• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

5) Pakan Ikan Lele Dumbo

6.1. Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo

Lokasi budidaya benih ikan lele dumbo secara umum tersebar di berbagai kondisi daerah. Indikatornya antara lain adalah untuk usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan pare, Kabupaten Kediri, jumlah petani yang budidaya pembenih ikan lele dumbo sebanyak 95% dan petani yang budidaya ikan lele konsumsi sekitar 5%. Dengan jumlah produksi benih ikan lele dumbo adalah sebanyak 3628rean dan 8233kg dari total produksi benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.

Budidaya ikan lele dumbo sangat mudah karena mempunyai adaptasi yang cukup tinggi dan dimana pemeliharaannya hanya terletak pada keuletan dan kerajinan petani dalam memberi pakan dan pengaturan pengairan dalam kolam yaitu pengontrolan PH air dan tingkat oksigen yang dikandung dalam air yang

dapat diatur melalui pemasukan dan pengeluaran air.

Alasan utama sebagian besar masyarakat melakukan usaha budidaya benih ikan lele dumbo antara lain adalah kesulitan untuk mengatasi penyakit karena mengobati melalui air untuk usaha benih ikan lele dumbo, serta petani memberi pakan yang bergeser pada bahan pakan lain yang sehat, aman dan tidak berdampak negatif terhadap benih ikan lele dumbo menjadi stimulan bagi peningkatan permintaan benih ikan lele dumbo.

43

1. Lokasi Usaha.

Pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha pembenihan ikan lele dumbo merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan ikan lele dumbo secara menguntungkan, meskipun sebenarnya tidak ada persyaratan yang rumit dalam pemilihan lokasi usaha pembenihan ikan lele dumbo ini. Hal ini karena secara umum ikan lele dumbo termasuk ikan yang bisa hidup di sembarang tempat, meski demikian dalam budidayanya pemilihan lokasi yang tepat harus diperhatikan.

Syarat – syarat lokasi yang tepat harus dipenuhi agar proses usaha pembenihan ikan lele dumbo dapat berlangsung dan berproduksi adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan kolam(persiapan kolam) adalah kolam pemijahan dan ukuran

kolam untuk pemijahan = 2x4m, ketinggian kolam ± 60 – 80cm dan berupa kegunakan sistem buang air bawah(C-pond), kondisi kolam dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari kuman, virus, bakteri (sterilkan kolam dengan larutan disinfektan dan dikeringkan dengan panas matahari ± 2 hari), aliran air masuk berseberangan dengan air yang keluar dan isi air dengan ketinggian ± 20cm pada kolam.

b. Di lokasi tersebut tersedia air dalam kualitas dan kuantitas yang

mencukupi. Walaupun ikan lele dumbo dapat hidup dalam air yang keruh, kualitas air sangat mengdukung pertumbuhan ikan lele dumbo. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk kolam budidaya ikan lele dumbo adalah air sumur kedalaman 10m, dan harus banyak mengandung mineral,

zat hara, serta tidak tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga dan industri. Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele dumbo adalah air bersih yang berasal dari sungai, air hujan dan air sumur. Kualitas air yang baik untuk budidaya pembenihan ikan lele dumbo haruslah memenuhi syarat variabel-variabel fisika, kimia dan biologi yang baik, meliputi kejernihan air serta berbagai kandungan mineral di dalamnya.

Berikut ini kondisi optimal air untuk budidaya pembenihan ikan lele dumbo:

1. Suhu minimum 20°C, suhu maksimum 30°C dan suhu optimum 24–

27°C.

2. Kandungan oksigen minimum 3 ppm.

3. Kandungan karbon dioksida (CO²)di bawah 15 ppm, NH3 di bawah

0,005 ppm, NO2 sekitar 0,25 ppm dan NO³ sekitar 250 ppm.

4. Tingkat derajat keasaman :

- Dari konsentrasi Ion hydrogen, menunjukan bahwa air (H2O) akan bereaksi menjadi asam atau basa.

- Skala pH berderet dari 0-14, dan pH 7 adalah netral, pH akan turun (keasamanan meningkat) bila konsentrasi CO2 meningkat dengan pH terlalu rendah,air akan bersifat asam

45

2. Bahan Baku.

Input yang digunakan untuk kegiatan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang utama adalah Induk ikan lele dumbo. Disamping itu juga membutuhkan berbagai jenis pakan seperti: pelet dan sisa-sisa makanan rumah tangga dan pakan benih adalah Cacing sutra, Pakan udang tepung, pelet yang paling kecil(direndam)dll. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan usaha benih ikan lele dumbo diperlukan peralatan penunjang dan sarana produksi utama budidaya benih ikan lele dumbo. Adapun fasilitas produksi dan jenis peralatan yang digunakan dalam satu unit usaha budidaya pembenihan ikan lele dumbo dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 : Fasilitas dan Peralatan Untuk Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo.

No Nama Fasilitas dan Peralatan Jumlah

1. Pompa air(sanyu) 1 unit

2. Jaring Ikan

5 buah

3. Untuk mengukur (bak)ukuran 1-10cm benih ikan lele

dunbo 10 buah

4. Jala 3 buah

5. Drum 4 buah

6. Ember besar 4 buah

7. Timbangan 1 unit

3. Tenaga Kerja.

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembenihan ikan lele dumbo ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan relatif banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta fasilitas pendukungnya. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam operasionalnya hanya membutuhkan 1–2 orang pekerja untuk satu unit usaha yang dilakukan secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini umumnya dibayar secara harian/mingguan/bulanan. Pekerja antara lain melaksanakan kegiatan membeli pakan, memberikan pakan ikan lele dumbo, melakukan pembersihan, memanen serta menjaga keamanan.

Keberhasilan usaha budidaya lele dumbo sangat ditentukan oleh kejujuran dan kedisiplinan karyawan atau pelaksana kerja sehari-hari. Kontrol yang ketat merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kebocoran-kebocoran yang berakibat pada pembengkakan pada biaya operasional. Pada usaha benih ikan lele dumbo kebocoran yang sering terjadi adalah pada penggunaan pakan. Pemberian pakan yang berlebihan selain akan menyebabkan pembengkakan biaya operasional juga akan menurunkan produktivitas dan menurunkan kualitas perairan.

4. Teknologi Pembenihan.

1. Pengelolaan Induk Lele Dumbo.

Induk ikan lele dumbo yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada morfologi, fekunditas, daya

47

tetas telur, pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh ketika dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses seleksi yang ketat.

Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele dumbo antara lain: umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm. Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm.

Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.

Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan betina dapat berimbang. Induk lele dumbo sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam bak tembok dengan padat tabar 5 ekor/m2 dapat dengan air mengalir ataupun air diam. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2 – 3 % dari bobot biomasa dan frekuensi pemberian 3 kali per hari.

2. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva.

Pemijahan ikan lele dumbo dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan

dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.

Pemijahan alami dan semi alami menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan 1 : 1 baik jumlah ataupun berat. Bila induk betina atau jantan lebih berat dibanding lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1 : 2 yang dilakukan secara bertahap. Misalnya, induk betina berat 2 kg/ekor dapat dipasangkan dengan 2 ekor induk jantan berat 1 kg/ekor. Pada saat pemijahan, dipasangkan induk betina dan jantan masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar setengah telur keluar atau induk jantan sudah kelelahan, dilakukan penggantian induk jantan dengan induk yang baru. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik atau tembok dengan ukuran 2 x 1 m dengan ketinggian air 15 – 25 cm. Kakaban untuk meletakkan telur disimpan di dasar kolam.

Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi dengan sperma dari jantan berat 0,7 kg).

Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya). Ekstrak hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan mas sebagai donor.

49

Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan mas). Penyuntikan menggunakan ovaprim atau ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml/kg induk.

Penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular yaitu pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur 10 – 14 jam tergantung pada suhu inkubasi induk. Prosedur pemijahan buatan meliputi: Pemeriksaan ovulasi telur pada induk betina, Pengambilan kantung sperma pada ikan jantan, Pengenceran sperma pada larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dengan perbandingan 1 : 50 – 100 Pengurutan induk betina untuk mengeluarkan telur, Pencampuran telur dan sperma secara merata untuk meningkatkan pembuahan (fertilisasi), Penebaran telur yang sudah terbuahi secara merata pada tahap penetasan.

Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.

Telur lele dumbo menetas 30 – 36 jam setelah pembuahan pada suhu 22 – 25 °C. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan dalam

penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva umur 4 – 5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam.

3. Pendederan I dan Pendederan II

Benih ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau kolam pendederan. Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex, pakan udang tepung, pelet atau pakan buatan dengan dosis 10 – 15% bobot biomass.

5. Proses Produksi

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan hasil persilangan ikan

lele lokal yang berasal dari Afrika dengan lele lokal dari Taiwan. Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia oleh sebuah perusahan swasta pada tahun 1985. Ciri khas dari ikan ini adalah sirip dadanya yang dilengkapi sirip keras dan runcing yang disebut patil. Patil ini berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk

bergerak. Selain itu juga ada alat yang disebut aboresent yang bentuknya

berlipat-lipat penuh dengan pembuluh darah. Dengan alat tersebut ikan ini mampu mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga dapat hidup dalam waktu yang cukup lama pada lumpur lembab bahkan tanpa air sama sekali.

Ikan lele mempunyai sifat aktif pada malam hari (noctural). Hal ini berarti bahwa ikan lele dumbo akan lebih aktif jika diberi makan pada malam hari. Pemberian pakan yang tepat, baik frekuensi ataupun jumlahnya akan lebih mengefisienkan biaya yang diperlukan. Dengan memahami sifat biologi ikan tersebut, maka pada akhirnya hanya budidaya yang paling efisien yang akan

51

Dokumen terkait