• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Teori Relevan yang dan Penelitian Terdahulu 1.Teori Keagenan (Agency Theory)

6. Karakteristik Perusahaan

Kebijakan penyajian keluasan pengungkapan sukarela antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing perusahaan. Lang dan Lundolm (1993) menggolongkan karakteristik perusahaan dalam 3 pendekatan yaitu: “Karakteristik perusahaan berkaitan dengan struktur, kinerja, dan pasar. Struktur perusahaan meliputi ukuran (size) perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban (leverage). Kinerja (performance) perusahaan meliputi likuiditas perusahaan dan laba (profitabilitas). Sedangkan dari pendekatan pasar meliputi faktor-faktor kualitatif seperti tipe industri, tipe auditor dan status perusahaan. Namun, dalam penelitian ini tidak semuanya akan diungkap, hanya beberapa variabel saja yang menjadi sorotan antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas dan

leverage perusahaan”. a. Leverage

Leverage merupakan kemampuan perusahan dalam memenuhi pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tingkat pengelolaan kewajiban (leverage) berkaitan dengan bagaimana

39 perusahaan didanai, apakah perusahaan didanai lebih banyak menggunakan kewajiban atau modal yang berasal dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan maka akan semakin besar pula agency cost. Dalam hal ini perusahaan akan cenderung mengungkapkan mengapa kondisi kewajiban mereka berada pada angka tersebut kepada publik sehingga diharapkan investor cukup jelas mengetahui kondisi kewajiban perusahaan. Tingkat rasio leverage yang besar menimbulkan keraguan akan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang sehingga dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya karena jika terjadi likuidasi, kerugian yang dialami kreditor dapat diminimalisir (Widyantari, 2011:28).

Pancawati (2008:72) menjelaskan leverage dapat dihitung melalui 3 pendekatan yaitu:

1. Debt Ratio (rasio utang)

Utang mencakup kewajiban / utang lancar (jangka pendek) maupun jangka panjang. Kreditor pada umumnya menyukai rasio kewajiban yang rendah karena dalam keadaan demikian berarti tersedia dana penyangga yang

40 besar bagi kreditor apabila terjadi likuidasi pada suatu perusahaan. Bagi pemilik (insider) rasio kewajiban yang tinggi dapat melipat gandakan laba atau mungkin dapat juga mengurangi kendali atas perusahaan karena adanya penjualan saham ke pasar modal. Rasio ini mengukur berapa besar asset perusahaan yang dibiayai oleh kreditor yang diperoleh dengan membandingkan total kewajiban (total liabilities) dengan total asset. Rasio ini merupakan rasio yang paling menyeluruh karena memasukkan proporsi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang terhadap asset. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar perusahaan tersebut didanai oleh kreditor.

2. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan suatu upaya untuk memperlihatkan proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak-hak kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan kewajiban (utang). Versi ini menganalisis proporsi kewajiban yang melibatkan rasio total kewajiban, biasanya kewajiban lancar dan semua jenis kewajiban jangka panjang terhadap total ekuitas pemilik. Rasio ini juga menunjukkan hubungan antara pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditor

41 dengan jumlah modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Rasio ini diperoleh dari perbandingan rasio total liabilities terhadap stockholders equity.

3. Debt to Total Capitalization Ratio

Rasio ini merupakan versi analisis proporsi kewajiban yang lebih mendalam yang melibatkan rasio kewajiban jangka panjang terhadap kapitalisasi. Kapitalisasi didefinisikan sebagai jumlah klaim jangka panjang terhadap perusahaan baik kewajiban maupun ekuitas pemilik yang tidak termasuk didalamnya kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar). Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan (total capitalization) yang dibiayai oleh kreditor. Rasio ini diperoleh dari perbandingan long term debt dengan total capitalization.

b. Profitabilitas

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009), indikator kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Prospek yang bagus akan menarik minat investor untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan sehingga diperlukan pengungkapan yang lebih luas pada laporan tahunan perusahaan. Rasio profitabilitas menjadi

42 bentuk penilaian terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan.Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur profitabilitas, antara lain:

1. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam tingkat penjualan. Semakin tinggi NPM menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi pula pada tingkat penjualan tertentu. 2. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba terhadap total asset setelah dikurangi beban bunga dan pajak. ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa lalu. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan akan semakin baik

43 karena tingkat pengembalian investasi (return) yang semakin besar.

3. Return On Equity (ROE)

Return On Equity adalah rasio yang menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan laba yang tersedia bagi pemegang saham 4. Gross Profit Margin

Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap penjualan.

5. Operating Ratio

Operating ratio merupakan rasio yang mengukur biaya operasi dari setiap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.

c. Ukuran Perusahaan (size)

Nuryaman (2009) menjelaskan pengaruh besar kecil ukuran perusahaan yaitu: “Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan dan struktur kepemilikan yang dimilikinya. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar

44 terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil”.

Ukuran perusahaan juga berkaitan dengan pengungkapan yang akan dilakukannya dalam rangka penawaran umum (go public). Perusahaan besar yang go public akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak dari pada perusahaan kecil karena menyangkut beberapa hal, salah satunya teori keagenan. Teori keagenan (agency theory) menjadi sorotan dalam pengungkapan informasi perusahaan go public karena menyangkut berbagai macam pihak yang berkepentingan. Perusahaan besar akan memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, agar biaya keagenan dapat diminimalisir, perusahaan besar akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas (Pancawati, 2008:71).

Menurut Pancawati (2008) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran (size) sebuah perusahaan, antara lain:

1. Ukuran total asset

Asset yang dimiliki perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya terdiri atas aset lancar dan aset tetap. Perusahaan yang memiliki aset tetap yang besar menunjukkan bahwa kegiatan operasi perusahaan dapat

45 ditopang dengan baik yang tercermin melalui revenue

yang diperoleh perusahaan. 2. Hasil penjualan bersih

Analisis penjualan selama ini memberikan perhatian kepada pertumbuhan permintaan produk perusahaan sebagai hal yang penting terhadap kesuksesan investasi. Namun, pertumbuhan dalam kemampuan menghasilkan laba, bukan penjualan per unit merupakan tujuan yang ingin dicapai.

3. Kapitalisasi pasar (market capitalized)

Semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Hal ini menyebabkan perusahaan semakin dikenal masyarakat (investor). Oleh karena itu dapat dilihat ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total asset

yang dimiliki, atau total penjualan yang diperolehnya. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan sukarela. Semakin besar suatu perusahaan, maka perusahaan akan menghadapi biaya politik yang tinggi, perusahaan besar akan menghadapi tuntutan lebih besar dari para stakeholder

untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih transparan (Nuryaman, 2009).

46 B. Keterkaitan Antar Variabel

Dokumen terkait