BAB V PENUTUP
B. Saran-saran
Makanya, dengan mengetahui sifat munafik yang berkaitan dengan perbicaraan mereka yang suka menipu, kita sebagai manusia yang alpa, mungkin saja secara tidak sengaja tertimpa dengan sifat tersebut, samada dalam sadar atau tidak sadar, sentiasalah kita muhasabah.
1. Terapi yang paling baik dan berkesan adalah dengan harus segera melakukan dzikir, membaca al-Qur‟an dan mudzakarah dengan orang-orang yang lebih tahu, karena berbagai keguncangan hati bisa membuat orang menjadi shidiq atau zindiq (kafir). Dengan konsentrasi
67
menghadap Allah. Mudzakarah dengan orang-orang yang beriman dan pertemuan dengan mereka dapat membuatnya menjadi shadiq,
sedangkan pergaulannya dengan orang-orang jahat dan rusak bisa membuatnya menjadi zhindiq.
2. Ia juga harus tanggap terhadap berbagai kemaksiatan yang lahir dan batin, yang besar dan yang kecil karena seringkali ketaatan membawa ketaatan yang lain sedangkan kemaksiatan seringkali membawa kepada kemaksiatan yang lain. Di antara maksiat yang harus lebih diwaspadai adalah kemaksiatan yang tidak terasa, seperti berbagai kemaksiatan hati dan lisan, karena seringkali manusia mendengki, ujub terhadap diri sendiri atau sombong tetapi ia tidak menyedarinya sebagaimana ia sering terjerumus ke dalam perbuatan dusta, mengumpat, adu domba dan sebagainya.
Akhirnya, kepada Allah swt. penulis berharap agar skripsi ini menjadi setitik sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca serta kaum muslimin.
68 Al-Qur‟an al-Karim
A. J. Weinsinck, al-Mu‟jam al-Mufahras lil alfâz al-Hadits al-Nabawi, Leiden: E.J. Brill 1936, tt
Abdul Majid, Hamdi, Mursyidu al-Mukhtâr ila ma fî Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal min al-Ahâdits wa al-Atsâr, Beirut:Maktabah Nahdhah Arabiyyah 1987, cet. ke-2
Abu Zahra, Muhammad, Tarikh al-Madzâhib al-Islâmiyyah, Beirut: Dar al-Fikr 1966, tt
Al-Adlabi, Salahudin ibn Ahmad, Metodologi Kritik Matan Hadis, Penerjemah H.M. Qadirun Nur Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama 2004, cet. ke-1
Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia 2005, cet ke-3
Al-Asfahâni, al-Raghib, Mu‟jam Mufradat Alfaz al-Qur‟an, Beirut: Dar al-Fikr 1986, tt
Al-Asqalâni, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhl, al-Musnad li Imâm Ahmad ibn Hanbal, Beirut: Dar al-Fikr 1991, cet. ke-1
..., al-Isâbah fi Tamyîzi al-Sahâbat, Beirut: Dar al-Jail 1412, cet. ke-1 ..., Tahdzib al-Tahdzib, Beirut: Dar al-Fikr 1984, cet. ke-1
..., Terjemah lengkap Bulughul Maram, penerjemah Abdul Rosyad Siddiq, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana 2009, cet ke-2
Awang, Husin, Qâmûs al-Tulâb, Kuala Lumpur: Dar al-Fikr 1994, cet. ke-1 Al-Bajawi, Ali Muhammad, Untaian Kisah dalam al-Qur‟an, penerjemah Abdul
Hamid Jakarta: Darul Haq 2007. cet. ke-1
Al-Basuni Za‟lul, Abu Hajar Muhammad al-Said, Mausû‟ah al-Athrâf al-Hadits al-Nabawi al-Syarîf, Beirut: Dar al-Fikr 1989, cet. ke-1
Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim Abu Abdullah, Tarikh al-Kabir, Beirut: Dar al-Fikr 1977,tt
..., al-Jami‟u al-Sahih, Beirut: Dar Ibn Katsir 1987, cet. Ke-3 ..., Shahih Bukharijilid 1, Klang: Book Centre, cet. Ke-6
69
Al-Buraiqan, Ibrahim ibn Muhammad ibn Abdullah, Pengantar Ilmu Studi Aqidah Islam, penerjemah Muhammad Anis Matta, Jakarta: Litbang Pusat Studi Islam Al-Manar, tt.
Bustamin, dan Salam, M. Isa H.A. Metodologi Kritik Hadis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004. cet. ke-1.
Al-Damsyiqi, Ibnu Hamzah, Asbabul Wurud, penerjemah H M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim, Jakarta: Kalam Mulia 2008, cet. ke-10
Al-Dzahabi, Imam Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad ibn Utsman, Siyâr A‟lâm al-Nubalâ‟, Qahirah: Dar al- Hadits 2006, cet. ke-1
Fatah Yasin, Qurratul Ain, Ilmu Mustholah Hadith, Kuala Lumpur: ISP Shahab Trading 2006, cet. ke-1
Fatchur Rahman, Iktisâr Musthalâh al-Hadits, Bandung: Pt Al-Ma‟arif 1974, cet. ke-1
H. Mudasir, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia 2005), cet. ke-1 HAMKA, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas 2008, cet. ke-2
Hasan, Habbatullah, Syarah Usul I‟tikad Ahl Sunnah wa al-Jama‟ah min al-Kitâb wa al-Sunnah wa Ijma‟ Sahâbat, Riyadh: Dar al- Tibah 1983, tt,
Hawa, Sa‟id, Intisari Ihya „Ulumuddin Al-Ghazali, Mensucikan Jiwa, Jakarta: Robbani Press 2008, cet. k-13
Ibrahim, Hamdi Ahmad, Karakter Orang-Orang Munafik, Penerjemah Abu Barzani, Jakarta: Pustaka al-Kautsar 1995, cet. ke-1
Ismail, M. Syuhudi, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta: Bulan Bintang 1991, cet. ke-3
..., Metodologi Penelitian Hadits Nabi Jakarta: Bulan Bintang, 2007, tt Jazuli, Ahzami Sami‟un, Seri Tafsir Tematik Fiqh al-Qur‟an, Kg. Melayu Kecil:
Kilau Intan 2005, cet. ke-1
Kauma, Fuad, Tiga Puluh Lima Karakter Munafik, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), cet ke-2
Khaeruman, Badri, Otentisitas Hadis, Studi Kritis atas Kajian Hadis Kontemporer, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004, tt
Al-Khâtib, Muhammad „Ajjaj, Ushul al-Hadits, Penerjemah H.M Qadirun Nur Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama 2007, cet. ke-4
Al-Manawi, Abdul Rauf, Faidhu al-Qadir Syarah al-Jami‟us Syarîr, Mesir: Maktabah al- Tijariah al-Kubra 1935, cet. ke-1
Al-Marbawi, Muhammad Idris Abdul Rauf, Qâmus Idrîs al-Marbawi, Kuala Lumpur: Dar al-Fikr 2006, cet. ke-3
Al-Mizzi, Jamal al- Din Abi al- Hajjaj Yusuf, Tahdzib al-Kamal, Beirut: Muassasah al- Risalah 1980. cet. ke-1
Al-Mubarakfuri, Syeikh Syafiyyur Rahman, Sirah Nabawiyah, Penerjemah Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2009, cet ke-2
Al-Munawwir, Ahmad Warson, al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Pondok Pasentren al-Munawwir 1984, tt
Mursi, Muhammad Sa‟id, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah,penerjemah Khoirul Amru dan Achmad Faozan, Jakarta:Pustaka Al-Kautsar 1426H/2005M, cet. Ke-4
Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI Pers 2008, cet. ke-5
Al-Qahthani, Sa‟id ibn Ali ibn Wahf, Bahaya Lidah-Penyakit Lisan dan Terapinya, penerjemah: Haryono dan Aris Munandar, Jogjakarta: Media Hidayah 2003, cet. ke-1
Al-Qardhawi, Yusuf, Sunnah, Ilmu Pengetahuan Dan Peradaban, penerjemah Abad Badruzzaman, Yogyakarta: PT Tiara Wacana 2001, cet. ke-1
Al-Qarni, „Aidh Abdullah, Bahaya Kemunafikan di Tengah Kita, Penerjemah H. Nandang Burhanudin, Jakarta: Qisthi Press 2003, cet. ke-1
Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, penerjemah. Mudzakir S.A, Bogor: Pt Pustaka Litera Antarnusa 2007. cet ke-10
Al-Quzwaini, Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikr,tt.
Rifa‟i, Zuhdi, Mengenal Ilmu Hadis, Percetakan Negara: al-Ghuraba 2009. cet. ke-1,
Rohmaniah, Inayah, Studi Kitab Hadis, yokyakarta: Teras 2003, cet. ke-1
Al-Shiddieqy, T.M Hasbi, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid 1, Jakarta: Bulan Bintang 1976, tt
Shihab, M. Quraish, dkk, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata Dan Tafsirnya, Jakarta: Internusa 1997, tt
Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: Raja Grafindo Persada 2008, cet. ke-1 Al-Suyûtî, Jalaluddin Abdul Rahman ibn Abu Bakar, „Uqûdu al-Zabarjad ala
71
Al-Syaibâni, Ahmad ibn Hanbal Abu „Abdullah, Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, Beirut: Dar Fikr 1987, cet. ke-2
Syakir, Ahmad Muhammad, Thalâi‟ al-Musnad, Cairo: Maktabah al-Turas Islami, tt
Al-Tamimi, Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad Abu Hatim, al-Thiqah, Beirut: Dar al-Fikr 1975, cet. ke-1
Al-Thohhan, Mahmud, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij Dan Studi Sanad, penerjemah. Masykur Hakim, H.A. Agil Husin, Semarang: Dina Utama 1995, cet. ke-1 Tim Sembilan, Tasir Maudhui al-Muntaha Jilid 1, Yogyakarta: Pustaka
Pesantren 2004, cet. ke-1
Turmidzi, Muhammad bin Isa Abu Isa, al-Jami‟ al-Sahih Sunan al-Turmidzi, (Beirut: Dar al-Ihya‟ al-Turats al- Arabiy, tt
Uwaidhah, Kamil Muhammad, Ahmad Ibn Hanbal Imam Ahl Sunnah wa al Jamâ‟ah, Beirut: Dar al Fikr 1992, tt
Sumber Rujukan Internet:
http://Wikipedia Indonesia/ Imam_Hambali.htm/ Imam Hambali/ diakses tanggal 13 Mei 2009 jam 12.00 WIB.
www.muslim.or.id/ imam-ahmad-bin- hanbal.pdf/ Imam Ahmad bin Hanbal/
LAMPIRAN 1
Skema Sanad
LAMPIRAN II
Bahaya Kemunafikan Di Tengah Kita Aidh Abdullah al-Qarni
1. Dusta
Menurut Ibnu Taimiyah: “Dusta merupakan salah satu rukun kekufuran, Allah Swt. telah menyebut dalam al-Qur‟an mengenai nifak yang selalu diikuti dengan kata dusta. Oleh itu, jika menyebutkan kata dusta, dia menyebutkan kata nifak” Seperti dalam (Q.S Munâfiqûn/63:1)
Jika berdusta didorong canda atau keseriusan atau berdusta karena alasan tertentu atau dalih untuk mengelak, maka ini bagian dari nifak.
“Celaka bagi orang yang berbincang-bincang, dia berdusta, karena ingin mentertawakannya, celakalah ia..celakalah ia..” Hr Ahmad
2. Ingkar Janji
Berdasarkan hadis Nabi Saw. “jika berjanji mengingkari”. Siapa yang telah berjanji dengan seseorang muslim dan jika mereka mengingkarinya
makanya mereka telah jatuh dalam kekotoran nifak. “Tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanat dan tidak ada agama pada orang yang tidak menepati janji”. Hr Ahmad
Allah berfirman dalam (Q.S al-Baqarah/2:27) “mereka adalah orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi mereka itulah orang-orang yang rugi”.
3. Melampau Batas Jika Berselisih
Berdasarkan hadis Nabi Saw. “jika berselisih, melewati batas”. Menurut para ulama, siapa yang berselisih antara manusia kemudian melewati batas, maka dipastikan dalam hatinya telah terjangkiti penyakit nifak.
4. Tidak Menepati Janji
Siapa pun yang tidak menepati janji tepat waktu dan tidak disiplin, maka
keduanya tanda nifak. Hal ini Nampak dalam ketidak disiplinan kaum muslimin untuk menepati janji antara mereka. Siapa saja yang berjanji kepadamu dalam jam, hari atau tempat lalu dia mengingkari janjinya tanpa ada halangan atau uzur, maka ketahuilah dalam dirinya terdapat cabang nifak.
Salah seorang sosok shalih jika berjanji kepada saudaranya selalu berkata:
InsyaAllah, antara kita tidak ada janji, jika saya bisa, saya akan hadir, jika tidak maka mohon maaf”.
dalam hati manusia. Jika munafik, mereka membebani kaki-kaki dengan rantai sehingga berat ke mesjid. Maka waspadalah. Ini tidak berarti bahwa orang yang melaksanakan shalat akan terhindar dari nifak. Mengingat kaum munafik dulu juga melaksanakan shalat bersama rasul tapi shalat mereka dipenuhi kemalasan dan kehampaan. Mereka tidak melakukannya dengan kekuatan dan hidup. Seperti dalam (Q.S. an-Nisa‟:142).
ى س م ق اّ ى م ق
“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas”.
6. Riya‟ Dalam Beribadah
Tanda orang munafik adalah riya‟. Ia beramal dan berbicara demi
mengejar prestise di kalangan manusia. Semoga kita dibersihkan Allah dari unsur riya‟ dan sum‟ah, mengingat keduanya merupakan penyakit yang berbahaya. Jika seseorang terjangkiti maka amalannya akan rusak. Riya bisa merasuki apa saja, seluruh ibadah, mulai dari memberi nafkah, shalat, zikir, puasa dan lain- lain.
“Yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirik kecil, para sahanbat bertanya apakah itu, nabi menjawab riya‟.”Hr Ahmad.
اي ق ا ه ْ ي ا ء ي
“Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (Q.S. an-Nisa‟:142).
7. Lalai Dalam Beribadah
Dalam al-Qur‟an (Q.S. an-Nisa‟:142) Allah menjelaskan bahwa mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Akan tetapi Allah tidak menyebut bahwa mereka tidak menyebut Allah, tapi “mereka zikir, hanya saja zikirnya itu sangat sedikit”. Mereka berzikir dan bertasbih, sedang lisan dan hatinya mati, tidak semangat untuk berzikir. Maka bagi seorang muslim haruslah berbuat seperti hadis Nabi Saw.:
ه م ط س ي ا “Sentiasalah lisanmu subur dengan zikir kepada Allah.” Hr Ahmad
8. Tergesa-gesa Dalam Se mbahyang
Mereka shalat dalam keadaan tergesa-gesa. Maka tidak ada tumakninah, tertib, sedikit berzikir dalam shalat, gersangnya hati, tidak tertanamnya
keagungan, kehebatan dan kedudukan Allah dalam hatinya. Semua itu adalah tanda-tanda munafik. Dalam hadi Nabi Saw. menyebut: “Hingga matahari menguning, barulah ia bangkit dan shalat 4 rakaat secepat kilat, ia tidak berzikir kpd Allah kecuali sedikit.” Hr muslim
9. Melecehkan Te rhadap Sosok Para Saleh
Dalam kehidupan, kita akan temukan sosok-sosok munafik dalam berbagai kesempatan yang disibukkan untuk mencemooh manusia- manusia shalih. Maka terlontarlah istilah ayau sebutan ekstrimis, kaku dan lain- lainnya. Mereka sama sekali tidak merenyuh untuk mengomentari perbuatan Yahudi dan Kristen, tidak pula mencemooh Komunis atau orang-orang zindik, yang menyibukkan benaknya dari pagi hingga pagi lagi, hanyalah untuk mempermalukan orang-orang soleh yang taat beribadat kepada Allah.
10. Mempe rmainkan al-Qur‟an dan al-Sunnah Allah berfirman:
ئ ْ تْست ْمت ه س هت يآ ه أ ْ ق ...
ْم ي ْع ْمتْ ف ْ ق تْعت ا
"Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman”. (Q.S al-Taubah: 55,56)
Ayat ini diturunkan kepada kaum munafik yang melaksanakan shalat, puasa, berjihad bersama Rasulullah, tapi mereka berada di majlis Rasul dengan dua wajah. Mereka berani berkata, “kami tidak temukan sosok seperti para pembaca al-Qur‟an maksunya para sahabat yang sangat besar perutnya dan sangat bodoh ketika bertemu”.
Maka Allah menurunkan ayat di atas bagi menyatakan kekufuran mereka. membuka kebusukan dan keburukan mereka.
11. Berlindung Di Balik Sumpah
Perbuatan sumpah adalah merupakan penjaga atau pelindung buat mereka. Bagi mereka sangat mudah untuk mengucapkan sumpah padahal mereka hanyalah seorang penipu. Allah berfirman:
ي م ع ْم ف ه ي س ْ ع ّف ج ْم ْيأ ت
“Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan”. (Q.S al-Mujadilah:16).
12. Terpaksa Dalam Berinfak
Mungkin saja dalam kehidupa, kita sering melihat sosok munafik yang berinfak, bersedekah, menyumbangkan apa pun untuk membangun masjid dan lain- lain. Akan tetapi mereka hanya berinfak karena dorongan lain, seperti mengejar kemasyhuran, menyaingi teman, mencari prestise di kalangan masyarakat.
13. Meremehkan Muslim dan Mengunggulkan Kafir
Di antara tanda munafik adalah mereka banyak mengeluh dan berkata:
kekuatan, hal ini sentiasa dijadikan senjata kaum munafik untuk mematahkan semangat orang Islam. Seringkali kita saksikan orang munafik dari Barat menceritakan keagungan Negara mereka dan menjadi protipe kaum kafir dan penjajah asing. Mereka melemahkan kaum muslimin dengan berbagai cara. Allah berfirman:
ْم غ اف ه ْم ْ ّْي ْ
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu” (Q.S Ali Imran: 160)
14. Membesarkan Yang Kecil Dan Mengecilkan Yang Besar
Oran munafik biasanya sering membesar-besarkan kejadian. Jika terjadi hal yang mudah dia mempersulitkan dan memperbesarkan, jika mendengar satu orang mujahid terbunuh, komentarnya “saya mendengar 100 orang mujahid terbunuh”. As-Sya‟bi berkata: “Jika kita buat 99 kebaikan maka dengan 1 kesalahan saja, dia dapat melupakan kita”. Allah berfirman:
ا يف جي ا مث ْم ي ْغ ي ْ يف فجْ ْ ض م ْم ق يف ي ف ْ هتْي ْم ْ اي ق
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar”. (Q.S al-Ahzab: 60).
15. Berpaling Dari Takdir
Ketika kaum muslimin berangkat ke medan Uhud, kaum munafik malah mengompori, “jangan pergi dan jangan berperang. Duduklah bersama kami”. Kaum muslimin tidak mengacuhkan ocehannya dan tetap pergi berperang. Di antara kaum muslimin ada yang syahid fi sabilillah di medan perang. Kaum munafik berkata: mereka nggak mau dengar nasihat dan wasiat kami, malah mereka tidak mengacuhkan kami, andai saja mereka mendengarkan kami, niscaya mereka tidak akan tebunuh”. Allah berfirman:
تق م ع طأ ْ عق ْم ْخأ ق ي يق ص ْمتْ ْ ْ ْ ْم سفْأ ْ ع ء ْ ف ْ ق تق
“Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh. Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar." " (Q.S Ali Imran: 168)
Mereka berpendapat: “siapa pun yang mati, baik di rumah kaca atau dengan pedang, sama saja. Yang ini mati dan yang itu juga mati”.
16. Mengumpat Orang-Orang Saleh
Setelah mereka bertemu dengan orang shaleh lalu mereka mengumpat, mengejek, melecehkan kehormatan dengan ghibah sesama mereka.
ْي ْ ى ع ّشأ ح سْأ ْم س
“mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan”. (Q.S al-Ahzab:19)
17. Meninggalkan Sembahyang Berjemaah
mereka dilihat secara zahir adalah mempunyai kesihatan, kuat, banyak waktu dan tidak ada syar‟i, lalu dia mendengaar azan akan tetapi tidak berangkat ke masjid. Maka ketahuilah mereka adalah dalam golongan munafik.
“Tidak ada yg meninggalkan solat jemaah melainkan munafik yang telah diketahui kenifakannya.” Hr muslim
18. Merusak Dengan Dalih Kebaikan
Dalam kehidupan, kita bisa lihat orang-orang senantiasa menebarkan namimah di kalangan masyarakat, atau ia bersaksi dusta, atau saling membunuh antara saudara dengan saudaranya, antara ayah dengan anaknya, menyebar kekalutan. Ia laksana bara api yang membakar rumah-rumah dan menghancurkan masyarakat.
Jika di tanya kenapa melakukan ini, maka di jawabnya bahwa demi Allah mereka melakukannya demi kebaikan. Padahal mereka hanyalah menginginkan kerusakan.
ّ ّْم ّْ ق ضْ أ يف سْفت ا ْم يق عْشي ا ْ سْف ْ ْمه ْم اأ
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”.(Q.S al-Baqarah:11-12) 19. Penampilan Luar Bertolak-Belakang Dengan Yang Tersembunyi
Dalam Hati
Secara lahiriah mereka membenarkan kerasulan Nabi Muhammad, namun Allah mendustakan apa yang tersembunyi dalam hati mereka.
ي ف ْ ْشي ه ه س م ْعي ه ه س ْش ق ف ْ ء ج
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta”.(Q.S al munafiqun: 1)
mungkar. Semuanya sirna dalam benak mereka. Akan tetapi mereka sangat takut dengan ancaman atau bencana yang dating dari Allah. Ketika perang, gunung berapi meletus, tanah runtuh dan sebagainya.
ْم ْي ع ّْيص سّْي
“mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka”.(Q.S al munafiqun: 4)
21. Mengajukan Alasan Dusta
Dalam kitab-kitab sirah yang di ceritakan bahwa Jadd bin Qais ketika Rasul bersabda kepadanya: “yuk keluar berjihad”..lalu mereka berkata, “Ya rasul, saya ini pria yang rentan terkena fitnah saya mengkhawatirkan pendengaran dan penglihatan saya”.
ط س ْتفْ يف اأ ي تْفت ا ي ْ ْئ ي ْ م ْم ْم
“Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah”. (Q.S al-Taubah: 49) 22. Memasyarakatkan Ke mungkaran Dan Melarang Pe rbuatan Makruf
Mereka senantiasa mendukung kemungkaran dan menghalangi perbuatan ma‟ruf. Mereka sangat gencar menebar perbuatan –perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, misalnya aktif mensosialisasikan anti hijab bagi kaum perempuan.
Mereka aktif memasyarakatkan nyanyian-nyanyian, majalah porno, narkoba dan perbuatan mungkar lainnya. Otomatis setiap perkara makruf mereka menjadi penghalang utama dan benteng penentang kebaikan. Karena mereka menginginkan kebaikan semakin terpinggir, ilmu semakin sedikit dan terbenamnya dakwah dalam hiruk pikuk budaya permisif mereka.
ف ْع ْ ْ ع ْ ْي ْ ْ مْأي ضْع ْ م ْم ضْع ف ْ ف ْ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang
berbuat yang ma'ruf”. (Q.S al-Taubah: 67)
23. Pelit Karena Enggang Menyumbangkan Kebaikan
Orang-orang munafik sangat bakhil dalam hal- hal kebajikan. Mereka menggenggam tangan mereka dan tidak mahu bersedekah atau menginfakkan sebahagian harta mereka untuk kebaikan, padahal mereka orang yang mampu dan cukup.
“dan mereka menggenggamkan tangannya (berlaku kikir). Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S al-Taubah: 67)
24. Melupakan Allah Karena Sedikit Berzikir
Segala sesuatu berkaitan duniawi akan diingat selalu, kecuali Allah s.w.t. Oleh sebab itu, mereka sentiasa ingat kepada keluarga, anak-anak, nyanyian-nyanyian, bernafsu serakah dan segala sesuatu yang berhubung dengan duniawi yang keterlaluan. Dalam fikiran dan batin mereka tidak perna h terlintas untuk mengingati (zikir) kepada Allah s.w.t. kecuali sebagai penyamaran semata- mata.
ه ْ ْمه س أف طْيش ْم ْي ع ّْتْس
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah”. (Q.S al-Mujadilah: 19)
25. Mendustakan Tawaran Allah Firman Allah:
غ ا ه س ه ع م ض م ْم ق يف ي ف ْ ي ْ
“dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya." (Q.S al-Ahzab: 12)
Sebab turun ayat ini adalah ketika Rasul menggali parit dan menyatakan tawaran untuk kisra dan kaisar, lalu orang munafik mencemoh dan
mentertawakannya.
26. Sibuk Memperindahkan Penampilan Luar Melupakan Hakikat Batin Penenampilan luar mereka sangat menawan akan tetapi, batinya diliputi mental khianat, perusak dan rapuh.
سم شخ ْم أ ْم ْ ْع ْست ي ْ ْم م سْجأ جْعت ْم تْيأ
“dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar”. (Q.S al munafiqun: 4)
27. Agitatif Dan Congkak
Sosok yang selalu menampakkan dirinya bijaksana, paham, cendekia, alim, murabbi dan kemas, padahal hakekatnya mereka tidak demikian.
ْم ْ ْع ْست ي ْ
“dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka”.(Q.S al