• Tidak ada hasil yang ditemukan

7. EFEKTIFITAS PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL

7.3. Kondisi Perikanan Tangkap Kepulauan Karimunjawa

Irnawati (2008) mengklasifikasikan nelayan yang ada di Kepulauan Karimunjawa berdasarkan dua tipe, yaitu juragan dan pandega. Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap dan kapal penangkapan ikan, sedangkan nelayan pandega atau nelayan penggarap adalah nelayan yang melakukan usaha atau kegiatan penangkapan ikan di laut. Perkembangan jumlah nelayan di Karimunjawa selama periode 1996-2005 menurut kelompok juragan dan pandega disajikan pada Tabel 17.

Tabel 19 Perkembangan Jumlah Nelayan di Karimunjawa Tahun 1996-2005

Tahun Juragan (orang) Pandega (orang) Total (orang)

1996 488 1.608 2.096 1997 488 1.608 2.096 1998 374 1.861 2.225 1999 287 1.953 2.240 2000 244 2.131 2.375 2001 251 2.269 2.520 2002 262 2.318 2.580 2003 264 2.436 2.700 2004 761 2.148 2.945 2005 299 2.624 2.923

Sumber : PPP Karimunjawa 2006 dalam Irnawati 2008

6.3.2 Perkembangan Alat Tangkap

Kondisi perikanan tangkap di Karimunjawa dari segi produksi ikan selama tahun 1996-2005 mengalami fuktuasi, tetapi sejak tahun 2001 terus mengalami peningkatan, hal ini didukung dengan perkembangan jumlah nelayan yang sampai dengan tahun 2005 terus mengalami peningkatan hingga mencapai 2.923 orang dan peningkatan jumlah kapal penangkap ikan, di mana banyak nelayan yang sudah meninggalkan perahu layar dan beralih menggunakan kapal motor dan motor tempel untuk melakukan penangkapan ikan sehingga dapat menjangkau

daerah penangkapan yang lebih jauh (Irnawati, 2008). Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan tahun 1996-2005 disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 20 Perkembangan jumlah kapal penangkapan ikan di Karimunjawa tahun 1996-2005

Tahun Kapal

Motor

Motor Tempel

Perahu Layar Total

(buah) Besar Sedang Kecil

1996 0 210 54 69 45 378 1997 0 210 54 69 45 378 1998 32 183 40 55 45 355 1999 241 151 26 32 37 487 2000 553 113 21 26 29 742 2001 584 118 14 24 27 767 2002 639 120 3 13 23 798 2003 795 128 3 8 16 950 2004 699 115 0 5 10 829 2005 855 130 0 0 10 995

Sumber: PPP Karimunjawa dalam Irnawati 2008

Seiring dengan penambahan jumlah nelayan dan jumlah kapal, dalam kurun waktu 1996-2005 nelayan di kepulauan karimunjawa juga mengalami peningkatan jenis dan jumlah alat tangkap, seperti yang disajikan pada Tabel 12, Tabel 21 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap di Karimunjawa tahun 1996-2005

Tahun Jaring Insang Pancing Tonda Bubu Bagan Apung

Muroami Payang Lain- lain Total (buah) 1996 22 170 115 77 0 0 9 393 1997 20 170 115 77 0 0 9 391 1998 25 284 360 71 0 0 11 751 1999 36 473 600 71 0 0 11 1.191 2000 79 550 1.200 83 0 0 13 1.925 2001 98 680 1.600 87 2 0 9 2.476 2002 154 640 2.000 92 11 0 7 2.904 2003 227 650 2.000 96 18 2 7 3.000 2004 334 662 2.062 102 26 2 6 3.194 2005 384 612 2.128 114 38 0 3 3.279

Sumber: PPP Karimunjawa dalam Irnawati (2008)

6.3.3 Perkembangan Produksi Perikanan

Berdasarkan data produksi ikan yang dirilis PPP Karimunjawa dalam Purwanti et al (2008) dari tahun 1996-2005, dapat diketahui bahwa produksi ikan pada tahun 1996 mencapai 127.487 kg, kemudian terus mengalami penurunan

hingga mencapai 30.016 kg pada tahun 1998. Pada tahun 1999 produksi ikan meningkat menjadi 57.102 kg kemudian kembali mengalami penurunan sampai dengan tahun 2001 hingga mencapai 48.663 kg. Pada tahun 2002 produksi ikan kembali meningkat menjadi 79.406 kg dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2005 produksi ikan mencapai 92.022 kg. Secara keseluruhan dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa selama 10 tahun terakhir produksi ikan tertinggi dicapai pada tahun 1996 yaitu sebesar 127.487 kg, dan produksi terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 37.016 kg.

Sumber : PPP Karimunjawa dalam Purwanti et al (2008)

Gambar 5 Produksi Ikan Kepulauan Karimunjawa tahun 1996-2005 6.4 Ikhtisar

Berdasarkan kondisi perikanan Karimunjawa yang telah dikemukakan diatas, maka pengelolaan dan pembangunan TNKJ harus mengikuti prinsip- prinsip ekologis dan konservasi secara terpadu. Kegiatan pengembangan pulau- pulau kecil harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan terarah agar hasil dari pengembangan dan pembangunannya dapat optimal dan berkelanjutan. Hal ini penting dilakukan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan yang merupakan mayoritas penduduk di Karimunjawa.

Efektivitas pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa tidak terlepas dari kualitas SDM, sarana yang memadai, serta dukungan anggaran yang cukup. Pada aspek kualitas SDM, Balai Taman Nasional Karimunjawa memiliki kualitas SDM

yang kurang memadai karena 67,5 persen tidak mengenyam pendidikan sarjana. Selain itu, jumlah karyawan sebanyak 81 orang tidak sebanding dengan luas wilayah daratan dan perairan Taman Nasional Karimunjawa yang mencapai 111.625 hektar dan terdiri dari 22 pulau, serta jumlah penduduk yang semakin bertambah (lihat Tabel 1). Hal ini diperparah dengan sarana yang terbatas dan dukungan anggaran yang tidak mencukupi,sehingga mengakibatkan perlindungan dan pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa menjadi tidak efektif. Selain itu, meningkatnya jumlah nelayan, alat tangkap, serta produksi hasil tangkapan ikan di Kepulauan Karimunjawa memicu eksploitasi yang berlebih terhadap sumberdaya alam di Taman Nasoinal Karimunjawa.

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Strategi nafkah nelayan kompressor diharapkan mampu memberi kontribusi terhadap perbaikan standar hidup nelayan. Namun strategi nafkah ini seringkali berbenturan dengan konservasi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Laut Karimunjawa yang dijalankan dengan manajemen zonasi. Dari dua hipotesis yang diajukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Hipotesis pertama, menyatakan bahwa pengelolaan Taman Nasional Laut Karimunjawa yang dikelola dengan sistem zonasi berpengaruh terhadap daerah tangkap ikan, alat tangkap, dan diversifikasi nafkah dari nelayan kompressor di Kepulauan Karimunjawa. Hipotesis ini tidak sepenuhnya ditolak karena alasan sebagai berikut,

a) Daerah tangkap ikan nelayan kompressor tidak mengalami perubahan walau sebagian daerah tangkapan mereka kini berada di dalam kawasan Taman Nasional laut Karimunjawa. Para nelayan kompressor masih melakukan penangkapan ikan hingga ke zona inti Taman Nasional. Ketidaktahuan nelayan atas batas-batas zona dan terbatasnya kemampuan Balai Taman Nasional Laut Karimunjawa (BTNKJ) dalam melakukan pengawasan dan manajemen zona, menyebabkan kehadiran TNKJ dipandang tidak membatasi daerah tangkap nelayan kompressor.

b) Mayoritas responden nelayan kompressor memakai alat tangkap speargun-kompressor sejak sebelum Taman Nasional Laut Karimunjawa berdiri dan tetap digunakan hingga saat ini. Hal ini disebabkan karena alat tangkap ini memberi pendapatan yang relatif lebih tinggi serta dapat digunakan sepanjang tahun. Meskipun usaha konservasi yang dilakukan BTNKJ mampu menghilangkan penggunaan potassium di kalangan nelayan kompressor, namun kehadiran Taman Nasional Laut Karimumjawa tidak mengubah atau

mempengaruhi jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan kompressor.

c) Sebelum tahun 2005, strategi nafkah yang dilakukan responden nelayan kompressor lebih banyak bertumpu pada pemanfaatan sektor perikanan (nelayan) dan jasa (sebagai buruh, anak buah kapal angkut/transportasi, dan berdagang). Konservasi keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh BTNKJ, mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dengan terbukanya peluang nafkah baru seperti tour guide, penyewaan alat-alat selam, penyewaan kapal, penyewaan motor, penginapan, berdagang, dan lain sebagainya. Taman Nasional Laut Karimunjawa dapat dikatakan telah mendorong diversifikasi nafkah dikalangan nelayan kompressor.

Hipotesis kedua, menyatakan bahwa kegiatan pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Karimunjawa yang dijalankan melalui sistem zonasi tidak mampu mengimbangi aktifitas perikanan tangkap yang berkembang di kepulauan Karimunjawa (diukur dari segi produksi perikanan laut, jumlah nelayan, dan alat tangkap). Hipotesis ini diterima dengan alasan sebagai berikut,

a) Meskipun BTNKJ telah melakukan berbagai upaya sosialisasi zonasi pada nelayan, namun di mata nelayan zonasi tetap dipandang sebagai suatu cara untuk membatasi daerah tangkap mereka. Terlebih lagi peluang usaha yang tumbuh sebagai akibat adanya wisata laut masih terbatas. Selain itu, sektor pariwisata juga belum mampu menggantikan seluruh kesempatan kerja yang tumbuh akibat penangkapan ikan dengan sistem kompressor.

b) Efektivitas pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana, serta dukungan anggaran yang memadai. Saat ini BTNKJ dioperasikan oleh 81 pegawai dengan hanya 32,5 persen diantaranya yang berlatar pendidikan S1. Pegawai BTNKJ yang hanya berkekuatan 81 orang ini tidak sebanding dengan luas wilayah daratan dan perairan Taman Nasional Karimunjawa yang harus diawasi atau dikontrol; yakni seluas 111.625 hektar dan

terdiri dari 22 pulau. Kondisi ini diperparah lagi dengan terbatasnya sarana dan prasarana dan dukungan anggaran yang tidak memadai.

c) Di lain pihak, dalam beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan jumlah nelayan, alat tangkap, serta produksi hasil tangkapan ikan di Kepulauan Karimunjawa. Peningkatan produksi perikanan laut ini terjadi merupakan implikasi dari kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang menetapkan perairan Karimunjawa sebagai salah satu sentra pengembangan produksi perikanan laut di wilayah Jawa Tengah.

Taman Nasional Laut Karimunjawa mampu meningkatkan diversifikasi nafkah dengan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, namun tidak mempengaruhi daerah tangkap dan alat tangkap nelayan kompressor. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen zonasi yang dilakukan oleh BTNKJ belum efektif. Temuan studi ini penting diperhatikan oleh para pengambil kebijakan terkait, agar pengelolaan Taman Nasional Laut Karimunjawa dapat menjaga kelestarian keanekaragaman hayati perairan laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan Karimunjawa.

 

7.2 Saran

Penetapan Zonasi Taman Nasional Karimunjawa tidak serta merta menyelesaikan masalah yang ada, karena keberadaannya pun tidak sepenuhnya dipahami dan dipatuhi oleh masyarakat. Sebagian besar nelayan kompressor mencari ikan di semua kawasan Taman Nasional Karimunjawa karena mereka tidak mengetahui tentang zonasi kawasan. Selain itu, minimnya patroli laut yang dilakukan BTNKJ membuat kebiasaan memasuki zona inti dan perlindungan terus berlanjut. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah strategis yang ditunjang dengan kelembagaan lokal yang kuat agar pelaksanaan dan pengawasannya pun lebih komprehensif. Oleh sebab itu, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Perlunya pelaksanaan pembangunaan kawasan pesisir yang berkelanjutan, dengan menerapkan konsep Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat (PSPBM) karena kearifan lokal

berperan penting dalam menjaga dan memelihara ekologi pesisir. Untuk itu diperlukan adanya identifikasi kearifan tradisional berdasarkan ciri khas dan struktur sosial yang berlaku, sehingga lokalitas dan keunikannya dapat terakomodasi.

2. Dalam rangka memperjuangkan kepentingan nelayan, diperlukan organisasi yang independen baik berupa organisasi profesi maupun organisasi usaha yang secara sistematis dapat melakukan fungsi koordinasi dan fungsi kontrol terhadap pemerintah (dalam hal ini BTNKJ) serta fungsi pengorganisasian untuk kepentingan ekonomi, kelestarian sumberdaya, maupun sosial.

3. Komunitas nelayan kompressor perlu diberikan pembinaan dan fasilitas yang memungkinkan mereka untuk beralih mata pencaharian ke alternatif usaha lain yang mendukung keberlanjutan Taman Nasional Karimunjawa.

4. Diperlukan dukungan dana dan kualitas SDM yang memadai agar usaha-usaha pelestarian kawasan Taman Nasional Karimunjawa dan pemanfaatan sektor perikanan yang berkelanjutan dapat berjalan secara sinergis.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1987. Manfaat Taman Nasional bagi masyarakat di sekitarnya. Media Konservasi1(3):13-19.

Basuni S. 1987. Konsep pengaturan sumberdaya taman nasional. Media Konservasi1(3):1-11.

Biasane AN. 2004. Konstruksi kearifan tradisional dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan. Makalah Pengantar ke Falsafah Sains. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 16 hal.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2004. Penataan zonasi taman nasional karimunjawa kabupaten jepara Provinsi Jawa Tengah. Semarang: BTNKJ.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2009. Laporan evaluasi Balai Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2009. Semarang: BTNKJ.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. Pemberdayaan Masyarakat. [Internet]. [Dikutip 26 Februari 2011 ]. Semarang: BTNKJ. Dapat diunduh dari:

http://karimunjawanationalpark.org/pemberdayaan-masyarakat/blog [BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2007. Statistik Balai Taman

Nasional Karimunjawa tahun 2006. Semarang: BTNKJ. 100 hlm.

Carlsson L, Fikret B. 2005. Co-management: concepts and methodological implications. Journal of Environmental Management 75 65–76

Dharmawan AH. 2006, Sistem penghidupan dan nafkah pedesaan pandangan sosiologi nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, Vol. 01, No.02 Agustus 2007.

Faiza R. 2004. Kajian beberapa aspek program pemberdayaan masyarakat pesisir nelayan pengolah Muara Angke. [disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

Jones Peter JS, Jacquelin Burgess. 2005. Building Partnership capacity for the collaborative management of marine protected areas in the UK: a preliminary analysis. Journal of Environmental Management 77 227– 2430, diakses pada 27 Februari 2011 pukul 11.30 WIB

Konservasi Sumberdaya Alam dan Buatan. 2009 Feb. [Internet]. [Diunduh 26 Februari 2011]. Dapat diunduh dari:

http://massofa.wordpress.com/2008/02/03/konservasi-sumber-daya- alam-dan-buatan

Irnawati R. 2008. Pengembangan perikanan tangkap di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Jawa Tengah. [tesis]. Institut Pertanian Bogor.

Keraf S. 2002. Etika lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS.

Maksum MA. 2005. Analisis manfaat ekonomi sumberdaya perikanan kawasan konservasi laut taman nasional karimunjawa. [tesis] Pascasarjana IPB. Mitchell B, Setiawan B, Rahmi DH. 2007. Pengelolaan sumber daya dan

lingkungan. Yogyakarta: Bulaksumur

Moeis S. 2008. Adaptasi ekologi masyarakat pesisir selatan Jawa Barat. Laporan Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia. 30 hal.

Muchsin I. 2007. Pengentasan kemiskinan di sektor perikanan. Dalam Pemikiran Guru Besar IPB. Bogor: IPB Press.

Mulyadi. 2005. Ekonomi kelautan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Musyafar. 2006. Analisis perilaku masyarakat pesisir dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam melestarikan ekosistem mangrove di pesisir barat Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Universitas Negeri Makassar. 25 hal.

Nurmalasari Yessy. 2010. Analisis pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat. [tesis] 8 hal.

[PPP Karimunjawa] Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa. 2006. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karimunjawa. Karimunjawa: PPP Karimunjawa. 80 hlm.

Purwanti F, Alikodra HS, Basuni S, Soedhama D. 2008. Pengembangan co- management Taman Nasional Karimunjawa. Jurnal Ilmu Kelautan Vol. 13 (3) : 159 – 166

Saharuddin. 2007. Antropologi ekologi. Adiwibowo S (ed.) 2007. Ekologi manusia.Bogor. Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Satria A. 2009. Pesisir dan laut untuk rakyat. Bogor: IPB Press

_________. 2002. Pengantar sosiologi masyarakat pesisir. Jakarta : PT. Pustaka Cidesindo.

Scoones I, 1998, Sustainable Rural Livelihoods a Framework for Analysis, IDS Working Paper 72, Brighton: IDS. 22 hal.

Singarimbun M. 1989. Metode dan proses penelitian. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.

Sitorus F. 1998. Penelitian kualitatif “suatu perkenalan”. kelompok dokumentasi ilmu-ilmu sosial untuk laboratorium sosiologi, antropologi dan kependudukan jurusan ilmu sosial dan ekonomi pertanian, fakultas pertanian IPB.

Widiyanto, Dharmawan AH, Prasodjo NW. 2010. Strategi nafkah rumahtangga petani tembakau di lereng gunung sumbing : studi kasus Desa Wonotirto dan Desa Campursari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia. 24 hal.

LAMPIRAN 1. PETA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA,

KECAMATAN KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005

Lampiran 2. Panduan Pertanyaan Pertanyaan untuk responden

1. Apakah anda mengetahui tentang adanya zonasi kawasan di Taman Nasional Karimunjawa?jika iya, apa saja?

2. Apakah masyarakat dilibatkan dalam proses penetapan zonasi tersebut? 3. Setelah adanya Zonasi di Taman Nasional Karimunjawa, apakah ada

peraturan-peraturan baru yang dibuat untuk nelayan?jika ada, apa saja? 4. Apa dampak positif dan negatif dengan adanya sistem zonasi tersebut?

jelaskan

5. Jika terdapat dampak negatif, Apakah pihak BTNKJ memberikan kompensasi terkait adanya zonasi tersebut?(misalnya, alat tangkap, alternatif mata pencaharian, dll)

6. Apakah masyarakat menaati sistem zonasi dan/atau peraturan lain yang ditetapkan setelah ditetapkannya Karimunjawa sebagai Taman Nasional? 7. Dengan adanya penetapan zonasi di Taman Nasional Karimunjawa,

apakah terdapat konflik baik antar masyarakat maupun antara masyarakat dengan BTNKJ? Kenapa?

Pertanyaan untuk informan

1. Apakah anda mengetahui tentang adanya zonasi kawasan di Taman Nasional Karimunjawa?jika iya, apa saja?

2. Apakah masyarakat dilibatkan dalam proses penetapan zonasi tersebut? 3. Setelah adanya Zonasi di Taman Nasional Karimunjawa, apakah ada

peraturan-peraturan baru yang dibuat untuk nelayan?jika ada, apa saja? 4. Apa dampak positif dan negatif dengan adanya sistem zonasi tersebut?

jelaskan

5. Jika terdapat dampak negatif, Apakah pihak BTNKJ memberikan kompensasi terkait adanya zonasi tersebut?(misalnya, alat tangkap, alternatif mata pencaharian, dll)

6. Apakah masyarakat menaati sistem zonasi dan/atau peraturan lain yang ditetapkan setelah ditetapkannya Karimunjawa sebagai Taman Nasional? 7. Dengan adanya penetapan zonasi di Taman Nasional Karimunjawa,

apakah terdapat konflik baik antar masyarakat maupun antara masyarakat dengan BTNKJ? Kenapa?

Pertanyaan untuk petugas BTNKJ

1. Bagaimana proses penetapan zonasi kawasan di Taman Nasional Karimunjawa?

2. Siapa saja yang terlibat dalam pembentukan tersebut?

3. Apa hak dan kewajiban masyarakat (terutama nelayan) yang muncul setelah adanya sistem zonasi tersebut?

4. Bagaimana masyarakat menanggapi hak dan kewajiban tersebut?

5. Bagaimana masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam sebelum dan sesudah adanya zonasi kawasan taman nasional?

6. Apa saja upaya yang dilakukan dalam menjaga kelestarian kawasan? 7. Apakah masyarakat menaati ketentuan yang tertuang dalam sistem zonasi

ini? Apa saja yang ditaati dan tidak ditaati?

8. Apakah yang dilakukan untuk menghindari adanya konflik dengan masyarakat?

9. Apa kesulitan yang dialami dalam membangun pemahaman dengan masyarakat?

10.Apakah kekurangan dan kelebihan dari zonasi kawasan yang ada saat ini? 11.Apa saja program-program yang dilakukan untuk mendukung efektifitas

Lampiran 3. Daftar Kerangka Sampling dan Responden Berdasarkan Nama Ketua Kelompok Kapal

No Nama Kampung Jumlah Anggota/Kapal

1 LKN LEGO 6 2 SLM LEGO 6 3 HKM LEGO 7 4 YTK LEGO 5 5 RDN LEGO 6 6 HUR LEGO 7 7 MAH LEGO 7 8 JUR LEGO 5 9 HD LEGO 6 10 JOK LEGO 8 11 PRN LEGO 6 12 SRN LEGO 5 13 BOL LEGO 4 14 ROH LEGO 4 15 AHM LEGO 6 16 AJB LEGO 5

17 NUR LEGON BOYO 5

: Kelompok responden terpilih Sumber: Observasi dan Wawancara (2011)

Lampiran 4. Alat Tangkap Sebelum dan Sesudah Zonasi Kawasan

No Nama Lama melaut

Alat tangkap

< 2005 >2005

bubu mrm jrg pcg pot kom bubu pcg kom upg

1 nrl 13 2 Hkm 16 3 inl 11 4 slk 20 5 tkm 9 6 smt 13 7 kpr 12 8 rdn 12 9 ytn 25 10 jk 14 11 tsn 30 12 bll 8 13 rdh 7 14 srn 14 15 stm 30 16 pn 10 17 bd 35 18 ism 8 19 ajb 18 20 alf 19 21 khl 19 22 rf 18 23 tul 12 24 drn 12 25 mln 25 26 prn 22 27 bd 17 28 yd 11 29 slt 20 30 hd 19 31 lkn 15 32 so 15 33 js 10 34 rmn 13 35 ynt 8 TOTAL 2 9 11 25 35 35 2 8 35 7

Keterangan: jrg : jaring kom : kompressor upg : up grade mesin

mrm : muroami pts : potassium

pcg : pancing bubu : bubu

= digunakan saat musim paceklik

Lampiran 5. Nafkah Ganda Sebelum dan Sesudah Zonasi Kawasan

No Nama Lama melaut

Nafkah Ganda

< 2005 >2005

nel bur abk dgg nel tg sew bur rum

1 nrl 13 2 hkm 16 3 inl 11 4 slk 20 5 tkm 9 6 smt 13 7 kpr 12 8 rdn 12 9 ytn 25 10 jk 14 11 tsn 30 12 bll 8 13 rdh 7 14 srn 14 15 stm 30 16 pn 10 17 bd 35 18 ism 8 19 ajb 18 20 alf 19 21 khl 19 22 rf 18 23 tul 12 24 drn 12 25 mln 25 26 prn 22 27 bd 17 28 yd 11 29 slt 20 30 hd 19 31 lkn 15 32 so 15 33 js 10 34 rmn 13 35 ynt 8 TOTAL 35 8 3 1 35 17 2 7 4

Keterangan: nt : nelayan tradisional sew : menyewakan kapal

bur : buruh tg : tour guide

abk : abk kapal angkut/transportasi dgg : berdagang

rum : budi daya rumput laut nk : nelayan kompressor

= dilakukan saat musim paceklik

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Photo 1. Aktivitas Perikanan di Desa Karimunjawa

Photo 3. Aktifitas Patroli hutan bersama Polisi Hutan

Photo 5. Persiapan penyelaman Nelayan Kompressor

Photo 7. Anggota kelompok yang tidak menyelam memastikan keselamatan para penyelam

Photo 9. Ikan Kerapu hidup hasil tangkapan nelayan kompressor

Photo 9. Nelayan kompressor sedang menimbang berat kerapu hidup yang ditangkapnya

Photo 9. Nelayan kompressor sedang beristirahat menunggu ombak reda

Photo 9. Alat Speargun yang digunakan nelayan kompressor untuk menangkap ikan

Photo 9. Gamet/Teripang merupakan komoditi yang diminati nelayan saat musim terang bulan atau angin timur

Photo 9. Tempat nelayan kompressor melakukan aktifitas jual beli ikan

Photo 9. Ikan ekor kuning yang ditangkap nelayan. Gambar di tengah berumur 3 bulan, gambar di kanan berumur 2-3 minggu

Dokumen terkait