KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI.
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
TERESA SOARES NPM. 0724010003
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”JAWA TIMUR SURABAYA
TERESA SOARES NPM. 0724010003
Telah diperhatikan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Managemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 13 Juni, 2011. Telah disetujui oleh :
Pembimbing :
Tim Penguji : 1. Pembimbing Utama 1. Ketua
Dr. Ir. EKO NURHADI, MS Ir. A. RACHMAN W, SU
2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris
Ir. NURIAH YULIATI, MP Dr. Ir. EKO NURHADI, MS
3. Anggota
Prof. Dr. Ir. H. SYARIF IMAM HIDAYAT, MM
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih atas anugerah, berkat, kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmatNya yang telah di anugrahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA
TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI ”. Skripsi
penelitian merupakan salah satu Tugas Akhir jurusan Manajemen Agribisnis pada Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam melaksanakan skripsi penelitian mulai dari awal sampai dengan selesainya skripsi penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya atas segala bantuan Kepada pihak – pihak yang telah memberikan dukungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung yang sangat bermamfaat bagi penulis. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. EKO NURHADI, MS selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Ir. NURIAH YULIATI, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan hingga dapat terselesaikannya laporan skripsi ini. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
3. Kepada Bapak dan Ibuku “ Manuel Canizio Soares dan Hermenegilda Das Neves Soares” terima kasih atas doa dan dukungan moril, spiritual dan materialnya untuk penulis.
4. Kakakku “Angelino Soares dan Tobyas Soares” yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Kekasihku Mateus menezes , atas dukungan dan doanya.
6. Teman-teman angkatan 2007 khususnya Davi, Adam, Firman, Rizal, lusiana, Riana, Agustinus, atas dukungan dan masukan-masukannya. 7. Arek-arek khususnya di kontrakan : Mateus, Dila, Nelly, Ikhu, yang selalu
membantu dalam penyusunan Skripsi ini.
Semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tentunya banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan, agar penulisan ini dapat memberikan mamfaat bagi pembaca semua dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan skripsi ini.
Surabaya, 13 Juni 2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Penelitian Terdahulu ... 5
2.2. Tinjauan Tentang Ikan Lele ... 6
2.3. Bentuk dan Macam Ikan Lele ... 7
2.4. Prospek Bisnis Ikan Lele Dumbo ... 8
2.5. Teori Produksi dan Teori Konsumsi ... 9
2.5.1. Teori Produksi... 9
2.5.2. Teori Konsumen ... 10
2.6. Teori Permintaan dan Teori Penawaran... 11
2.6.1. Teori Permintaan ... 11
3.2. Hipotesis ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN ... 23
4.1. Studi Pendahuluan ... 23
4.2. Penentuan Responden ... 23
4.3. Pengumpulan Data ... 24
4.4. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 24
4.4.1. Definisi Operasional... 24
4.4.2. Kajian Usaha perikanan ... 26
4.5. Metode Analisis Data ... 27
4.5.1 Pengertian Analisis Data ... 27
BAB V KEADAAN UMUN DAERAH ... 34
5.1. Letak Wilayah Desa Tulungrejo ... 34
5.2. Keadaan Sosial Ekonomi Daerah ... 35
5.3. Karakteristik Petani Contoh ... 36
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
6.1. Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo ... 42
6.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... 51
6.4. Analisis Pengaruh Luas Kolam, Jumlah Produksi Benih Ikan Lele Dumbo, dan Pengalaman Petani Terhadap Pendapatan Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo,
dan Peluang Pasar ... 64
6.5. Peluang Pasar Benih Ikan Lele Dumbo ... 68
6.6. Alternatif Mengatasi Masalah Usaha Benih Ikan Lele Dumbo Di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri ... 69
6.6.1. Masalah Hama Dan Penyakit ... 74
6.6.2. Produksi Sosial Ekonomi ... 78
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
7.1. Kesimpulan ... 86
7.2. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Perhitungan Anova Pengaruh Terhadap Penaksiran Model ... 32
2. Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 35
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 35
4. Umur petani contoh di desa Tulungrejo tahun 2010 ... 37
5. Tingkat Pendidikan Petani Contoh Desa Tulungrejo tahun 2010 ... 38
6. Luas Lahan Yang Dimiliki Petani Contoh Tahun 2010 ... 39
7. Fasilitas dan Peralatan Untuk Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo ... 45
8. Umur Petani Responden di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 51
9. Luas Kolam Pemilikan Petani Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 52
10.Tingkat Pendidikan Responden Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 53
11.Alasan Petani Membudidaya Benih Ikan Lele Dumbo Di Lihat Dari Pendekatan Secara Sosial Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 54
12.Alasan Petani Membudidaya Benih Ikan Lele Dumbo Dilihat Dari Pendekatan Secara Ekonomi Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 56
13.Macam – Macam Biaya, Biaya Variabel, Biaya Tetap, Total Biaya Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 58
17.Alternatif Masalah – Masalah Yang Di Hadapi Oleh Usaha Benih Ikan Lele Dumbo Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman 1. Biaya Variabel Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di
Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 89 2. Biaya Tetap Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di
Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 91 3. Total Biaya Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di
Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 93 4. Total Penerimaan Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di
Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 94 5. Total Pendapatan Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di
Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 95 6. Jumlah Luas Kolam, Jumlah Produksi dan Pengalaman Terhadap
Pendapatan di Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 96 7. Regresi Usaha Benih Ikan Lele Dumbo. ... 97 8. Kuesioner Untuk Kajian Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di Ds. Tulungrejo
Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 98 9. Foto Dalam Proses Usaha Pembenihan di Desa Tulungrejo, Kecamatan
ABSTRAK
Potensi usaha yang dimiliki oleh masing-masing wilayah ternyata memiliki
peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui proses
Pengembangan usaha benih ikan lele dumbo yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah mengembangkan usaha air tawar yang telah ada sebelumnya, maupun usaha
yang masih baru. Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai,
waduk dan danau), maupun kolam, yang dipengaruhi oleh potensi.
Nilai tambah dari pengolahan beberapa hasil usaha mempunyai prospek yang
cukup baik untuk dikembangkan di perdesaan. Kebijakan dan strategi operasional
yang mendukung ke arah tersebut dalam program revitalisasi pertanian, yakni
agroindustrialisasi perdesaan. Ikan lele dumbo merupakan usaha yang sangat tepat
untuk dikembangkan dalam program ini. Walaupun ada desa lain yang mempunyai
ikan lele dumbo tetepi pula ikan yang dihasilkan oleh usaha lain misalnya ikan
mujair, ikan bandeng, akan tetapi penggunaannya dimasyarakat tidaklah sepopuler
ikan lele dumbo.
Dari perhitungan R/C ratio yang didapatkan sebesar 10.080895782
menunjukan bahwa usaha benih ikan lele dumbo efisien atau menguntunkan karena
nilainya lebih dari 1.
Persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y =
5.422X1 -39294.5X2 + 21524.708X3 dan signifikan : p1 = 0,000, p2 = 0,005, p3 =
0,013. Diperoleh nilai Fhitung sebesar 18.087 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000
artinya ketiga indicator jumlah produksi benih ikan lele dumbo, luas kolam dan
pengalaman usaha benih ikan lele dumbo secara simultan mempengaruhi pendapatan
usaha benih ikan lele dumbo. Diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.676
atau 67.6%. artinya ketiga indicator jumlah produksi benih ikan lele dumbo, luas
kolam dan pengalaman usaha benih ikan lele dumbo mempengaruhi persamaan yang
dihasilkan salah satu pengaruh dari variabel lain yang tidak dipergunakan dalam
persamaan regresi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Potensi usaha yang dimiliki oleh masing-masing wilayah ternyata memiliki peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui proses Pengembanga usaha benih ikan lele dumbo yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengembangkan usaha air tawar yang telah ada sebelumnya, maupun usaha yang masih baru. Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai, waduk dan danau), maupun kolam, yang dipengaruhi oleh potensi wilayah yang ada. Kebutuhan ikan lele dumbo bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika dikembangkan oleh kelompok usaha mina jaya. Usaha dibidang usaha air tawar memiliki prospek yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi, baik berupa ikan segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen (Murtidjo B. A. 2001), proses pengolahan dan pemasaran.
tidaklah sepopuler ikan lele dumbo. usaha, seperti diketahui merupakan bahan makanan yang diyakini mempunyai rasa yang lezat dan empuk sehingga minat terhadap ikan lele dumbo ini meningkat. Banyaknya peminat tentu harus diimbangi dengan produksi yang mencukupi, sehingga pembudidayaannya harus dilakukan dengan baik (Prihartono E, 2004).
3
1.2. Rumusan Masalah
Objek usaha di Desa Tulungrejo yang paling banyak menghasilkan ikan lele dumbo berasal dari kolam yakni 45.000.000 kg. Produksi ikan lele dumbo tahun 2011 sebanyak 65.000.000 kg. Melihat potensi usaha yang ada di Desa Tulungrejo.
Dalam mendukung kajian usaha khususnya budidaya ikan lele dumbo yang ada di wilayah Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri,
diperlukan data/informasi yang dipakai dalam rencana kajian usaha tersebut. Biaya, produksi, penerimaan, pendapatan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis adalah:
1. Apakah budidaya benih ikan lele dumbo layak dikembangkan? 2. Bagaimana peluang pasar dari usaha benih ikan lele dumbo?
3. Bagaimana alternatif mengatasi Masalah usaha benih ikan lele dumbo di Tulungrejo?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah
1. Untuk mengetahui kelayakan usaha benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
2. Untuk mengetahui peluang pasar benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak berikut: 1. Penelitian dan lembaga akademisi; sebagai informasi ilmiah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Topik yang dibahas pada. penelitian ini pernah dibahas dan diteliti oleh
penelitian lain dangan objek yang berbeda, antara lain adalah :
1. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina
pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25 persen dari bobot
tubuh dan pada ikan jantan 5-10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
semakin rneningkat tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada
dalam gonad akan menjadi semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh
Deden (2002), bahwa kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh
perkembangan diameter rata-rata telur dan melalui distribusi penyebaran
ukuran telurnya.
2. Menurut Cahyono B, (2000), ikan lele dumbo memiliki beberapa
keunggulan yaitu ikan lele dumbo memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat,
ikan lele dumbo juga mudah dibudidayakan, dagingnya cukup tebal serta
dari segi harga ikan lele dumbo lebih murah. Sedangkan ikan gurami
merupakan komoditi usaha air tawar yang kurang diminati untuk
dibudidayakan. Penyebabnya, ikan ini tumbuh sangat lambat. Menurut
Singarimbun M. dan Effendi S. (1995) teknik survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai
3. Menurut Surakhmad W. (1978) adalah penyelidikan (penelitian) yang
mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis
(sejarah) suatu masalah. Penerapan teknik historis dari penelitian ini adalah
studi yang bersifat bibliografis yakni dengan membuat ikhtisar, amotasi, atau
pembahasan sistematis terhadap karya ilmiah, dalam bidang tertentu
(Surakhmad W, 1978).
2.2. Tinjauan Tentang Ikan Lele
Lele dumbo merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh
memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele dumbo mempunyai beberapa
nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan
pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele
atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali
(Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca
tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish
dan walking catfish, ikan lele dumbo (Clarias batrachus) pertama kali matang
kelamin pada umur satu tahun
(Chinabut et al. 1991) dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran
berat tubuh 100 sampai 200 gram (Mollah dan Tan 1983; Suyanto 1986).
Di Thailand, ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari
bulan Mei sampai Oktober (Kumalasanti Inneke, Surjatin dan Primyastanto M.
7
2.3. Bentuk dan Macam Ikan lele
Ikan lele adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar, ikan ini
mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licing, agak pipih memanjang
seta memiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis (spesies), sedikitnya terdapat 55
spesies (jenis) ikan lele dumbo ini di seluruh dunia. Ikan- ikan marga clarias ini di
kenali dari tubuhnya yang licing memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung
dan siripanus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor,
menjadikannya nampak seperti sidak yang pendek. Kepalanya keras menulang di
bagian atas, dengan mata yang kecil dan lebar yang terletak di ujung moncong, di
lengkapi dengan empat pasang sungut perabah ( barbels) yang amat berguna untuk
bergerak di air yang gelap. Lele dumbo juga memiliki alat pernafasan tambahan
berupa modifikasi dari busur insangya. Terdapat Sepasang patil, yakni duri tulang
yang tajam pada sirip-sirip dadanya.
Ada 6 macam-macam ikan lele dumbo yang dapat berkembang di
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Clarias gariephenus (Burchell, 1822). Disebut sebagai lele dumbo (king
catfisa,). Menyebar luas di Afrika dan Asia, kini diternakkan di Asia
tenggara, termasuk di Indonesia.
2. Clarias teysmani (Bleeker, 1857). Dinamakan juga sebagai lele kembang,
3. Clarias melanoderma (Bleeker 1846). Disebut juga dengan wiru, wais,
ikan duri, atau lele hitam. Terdapat di lembab sungai Mekong, Sumatra,
Jawa, Kalimantan dan Filipina.
4. Clarias nieuhofi (valenciennes, 1840). Disebut juga dengan limbat, lembat.
Terdapat di Sumatra, Kalimantan, India, Filipina, Thailand, dan pesisir
Kamboja serta kemungkinan disisi pegunungan cardamom di arah sungai
Mekong.
5. Clarias loiacanthus (bleeker, 1951). Endemic di Kalimantan barat di aliran
sugai Kapuas.
6. Clarias batrachus (Linnaeus, 1758), disebut, lele kampung, kalang, ikan
maut, ikan pintet. Menyebar di Asia selatan dan Asia tenggara termasuk di
Sumatra, Jawa dan Kalimantan, pada clarias batrachus terdapat 3 variasi
warna tubuh, yaitu hitam (kelabu), putih dan merah.
2.4. Prospek Bisnis Ikan Lele Dumbo
Menurut Cahyono (2001), prospek kajian usaha di masa mendatang, dapat
di lihat dari perkembangan kemajuannya. Peningkatan jumlah penduduk akan
membawa akibat yang luas terhadap berbagai sisi kehidupan di alam masyarakat.
Jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahun tidak hanya menuntut
peningkatan penyediaan lahan pangan, tetapi juga berdampak meningkatnya
kegiatan pembangunan di berbagai sektor riil. Misalkan pembangunan industri,
9
untuk usaha. Hal ini di karena terjadinya pengalihan fungsi lahan tersebut untuk
pembangunan sektor riil.
Prospek bisnis ikan lele dumbo sangat menguntungkan (Indrawan, 1987)
selain pertumbuhannya cepat dan rasanya enak, kandungan gizinya pun tinggi.
Bayangkan, hanya dalam tempo 3 bulan sudah mampu berbobot 300 gram.
Keadaannya yang seperti ini tentu sangat menguntungkan bila dibudidayakan
secara komersial. Karena itu tak heran bila waktu itu orang berlomba memelihara
lele dumbo tak peduli apakah nantinya untung atau rugi, tujuan mereka hanya
mencari kepuasan dan lebih mengenal sosok cat fish. Tetapi ternyata banyak
usaha yang gagal setiap kali mencoba. Akhirnya kolam yang dibangun dengan
biaya tidak sedikit dibiarkan terbengkelai begitu saja.
2.5. Teori Produksi dan Teori Konsumsi
2.5.1. Teori Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (factor produksi)
menjadi suatu output. Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai
landasan teknis, yang di dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi yaitu
merupakan suatu persamaan yang menunjukkan hubungan ketergantungan
(fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan
tingkat output yang di hasilkan, (Hidayat S, 2002.)
Ikan Lele dumbo adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer.
Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara
berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri dan murah. Dari sisi budidaya, lele
dumbo relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu
panen yang singkat. Pengolahan yang paling populer adalah dengan digoreng, dan
disajikan sebagai pecel lele. Bentuk pengolahan lain adalah dengan diberi bumbu
mangut (mangut lele).
Jika sudah mendapat pemasok lele dumbo, usaha harus memikirkan
mengenai pilihan produk. Ikan lele dumbo bisa diolah menjadi bermacam-macam
produk karena tidak beraroma amis seperti ikan laut. Sejauh ini, makanan olahan
berbahan baku lele dumbo yang beredar di pasar meliputi abon, keripik, es krim,
dan nugget. Jika belum punya ide sendiri, usaha bisa memilih salah satu dari
sekian banyak jenis makanan olahan lele dumbo.
2.5.2. Teori Konsumen
Konsumen adalah setiap pemakaian atau penggunaan barang atau jasa baik
untuk kepentingan diri sendiri atau kepentingan orang lain. Namun secara
sederhana dapat diartikan sebagai pengguna barang dan jasa.
Masing-masing konsumen merupakan pribadi unik dimana antara
konsumen yang satu dengan yang lain memiliki kebutuhan yang berbeda juga
perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, dari
perbedaan-perbedaan yang unik tersebut ada satu persamaan yakni setiap saat konsumen
akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada saat mengkonsumsi suatu
barang ataupun jasa. Tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dalam
11
Selain harga yang Konsumen lele dumbo sangatlah luas. Tidak saja
masyarakat perdesaan, namun juga masyarakat perkotaan, seiring daya melemah
daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi, lele dumbo semakin di minati,
tidak hanya kelas mengah kebawah yang makan diwarung-warung tenda dengan
sambal terasi dan lalapan, tetapi telah merambah kekonsumen menengah atas.
Munculnya fenomena pecel lele kian mendongkrak citra lele dimata
masyarakat. Makanan khas ini kian digemari, bahkan mampu menggeser makanan
khas lainnya, yaitu soto yang sudah dulu digemari terjangkau,warung pecel lele
ini banyak ditemui di pinggir-pinggir jalan. bahkan disurabaya, pecel lele menjadi
santapan yang digemari mahasiswa, sebagai sumber protein murah, nilai gizi lele
termasuk tinggi dan baik untuk kesehatan karena tergolong makanan kandungan
lemak yang relatif rendah dan mineral yang relatif tinggi. Dalam setiap 100 gram,
kandugan lemak ikan ini hanya 2 (dua) gram, jauh lebih rendah dibanding daging
sapi (14 gram), apa bilah daging ayam (25 gram). Selain kaya zat gizi, lele juga
menbantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung
karena rendah lemak. kebutuhan atau permintahan terhadap lele tak perna surut
bahkan cenderung meningkat setiap tahun produksi yang ada semuanya dapat
terserap asal dengan baik.
2.6. Teori Permintaan dan Teori Penawaran
2.6.1. Teori Permintaan
Permintaan terhadap barang dan jasa oleh masyarakat modern memiliki
Keberagaman permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik. Kebutuhan biologis dan kebutuhan adat istiadat
(budaya). Selera individu konsumen bervariasi dapat mengebabkan oleh karena
perbedaan umur, pendidikan, status perkawina dan status sosial, penghasilan, gaya
hidup, adat istiadat, dll.selera individu konsumen senantiasa berubah. Kemampuan
suatu barang atau jasa memberikan kepuasan kepada konsumen di tentukan oleh
mutuh (kualitas) barang atau jasa tersebut. Semakin tinggi kualitas suatu barang
atau jasa, semakin tinggi juga kemampun barang atau jasa tersebut memberikan
kepuasan kepada konsumen. Konsumen akan memperoleh kepuasan yang tinggi
jika ia memperoleh barang dengan harga yang murah, bentuk barang yang
menarik, kemasan yang sesuai dengan selera, rasa yang cocok dan mudah di
peroleh (kartasapoetra, 1985).
Menurut soedarsono (2000), permintaan suatu barang adalah jumlah
barang yang di minta konsumen dengan tingkat harga, tempat dan waktu tertentu.
Untuk dapat mengetahui lebih lanjut, mengenai konsep permintaan, maka dapat di
pelajari tentang fungsi permintaan. Fungsi permintaan merupakan fungsi yang
menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan suatu barang dan semua
faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan yaitu:
a. Harga barang itu sendiri
Harga suatu barang dan jumlah permintaan barang mempunyai hubungan
13
turun. Sebaliknya, jika barang itu turun, maka permintaan barang itu akan
naik.
b. Harga barang lain (harga barang substitusi)
Perubahan harga barang lain mengebabkan perubahan permintaan. Barang
substitusi merupakan barang pengganti yang mempunyai hubungan positif
terhadap permintaan.
c. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan suatu barang,
hal tersebut akan terjadi jika masyarakat memiliki daya beli dan jika daya
beli masyarakat meningkat maka jumlah yang di minta meningkat pula
demikian sebaliknya.
d. Pendapatan perkapita
Jika pendapatan mengalami kenaikkan maka permintaan akan cenderung
meningkat, sehingga adanya kenaikan pendapatan menggeser kurva
permintaan ke arah kanan dan sebaliknya jika pendapatan menurun
menggeser permintaan ke kiri. Naik turunnya harga suatu barang yang di
minta, dinyatakan dalam hukum Permintaan yaitu jika harga barang naik
maka jumlah barang yang di minta sedikit dan jika harga barang turun
maka jumlah barang yang di minta lebih banyak. Hal tersebut dapat di
Px
Dx
0 Qx
Gambar 1. Kurva Permintaan
Keterangan :
Dx = kurva permintaan barang x
Px = harga barang x
Qx = jumlah barang x yang diminta
2.6.2. Teori Penawaran
Penawaran adalah sejumlah barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual
kepada konsumen pada suatu pasar, waktu dan harga tertentu. Apabila harga yang
bersedia dibayar oleh konsumen lebih tinggi maka produsen akan memproduksi
barang dalam jumlah yang lebih besar untuk dijual dipasar, sebaliknya jika harga
yang bersedia dibayar konsumen lebih rendah maka produsen tidak akan
memproduksi barang terlalu banyak. Jadi perubahan jumlah yang ditawarkan
mempunyai arah yang bersamaan dengan perubahan harga atau jika harga naik
maka jumlah yang di tawarkan akan meningkat, secara matematis kurva
penawaran mempunyai slope (kemiringan) yang positif. Hal tersebut dapat dilihat
15
Px Sx
0 Qx
Gambar 2. Kurva Penawaran
Keterangan :
Sx = kurva penawaran barang x
Px = harga barang x
Qx = jumlah barang x yang ditawarkan
2.7. Teori Harga
Harga merupakan faktor utama dalam suatu perdagangan karena peran
harga dalam hal ini sangatlah penting, dengan terbentuknya harga tersebut maka
akan timbul suatu hubungan kerjasama di mana yang dapat memberikan suatu
keuntungan atau saling menguntungkan antara produsen dan konsumen. Sehingga
banyak usaha mengalami kesulitan dimana banyaknya perubahan yang dilakukan
oleh usaha demi keberhasilan dan daya saing usaha ikan lele dumbo.
Barang mempunyai harga karena harga barang itu berguna dan jumlahnya
terbatas atau langka, harga dalam hal ini terbentuk dari suatu interaksi antara
permintaan dan penawaran dari barang atau jasa, sehingga kegunaan dari suatu
maka akan mendorong berapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan atau
keterbatasan dari jumlah suatu barang itu dengan cara menjualnya ataupun
memproduksinya sehingga dari adanya dua hal tersebut maka timbul penawaran.
Permintaan dan penawaran suatu barang ataupun jasa dalam hal ini
merupakan kekuatan-kekuatan pasar, dimana yang dapat membentuk suatu harga
pasar dalam pasar bersaing karena harga barang tersebut terbentuk pada saat
terjadinya kesesuaian antara penjualan dan pembeli pada tingkat jumlah barang
tertentu dengan demikian titik potong antara kurva permintaan dan penawaran
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Kajian usaha ikan lele dumbo selama ini di tinjau dari perluasan kolam
area mengalami penurunan dan peningkatan sehingga Kejadian ini semuanya
menyebabkan usaha menjadi rugi yang berakibat pengeluaran yang lebih banyak.
Sehingga pasokan usaha benih ikan lele dumbo berkurang bahkan sudah ada
beberapa usaha benih ikan lele dumbo yang sudah menghindar karena kurangnya
permintaan dari konsumen. Ini diakibatkan daya saing tentang harga, Harga
merupakan faktor utama dalan suatu perdagangan karena peran harga dalam hal
ini sangatlah penting, dengan terbentuknya harga tersebut maka akan timbul suatu
hubungan kerjasama di mana yang dapat memberikan suatu keuntungan atau
saling menguntungkan antara produsen dan konsumen. Sehingga banyak usaha
mengalami kesulitan dimana banyaknya perubahan yang dilakukan oleh usaha
demi keberhasilan dan daya saing usaha benih ikan lele dumbo.
Menurunya jumlah permintaan benih ikan lele dumbo dikarenakan, hasil
perkolam ikan yang merosot dan areal pembibitan/pembenihan yang semakin
sempit. Pengaruh lain dari itu juga dipengaruhi oleh sistem yang digunakan,
apabila sebelumnya menggunakan sistem keprasan dan cemplongan maka
sekarang menggunakan sistem program bongkar kolam ikan lele dumbo. Dimana
program sebelumnya tidak memberikan hasil yang optimal dari produksi dari
disinilah sering terjadi daya saing antar sistem dalam suatu usaha. Jika usaha
sistem dilakukan maka usaha atau kerjasama usaha akan berubah dan tidak
menggunakan program sebelumnya.
Banyaknya pengaruh yang ada dalam suatu sistem pembibitan, maka
dipengaruhi juga oleh harga ikan lele dumbo yang rendah sehingga banyak petani
yang pindah arah ke usaha lain. Dikarenakan dari usaha lain tersebut petani dapat
meraih keuntungan yang lebih besar dan dapat dipanen dua kali dalam setahun.
Turunnya usaha ikan lele dumbo berakibat pada turunnya produktivitas lahan dan
kandungan randemen dalam usaha ikan lele dumbo, sehingga usaha benih ikan
lele dumbo melakukan investigasi terhadap permintaan yang semakin rendah. Ini
mengakibatkan persaingan antar sistem atau program yang dilakukan dalam usaha
benih ikan lele dumbo, apabila usaha menggunakan sistem lama maka hasilnya
akan rendah dan berpengaruh pada randemen yang dihasilkan. Menggunakan
sistem bongkar kolam sama dengan melakukan usaha secara keseluruahan dari
pada penbenihan ikan lele dumbo yang dimaksud adalah pembibitan dilakukan
secara keseluruhan. Sehingga mengakibatkan usaha yang dihasilkan semakin
tinggi di bandingkan dengan sistem lain yang tidak dilakukan pembongkaran
kolam ikan secara keseluruhan dari pada usaha benih ikan lele, sehingga
terciptanya daya saing dalam peningkatan randemen dari masing -masing sistem.
Usaha merupakan bagaimana seorang mengalokasikan sumber daya yang
ada secara efektif untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasi
19
efisiensi bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (input)
yang melebihi masukan (output).
Dalam rangka kajian usaha benih ikan lele dumbo diperlukan adanya
sarana produksi antara lain berupa benih ikan lele dumbo itu sendiri. Proses
produksi adalah suatu proses budidaya telur ikan lele dumbo menjadi benih ikan
lele dumbo yang siap ditebar di tambak. Dimana proses produksinya dilakukan per
bak/siklus, dalam 1 (satu) tahun ada 8(delapan) siklus. Benih ikan lele dumbo
dapat berasal dari usaha pembenihan ikan skala besar maupun usaha pembenihan
skala rumah tangga. Suplai benih ikan secara berkelanjutan diperlukan biaya-biaya
untuk memenuhi kebutuhan kajian budidaya ikan lele dumbo sehingga dapat
menjadi suatu lapangan usaha tersendiri yang cukup menguntungkan. Biaya-biaya
tersebut meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya tetap adalah biaya yang
harus dikeluarkan oleh suatu usaha, yang besarnya tetap dan tidak tergantung pada
usaha yang dihasilkan. dan biaya tidak tetap adalah biaya terkait secara langsung
dengan variasi dalam pengeluaran, semakin besar pengeluaran semakin besar pula
biaya variabelnya.
Di wilayah Tulungrejo usaha pembenihan ikan lele dumbo skala rumah
tangga pada umumnya menguntungkan secara ekonomi, biasa dilakukan oleh
masyarakat, dikarenakan permintaan yang masih tinggi harga yang selalu
meningkat, pengusaha yang semakin banyak, produksi yang semakin meningkat.
Sehingga usaha tersebut diperkirakan dapat dijadikan peluang usaha masyarakat
Beberapa penyebab menurunya efisiensi dalam usaha ikan lele dumbo
antara lain seperti menurunnya produktivitas gula perhektar yang disebabkan oleh:
a. Terjadi pergeseran areal kolam dari lahan pekarangan rumah kelahan
kering,
b. Tidak segerah diikuti oleh inovasi dan adopsi teknologi budidaya ikan lele
dumbo lahan kering secara memadai, serta
c. Permintaan ikan lele turun. Namun beberapa tahun terakhir, ikan ini menjadi
primadona di antara ikan konsumsi air tawar yang memiliki nilai jual yang
sangat tinggi. Ini disebabkan oleh rasanya yang lezat dan empuk sehingga
minat terhadap ikan ini meningkat. Banyaknya peminat tentu harus
diimbangi dengan produksi yang mencukupi, sehingga pembudidayaannya
21
Berdasarkkan teori dan uraian di atas maka skema paradigmanya adalah
[image:33.612.132.486.160.551.2]sebagai berikut :
Gambar 3 : Paradigma Pembenihan Ikan Lele Dumbo Skala Rumah Tangga
Pasar :
1. Suplay
2. Deman
Kajian Usaha benih Ikan Lele Dumbo
Produksi Benih Ikan Lele Dumbo
Kelompok Petani
Harga Benih Ikan Lele Dumbo
Peluang pasar Benih Ikan Lele Dumbo
Peningkatan Pendapatan Benih Ikan Lele Dumbo
3.2. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil berdasarkan latar belakang, rumusan
masalah dan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Usaha budidaya benih ikan lele dumbo layak untuk dikembangkan.
2. Variable produksi, luas kolam, pengalaman dan harga berpengaruh
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Studi Pendahuluan
Studi penentuan wilayah Penelitian mengenai pembenihan ikan lele dumbo
dilaksanakan di wilayah kajian budidaya ikan di air tawar di mana daerah tersebut
banyak petani yang memiliki usaha pembenihan ikan lele dumbo skala rumah
tangga, yang mana usaha tersebut memang sangat menguntungkan sehingga perlu
di adakan penelitian.
4.2. Penentuan Responden
Populasi yang dimaksud adalah petani binaan yang mempunyai hubungan
dengan wilayah kajian budidaya air tawar tidak melakukan kemitraan dengan
petani melainkan melakukan pembinaan yang bersifat teknis, bagaimana tata cara
pembenihan yang baik. Hubungan kerjasama tersebut mempunyai kebutuhan di
dalam usahanya antara lain :
- Informasi tentang pembenihan ikan lele dumbo
- Informasi tentang penanggulangan penyakit
- Informasi tentang penjualan hasil pembenihan, dll.
Penentuan responden dilakukan pada petani-petani yang mempunyai usaha
pembenihan ikan lele dumbo skala rumah tangga, yang mempunyai hubungan
dengan wilayah kajian budidaya ikan lele dumbo.
Bertitik tolak dari pengertian tersebut dapat ditentukan responden yaitu
maka sampel yang di ambil 10% dari jumlah populasi yaitu sebesar 30 petani
benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo seluruh petani memiliki usaha benih
ikan lele dumbo, maka seorang penelitian dapat menarik kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan untuk seluruh populasinya (Fedinand A, 2006).
4.3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini Data yang diperlukan adalah data primer dan data
skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui,
wawancara, Sedangkan data sekundar adalah data yang diperoleh dari lingkungan
instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini meliputi : Usaha ikan lele
dumbo, lokasi usaha, struktur organisasi usaha dan sebagainya.
4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
4.4.1. Definisi Operasional
Definisi adalah istilah dan pengukuran variabel dalam penelitian adalah:
1. Usaha adalah pengolahan usaha pertanian di sebidang usaha ikan oleh
manusia yang di sebut petani atau usaha. Usaha Budidaya ikan terdiri dari
usaha pembenihan dan pembesaran. Sedangkan pada penelitian ini yang
dimaksud adalah usaha pembenihan ikan lele dumbo maka budidaya
pembenihan ikan lele dumbo adalah budidaya/pemeliharaan ikan mulai
dari ukuran benih hingga ukuran yang dijual. Tujuan analisis Regresi linier
berganda pada faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha benih
ikan lele dumbo di desa Tulungrejo, adalah untuk menentukan
25
lele dumbo yang dapat digunakan untuk mendukung penentuan strategi
kajian agribisnis ikan lele dumbo di Tulungrejo, kecamatan Pare,
kabupaten Kediri.
2. Biaya produksi usahatani adalah keseluruhan biaya yang di keluarkan
dalam kajian ikan lele dumbo yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel, di ukur dalam satuan rupiah (Rp).
3. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
besar kecilnya jumlah produksi yang di hasilkan. Di ukur dalam satuan
rupiah (Rp).
4. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung oleh besar
kecilnya produksi yang dihasilkan . hal ini meliputi biaya variabel tunai
seperti biaya bibit, obat, pakan, tenaga kerja, di ukur dalam satuan
rupiah(Rp).
5. Biaya pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu biaya yang di keluarkan dalam
kepentingan untuk memelihara ikan agar dapat menjadi media tumbuh
ikan lele dumbo yang aman dan baik dan di hitung dalam rupiah perbulan.
6. Biaya penyusutan adalah biaya susut alat-alat yang digunakan selama
proses produksi usaha benih ikan lele dumbo sebagai berikut:
n Hb Bp =
Keterangan :
Hb = Harga beli baru
7. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan
tenaga kerja manusia tersebut (Rp/Musim).
8. Produksi lele dumbo adalah produksi yang di hasilkan petani lele dumbo
pada saat itu dan di hitung satuan rupiah (Kg/Ha).
9. Penerimaan usaha adalah keseluruhan nilai produksi yang di peroleh petani
selama satu musim di ukur dalam satuan rupiah tiap perhektar (Rp/Ha)
Penerimaan = Q x P
Dimana : Q = jumlah produksi
P = harga jual
10.Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi
selama semusim di ukur dalam satuan rupiah tiap hektar (Rp/Ha)
Penerimaan = TR – TC
Dimana : TR = penerimaan (revenue)
TC = biaya produksi (cost)
11.Pengalaman budidaya adalah lamanya petani dalam melakukan kegiatan
budidaya kajian ikan lele dumbo yang di ukur dengan satuan pertahun.
12.Harga ikan lele dumbo adalah besarnya harga yang telah menjadi
ketentuan pasar (Rp/Kg).
13. R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi
usaha yang di keluarkan dalam budidaya usaha lele dumbo.
4.4.2. Kajian Usaha Perikanan
Kajian usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengembangkan
27
Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai dan danau),
maupun kolam, dan usaha di desa Tulungrejo rata-rata memiliki kolam dengan
menggunakan sumber air dari sumur dengan kedalaman 10-12meter untuk
mendapatkan air yang bagus dan penuh dengan oksigen untuk budidaya
pembenihan ikan lele dumbo yang dipengaruhi oleh potensi wilayah yang ada.
4.5. Metode Analisis Data
4.5.1. Pengertian Analisis Data
Analisis untuk mencapai tujuan pertama dan kedua, serta membuktikan
hipotesis pertama dan kedua adalah sebagai berikut :
1. Untuk mencapai tujuan pertama dan menguji hipotesis pertama digunakan
analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis finansial dan
menggunakan data harga riil :
a. Analisis biaya usaha adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh
petani yang berupa uang atau natura, meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. Besarnya biaya usaha dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
TC = TVC + TFC
Keterangan:
TC = total biaya (Rp)
TVC = biaya tidak tetap(Rp)
b. Analisis penerimaan usaha adalah keseluruhan nilai produksi yang
diperoleh petani selama satu musim diukur dalam satuan rupiah
perhektar. Untuk menghitung besarnya penerimaan digunakan rumus :
TR = Q x P
Keterangan :
Q = jumlah produksi (quality)
P = harga jual(price)
TR = total penerimaan
c. Analisis pendapatan usaha adalah selisih antara total penerimaan dengan
biaya produksi selama semusim diukur dalam satuan rupiah tiap hektar.
Dapat dihitung dengan rumus :
Pd = TR – TC
Keterangan :
TR = total penerimaan(Rp)
TC = total biaya(Rp)
Pd = pendapatan(Rp)
Efisiensi kajian agribisnis ikan lele dumbo layak tidaknya usaha
tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut, maka digunakan R/C ratio maka
semakin efisien kajian agribisnis ikan lele dumbo.
Perhitungan R/C ratio didasarkan persamaan sebagai berikut :
TC TR Ratio C
R =
Keterangan :
29
TC = total biaya
kriteria pengujian adalah :
- R/C > 1, usaha efisiensi dan menguntungkan
- R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak merugikan
- R/C < 1, usaha tidak efisiensi dan merugikan
2. Untuk mencapai tujuan kedua dan menguji hipotesis kedua yaitu
menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pada usaha ikan
lele dumbo. Dengan menggunakan 2 variabel diantaranya :
a. Sebagai variabel independen adalah jumlah produksi, luas lahan,
pengalaman budidaya ikan, harga ikan.
b. Sebagai variabel dependen adalah pendapatan usaha ikan lele dumbo.
Ada model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
e
X
X
X
Y
=
β
o+
β
1 1+
β
2 2+
β
3 3+
Keterangan :
Y = pendapatan usaha lele(Rp/Ha)
X1 = jumlah produksi(kg)
X2 = luas kolam (m2)
X3 = pengalaman budidaya ikan (th)
e = error
Untuk melaksanakan uji t, uji F dan R², maka dapat disusun
a. Uji F
Menguji ketepatan dari model regresi yang digunakan atau
menguji variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara
keseluruhan digunakan hipotesis sebagai berikut :
o H o =
β
1 =β
2 =β
3 =β
4 =Artinya tidak ada satupun variabel bebas atau independen
(X) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
variabel berkait (Y).
H1 = Paling tidak ada
β
i ≠0.Artinya minimal ada salah satu variabel bebas atau
independen (X) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata
terhadap variabel berkait (Y). Adapun rumus yang digunakan
untuk menghitung nilai F adalah sebagai berikut :
KTG KTR Fhitung =
Keterangan :
KTR = kuadrat total regresi
KTG = kuadrat total galat
kriteria penguji :
- Fhitung ≤ F tabel maka Ho diterima dan H1ditolak, artinya tidak
terdapat pengaruh nyata dari variabel independen terhadap
31
- F hitung > F tabel maka Hoditolak danH1diterima, artinya
terdapat pengaruh nyata dari variabel independen terhadap
variabel dependen.
b. Koefisien Determinasi ( 2
R )
Digunakan untuk menghitung persentase pengaruh variabel
independen yang diketahui terhadap variabel dependen dan sisanya
menjelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
JKT JKR
[image:43.612.134.506.276.521.2]R2 =
Tabel 1 : Perhitungan Anova Pengaruh Terhadap Penaksiran Model
SK DB JK KT
hitung
F
F
tabelRegresi P JKR JKR/p KTR/KTG (0,05)
Galat n-p-1 JKG JKG/n-p-1
Total n-1 JKT
Sumber : Data Primer Tahun 2011.
Keterangan :
SK = sumber keragaman
DB = derajat bebas
JK = jumlah kuadrat
KT = kuadrat tengah
c. Uji (Uji Parsial)
Untuk mengetahui adanya pengaruh dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka harus diuji
)
(
i
se
i
t
hitβ
β
=
Dimana Se (
β
i) = varβ
iKeterangan :
i
β
= koefisien regresi masing-masing variable independentSe (
β
i) = standart error masing-masing koefisien regresiHipotesis :
H0 :
β
i = 0 artinya tidak ada pengaruh nyata variabelindependen secara parsial terhadap variabel
dependen.
H0 :
β
i ≠ 0 artinya ada pengaruh nyata variabel independensecara parsial terhadap variabel dependen.
Kaidah pengujian :
- t hitung≤ t tabel (5%, n–k–1) maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya
tidak terhadap pengaruh nyata secara parsial dan variabel
independen terhadap variabel dependen.
- t hitung > t tabel (5%, n–k–1) dant hitung < t tabel (5%, n–k–1) maka H0 ditolak
dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh nyata secara parsial
dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Analisa deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan ke
33
usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo, kecamatan Pare,
kabupaten Kediri. Dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu
analisis yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberikan
5.1. Letak Wilayah Desa Tulungrejo
Desa Tulungrejo merupakan salah satu desa yang terdapa diwilayah
Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. Luas wilayah Desa
Tulungrejo yaitu seluas 38,13 Km persegi atau sekitar 807,019 Ha.
1. Desa Tulungrejo Terdiri Dari 5 Dusun yaitu:
Dusun Gondang,
Dusun Kekep,
Dusun Gerdu,
Dusun Junggo dan Dusun Wonorejo.
2. Batas Wilayah Desa Tulungrejo :
Sebelah Utara : Desa Sumberbrantas
Sebelah Selatan : Desa Punten
Sebelah Barat : Hutan Perum Perhutani BKPH Pujon KPH Malang
Sebelah Timur : Desa Sumbergondo
Untuk lebih jelasnya, lokasi Desa Tulungrejo terlihat pada peta desa yang
terletak pada lampiran … Wilayah desa Tulungrejo merupankan dataran rendah
dengan ketinggian ± 43 meter diatas permukaan laut, sedangkan suhu udara rata
– rata sebesar 23ºC. dengan suhu di desa Tulungrejo tersebut cenderung banyak
35
keseluruhan seluas 128,76 ha, dengan macam tanah yang digunakan tersebut
berbeda – beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2 : Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Tahun 2010
No Jenis Penggunaan Tanah Luas Tanah (Ha)
1.
2.
Tanah Kas Desa
Tanah Bondo Desa
25, 508
8
Total 33,508
Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo.
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanah di desa Tulungrejo sebanyak 33,508
dan sebagian besar jenis penggunaan tanah di desa Tulungrejo yaitu pada
penggunaan tanah kas desa sebesar 25,508 ha,diperuntukan sebagai perkarangan
atau pemukiman yang dimana jumlah penduduk di desa Tulungrejo sebesar 8.360
jiwa. Untuk penggunaan tanah bondo desa sebesar 8 ha, hal ini terkait pada mata
pencaharian di desa Tulungrejo sebagian besar sebagai petani.
5.2. Keadaan Sosial Ekonomi Daerah
Penduduk di desa Tulungrejo secara keseluruhan berjumlah 8.360 jiwa.
Untuk lebih jelasnya keadaan penduduk desa Tulungrejo menurut jenis kelamin
[image:47.612.128.508.197.512.2] [image:47.612.135.506.200.340.2]Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
1.
2.
Laki-Laki
Perempuan
4.076
4.284
Total 8.360
[image:48.612.131.508.315.497.2]Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo.
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk desa Tulungrejo sebanyak
8.360 jiwa. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di desa Tulungrejo
cukup tinggi. Sedangkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin hampir sama,
namun jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.076 jiwa lebih kecil dari penduduk
perempuan yang besarnya 4.284 jiwa.
Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pula terhadap kebutuhan tenaga
kerja pria di bidang pertanian yang secara tidak langsung berpengaruh pula
terhadap tingkat produksi serta pendapatan petani.
5.3. Karakteristik Petani Contoh
Hasil penelitian terhadap karakteristik petani contoh dilakukan untuk
mengetahui latar belakang petani contoh latar belakang petani contoh dapat
menunjukkan hal-hal yang menunjang atau menghambat dalam suatu pelaksanaan
usaha kajian agribisnis usaha benih ikan lele dumbo. Selain itu juga untuk melihat
latar belakang kemampuan dan ketrampilan petani dalam menjalankan usahanya.
Petani yang diambil sebagai responden adalah petani yang mengusahakan
benih ikan lele dumbo pada lahan milik sendiri dan pada lahan sewa. Gambaran
37
pendidikan petani, luas lahan, jumlah ikan lele dumbo, umur ikan lele dumbo dan
pakan ikan lele dumbo.
1) Umur Petani
Umur petani merupakan factor yang menentukan kemampuan fisik petani
untuk belajar dan berpikir. Demikian pula dalam hal pengambilan keputusan
sehubungan dengan usaha yang dilakukan. Pada umumnya umur petani yang
lebih tua akan mempunyai kemampuan mengelola usahanya lebih baik
dibandingkan petani yang masih mudah. Hal ini dikarenakan petani yang tua lebih
berpengalaman dalam usahanya. Akan tetapi biasanya petani yang tua sudah
dalam menerima hal-hal yang baru (inovasi baru). Lain halnya dengan petani
yang mudah, mereka mampu bekerja lebih lama dan mau menerima hal-hal baru.
Untuk lebih jelasnya tentang umur petani contoh, dapat dilihat pada table 4
[image:49.612.131.507.320.658.2]berikut ini.
Tabel 4 : Umur Petani Contoh di Desa Tulungrejo Tahun 2010
No Umur Petani Contoh
(Tahun ) Jumlah (Jiwa) 1. 2. 3. 4.
20 – 30
30 – 40
40 – 50
>50
4
6
13
7
Jumlah 30
Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan petani yang sudah
dumbo cukup lama. Usia petani contoh yang produktif cukup tinggi, hal ini
merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang kajian agribisnis
tersebut, karena petani masih aktif dalam usaha mencari pengetahuan dan
teknologi yang diharapkan berpengaruh pada keuntungan atau pendapatan yang
bisa diperoleh petani ikan lele dumbo di desa Tulungrejo.
2) Pendidikan Petani
Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Dalam penerapan teknologi baru, faktor pendidikan sangat
berpengaruh dalam menentukan tingkat pengelolaan usaha. Dengan pendidikan
maka tingkat ketrampilan dan pengetahuan dapat meningkat kearah yang lebih
[image:50.612.136.507.268.585.2]baik.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Contoh Desa Tulungrejo Tahun 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1.
2.
3.
4.
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Perguruan Tinggi
-
6
15
9
Jumlah 30
Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo
Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani contoh di desa
Tulungrejo sudah cukup tinggi, tamatan SLTA sebanyak 15 jiwa dan tamatan
perguruan tingginya 9 jiwa, ari keseluruhan petani contoh sebanyak 30 jiwa.
39
informasi atau pengetahuan yang lebih supaya dapat menunjang usaha kajian
usaha ikan lele dumbo di desa Tulungrejo lebih maju.
3) Luas Kolam
Luas kolam di suatu wilayah pada hakekatnya merupakan wujud dari
penggunaan Kolam tertentu, oleh karena itu dengan luas kolam yang sangat besar
maka nilai penggunaan kolam disuatu daerah akan meningkat. Begitu juga luas
kolam yang dimiliki oleh petani contoh di desa Tulungrejo. Untuk lebih jelasnya
[image:51.612.131.500.326.593.2]tentang luas kolam yang dimiliki petani, dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Luas Kolam Yang Dimiliki Petani Contoh Tahun 2010
No Luas Kolam(m2) Jumlah (jiwa)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 82 100 122 132 188 206 260 11 7 4 4 1 2 1
Jumlah 30
Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo
Tabel 6 menunjukkan bahwa luas kolam yang dimiliki oleh petani contoh
berbeda-beda, sebagian besar petani contoh pada perkembangan usaha ikan lele
kolam sebesar 82 m2 dengan jumlah petani 11 jiwa, hal ini disebabkan karena
modal yang dimiliki petani masih kecil.
Apabila modal yang dimiliki petani besar, maka kemungkinan semakin
luas pula kolam yang dimiliki petani untuk kajian usaha ikan lele dumbo. Dengan
banyaknya ikan yang ada, maka akan menghasilkan produksi dan kualitas yang
tinggi.
4) Umur Ikan Lele Dumbo
Ikan lele dumbo yang dibudidayakan oleh petani di desa Tulungrejo sudah
dalam bentuk bibit dengan ukuran 4 – 8 cm, yang merupakan benih bagus, diukur
dari ujung sampai ekor. Benih tersebut ditempatkan pada kolam pendederan.
Ukuran benih harus sama saat diletakkan di kolam, setiap 1 m2 hanya boleh di isi
antara 30 – 45 ekor.
Kolam pendederan merupakan kolam yang digunakan untuk memelihara
benih ikan lele dumbo sampai umur 3 – 5 bulan. Setelah itu ukuran ikan lele
dumbo bisa mencapai 50 – 100 gram dan kemudian bisa dimasukkan ke dalam
kolam pembesaran, ikan lele dumbo mencapai dewasa setelah berumur 7 -10
bulan dengan kisaran berat 200 – 500 gram perekor.
5) Pakan Ikan Lele Dumbo
Pemberian pakan ikan lele dumbo dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi
dan sore hari. Pakan ikan lele dumbo berupa pelet, namun ada juga petani yang
memberikan makanan tambahan berupa dedak (bekatul), bungkil kacang, bungkil
kelapa, sisa –sisa makanan, daun –daun, cincangan bekicot dan lain – lain yang
41
Pemberian pakan berupa pelet diperoleh petani desa Tulungrejo dari hasil
kerjasama dengan pabrik pakan ikan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
dan memperkecil biaya pakan ikan lele dumbo. Selain itu jenis pakan lain sebagai
selingan antara lain usus ayam, bangkai ayam atau burung yang belum busuk.
Semua bentuk pakan selingan harus direbus atau dibakar lebih dulu agar
mikroorganisme penyabab penyakit dapat terbasmi. Pemberian tidak boleh secara
utuh, melainkan harus dicincang sebesar pelet. Pemberian juga jangan berlebihan
tetapi diperhatikan sebagaimana jumlah pemberian yang semestinya. Misalnya
pakan selingan jumlahnya cukup sebaiknya digiling untuk kemudian dicampur
bekatul dengan perbandingan 1:3.
6.1. Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo
Lokasi budidaya benih ikan lele dumbo secara umum tersebar di
berbagai kondisi daerah. Indikatornya antara lain adalah untuk usaha
pembenihan ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan pare, Kabupaten
Kediri, jumlah petani yang budidaya pembenih ikan lele dumbo sebanyak 95%
dan petani yang budidaya ikan lele konsumsi sekitar 5%. Dengan jumlah
produksi benih ikan lele dumbo adalah sebanyak 3628rean dan 8233kg dari total
produksi benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri.
Budidaya ikan lele dumbo sangat mudah karena mempunyai adaptasi yang
cukup tinggi dan dimana pemeliharaannya hanya terletak pada keuletan dan
kerajinan petani dalam memberi pakan dan pengaturan pengairan dalam kolam
yaitu pengontrolan PH air dan tingkat oksigen yang dikandung dalam air yang
dapat diatur melalui pemasukan dan pengeluaran air.
Alasan utama sebagian besar masyarakat melakukan usaha budidaya benih
ikan lele dumbo antara lain adalah kesulitan untuk mengatasi penyakit karena
mengobati melalui air untuk usaha benih ikan lele dumbo, serta petani memberi
pakan yang bergeser pada bahan pakan lain yang sehat, aman dan tidak
berdampak negatif terhadap benih ikan lele dumbo menjadi stimulan bagi
43
1. Lokasi Usaha.
Pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha pembenihan ikan lele dumbo
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan ikan lele dumbo secara
menguntungkan, meskipun sebenarnya tidak ada persyaratan yang rumit dalam
pemilihan lokasi usaha pembenihan ikan lele dumbo ini. Hal ini karena secara
umum ikan lele dumbo termasuk ikan yang bisa hidup di sembarang tempat,
meski demikian dalam budidayanya pemilihan lokasi yang tepat harus
diperhatikan.
Syarat – syarat lokasi yang tepat harus dipenuhi agar proses usaha
pembenihan ikan lele dumbo dapat berlangsung dan berproduksi adalah sebagai
berikut:
a. Pembuatan kolam(persiapan kolam) adalah kolam pemijahan dan ukuran
kolam untuk pemijahan = 2x4m, ketinggian kolam ± 60 – 80cm dan
berupa kegunakan sistem buang air bawah(C-pond), kondisi kolam dalam
keadaan bersih secara fisik dan bebas dari kuman, virus, bakteri (sterilkan
kolam dengan larutan disinfektan dan dikeringkan dengan panas matahari
± 2 hari), aliran air masuk berseberangan dengan air yang keluar dan isi air
dengan ketinggian ± 20cm pada kolam.
b. Di lokasi tersebut tersedia air dalam kualitas dan kuantitas yang
mencukupi. Walaupun ikan lele dumbo dapat hidup dalam air yang keruh,
kualitas air sangat mengdukung pertumbuhan ikan lele dumbo. Oleh
karena itu, air yang digunakan untuk kolam budidaya ikan lele dumbo
zat hara, serta tidak tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga
dan industri. Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele dumbo adalah air
bersih yang berasal dari sungai, air hujan dan air sumur. Kualitas air yang
baik untuk budidaya pembenihan ikan lele dumbo haruslah memenuhi
syarat variabel-variabel fisika, kimia dan biologi yang baik, meliputi
kejernihan air serta berbagai kandungan mineral di dalamnya.
Berikut ini kondisi optimal air untuk budidaya pembenihan ikan
lele dumbo:
1. Suhu minimum 20°C, suhu maksimum 30°C dan suhu optimum 24–
27°C.
2. Kandungan oksigen minimum 3 ppm.
3. Kandungan karbon dioksida (CO²)di bawah 15 ppm, NH3 di bawah
0,005 ppm, NO2 sekitar 0,25 ppm dan NO³ sekitar 250 ppm.
4. Tingkat derajat keasaman :
- Dari konsentrasi Ion hydrogen, menunjukan bahwa air (H2O)
akan bereaksi menjadi asam atau basa.
- Skala pH berderet dari 0-14, dan pH 7 adalah netral, pH akan
turun (keasamanan meningkat) bila konsentrasi CO2 meningkat
dengan pH terlalu rendah,air akan bersifat asam
45
2. Bahan Baku.
Input yang digunakan untuk kegiatan usaha pembenihan ikan lele dumbo
yang utama adalah Induk ikan lele dumbo. Disamping itu juga membutuhkan
berbagai jenis pakan seperti: pelet dan sisa-sisa makanan rumah tangga dan pakan
benih adalah Cacing sutra, Pakan udang tepung, pelet yang paling
kecil(direndam)dll. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan usaha benih ikan lele
dumbo diperlukan peralatan penunjang dan sarana produksi utama budidaya benih
ikan lele dumbo. Adapun fasilitas produksi dan jenis peralatan yang digunakan
[image:57.612.132.508.315.612.2]dalam satu unit usaha budidaya pembenihan ikan lele dumbo dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7 : Fasilitas dan Peralatan Untuk Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo.
No Nama Fasilitas dan Peralatan Jumlah
1. Pompa air(sanyu) 1 unit
2. Jaring Ikan
5 buah
3. Untuk mengukur (bak)ukuran 1-10cm benih ikan lele
dunbo 10 buah
4. Jala 3 buah
5. Drum 4 buah
6. Ember besar 4 buah
7. Timbangan 1 unit
3. Tenaga Kerja.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembenihan ikan
lele dumbo ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
relatif banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta fasilitas
pendukungnya. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam operasionalnya
hanya membutuhkan 1–2 orang pekerja untuk satu unit usaha yang dilakukan
secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini umumnya dibayar secara
harian/mingguan/bulanan. Pekerja antara lain melaksanakan kegiatan membeli
pakan, memberikan pakan ikan lele dumbo, melakukan pembersihan, memanen
serta menjaga keamanan.
Keberhasilan usaha budidaya lele dumbo sangat ditentukan oleh kejujuran
dan kedisiplinan karyawan atau pelaksana kerja sehari-hari. Kontrol yang ketat
merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kebocoran-kebocoran yang
berakibat pada pembengkakan pada biaya operasional. Pada usaha benih ikan lele
dumbo kebocoran yang sering terjadi adalah pada penggunaan pakan. Pemberian
pakan yang berlebihan selain akan menyebabkan pembengkakan biaya
operasional juga akan menurunkan produktivitas dan menurunkan kualitas
perairan.
4. Teknologi Pembenihan.
1. Pengelolaan Induk Lele Dumbo.
Induk ikan lele dumbo yang akan digunakan dalam kegiatan proses
produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik
47
tetas telur, pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh
ketika dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses seleksi yang ketat.
Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele dumbo antara lain: umur
minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm.
Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan
panjang standar 30 – 35 cm.
Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad.
Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara
praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata
dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan
warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.
Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi
dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan
banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan
betina dapat berimbang. Induk lele dumbo sebaiknya dipelihara secara terpisah
dalam kolam bak tembok dengan padat tabar 5 ekor/m2 dapat dengan air mengalir
ataupun air diam. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan
kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2 – 3 % dari bobot
biomasa dan frekuensi pemberian 3 kali per hari.
2. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva.
Pemijahan ikan lele dumbo dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning)
dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad
kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian
kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina
dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami.
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan
penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
Pemijahan alami dan semi alami menggunakan induk betina dan jantan
dengan perbandingan 1 : 1 baik jumlah ataupun berat. Bila induk betina atau
jantan lebih berat dibanding lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1 :
2 yang dilakukan secara bertahap. Misalnya, induk betina berat 2 kg/ekor dapat
dipasangkan dengan 2 ekor induk jantan berat 1 kg/ekor. Pada saat pemijahan,
dipasangkan induk betina dan jantan masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar
setengah telur keluar atau induk jantan sudah kelelahan, dilakukan penggantian
induk jantan dengan induk yang baru. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik
atau tembok dengan ukuran 2 x 1 m dengan ketinggian air 15 – 25 cm. Kakaban
untuk meletakkan telur disimpan di dasar kolam.
Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan jantan dengan
perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi dengan
sperma dari jantan berat 0,7 kg).
Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan
penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau
hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya).
49