• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA DAN

5.4. Karakteristik Nelayan Kompressor

Pekerjaan sebagai nelayan kompressor membutuhkan stamina dan ketahanan fisik yang memadai, sehingga usia menjadi faktor yang sangat penting bagi para penyelam kompressor. Kebanyakan nelayan kompressor memulai pekerjaannya semenjak usia remaja. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan adanya nelayan berusia tua yang masih berprofesi sebagai nelayan kompressor. Data penelitian di lapangan menunjukkan bahwa usia nelayan kompressor beragam antara 19-50 tahun. Klasifikasi responden berdasarkan umur tersaji dalam Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur di Karimunjawa Tahun 2011 Umur Jumlah (orang) Persentase (%) Muda (15-29 Tahun) 23 65.7 Sedang (30-39 Tahun) 9 25.7 Tua (45-65 Tahun) 3 8.6 Total 35 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia muda (15-29 tahun), yakni sebesar 65.7 persen. Adapun responden yang berusia sedang (30-39 tahun) sebanyak 25.7 persen dan yang berusia tua (45-65 tahun) sebanyak 8.6 persen. Hal ini terjadi karena nelayan kompressor membutuhkan ketahanan fisik yang baik dalam melakukan penyelaman, sehingga jarang sekali nelayan yang berusia lanjut menjadi nelayan kompressor. Tiga responden yang berusia tua dalam penelitian ini adalah nelayan yang menggunakan mesin kompressor sejak awal maraknya penggunaan mesin kompressor, sekitar tahun 1980-an. Setelah merasakan hasil yang lebih signifikan, sebagian besar nelayan akan tetap mempertahankan penggunaan mesin

kompressor dalam mencari ikan. Hal ini terjadi juga pada responden dengan usia sedang dan muda, seperti yang terungkap dari hasil wawancara YN (35 tahun),

Jadi nelayan kompressor ya mas, itu harus punya keahlian nyelem dan fisiknya kuat. Emang bahaya kalau ngga hati-hati, tapi hasilnya juga sepadan. Lumayanlah dibandingin sama nelayan mancing, atau njaring. Saya udah belasan taun jadi nelayan kompressor. Payah mas kalau kita cuma ngandelin mancing aja. Ngga sekolah anak saya nanti

Petikan wawancara tersebut menunjukkan bahwa profesi sebagai nelayan kompressor merupakan pilihan yang diambil karena lebih menjanjikan hasil yang maksimal dibandingkan pekerjaan yang lain. Hal ini membuat mereka bertahan sebagai nelayan kompressor untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun resiko yang ditanggung juga tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Dharmawan (2001), bahwa pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan sumberdaya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah tersebut.

5.4.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang dimaksud dalam penelitian ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti. Kategori tingkat pendidikan responden di Desa Karangtengah terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: lulusa SD atau tidak tamat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Berikut merupakan data hasil penelitian:

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Karimunjawa Tahun 2011

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah (Tidak Sekolah-SD) 33 94

Sedang (SMP-SMA) 2 6

Tinggi (≥ Perguruan Tinggi) 0 0

Total 35 100

Tingkat pendidikan responden pada umumnya masih dalam taraf rendah, yakni 94 persen lulusan SD atau tidak tamat SD, 6 persen SMP, dan 0 persen SMA dan perguruan tinggi. Selain karena tidak adanya fasilitas pendidikan yang memadai di Pulau Karimunjawa, kesadaran nelayan terhadap pendidikan pun

rendah, terutama pada responden yang berusia tua dan sedang. Dua orang responden yang bersekolah sampai tingkat SMP termasuk dalam usia muda. Hal ini terjadi karena fasilitas sekolah SMP baru dibangun pada tahun 1985, dan SMK pada tahun 2004, sehingga dalam kurun waktu sebelum tahun tersebut masyarakat tidak dapat memiliki akses terhadap pendidikan yang memadai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang tokoh masyarakat, PD (48 tahun),

Sebenernya banyak penduduk punya keinginan tuk bersekolah, buktinya ada juga orang asli karimun yang jadi pejabat di luar karimun. Cuma memang saat itu belum ada sekolahan. Memang secara umum kesadaran tentang pendidikan itu munculnya ya tahun 2000an, apalagi setelah ada SMK itu.

Minimnya tingkat pendidikan responden juga dipengaruhi oleh keterlibatan mereka dalam usaha mencari nafkah saat berusia 11-13 tahun. Anak yang sudah lulus SD tidak memiliki dorongan untuk melanjutkan sekolah karena mereka ingin mendapatkan uang tambahan dengan ikut melaut bersama orang tua mereka. Setelah cukup dewasa, mereka akan mulai mencari pekerjaan sebagai nelayan secara mandiri, dengan atau tanpa melibatkan orang tua mereka.

5.4.3 Pengalaman Melaut

Pengalaman Melaut merupakan lama waktu dalam satuan tahun yang dihabiskan oleh responden dalam aktivitas penangkapan ikan secara reguler. Kategori pengalaman melaut dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni nelayan dengan pengalaman melaut rendah (6-10 tahun), sedang (11-18) tahun, dan tinggi (≥ 19 tahun). Mayoritas responden telah memulai aktifitas penangkapan ikan sejak usia yang sangat muda. Berikut merupakan data hasil penelitian:

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pengalaman Melaut di Karimunjawa Tahun 2011

Pengalaman Melaut Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah (6-10 Tahun) 7 20

Sedang (11-18 Tahun) 17 49

Tinggi (≥ 19Tahun) 11 31

Total 35 100

Sebanyak 20 persen responden memiliki pengalaman melaut yang rendah, yakni dalam kisaran 6-10 tahun. Dari 20 persen responden tersebut, semuanya

berada dalam kelompok usia muda. Sementara itu, 49 persen responden berada pada kelompok pengalaman sedang (11-18 tahun) dan sisanya sebanyak 31 persen memiliki pengalaman melaut yang tinggi (>18 tahun). Semua responden mengaku bahwa mereka mulai melaut sejak berusia antara 11-13 tahun, dengan membantu orang tua mereka memancing, menjaring ikan, dll. Rata-rata pengalaman melaut responden dalam penelitian ini adalah 16 tahun, yang jika dihitung selisihnya dengan rata-rata usia responden (29 tahun), akan diperoleh angka usia 13 tahun. Angka ini menunjukkan usia rata-rata saat responden mulai melaut. Hal ini menjelaskan kenapa tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini tergolong rendah.

Keterampilan menyelam yang dimiliki oleh Responden diperoleh secara otodidak, melalui proses belajar dari orang tua dan lingkungan mereka. Sejak kecil nelayan Karimunjawa terbiasa bermain di pinggir laut, sambil memancing dengan peralatan sederhana seperti kail dan benang. Setelah menamatkan SD, pada umumnya responden mulai beraktifitas sebagai nelayan secara reguler, baik dengan belajar dari orang tua mereka atau bekerja pada nelayan lain.

5.4.4 Kapasitas Mesin Kapal

Kapasitas mesin kapal yang dimiliki responden diukur dalam satuan “Paardekracht” atau yang biasa dikenal dengan istilah PK (1 HP = 1,014 PK=750 Watt). Data tentang jumlah dan presentese responden menurut kapasitas mesin kapal adalah sebagai berikut:

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kapasitas Mesin Kapal di Karimunjawa Tahun 2011

Kapasitas mesin kapal Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah (12-16 PK) 6 17

Sedang (18-20 PK) 6 17

Tinggi (> 20 PK) 23 66

Total 35 100

Terdapat 12 persen responden yang memiliki kapasitas mesin kapal yang rendah (12-16 PK), juga 12 persen responden yang memiliki kapasitas mesin kapal yang sedang (18-20 PK). Sementara itu, kapasitas mesin kapal yang besar dimiliki oleh kapal yang memiliki 2 mesin, dengan kapasitas lebih dari 20 PK.

Responden yang memiliki kapasitas mesin kapal besar sebanyak 66 persen. Responden yang diteliti terbagi ke dalam enam tim nelayan kompressor, dimana masing-masing kelompok memiliki satu orang kapten sekaligus pemiliki kapal. Pemiliki kapal memiliki satu bagian hasil dalam sekali melaut, yang artinya jika pemilik kapal tersebut ikut melaut maka dia mendapatkan satu bagian sebagai penyelam dan satu bagian sebagai pemilik kapal. Meskipun kapasitas mesin kapal menentukan wilayah cakupan yang dapat dijangkau oleh nelayan, namun ada juga kelompok nelayan yang memiliki kapasitas mesin besar tapi memilih untuk menyelam tidak jauh dari sekitar pulau utama, karena mereka tidak terlalu “ngoyo” (ngotot) dalam mencari ikan.

5.4.5 Nilai Hasil Tangkapan

Nilai hasil tangkapan merupakan nominal angka penghasilan yang didapat oleh nelayan dari setiap satu kali perjalanan melaut, yakni dimulai pada sore hari sampai dengan subuh. Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh nelayan di Karimunjawa didasarkan pada kesepakatan atau perjanjian yang dibuat dan telah disepakati bersama antara pemilik dan jurumudi beserta pandeganya yaitu hasil kotor dikurangi seluruh biaya operasional melaut (perbekalan) maka didapatkan hasil bersih atau raman bersih. Dari hasil bersih itu kemudian dibagi sesuai dengan kesepakatan (Irnawati 2007).

Nelayan Kompressor bekerja secara berkelompok, dimana pendapatan setiap anggota kelompok dibagi rata. Nominal ini dibagi ke dalam tiga kategori, yakni periode dalam satu bulan ketika nilai hasil tangkapan rendah, sedang dan tinggi. Dari masing-masing kategori tersebut, terdapat pendapatan rata-rata minimum (dilambangkan dengan “-“) dan pendapatan rata-rata maksimum (dilambangkan dengan “+”) dari masing-masing anggota kelompok nelayan kompressor. Berikut merupakan nilai tangkapan individu yang diperoleh dari hasil pembagian per kelompok responden:

Kategori hasil tangkapan rendah biasanya terjadi selama 6 hari dalam satu bulan, dimana rata-rata penghasilan terendah mencapai Rp 45.000,- dan rata-rata penghasilan tertinggi mencapai Rp 75.000,-. Periode tangkapan rendah terjadi dalam kurun waktu yang tidak menentu, yang bisa disebabkan oleh iklim, cuaca, dan mobilitas ikan yang tidak menentu. Kategori hasil tangkapan sedang terjadi

selama 9 hari dalam satu bulan, dengan rata-rata penghasilan terendah sebesar Rp 84.000,- dan rata-rata penghasilan tertinggi sebesar Rp 119.000,-. Periode tangkapan dengan hasil sedang biasanya terjadi pada iklim dan cuaca normal. Untuk kategori hasil tangkapan tinggi terjadi rata selama 4 hari, dengan rata-rata penghasilan terendah sebesar Rp 129.000,- dan tertinggi sebesar Rp 172.000. Secara keseluruhan, kelompok nelayan dengan penghasilan paling rendah adalah kelompok dengan kapten kapal RDN. Rendahnya hasil tangkapan kelompok ini disebabkan karena area penangkapannya terbatas, yakni hanya sekitar pulau Menjangan, Karimunjawa, Kemujan, dan sekitarnya. Hal ini dipengaruhi oleh kapasitas mesin kapal yang hanya sebesar 12 PK dan kondisi fisik kapal yang tidak terlalu baik. Sementara itu, kelompok dengan penghasilan paling besar adalah kelompok dengan kapten kapal HKM. Kelompok ini memiliki daerah tangkapan yang paling luas di antara yang lain, didukung oleh kapasitas mesin kapal yang paling besar, yakni dengan dua mesin berkekuatan 16 dan 20 PK. Selain karena besarnya kekuatan mesin kapal, kelompok ini juga dikenal memiliki usaha yang gigih dalam mencari ikan.

Tabel 10 Nilai Hasil Tangkapan Berdasarkan Kelompok Kapal Nelayan Kompressor di Karimunjawa tahun 2011

Nama Kelompok

Hasil Tangkapan/Bulan

Rendah Sedang Tinggi Total

Rp (ribu)/bln Rp (ribu)/hari Jml hari/ bulan Rp (ribu)/hari Jumlah hari/ bulan Rp (ribu)/hari Jml hari/ bulan - + - + - + - + HKM 50 80 5 100 130 11 150 200 3 1800 2430 RDN 30 60 6 60 100 10 100 130 6 1380 2140 SRN 50 80 5 80 120 9 140 180 5 1670 2380 AJB 50 80 6 90 120 9 130 180 4 1630 2280 YD 50 80 5 90 120 10 130 180 4 1670 2320 HD 40 70 6 80 120 9 120 160 4 1440 2140 nilai rataan 45 75 5 84 119 10 129 172 4 1601 2283

- : nilai tangkapan minimum + : nilai tangkapan minimum

5.4.6 Ikan Hasil Tangkapan

Nelayan kompressor pada dasarnya menangkap semua jenis ikan. Ikan yang mereka peroleh sangat bervariasi. Berdasarkan Laporan Penataan Zonasi (2004)

yang dikeluarkan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa, pada perairan dangkal Karimunjawa ditemukan 43 famili ikan karang, terutama ikan-ikan yang berasosiasi erat dengan terumbu karang. Dalam satu kali penyelaman selama 60 menit, dapat ditemukan 69 sampai 141 spesies ikan karang. Dari 138 spesies Pomacentridae yang ditemukan di Indonesia, di Karimunjawa terdapat 71 spesies. Famili ini merupakan komponen terbanyak ikan karang. Selain itu, komponen ikan karang terbesar lainya adalah Labridae 52 spesies, Chaetodontidae 25 spesies, Scaridae 27 spesies, Serranidae 24 spesies. Secara total jumlah spesies ikan karang yang ditemukan selama survei di seluruh perairan Karimunjawa adalah 353 species, yaitu di sebelah timur P. Sintok. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, berikut merupakan daftar 10 ikan yang paling sering ditangkap oleh nelayan kompressor:

Tabel 11 Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Kompressor di Karimunjawa Tahun 2011

No Nama lokal ikan Nama Latin Harga/Kg

1 Sunuk Plectropomus Rp 40.000- Rp 110.000

2 Ijo Scarus Rp 6.000

3 Ekor kuning Caesio cuning Rp 10.000- Rp 13.000

4 Kerapu Epinephelus Rp 27.000- Rp. 90.000

5 Kleke Cephalopholis Rp. 10.000-Rp. 20.000

6 Lengak Anyperodon

leucogrammicus

Rp. 7.000 7 Kambing-kambing Pomacanthus sexstriatus Rp. 5.500

8 Mogo Chlorurus microrhinos Rp. 6.000

9 Pisang ijo Caesio caerulaurea Rp. 6.000

10 Blukutak Plectropomus Rp. 15.000- Rp. 19.000

Ikan Sunuk dan ikan Kerapu adalah dua jenis ikan yang memiliki harga yang paling mahal diantara jenis ikan tangkapan lainnya. Hal ini menyebabkan nelayan kompressor mengutamakan kedua ikan tersebut untuk ditangkap dalam setiap kali perjalanan melaut. Dalam kondisi ikan yang telah mati, ikan Sunuk dihargai sebesar Rp 40.000/kg, sementara ikan Kerapu Rp 27.000/kg. dalam kondisi ikan yang masih hidup, ikan Sunuk dihargai Rp 110.000/kg, sementara ikan Kerapu Rp 90.000/kg. Karena gencarnya perburuan ikan Sunuk dan Kerapu oleh nelayan kompressor, akhirnya nelayan tradisional merasa dirugikan karena mereka kesulitan mendapat kedua jenis ikan tersebut. Pada April 2011, akhirnya dibentuk kesepakatan diantara para nelayan bahwa nelayan kompressor tidak

boleh menangkap ikan Sunuk dan ikan Kerapu pada bulan Februari-April (saat musim bertelur ikan).

Sementara itu, ikan jenis lainnya memiliki harga yang bervariasi tergantung pada ukuran. Ikan Ijo dan Ekor Kuning adalah jenis ikan yang paling sering ditemui di antara batu-batu karang, sehingga mudah bagi nelayan untuk mendapatkan kedua jenis ikan tersebut. Saat musim angin Timur dan Barat, nelayan kompressor lebih memilih mencari Gamet karena banyak terdapat di perairan dangkal yang mudah dijangkau serta relatif mudah menangkapnya.

Saat cuaca buruk, terdapat 24 responden yang mengambil teripang di zona budidaya rumput laut karena relatif lebih dekat dan aman, serta dapat menutup kerugian akibat tidak dapat mengambil ikan di lokasi yang jauh. Sementara 11 responden lebih memilih menganggur atau mencari alternatif pekerjaan lain selain melaut, seperti buruh dan tour guide.

5.4.7 Musim Tangkap

Wilayah Kepulauan Karimunjawa mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin laut dengan suhu rata-rata 26-30oC. Dalam satu tahun terdapat dua pergantian musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan dengan musim pancaroba diantaranya. Musim kemarau (musim timur) terjadi pada bulan Juni-Agustus. Pada musim ini cuaca sepanjang hari cerah dengan curah hujan rata-rata <200 mm/bulan, rata-rata penyinaran matahari antara 70-80% setiap hari. Bulan kering terjadi pada Maret-Agustus dengan curah hujan sekitar 60 mm/bulan. Arah angin datang dari timur sampai tenggara dengan kecepatan 7-10 knot, kadang-kadang mencapai 16 knot lebih. Musim pancaroba pertama terjadi pada September-Oktober, pada periode ini angin didominasi dari barat dan barat laut, juga dari timur dan utara dengan kecepatan yang sangat bervariasi (BTNKJ dalam Irnawati 2008).

Musim penghujan (musim barat) berlangsung antara November-Maret dengan curah hujan >200 mm/bulan dan angin dengan gelombang laut yang besar. Rata-rata penyinaran matahari 30-60% setiap harinya. Bulan Januari merupakan bulan terbasah dengan curah hujan 400 mm/bulan. Pada saat ini gelombang laut relatif besar, berkisar antara 0,40-1,25 m bahkan pada cuaca buruk di laut terbuka untuk terjadi gelombang tinggi hingga mencapai 1,7 m. Angin bertiup cukup

kencang dengan arah bervariasi dari barat dan barat laut dengan kecepatan rata-rata 7-16 knot, dan dapat pula mencapai 21 knot. Setelah musim penghujan kemudian dilanjutkan dengan musim pancaroba kedua yang biasa terjadi antara April-Mei, arah angin lebih bervariasi dari barat dan timur silih berganti dengan kecepatan rata-rata 4-10 knot (BTNKJ dalam Irnawati 2008).

Nelayan kompressor mencari ikan dengan jarak sekitar 50-2000 meter dari garis pantai pulau terdekat, pada kedalaman 30 meter pada musim biasa, dan 5-15 meter pada musim terang bulan. Nelayan kompressor tidak memiliki musim paceklik, karena hampir sepanjang tahun mereka dapat beroperasi kecuali pada saat angin besar dan terang bulan. Dalam satu bulan, rata-rata aktivitas melaut mereka sebanyak 19 kali, kecuali bulan Januari yang tidak dapat diprediksi. Nelayan kompressor bekerja dalam tim yang terdiri dari lima sampai delapan orang dalam satu kapal, dan bekerja pada malam hari, sekitar pukul 20.00 – 03.00 WIB.

Dokumen terkait