• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA DAN

5.3. Nelayan Kompressor

Nelayan Kompressor adalah nelayan yang menggunakan alat tangkap panah sederhana dan alat bantu berupa mesin kompressor yang digunakan untuk memompa udara dari atas kapal ke bawah air. Saat melakukan penyelaman, biasanya terdapat tiga orang yang mencari ikan di bawah air, kemudian sisanya memastikan keselamatan para penyelam dari atas kapal dengan mengontrol tekanan udara dan memastikan bahwa selang udara tidak terlilit mesin kapal. Dengan menggunakan pipa/selang yang panjangnya puluhan meter, udara dialirkan dari kompresor ke penyelam yang berada di bawah permukaan laut. Dengan pasokan udara dari atas, penyelam bebas beraktivitas memungut atau mencari hasil tangkapan tanpa khawatir persedian udara menipis. Setelah 2 jam mencari ikan, para penyelam akan naik ke atas kapal untuk bertukar shift dengan nelayan lain yang sebelumnya di atas kapal.

Secara historis penyelaman menggunakan kompresor ban di Karimunjawa sudah ada sejak era 80-an. Cara ini mula-mula diperkenalkan oleh eksportir ikan hidup dari Korea, yang memiliki karamba jaring apung di perairan Legon Boyo. Semula memang sudah ada praktek-praktek penangkapan ikan hidup yang dilakukan oleh nelayan Karimunjawa dengan skin diving. Alat tangkap yang digunakan pun berupa panah/tembak ikan. Namun ikan yang diperoleh tentu saja mati karena luka panah. Hadirnya eksportir dari Korea memicu nelayan tembak/panah beralih menyelam dengan kompresor ban. Bahkan pada saat itu, sebagian penangkapan ikan diduga menggunakan bahan-bahan kimia seperti potasium sianida, atau sejenisnya untuk membius ikan dengan cara menyemprot.

Meskipun dugaan itu sulit dibuktikan, tapi secara nyata dampak kerusakan terumbu pada saat itu berpengaruh pada menurunnya ikan hasil tangkapan nelayan pancing. Apalagi kehadiran eksportir Korea tersebut tak lama kemudian diikuti pula oleh hadirnya eksportir Hongkong, yang menambah maraknya penangkapan ikan hidup secara besar-besaran di wilayah kepulauan Karimunjawa. Sisi positifnya pendapatan masyarakat menjadi semakin meningkat. Tetapi bagi nelayan yang tidak memiliki keahlian menyelam, hal ini merupakan tantangan nyata. Sebab lokasi yang biasa dijadikan tempat pemancingan juga didatangi para penyelam kompresor. Inilah awal perang dingin antara nelayan pancing dengan nelayan selam, seperti yang diungkap oleh SK (48 tahun),

Pokonya susahnya nelayan mas waktu ada alat menyelam. Banyak yang mengeluh mas. Di sini ada orang yang mancing, tapi di bawahnya ada yang nyelem. Diubek-ubek itu mas di bawah, lah kita mana bisa dapet ikan.

Berdasarkan analisis data primer, nelayan kompressor secara rata-rata memiliki penghasilan yang lebih tinggi dari nelayan tradisional, yakni sekitar Rp 1.956.000, per bulan. Meski demikian, resiko yang dihadapi juga lebih tinggi. SM (48 tahun) berpendapat bahwa penghasilan yang lebih tinggi menimbulkan kecemburuan dari nelayan tradisional terhadap nelayan kompressor,

Nelayan kompressor ini banyak yang nda suka kenapa, karena penghasilan kita lebih tinggi. Ya memang kalau dihitung-hitung kita sedikit lebih tinggi, tapi ya sama saja sebenernya.. kalau lagi ngga ada ikan ya sama saja, kita ga bisa makan. Nah terus karena disangkanya penghasilan kita lebih tinggi, nelayan yang laen jadi nda suka.. dikiranya kita pake potaslah, ngobok-ngobok orang yang lagi mancing lah, ngerusak bubu lah, apalah, macem-macem lah mas pokonya.

Meski terdapat persaingan antara nelayan tradisional dan nelayan kompressor, namun masyarakat Karimunjawa tetap mengedepankan asas-asas kekeluargaan dalam menyelesaikan masalah, sehingga perbedaan pendapat diantara mereka dapat diselesaikan secara baik-baik, seperti yang diungkap oleh YN (35 tahun),

Orang Karimun ini ya satu keluarga. Jangan sampai teradu domba. Kalau ada masalah ya pasti, kalau ada perbedaan ya pasti, tapi kita harus sama-sama ngerti. Nelayan tradisional butuh makan, nelayan kompressor juga butuh makan. Yaa sama-sama ngerti lah pokonya.. jadi kalau di sini mas,, kalau ada masalah kita omongin bareng-bareng. Klo nda ketemu solusinya ya minta tolong sama Petinggi (Kepala Desa), atau Pa Camat, minta tolong ama orang PHPA (BTNKJ).

Kompressor ban waktu itu dianggap sebagai teknologi “tepat guna”, selain bisa memasok udara ke ban dalam, juga bisa memasok udara ke paru-paru manusia. Kelebihan kompresor ban untuk penyelaman gampang digunakan, praktis dan murah biaya operasionalnya. Sebenarnya terdapat cara yang lebih aman, yaitu dengan menggunakan tabung penyelam plus kompressornya. Namun demikian, harga dan biaya penggunaannya mencapai jutaan rupiah. Hal ini tak memungkinkan nelayan miskin untuk mengakses alat tersebut. Untuk perlengkapan selam lainnya seperti kaca mata dan kaki katak (fin) barangkali masih terjangkau oleh mereka. Tapi untuk membeli tabung udara dan pakaian selam kedap air, tentu terlalu mahal bagi nelayan Karimunjawa.

Nelayan kompressor sebagian besar tinggal di sebelah barat pulau Karimunjawa, yang biasa disebut Kampung Lego. Meski demikian terdapat juga beberapa nelayan tradisional yang hidup berdampingan dengan mereka di wilayah tersebut. Hubungan antara nelayan kompressor dan nelayan tradisional sebenarnya menyimpan potensi konflik. Nelayan tradisional menganggap nelayan kompressor merusak terumbu karang dan mengganggu reproduksi ikan-ikan yang bertelur di terumbu karang. Selain itu, penyelaman dengan menggunakan mesin kompressor juga dianggap tidak layak dan berbahaya bagi para pelaku, sehingga masyarakat tradisional menginginkan agar penggunaan mesin kompressor dilarang. Hal ini seperti yang diungkap oleh ketua kelompok nelayan Desa Karimunjawa, MT (51 tahun),

Itu sebenernya bahaya mas pake kompressor itu. Itu kan harusnya buat nyoblos ban, tapi ini kenapa dipake buat manusia. Udah gitu nelayan kompressor itu pasti nginjak-nginjak terumbu karang, ga mungkin ngga mas.. kalo mas ngeliat sendiri nanti, itu semua ikan diambilin ama dia mas. Mau kecil mau gede, ditembak aja semuanya. Harusnya kan ngga boleh itu..

Hingga saat ini, terdapat pro dan kontra dari tokoh-tokoh masyarakat untuk menutup penggunaan mesin kompressor, namun masih terdapat kendala karena tidak menemui titik temu dengan nelayan kompressor.

5.4 Karakteristik Nelayan Kompressor

Dokumen terkait