BAB II IMAM AHMAD DAN KITAB MUSNADNYA
D. Tanggapan Ulama Atas Musnad Ahmad
Banyak ulama yang telah memberi tanggapan, perhatian dan apresiasi terhadap kitab al-Musnad. Seorang ulama ahli hadis yang terkenal di Mesir,
Ahmad Muhammad Syakîr berusaha menyusun daftar isi kitab musnad tersebut dengan nama Fihris Musnad Ahmad.59 Di samping itu, Ahmad Muhammad Syakîr
juga memberi kritikan yang sangat bagus, berharga dan menyanggah beberapa kerancuan seputar kitab itu. Dari kitab yang beliau tahqiq-kan telah dicetak 15 juz yang besarnya masing- masing sekitar sepertiga kitab aslinya, hanya saja sebelum selesai, beliau telah terlebih dahulu menghadap kehadrat Ilahi.60
Muhammad Abu
57
Badri Khaeru man, Otentisitas Hadis, Studi Kritis atas Kajian Hadis Kontemporer, ,
(Bandung: PT Re maja Rosdakarya 2004), h.191
58 Muhammad „Ajjaj al-Khâtib, Ushul al-Hadits, Penerje mah H.M Qad irun Nur Ahmad Musyafiq, h. 292
59
Fatchur Rah man, Ik tisâr Musthalâh al-Hadits, h. 375
60 Muhammad „Ajjaj al-Khâtib, Ushul al-Hadits, Penerje mah H.M Qad irun Nur Ahmad Musyafiq, h. 292
Zahra memuji keistimewaan Musnad Ahmad karena Imam Ahmad menyusun
Musnad-nya dengan urutan Fiqh Sahâbi.61
Pada Awalnya, Abdullah ibn Ahmad telah memberi daftar urut kitab
musnad milik ayahnya, dan Imam Ahmad belum sempat memperbaikinya karena telah dipanggil kehadrat ilahi terlebih dahulu. Adapun yang menyusun berdasarkan daftar urut hijâiyyah (abjad) adalah al-Hafidz Abu Bakr Muhammad Abdillah al-Maqaddasi al-Hanbali.62
Imam Ahmad menyusun hadis Nabi berdasarkan tempat. Oleh karena itu, setiap orang yang ingin mengetahui hadis dari musnad tertentu, ia perlu memeriksa pada daftar isi setiap jilid sehingga ia mengetahui di mana letaknya. Mereka (para pengelola Perpustakaan Islam dan Penerbit Beirut) melengkapi daftar isi nama- nama sahabat berdasarkan urutan huruf ensiklopedi. Di depan nama setiap sahabat terdapat nomor jilid dan halaman. Mereka menyebutkan bahwa Nashiruddin al-Bani (1333H-1420H) telah menyiapkan daftar isi ini untuk dirinya secara pribadi agar mudah merujuknya pada musnad-musnad. Nama kitabnya adalah Muhtawa Burhân bi Asmâ‟ al-Sahâbat al-Marwî „Anhum fi Musnad Ahmad.63
Usaha yang dilakukan oleh Ahmad Muhammad Syakîr juga dilakukan oleh
Ahmad ibn Abdirrahman al-Bana, yang lebih dikenal dengan nama al-Sa‟ati, salah seorang ulama Mesir abad ke-14 Hijriah. Beliau menyusun secara sistematis berdasarkan bab, seperti bagian tauhîd dan usul al-din, lalu di bagi lagi menjadi
61
Muhammad Abu Zahra, Tarik h al-Madzâhib al-Islamiyyah, h. 527.
62
Badri Khaeru man, Otentisitas Hadis, Studi Kritis atas Kajian Hadis Kontemporer,
h.191
63
Mahmud a l-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Tak hrij Dan Studi Sanad, penerjemah
27
kitab tauhîd, bab-bab dan fasal- fasal. Beliau menguraikan sebagian hadis yang perlu diuraikan, meng-takhrîj hadis-hadisnya dan mengisyaratkan tambahan-tambahan dari Abdullah ibn Ahmad. Beliau membagi 1 kitab kepada 2 jilid dan pada belakang kitabnya pula ditambah fihris. Beliau menamakan karyanya dengan al-Fath ar-Rabbâni li Tartîb Musnad Ahmad ibn Hanbal al-Syaibâni. Kemudian disyarahkan dalam kitab lain yang dinamakan denga n Bulugh al-Amâni min Asrâr al-Fath ar-Rabbâni. Setelah itu, karyanya telah diterbitkan sebanyak 7 jilid.64
Dari analisis yang telah dibuat bahwa Hamdi Abdul Majîd telah menyusun kitab tersebut dengan daftar isi (fihris) dari alif sampai seterusnya, kitab ini telah dicetak ulang sehingga dua kali.65 Jalaluddin al-Suyûti juga menyusun kitab
Musnad Ahmad serta telah menambah syarahan yang panjang seperti memuatkan penilaian dan persamaan hadis Imam Ahmad dengan kitab yang lain seperti
Bukhâri, Muslim, Fathul Bâri, Muawatta‟ dan sebagainya.66
Ghulam ibn Tsa‟labah (w. 345H) telah mengumpulkan lafaz- lafaz yang
gharib serta memaknainya. Ibn al-Mulaqqin al-Syafi‟i (w. 804 H) membuat ringkasan dari Musnad tersebut dan al-Sindy (w. 1199 H) membuat syarahnya.67
Ibnu Hajar al-„Asqalâni menyusun kitab Musnad Ahmad dengan menambah biografi Imam Ahmad, syarat-syarat Ahmad dalam menyusun
Musnad, keistimewaan Musnad dan sebagainya. Kitab ini pertama kali dicetak
64 Lihat Muhammad „Ajjaj al-Khâtib, Ushul al-Hadits, Penerje mah H.M Qadirun Nur Ahmad Musyafiq, h. 292
65
Lihat Ha md i Abdul Ma jid, Mursyidu al-Mukhtâr ila ma fî Musnad al-Imâ m Ahmad ibn
Hanbal min al-Ahâdits wa al-Atsâr, (Be irut:Ma ktabah Nahdhah Arabiyyah 1987), cet. ke-2, h. 7
66
Jala luddin Abdul Rah man ibn Abu Baka r al- Suyûti, „Uqûdu al-Zabarjad ala
al-Musnad al-Imâm Ahmad, (Beirut: Dar a l-Kutub Ilmiyyah 1987), cet. ke -1, h. 2
67
tanpa “Muntakhâb Kanzil „Ummal”. Oleh karena itu, tulisan di dalam kitabnya besar dan amat jelas untuk membacanya.68
Akhirnya kitab Musnad Ahmad dicetak sebanyak 6 jilid. Pada garis marginnya kiri-kanan dicetak kitab “Muntakhâb Kanzil „Ummal Fi Sunanil Aqwâl wa al-Af‟âl”, yang diterbitkan di Cairo Mesir tahun 1313 H, karangan „Ali Ibn Hisyamuddin, yang dikenal dengan nama al-Muttaqi.69
Dari hasil penelitian penulis, bahwa perhatian orang ramai dalam memahami hadis Musnad Ahmad menjadi suatu usaha bagi pihak penerjemah yaitu Fathur Rahman Abdul Majid, Ahmad Khatib dan Ahmad Rasyid Wahab telah melakukan penerjemahan ke atas kitab ini denga n judul Musnad Imam Ahmad. Kitab ini telah diterbitkan sebanyak 10 jilid oleh Pustaka Azam pada tahun 2006.
Begitu bicara mengenai Imam Ahmad, sebenarnya kepribadiannya sebagai ahli hadis dan imam mazhab menjadi pengaruh yang kuat kepada ulama-ulama kemudian untuk mengembangkan al-Musnad karangannya tersebut.
68
Lihat Ah mad ibn Ali ibn Ha jar Abu al-Fadhl al-‟Asqalâni, al-Musnad li Imâm Ahmad
ibn Hanbal, h. 5-13
69
Mahmud al-Thohhan, Dasar-dasar Ilmu Tak hrij Dan Studi Sanad, penerjemah
29