

121

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 17, h. 428

dan 429

122

Ahmad ibn Ali ibn Haja r Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid 6, h.

278

123

Ahmad bin Ali b in Ha jar Abu al-Fadhl A l-„Asqâlani, Al-Isabah fi Tamyîzi al-Sahâbat,

48

2. Guru-gurunya adalah Ubai ibn Ka‟ab, Abu Bakr Al-Siddiq dan Nabi Muhammad Saw..124

3. Tabaqat pertama dari Sahâbat.

4. Beliau lahir 4 tahun sebelum Nabi lahir dan meninggal dunia pada tahun 23 H. Menjadi salah seorang dari 10 orang yang dijanjikan masuk surga.125

Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati dengan berpandukan

Jumhur Ulama, bahwa „Umar ibn al-Khattab adalah „Adil. Menurut dari data tarikh kelahiran dan kematiannya, perawi ini bersambung sanadnya dengan

Abu „Ustmân Al-Nahdî Al-Kûfi (w.95), „Umar ibn al-Khattâb (w.23) dan Nabi Muhammad (w.11).

b) Hadis Kedua:

a. Ahmad

(sudah dikritisi pada lembar 44)

124

Ahmad bin A li bin Haja r Abu al-Fadhl A l-„Asqâlani, Al-Isabah fi Tamyîzi al- Sahâbat,

jilid 4, h. 601

125

Ahmad bin A li bin Haja r Abu al-Fadhl A l-„Asqâlani, Al-Isabah fi Tamyîzi al- Sahâbat,

jilid 4, h. 588

126Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah asy-Syaibâni, Musnad al-Imâ m Ah mad ibn Hanbal,

b. Abu Sa‟id

1. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman Ibn Abdullah Ibn Ubaid Al-Basrî, Abu Sa‟id Maula Bani Hâsyim. Yang digelar dengan

Jurdaqah.127

2. Di antara gurunya adalah Hamad ibn Salamah, „Ikrimah ibn „Amir al -Yamami, Yahya ibn Abi Sulaimân, Ishaq ibn „Uthman, Salam ibn Sulaimân dan Dailam Bin Ghazwân.128

3. Tabaqat kesembilan dari Sighâru Atbâ‟u Tâbi‟in.

4. Penulis tidak menemukan data lengkap beliau mengenai kelahirannya, adapun tarikh wafatnya al-Bukhâri daripada Harun al-Asy‟ats

mengatakan bahwa Abu Sa‟id telah wafat pada 197 H.129 5. Sifat cela dan keadilannya menurut ulama hadis

Abu Hatim al-Razi : tidak mengapa dengannya  Al-Tabrâni : tsiqat.130

Abu al-Qasim al-Baghwi: tsiqat.  Yahya ibn mu‟în : tsiqat

Ibn Hajar : Sudûq131

Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Abu Sa‟id adalah

Sudûq, menurut dari data tarikh kelahiran dan kematiannya, perawi ini

127

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 17, h. 217

128

Ahmad ibn Ali ibn Haja r Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid 6, h.

190

129

Ahmad ibn Ali ibn Haja r Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid 6, h.

190

130

Lihat Ja ma l a l-Din Abi a l-Hajja j Yusuf a l-M izzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 17, h. 217

131

Ahmad ibn Ali ibn Haja r Abu al-Fadhl a l-„Asqâlani, Tahdzib at-Tahdzib, Jilid 6, h.

50

bersambung sanadnya dengan Ahmad ibn Hanbal (164-241), Abu Sa‟id

(w.197), dan Dailam ibn Ghazwân (w.235). c. Dhailam Bin Ghazwân

(sudah dikritisi pada lembar 47) d. Maimûn al-Kurdi

(sudah dikritisi pada lembar 48) e. Abu „Ustmân

(sudah dikritisi pada lembar 49) f. „Umar ibn al-Khattâb

(sudah dikritisi pada lembar 50)

Menurut penelitian penulis, bahwa ulama hadis telah mengkritisi para sanad yang terdapat dalam hadis-hadis tersebut. Maka, penulis mendapati kesemua perawi dalam kedua hadis di atas bisa dikatakan tsiqat, walaupun terdapat perawi yang sudûq dan maqbûl tapi masalah itu tidak dapat mempengaruhi kualitas hadis. Untuk menjelaskan lagi dalam pembahasan mengenai sanad hadis ini, maka penulis mengambil perhatian untuk melampirkan jalur skema sanad pada halaman akan datang.

Dokumen terkait