• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: PEMBAHASAN

B. Analisis Hasil Penelitian

2. Karakteristik Pengaktualisasi Diri yang

Karakteristik pengaktualisasi diri yang muncul adalah: a. Mengamati realitas secara efisien

Santiago mampu mengambil pelajaran dari pengalamannya sebagai gembala, sehingga ia menyadari bahwa kehidupan gembala lebih beresiko daripada hanya sekadar mencari tahu arti mimpi yang berulang. Sebagai gembala yang baik ia mampu melihat kenyataan yang tersembunyi bahwa dombanya yang paling pintar justru dombanya yang pincang.

Kemampuan Santiago untuk mengamati gurun dan perubahan- perubahan yang terjadi di dalamnya dibantu oleh kewaspadaannya terhadap lingkungan sekitar. Ia berusaha untuk tetap waspada dalam segala situasi yang ia hadapi.

b. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri

Pada saat ia mengalami penipuan di Afrika dan kecewa karena merasa Tuhan tidak adil padanya, Santiago sadar ia masih memandang dunia seperti apa yang ia inginkan bukan yang sesungguhnya terjadi. Namun, kepercayaan diri Santiago muncul saat ia membersihkan etalase toko kristal, dengan melakukan itu ia yakin akan mendapatkan makanan. Kepercayaan diri ini membuatnya dapat membersihkan etalase toko dengan baik dan mendapatkan hasil seperti yang ia harapkan.

Santiago menyadari ketakutan dirinya saat mencoba melakukan sesuatu yang baru, yaitu berkelana di gurun yang asing, sementara jika ia memilih menjadi gembala atau berdagang kristal ia akan melakukannya dengan baik. Namun, keyakinan diri yang muncul kembali dan kemampuannya berbahasa Arab membuatnya percaya diri untuk melintasi gurun bersama rombongan karavan.

Kemampuan Santiago untuk menyatu dengan hatinya membuatnya mampu melanjutkan perjalanan mencari hartanya. Dengan kemampuan ini Santiago tahu bahwa dengan mendengarkan hatinya, ia akan menemukan harta yang selama ini ia cari. Sikap pasrah Santiago terhadap keselamatan dirinya muncul pada saat ia sadar harus mempertaruhkan nyawanya demi pertanda yang ia lihat di gurun, pada saat pedang sang alkemis berada di lehernya, dan pada saat ia dipukuli oleh kawanan perampok di Piramida Mesir. Sikap ini didorong oleh kesadaran diri bahwa ia telah melakukan yang terbaik dalam hidupnya dan kematiannya tidak akan sia-sia.

c. Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran

Spontanitas Santiago muncul pada saat ia mencari tahu arti mimpi berulangnya. Sifat ini juga membantunya saat ia harus mencari cara yang cepat untuk mendapatkan makanan di Afrika, dengan inisiatif membersihkan etalase toko kristal. Pada saat bertemu Fatima, dengan spontan Santiago meminta wanita itu menjadi istrinya. Spontanitas ini didukung oleh keyakinannya bahwa Fatima adalah cinta dalam hidupnya. d. Fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka

Santiago fokus pada pencarian hartanya. Meskipun banyak yang ia hadapi selama perjalanan menuju Mesir, ia tahu bahwa yang akan ia hadapi akan bertambah sulit, namun ia juga yakin pertanda dari Tuhan akan membimbingnya.

e. Kebutuhan akan privasi dan independensi

Menjadi gembala berarti memiliki kehidupan sosial yang terbatas, namun ini sesuai dengan kegemaran santiago berkelana dan ia tetap memiliki banyak teman namun, tidak harus bertingkah laku sama seperti mereka juga menghabiskan waktu dengan mereka. Sifat ini juga membuatnya tidak mudah percaya pada orang lain sehingga sempat mencurigai Melchizedek yang sebenarnya ingin menolongnya mewujudkan Legenda Pribadinya.

f. Berfungsi secara otonom

Santiago berani mengambil keputusan menjadi gembala, berbeda dari keinginan orangtuanya yang ingin ia menjadi pastur. Keputusan untuk

terus mengejar mimpi, meskipun ia telah mendapatkan harta, jabatan di oasis juga Fatima, merupakan wujud otonomi Santiago dalam memutuskan apa yang penting dalam hidupnya.

g. Apresiasi yang senantiasa segar

Kebahagiaan yang dialami oleh Santiago selama menjadi gembala menunjukkan apresiasinya yang senantiasa segar. Ia juga selalu menyadari hal-hal baik dalam hidupnya meskipun itu terjadi setiap hari.

h. Pengalaman-pengalaman mistik atau puncak

Santiago mampu memaknai hal-hal kecil dalam hidupnya termasuk hembusan angin di wajahnya. B-Languangememampukannya mengetahui makna dari setiap pertanda dari alam yang ia dapati. Dengan bahasa ini pula ia mampu berkomunikasi dengan baik dengan domba-dombanya selama menjadi gembala. Ia mendapat kekuatan dari setiap pertanda yang ia alami dalam kondisi yang sulit sekalipun, melalui perasaan mengenai terbukanya kemungkinan-kemungkinan pandangan yang tak terbatas, sehingga membuatnya lebih berdaya.

Pada saat ia bekerja di toko kristal, Santiago memiliki kepekaan yang tinggi untuk menanggapi pertanda yang mengarahkannya menghasilkan ide kreatif yang memajukan toko tersebut.

Pada saat ia memutuskan untuk melakukan perjalanan melintasi gurun ke Mesir, pengalaman mistik muncul sehingga ia merasa diperkuat dengan pengalaman hidup yang sebelumnya telah ia jalani.

i. Minat sosial

Dalam kondisi kelaparan Santiago masih mau membantu seorang pedagang manisan memasang tenda untuk berjualan. Ia juga peduli dengan keselamatan para penduduk oasis yang terancam bahaya perang. Kepeduliannya ia wujudkan dengan memberanikan diri menghadap tetua suku dan menceritakan penglihatannya.

j. Hubungan antar pribadi

Cinta yang ia rasakan pada Fatima adalah B-Love sehingga membuatnya melakukan segala sesuatu lebih baik, termasuk memberi kekuatan lebiih saat akan menghadap para tetua suku untuk memberi tahu arti mimpinya, juga melanjutkan perjalanan untuk mengaktualisasikan dirinya.

k. Struktur watak demokratis

Santiago mampu menerima pandangan yang sangat berbeda dalam memahami karavan dan gurun dengan teman seperjalanannya. Ia juga menerima perbedaan pendapat yang muncul di antara Santiago dan pedagang kristal dalam menanggapi mimpi. Santiago tidak pernah memaksakan pendapatnya terhadap orang lain.

l. Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk

Santiago mengetahui bahwa menjadi gembala bekerja di toko kristal dan melintasi gurun adalah sarana yang harus ia tempuh sebelum mencapai legenda pribadinya.

m. Kreatifitas

Pada saat ia kelaparan, Santiago mampu mencari cara yang memungkinkannya mendapatkan makanan, yaitu membersihkan etalase toko dengan jaketnya. Kreatifitas Sntiago kembali muncul saat ia melihat pertanda yang memberinya ide untuk membuat lemari pajangan di luar toko dan menjual teh jahe dalam gelas kristal, yang membuat toko itu berkembang pesat.

n. Resisitensi terhadap inkulturasi

Menjadi pengembara adalah sebuah pilihan yang bertentangan dari kebiasaan masyarakat dimana Santiago tinggal, karena yang menjalani profesi ini biasanya adalah orang kaya sementara Santiago berasal dari keluarga miskin. Santiago juga tidak ragu melanggar tradisi di gurun, yaitu berduaan dengan wanita di tengah malam, karena ia ingin bertemu wanita yang ia cintai sebelum berjuang meraih mimpinya.

Dokumen terkait