• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI.

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

TERESA SOARES NPM. 0724010003

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

TERESA SOARES NPM. 0724010003

Telah diperhatikan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Managemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 13 Juni, 2011. Telah disetujui oleh :

Pembimbing :

Tim Penguji : 1. Pembimbing Utama 1. Ketua

Dr. Ir. EKO NURHADI, MS Ir. A. RACHMAN W, SU

2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris

Ir. NURIAH YULIATI, MP Dr. Ir. EKO NURHADI, MS

3. Anggota

Prof. Dr. Ir. H. SYARIF IMAM HIDAYAT, MM

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih atas anugerah, berkat, kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmatNya yang telah di anugrahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA

TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI ”. Skripsi

penelitian merupakan salah satu Tugas Akhir jurusan Manajemen Agribisnis pada Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam melaksanakan skripsi penelitian mulai dari awal sampai dengan selesainya skripsi penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya atas segala bantuan Kepada pihak – pihak yang telah memberikan dukungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung yang sangat bermamfaat bagi penulis. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. EKO NURHADI, MS selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Ir. NURIAH YULIATI, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan hingga dapat terselesaikannya laporan skripsi ini. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(4)

3. Kepada Bapak dan Ibuku “ Manuel Canizio Soares dan Hermenegilda Das Neves Soares” terima kasih atas doa dan dukungan moril, spiritual dan materialnya untuk penulis.

4. Kakakku “Angelino Soares dan Tobyas Soares” yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Kekasihku Mateus menezes , atas dukungan dan doanya.

6. Teman-teman angkatan 2007 khususnya Davi, Adam, Firman, Rizal, lusiana, Riana, Agustinus, atas dukungan dan masukan-masukannya. 7. Arek-arek khususnya di kontrakan : Mateus, Dila, Nelly, Ikhu, yang selalu

membantu dalam penyusunan Skripsi ini.

Semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tentunya banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan, agar penulisan ini dapat memberikan mamfaat bagi pembaca semua dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan skripsi ini.

Surabaya, 13 Juni 2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Penelitian Terdahulu ... 5

2.2. Tinjauan Tentang Ikan Lele ... 6

2.3. Bentuk dan Macam Ikan Lele ... 7

2.4. Prospek Bisnis Ikan Lele Dumbo ... 8

2.5. Teori Produksi dan Teori Konsumsi ... 9

2.5.1. Teori Produksi... 9

2.5.2. Teori Konsumen ... 10

2.6. Teori Permintaan dan Teori Penawaran... 11

2.6.1. Teori Permintaan ... 11

(6)

3.2. Hipotesis ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Studi Pendahuluan ... 23

4.2. Penentuan Responden ... 23

4.3. Pengumpulan Data ... 24

4.4. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 24

4.4.1. Definisi Operasional... 24

4.4.2. Kajian Usaha perikanan ... 26

4.5. Metode Analisis Data ... 27

4.5.1 Pengertian Analisis Data ... 27

BAB V KEADAAN UMUN DAERAH ... 34

5.1. Letak Wilayah Desa Tulungrejo ... 34

5.2. Keadaan Sosial Ekonomi Daerah ... 35

5.3. Karakteristik Petani Contoh ... 36

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

6.1. Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo ... 42

6.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... 51

(7)

6.4. Analisis Pengaruh Luas Kolam, Jumlah Produksi Benih Ikan Lele Dumbo, dan Pengalaman Petani Terhadap Pendapatan Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo,

dan Peluang Pasar ... 64

6.5. Peluang Pasar Benih Ikan Lele Dumbo ... 68

6.6. Alternatif Mengatasi Masalah Usaha Benih Ikan Lele Dumbo Di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri ... 69

6.6.1. Masalah Hama Dan Penyakit ... 74

6.6.2. Produksi Sosial Ekonomi ... 78

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

7.1. Kesimpulan ... 86

7.2. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Perhitungan Anova Pengaruh Terhadap Penaksiran Model ... 32

2. Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 35

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 35

4. Umur petani contoh di desa Tulungrejo tahun 2010 ... 37

5. Tingkat Pendidikan Petani Contoh Desa Tulungrejo tahun 2010 ... 38

6. Luas Lahan Yang Dimiliki Petani Contoh Tahun 2010 ... 39

7. Fasilitas dan Peralatan Untuk Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo ... 45

8. Umur Petani Responden di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 51

9. Luas Kolam Pemilikan Petani Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 52

10.Tingkat Pendidikan Responden Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 53

11.Alasan Petani Membudidaya Benih Ikan Lele Dumbo Di Lihat Dari Pendekatan Secara Sosial Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 54

12.Alasan Petani Membudidaya Benih Ikan Lele Dumbo Dilihat Dari Pendekatan Secara Ekonomi Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 56

13.Macam – Macam Biaya, Biaya Variabel, Biaya Tetap, Total Biaya Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 58

(10)

17.Alternatif Masalah – Masalah Yang Di Hadapi Oleh Usaha Benih Ikan Lele Dumbo Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Biaya Variabel Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 89 2. Biaya Tetap Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 91 3. Total Biaya Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 93 4. Total Penerimaan Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 94 5. Total Pendapatan Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 95 6. Jumlah Luas Kolam, Jumlah Produksi dan Pengalaman Terhadap

Pendapatan di Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 96 7. Regresi Usaha Benih Ikan Lele Dumbo. ... 97 8. Kuesioner Untuk Kajian Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di Ds. Tulungrejo

Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 98 9. Foto Dalam Proses Usaha Pembenihan di Desa Tulungrejo, Kecamatan

(12)

ABSTRAK

Potensi usaha yang dimiliki oleh masing-masing wilayah ternyata memiliki

peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui proses

Pengembangan usaha benih ikan lele dumbo yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah mengembangkan usaha air tawar yang telah ada sebelumnya, maupun usaha

yang masih baru. Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai,

waduk dan danau), maupun kolam, yang dipengaruhi oleh potensi.

Nilai tambah dari pengolahan beberapa hasil usaha mempunyai prospek yang

cukup baik untuk dikembangkan di perdesaan. Kebijakan dan strategi operasional

yang mendukung ke arah tersebut dalam program revitalisasi pertanian, yakni

agroindustrialisasi perdesaan. Ikan lele dumbo merupakan usaha yang sangat tepat

untuk dikembangkan dalam program ini. Walaupun ada desa lain yang mempunyai

ikan lele dumbo tetepi pula ikan yang dihasilkan oleh usaha lain misalnya ikan

mujair, ikan bandeng, akan tetapi penggunaannya dimasyarakat tidaklah sepopuler

ikan lele dumbo.

Dari perhitungan R/C ratio yang didapatkan sebesar 10.080895782

menunjukan bahwa usaha benih ikan lele dumbo efisien atau menguntunkan karena

nilainya lebih dari 1.

Persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y =

5.422X1 -39294.5X2 + 21524.708X3 dan signifikan : p1 = 0,000, p2 = 0,005, p3 =

0,013. Diperoleh nilai Fhitung sebesar 18.087 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000

artinya ketiga indicator jumlah produksi benih ikan lele dumbo, luas kolam dan

pengalaman usaha benih ikan lele dumbo secara simultan mempengaruhi pendapatan

usaha benih ikan lele dumbo. Diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.676

atau 67.6%. artinya ketiga indicator jumlah produksi benih ikan lele dumbo, luas

kolam dan pengalaman usaha benih ikan lele dumbo mempengaruhi persamaan yang

dihasilkan salah satu pengaruh dari variabel lain yang tidak dipergunakan dalam

persamaan regresi.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Potensi usaha yang dimiliki oleh masing-masing wilayah ternyata memiliki peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui proses Pengembanga usaha benih ikan lele dumbo yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengembangkan usaha air tawar yang telah ada sebelumnya, maupun usaha yang masih baru. Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai, waduk dan danau), maupun kolam, yang dipengaruhi oleh potensi wilayah yang ada. Kebutuhan ikan lele dumbo bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika dikembangkan oleh kelompok usaha mina jaya. Usaha dibidang usaha air tawar memiliki prospek yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi, baik berupa ikan segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen (Murtidjo B. A. 2001), proses pengolahan dan pemasaran.

(14)

tidaklah sepopuler ikan lele dumbo. usaha, seperti diketahui merupakan bahan makanan yang diyakini mempunyai rasa yang lezat dan empuk sehingga minat terhadap ikan lele dumbo ini meningkat. Banyaknya peminat tentu harus diimbangi dengan produksi yang mencukupi, sehingga pembudidayaannya harus dilakukan dengan baik (Prihartono E, 2004).

(15)

3

1.2. Rumusan Masalah

Objek usaha di Desa Tulungrejo yang paling banyak menghasilkan ikan lele dumbo berasal dari kolam yakni 45.000.000 kg. Produksi ikan lele dumbo tahun 2011 sebanyak 65.000.000 kg. Melihat potensi usaha yang ada di Desa Tulungrejo.

Dalam mendukung kajian usaha khususnya budidaya ikan lele dumbo yang ada di wilayah Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri,

diperlukan data/informasi yang dipakai dalam rencana kajian usaha tersebut. Biaya, produksi, penerimaan, pendapatan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis adalah:

1. Apakah budidaya benih ikan lele dumbo layak dikembangkan? 2. Bagaimana peluang pasar dari usaha benih ikan lele dumbo?

3. Bagaimana alternatif mengatasi Masalah usaha benih ikan lele dumbo di Tulungrejo?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah

1. Untuk mengetahui kelayakan usaha benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.

2. Untuk mengetahui peluang pasar benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.

(16)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak berikut: 1. Penelitian dan lembaga akademisi; sebagai informasi ilmiah untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan melakukan penelitian lebih lanjut.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Topik yang dibahas pada. penelitian ini pernah dibahas dan diteliti oleh

penelitian lain dangan objek yang berbeda, antara lain adalah :

1. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina

pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25 persen dari bobot

tubuh dan pada ikan jantan 5-10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa

semakin rneningkat tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada

dalam gonad akan menjadi semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh

Deden (2002), bahwa kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh

perkembangan diameter rata-rata telur dan melalui distribusi penyebaran

ukuran telurnya.

2. Menurut Cahyono B, (2000), ikan lele dumbo memiliki beberapa

keunggulan yaitu ikan lele dumbo memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat,

ikan lele dumbo juga mudah dibudidayakan, dagingnya cukup tebal serta

dari segi harga ikan lele dumbo lebih murah. Sedangkan ikan gurami

merupakan komoditi usaha air tawar yang kurang diminati untuk

dibudidayakan. Penyebabnya, ikan ini tumbuh sangat lambat. Menurut

Singarimbun M. dan Effendi S. (1995) teknik survey adalah penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai

(18)

3. Menurut Surakhmad W. (1978) adalah penyelidikan (penelitian) yang

mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis

(sejarah) suatu masalah. Penerapan teknik historis dari penelitian ini adalah

studi yang bersifat bibliografis yakni dengan membuat ikhtisar, amotasi, atau

pembahasan sistematis terhadap karya ilmiah, dalam bidang tertentu

(Surakhmad W, 1978).

2.2. Tinjauan Tentang Ikan Lele

Lele dumbo merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh

memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele dumbo mempunyai beberapa

nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan

pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele

atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali

(Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca

tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish

dan walking catfish, ikan lele dumbo (Clarias batrachus) pertama kali matang

kelamin pada umur satu tahun

(Chinabut et al. 1991) dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran

berat tubuh 100 sampai 200 gram (Mollah dan Tan 1983; Suyanto 1986).

Di Thailand, ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari

bulan Mei sampai Oktober (Kumalasanti Inneke, Surjatin dan Primyastanto M.

(19)

7

2.3. Bentuk dan Macam Ikan lele

Ikan lele adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar, ikan ini

mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licing, agak pipih memanjang

seta memiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis (spesies), sedikitnya terdapat 55

spesies (jenis) ikan lele dumbo ini di seluruh dunia. Ikan- ikan marga clarias ini di

kenali dari tubuhnya yang licing memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung

dan siripanus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor,

menjadikannya nampak seperti sidak yang pendek. Kepalanya keras menulang di

bagian atas, dengan mata yang kecil dan lebar yang terletak di ujung moncong, di

lengkapi dengan empat pasang sungut perabah ( barbels) yang amat berguna untuk

bergerak di air yang gelap. Lele dumbo juga memiliki alat pernafasan tambahan

berupa modifikasi dari busur insangya. Terdapat Sepasang patil, yakni duri tulang

yang tajam pada sirip-sirip dadanya.

Ada 6 macam-macam ikan lele dumbo yang dapat berkembang di

Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Clarias gariephenus (Burchell, 1822). Disebut sebagai lele dumbo (king

catfisa,). Menyebar luas di Afrika dan Asia, kini diternakkan di Asia

tenggara, termasuk di Indonesia.

2. Clarias teysmani (Bleeker, 1857). Dinamakan juga sebagai lele kembang,

(20)

3. Clarias melanoderma (Bleeker 1846). Disebut juga dengan wiru, wais,

ikan duri, atau lele hitam. Terdapat di lembab sungai Mekong, Sumatra,

Jawa, Kalimantan dan Filipina.

4. Clarias nieuhofi (valenciennes, 1840). Disebut juga dengan limbat, lembat.

Terdapat di Sumatra, Kalimantan, India, Filipina, Thailand, dan pesisir

Kamboja serta kemungkinan disisi pegunungan cardamom di arah sungai

Mekong.

5. Clarias loiacanthus (bleeker, 1951). Endemic di Kalimantan barat di aliran

sugai Kapuas.

6. Clarias batrachus (Linnaeus, 1758), disebut, lele kampung, kalang, ikan

maut, ikan pintet. Menyebar di Asia selatan dan Asia tenggara termasuk di

Sumatra, Jawa dan Kalimantan, pada clarias batrachus terdapat 3 variasi

warna tubuh, yaitu hitam (kelabu), putih dan merah.

2.4. Prospek Bisnis Ikan Lele Dumbo

Menurut Cahyono (2001), prospek kajian usaha di masa mendatang, dapat

di lihat dari perkembangan kemajuannya. Peningkatan jumlah penduduk akan

membawa akibat yang luas terhadap berbagai sisi kehidupan di alam masyarakat.

Jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahun tidak hanya menuntut

peningkatan penyediaan lahan pangan, tetapi juga berdampak meningkatnya

kegiatan pembangunan di berbagai sektor riil. Misalkan pembangunan industri,

(21)

9

untuk usaha. Hal ini di karena terjadinya pengalihan fungsi lahan tersebut untuk

pembangunan sektor riil.

Prospek bisnis ikan lele dumbo sangat menguntungkan (Indrawan, 1987)

selain pertumbuhannya cepat dan rasanya enak, kandungan gizinya pun tinggi.

Bayangkan, hanya dalam tempo 3 bulan sudah mampu berbobot 300 gram.

Keadaannya yang seperti ini tentu sangat menguntungkan bila dibudidayakan

secara komersial. Karena itu tak heran bila waktu itu orang berlomba memelihara

lele dumbo tak peduli apakah nantinya untung atau rugi, tujuan mereka hanya

mencari kepuasan dan lebih mengenal sosok cat fish. Tetapi ternyata banyak

usaha yang gagal setiap kali mencoba. Akhirnya kolam yang dibangun dengan

biaya tidak sedikit dibiarkan terbengkelai begitu saja.

2.5. Teori Produksi dan Teori Konsumsi

2.5.1. Teori Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (factor produksi)

menjadi suatu output. Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai

landasan teknis, yang di dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi yaitu

merupakan suatu persamaan yang menunjukkan hubungan ketergantungan

(fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan

tingkat output yang di hasilkan, (Hidayat S, 2002.)

Ikan Lele dumbo adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer.

Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara

(22)

berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri dan murah. Dari sisi budidaya, lele

dumbo relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu

panen yang singkat. Pengolahan yang paling populer adalah dengan digoreng, dan

disajikan sebagai pecel lele. Bentuk pengolahan lain adalah dengan diberi bumbu

mangut (mangut lele).

Jika sudah mendapat pemasok lele dumbo, usaha harus memikirkan

mengenai pilihan produk. Ikan lele dumbo bisa diolah menjadi bermacam-macam

produk karena tidak beraroma amis seperti ikan laut. Sejauh ini, makanan olahan

berbahan baku lele dumbo yang beredar di pasar meliputi abon, keripik, es krim,

dan nugget. Jika belum punya ide sendiri, usaha bisa memilih salah satu dari

sekian banyak jenis makanan olahan lele dumbo.

2.5.2. Teori Konsumen

Konsumen adalah setiap pemakaian atau penggunaan barang atau jasa baik

untuk kepentingan diri sendiri atau kepentingan orang lain. Namun secara

sederhana dapat diartikan sebagai pengguna barang dan jasa.

Masing-masing konsumen merupakan pribadi unik dimana antara

konsumen yang satu dengan yang lain memiliki kebutuhan yang berbeda juga

perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, dari

perbedaan-perbedaan yang unik tersebut ada satu persamaan yakni setiap saat konsumen

akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada saat mengkonsumsi suatu

barang ataupun jasa. Tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dalam

(23)

11

Selain harga yang Konsumen lele dumbo sangatlah luas. Tidak saja

masyarakat perdesaan, namun juga masyarakat perkotaan, seiring daya melemah

daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi, lele dumbo semakin di minati,

tidak hanya kelas mengah kebawah yang makan diwarung-warung tenda dengan

sambal terasi dan lalapan, tetapi telah merambah kekonsumen menengah atas.

Munculnya fenomena pecel lele kian mendongkrak citra lele dimata

masyarakat. Makanan khas ini kian digemari, bahkan mampu menggeser makanan

khas lainnya, yaitu soto yang sudah dulu digemari terjangkau,warung pecel lele

ini banyak ditemui di pinggir-pinggir jalan. bahkan disurabaya, pecel lele menjadi

santapan yang digemari mahasiswa, sebagai sumber protein murah, nilai gizi lele

termasuk tinggi dan baik untuk kesehatan karena tergolong makanan kandungan

lemak yang relatif rendah dan mineral yang relatif tinggi. Dalam setiap 100 gram,

kandugan lemak ikan ini hanya 2 (dua) gram, jauh lebih rendah dibanding daging

sapi (14 gram), apa bilah daging ayam (25 gram). Selain kaya zat gizi, lele juga

menbantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung

karena rendah lemak. kebutuhan atau permintahan terhadap lele tak perna surut

bahkan cenderung meningkat setiap tahun produksi yang ada semuanya dapat

terserap asal dengan baik.

2.6. Teori Permintaan dan Teori Penawaran

2.6.1. Teori Permintaan

Permintaan terhadap barang dan jasa oleh masyarakat modern memiliki

(24)

Keberagaman permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan fisik. Kebutuhan biologis dan kebutuhan adat istiadat

(budaya). Selera individu konsumen bervariasi dapat mengebabkan oleh karena

perbedaan umur, pendidikan, status perkawina dan status sosial, penghasilan, gaya

hidup, adat istiadat, dll.selera individu konsumen senantiasa berubah. Kemampuan

suatu barang atau jasa memberikan kepuasan kepada konsumen di tentukan oleh

mutuh (kualitas) barang atau jasa tersebut. Semakin tinggi kualitas suatu barang

atau jasa, semakin tinggi juga kemampun barang atau jasa tersebut memberikan

kepuasan kepada konsumen. Konsumen akan memperoleh kepuasan yang tinggi

jika ia memperoleh barang dengan harga yang murah, bentuk barang yang

menarik, kemasan yang sesuai dengan selera, rasa yang cocok dan mudah di

peroleh (kartasapoetra, 1985).

Menurut soedarsono (2000), permintaan suatu barang adalah jumlah

barang yang di minta konsumen dengan tingkat harga, tempat dan waktu tertentu.

Untuk dapat mengetahui lebih lanjut, mengenai konsep permintaan, maka dapat di

pelajari tentang fungsi permintaan. Fungsi permintaan merupakan fungsi yang

menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan suatu barang dan semua

faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan yaitu:

a. Harga barang itu sendiri

Harga suatu barang dan jumlah permintaan barang mempunyai hubungan

(25)

13

turun. Sebaliknya, jika barang itu turun, maka permintaan barang itu akan

naik.

b. Harga barang lain (harga barang substitusi)

Perubahan harga barang lain mengebabkan perubahan permintaan. Barang

substitusi merupakan barang pengganti yang mempunyai hubungan positif

terhadap permintaan.

c. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan suatu barang,

hal tersebut akan terjadi jika masyarakat memiliki daya beli dan jika daya

beli masyarakat meningkat maka jumlah yang di minta meningkat pula

demikian sebaliknya.

d. Pendapatan perkapita

Jika pendapatan mengalami kenaikkan maka permintaan akan cenderung

meningkat, sehingga adanya kenaikan pendapatan menggeser kurva

permintaan ke arah kanan dan sebaliknya jika pendapatan menurun

menggeser permintaan ke kiri. Naik turunnya harga suatu barang yang di

minta, dinyatakan dalam hukum Permintaan yaitu jika harga barang naik

maka jumlah barang yang di minta sedikit dan jika harga barang turun

maka jumlah barang yang di minta lebih banyak. Hal tersebut dapat di

(26)

Px

Dx

0 Qx

Gambar 1. Kurva Permintaan

Keterangan :

Dx = kurva permintaan barang x

Px = harga barang x

Qx = jumlah barang x yang diminta

2.6.2. Teori Penawaran

Penawaran adalah sejumlah barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual

kepada konsumen pada suatu pasar, waktu dan harga tertentu. Apabila harga yang

bersedia dibayar oleh konsumen lebih tinggi maka produsen akan memproduksi

barang dalam jumlah yang lebih besar untuk dijual dipasar, sebaliknya jika harga

yang bersedia dibayar konsumen lebih rendah maka produsen tidak akan

memproduksi barang terlalu banyak. Jadi perubahan jumlah yang ditawarkan

mempunyai arah yang bersamaan dengan perubahan harga atau jika harga naik

maka jumlah yang di tawarkan akan meningkat, secara matematis kurva

penawaran mempunyai slope (kemiringan) yang positif. Hal tersebut dapat dilihat

(27)

15

Px Sx

0 Qx

Gambar 2. Kurva Penawaran

Keterangan :

Sx = kurva penawaran barang x

Px = harga barang x

Qx = jumlah barang x yang ditawarkan

2.7. Teori Harga

Harga merupakan faktor utama dalam suatu perdagangan karena peran

harga dalam hal ini sangatlah penting, dengan terbentuknya harga tersebut maka

akan timbul suatu hubungan kerjasama di mana yang dapat memberikan suatu

keuntungan atau saling menguntungkan antara produsen dan konsumen. Sehingga

banyak usaha mengalami kesulitan dimana banyaknya perubahan yang dilakukan

oleh usaha demi keberhasilan dan daya saing usaha ikan lele dumbo.

Barang mempunyai harga karena harga barang itu berguna dan jumlahnya

terbatas atau langka, harga dalam hal ini terbentuk dari suatu interaksi antara

permintaan dan penawaran dari barang atau jasa, sehingga kegunaan dari suatu

(28)

maka akan mendorong berapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan atau

keterbatasan dari jumlah suatu barang itu dengan cara menjualnya ataupun

memproduksinya sehingga dari adanya dua hal tersebut maka timbul penawaran.

Permintaan dan penawaran suatu barang ataupun jasa dalam hal ini

merupakan kekuatan-kekuatan pasar, dimana yang dapat membentuk suatu harga

pasar dalam pasar bersaing karena harga barang tersebut terbentuk pada saat

terjadinya kesesuaian antara penjualan dan pembeli pada tingkat jumlah barang

tertentu dengan demikian titik potong antara kurva permintaan dan penawaran

(29)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Kajian usaha ikan lele dumbo selama ini di tinjau dari perluasan kolam

area mengalami penurunan dan peningkatan sehingga Kejadian ini semuanya

menyebabkan usaha menjadi rugi yang berakibat pengeluaran yang lebih banyak.

Sehingga pasokan usaha benih ikan lele dumbo berkurang bahkan sudah ada

beberapa usaha benih ikan lele dumbo yang sudah menghindar karena kurangnya

permintaan dari konsumen. Ini diakibatkan daya saing tentang harga, Harga

merupakan faktor utama dalan suatu perdagangan karena peran harga dalam hal

ini sangatlah penting, dengan terbentuknya harga tersebut maka akan timbul suatu

hubungan kerjasama di mana yang dapat memberikan suatu keuntungan atau

saling menguntungkan antara produsen dan konsumen. Sehingga banyak usaha

mengalami kesulitan dimana banyaknya perubahan yang dilakukan oleh usaha

demi keberhasilan dan daya saing usaha benih ikan lele dumbo.

Menurunya jumlah permintaan benih ikan lele dumbo dikarenakan, hasil

perkolam ikan yang merosot dan areal pembibitan/pembenihan yang semakin

sempit. Pengaruh lain dari itu juga dipengaruhi oleh sistem yang digunakan,

apabila sebelumnya menggunakan sistem keprasan dan cemplongan maka

sekarang menggunakan sistem program bongkar kolam ikan lele dumbo. Dimana

program sebelumnya tidak memberikan hasil yang optimal dari produksi dari

(30)

disinilah sering terjadi daya saing antar sistem dalam suatu usaha. Jika usaha

sistem dilakukan maka usaha atau kerjasama usaha akan berubah dan tidak

menggunakan program sebelumnya.

Banyaknya pengaruh yang ada dalam suatu sistem pembibitan, maka

dipengaruhi juga oleh harga ikan lele dumbo yang rendah sehingga banyak petani

yang pindah arah ke usaha lain. Dikarenakan dari usaha lain tersebut petani dapat

meraih keuntungan yang lebih besar dan dapat dipanen dua kali dalam setahun.

Turunnya usaha ikan lele dumbo berakibat pada turunnya produktivitas lahan dan

kandungan randemen dalam usaha ikan lele dumbo, sehingga usaha benih ikan

lele dumbo melakukan investigasi terhadap permintaan yang semakin rendah. Ini

mengakibatkan persaingan antar sistem atau program yang dilakukan dalam usaha

benih ikan lele dumbo, apabila usaha menggunakan sistem lama maka hasilnya

akan rendah dan berpengaruh pada randemen yang dihasilkan. Menggunakan

sistem bongkar kolam sama dengan melakukan usaha secara keseluruahan dari

pada penbenihan ikan lele dumbo yang dimaksud adalah pembibitan dilakukan

secara keseluruhan. Sehingga mengakibatkan usaha yang dihasilkan semakin

tinggi di bandingkan dengan sistem lain yang tidak dilakukan pembongkaran

kolam ikan secara keseluruhan dari pada usaha benih ikan lele, sehingga

terciptanya daya saing dalam peningkatan randemen dari masing -masing sistem.

Usaha merupakan bagaimana seorang mengalokasikan sumber daya yang

ada secara efektif untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasi

(31)

19

efisiensi bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (input)

yang melebihi masukan (output).

Dalam rangka kajian usaha benih ikan lele dumbo diperlukan adanya

sarana produksi antara lain berupa benih ikan lele dumbo itu sendiri. Proses

produksi adalah suatu proses budidaya telur ikan lele dumbo menjadi benih ikan

lele dumbo yang siap ditebar di tambak. Dimana proses produksinya dilakukan per

bak/siklus, dalam 1 (satu) tahun ada 8(delapan) siklus. Benih ikan lele dumbo

dapat berasal dari usaha pembenihan ikan skala besar maupun usaha pembenihan

skala rumah tangga. Suplai benih ikan secara berkelanjutan diperlukan biaya-biaya

untuk memenuhi kebutuhan kajian budidaya ikan lele dumbo sehingga dapat

menjadi suatu lapangan usaha tersendiri yang cukup menguntungkan. Biaya-biaya

tersebut meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya tetap adalah biaya yang

harus dikeluarkan oleh suatu usaha, yang besarnya tetap dan tidak tergantung pada

usaha yang dihasilkan. dan biaya tidak tetap adalah biaya terkait secara langsung

dengan variasi dalam pengeluaran, semakin besar pengeluaran semakin besar pula

biaya variabelnya.

Di wilayah Tulungrejo usaha pembenihan ikan lele dumbo skala rumah

tangga pada umumnya menguntungkan secara ekonomi, biasa dilakukan oleh

masyarakat, dikarenakan permintaan yang masih tinggi harga yang selalu

meningkat, pengusaha yang semakin banyak, produksi yang semakin meningkat.

Sehingga usaha tersebut diperkirakan dapat dijadikan peluang usaha masyarakat

(32)

Beberapa penyebab menurunya efisiensi dalam usaha ikan lele dumbo

antara lain seperti menurunnya produktivitas gula perhektar yang disebabkan oleh:

a. Terjadi pergeseran areal kolam dari lahan pekarangan rumah kelahan

kering,

b. Tidak segerah diikuti oleh inovasi dan adopsi teknologi budidaya ikan lele

dumbo lahan kering secara memadai, serta

c. Permintaan ikan lele turun. Namun beberapa tahun terakhir, ikan ini menjadi

primadona di antara ikan konsumsi air tawar yang memiliki nilai jual yang

sangat tinggi. Ini disebabkan oleh rasanya yang lezat dan empuk sehingga

minat terhadap ikan ini meningkat. Banyaknya peminat tentu harus

diimbangi dengan produksi yang mencukupi, sehingga pembudidayaannya

(33)

21

Berdasarkkan teori dan uraian di atas maka skema paradigmanya adalah

[image:33.612.132.486.160.551.2]

sebagai berikut :

Gambar 3 : Paradigma Pembenihan Ikan Lele Dumbo Skala Rumah Tangga

Pasar :

1. Suplay

2. Deman

Kajian Usaha benih Ikan Lele Dumbo

Produksi Benih Ikan Lele Dumbo

Kelompok Petani

Harga Benih Ikan Lele Dumbo

Peluang pasar Benih Ikan Lele Dumbo

Peningkatan Pendapatan Benih Ikan Lele Dumbo

(34)

3.2. Hipotesis

Hipotesis yang dapat diambil berdasarkan latar belakang, rumusan

masalah dan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Usaha budidaya benih ikan lele dumbo layak untuk dikembangkan.

2. Variable produksi, luas kolam, pengalaman dan harga berpengaruh

(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Studi Pendahuluan

Studi penentuan wilayah Penelitian mengenai pembenihan ikan lele dumbo

dilaksanakan di wilayah kajian budidaya ikan di air tawar di mana daerah tersebut

banyak petani yang memiliki usaha pembenihan ikan lele dumbo skala rumah

tangga, yang mana usaha tersebut memang sangat menguntungkan sehingga perlu

di adakan penelitian.

4.2. Penentuan Responden

Populasi yang dimaksud adalah petani binaan yang mempunyai hubungan

dengan wilayah kajian budidaya air tawar tidak melakukan kemitraan dengan

petani melainkan melakukan pembinaan yang bersifat teknis, bagaimana tata cara

pembenihan yang baik. Hubungan kerjasama tersebut mempunyai kebutuhan di

dalam usahanya antara lain :

- Informasi tentang pembenihan ikan lele dumbo

- Informasi tentang penanggulangan penyakit

- Informasi tentang penjualan hasil pembenihan, dll.

Penentuan responden dilakukan pada petani-petani yang mempunyai usaha

pembenihan ikan lele dumbo skala rumah tangga, yang mempunyai hubungan

dengan wilayah kajian budidaya ikan lele dumbo.

Bertitik tolak dari pengertian tersebut dapat ditentukan responden yaitu

(36)

maka sampel yang di ambil 10% dari jumlah populasi yaitu sebesar 30 petani

benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo seluruh petani memiliki usaha benih

ikan lele dumbo, maka seorang penelitian dapat menarik kesimpulan yang dapat

digeneralisasikan untuk seluruh populasinya (Fedinand A, 2006).

4.3. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini Data yang diperlukan adalah data primer dan data

skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui,

wawancara, Sedangkan data sekundar adalah data yang diperoleh dari lingkungan

instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini meliputi : Usaha ikan lele

dumbo, lokasi usaha, struktur organisasi usaha dan sebagainya.

4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

4.4.1. Definisi Operasional

Definisi adalah istilah dan pengukuran variabel dalam penelitian adalah:

1. Usaha adalah pengolahan usaha pertanian di sebidang usaha ikan oleh

manusia yang di sebut petani atau usaha. Usaha Budidaya ikan terdiri dari

usaha pembenihan dan pembesaran. Sedangkan pada penelitian ini yang

dimaksud adalah usaha pembenihan ikan lele dumbo maka budidaya

pembenihan ikan lele dumbo adalah budidaya/pemeliharaan ikan mulai

dari ukuran benih hingga ukuran yang dijual. Tujuan analisis Regresi linier

berganda pada faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha benih

ikan lele dumbo di desa Tulungrejo, adalah untuk menentukan

(37)

25

lele dumbo yang dapat digunakan untuk mendukung penentuan strategi

kajian agribisnis ikan lele dumbo di Tulungrejo, kecamatan Pare,

kabupaten Kediri.

2. Biaya produksi usahatani adalah keseluruhan biaya yang di keluarkan

dalam kajian ikan lele dumbo yang terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel, di ukur dalam satuan rupiah (Rp).

3. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada

besar kecilnya jumlah produksi yang di hasilkan. Di ukur dalam satuan

rupiah (Rp).

4. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung oleh besar

kecilnya produksi yang dihasilkan . hal ini meliputi biaya variabel tunai

seperti biaya bibit, obat, pakan, tenaga kerja, di ukur dalam satuan

rupiah(Rp).

5. Biaya pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu biaya yang di keluarkan dalam

kepentingan untuk memelihara ikan agar dapat menjadi media tumbuh

ikan lele dumbo yang aman dan baik dan di hitung dalam rupiah perbulan.

6. Biaya penyusutan adalah biaya susut alat-alat yang digunakan selama

proses produksi usaha benih ikan lele dumbo sebagai berikut:

n Hb Bp =

Keterangan :

Hb = Harga beli baru

(38)

7. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan

tenaga kerja manusia tersebut (Rp/Musim).

8. Produksi lele dumbo adalah produksi yang di hasilkan petani lele dumbo

pada saat itu dan di hitung satuan rupiah (Kg/Ha).

9. Penerimaan usaha adalah keseluruhan nilai produksi yang di peroleh petani

selama satu musim di ukur dalam satuan rupiah tiap perhektar (Rp/Ha)

Penerimaan = Q x P

Dimana : Q = jumlah produksi

P = harga jual

10.Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi

selama semusim di ukur dalam satuan rupiah tiap hektar (Rp/Ha)

Penerimaan = TR – TC

Dimana : TR = penerimaan (revenue)

TC = biaya produksi (cost)

11.Pengalaman budidaya adalah lamanya petani dalam melakukan kegiatan

budidaya kajian ikan lele dumbo yang di ukur dengan satuan pertahun.

12.Harga ikan lele dumbo adalah besarnya harga yang telah menjadi

ketentuan pasar (Rp/Kg).

13. R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi

usaha yang di keluarkan dalam budidaya usaha lele dumbo.

4.4.2. Kajian Usaha Perikanan

Kajian usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengembangkan

(39)

27

Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai dan danau),

maupun kolam, dan usaha di desa Tulungrejo rata-rata memiliki kolam dengan

menggunakan sumber air dari sumur dengan kedalaman 10-12meter untuk

mendapatkan air yang bagus dan penuh dengan oksigen untuk budidaya

pembenihan ikan lele dumbo yang dipengaruhi oleh potensi wilayah yang ada.

4.5. Metode Analisis Data

4.5.1. Pengertian Analisis Data

Analisis untuk mencapai tujuan pertama dan kedua, serta membuktikan

hipotesis pertama dan kedua adalah sebagai berikut :

1. Untuk mencapai tujuan pertama dan menguji hipotesis pertama digunakan

analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis finansial dan

menggunakan data harga riil :

a. Analisis biaya usaha adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh

petani yang berupa uang atau natura, meliputi biaya tetap dan biaya

variabel. Besarnya biaya usaha dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

TC = TVC + TFC

Keterangan:

TC = total biaya (Rp)

TVC = biaya tidak tetap(Rp)

(40)

b. Analisis penerimaan usaha adalah keseluruhan nilai produksi yang

diperoleh petani selama satu musim diukur dalam satuan rupiah

perhektar. Untuk menghitung besarnya penerimaan digunakan rumus :

TR = Q x P

Keterangan :

Q = jumlah produksi (quality)

P = harga jual(price)

TR = total penerimaan

c. Analisis pendapatan usaha adalah selisih antara total penerimaan dengan

biaya produksi selama semusim diukur dalam satuan rupiah tiap hektar.

Dapat dihitung dengan rumus :

Pd = TR – TC

Keterangan :

TR = total penerimaan(Rp)

TC = total biaya(Rp)

Pd = pendapatan(Rp)

Efisiensi kajian agribisnis ikan lele dumbo layak tidaknya usaha

tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut, maka digunakan R/C ratio maka

semakin efisien kajian agribisnis ikan lele dumbo.

Perhitungan R/C ratio didasarkan persamaan sebagai berikut :

TC TR Ratio C

R =

Keterangan :

(41)

29

TC = total biaya

kriteria pengujian adalah :

- R/C > 1, usaha efisiensi dan menguntungkan

- R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak merugikan

- R/C < 1, usaha tidak efisiensi dan merugikan

2. Untuk mencapai tujuan kedua dan menguji hipotesis kedua yaitu

menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pada usaha ikan

lele dumbo. Dengan menggunakan 2 variabel diantaranya :

a. Sebagai variabel independen adalah jumlah produksi, luas lahan,

pengalaman budidaya ikan, harga ikan.

b. Sebagai variabel dependen adalah pendapatan usaha ikan lele dumbo.

Ada model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

e

X

X

X

Y

=

β

o

+

β

1 1

+

β

2 2

+

β

3 3

+

Keterangan :

Y = pendapatan usaha lele(Rp/Ha)

X1 = jumlah produksi(kg)

X2 = luas kolam (m2)

X3 = pengalaman budidaya ikan (th)

e = error

Untuk melaksanakan uji t, uji F dan R², maka dapat disusun

(42)

a. Uji F

Menguji ketepatan dari model regresi yang digunakan atau

menguji variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara

keseluruhan digunakan hipotesis sebagai berikut :

o H o =

β

1 =

β

2 =

β

3 =

β

4 =

Artinya tidak ada satupun variabel bebas atau independen

(X) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel berkait (Y).

H1 = Paling tidak ada

β

i ≠0.

Artinya minimal ada salah satu variabel bebas atau

independen (X) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap variabel berkait (Y). Adapun rumus yang digunakan

untuk menghitung nilai F adalah sebagai berikut :

KTG KTR Fhitung =

Keterangan :

KTR = kuadrat total regresi

KTG = kuadrat total galat

kriteria penguji :

- Fhitung ≤ F tabel maka Ho diterima dan H1ditolak, artinya tidak

terdapat pengaruh nyata dari variabel independen terhadap

(43)

31

- F hitung > F tabel maka Hoditolak danH1diterima, artinya

terdapat pengaruh nyata dari variabel independen terhadap

variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi ( 2

R )

Digunakan untuk menghitung persentase pengaruh variabel

independen yang diketahui terhadap variabel dependen dan sisanya

menjelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

JKT JKR

[image:43.612.134.506.276.521.2]

R2 =

Tabel 1 : Perhitungan Anova Pengaruh Terhadap Penaksiran Model

SK DB JK KT

hitung

F

F

tabel

Regresi P JKR JKR/p KTR/KTG (0,05)

Galat n-p-1 JKG JKG/n-p-1

Total n-1 JKT

Sumber : Data Primer Tahun 2011.

Keterangan :

SK = sumber keragaman

DB = derajat bebas

JK = jumlah kuadrat

KT = kuadrat tengah

c. Uji (Uji Parsial)

Untuk mengetahui adanya pengaruh dari masing-masing

variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka harus diuji

(44)

)

(

i

se

i

t

hit

β

β

=

Dimana Se (

β

i) = var

β

i

Keterangan :

i

β

= koefisien regresi masing-masing variable independent

Se (

β

i) = standart error masing-masing koefisien regresi

Hipotesis :

H0 :

β

i = 0 artinya tidak ada pengaruh nyata variabel

independen secara parsial terhadap variabel

dependen.

H0 :

β

i ≠ 0 artinya ada pengaruh nyata variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen.

Kaidah pengujian :

- t hitung≤ t tabel (5%, n–k–1) maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya

tidak terhadap pengaruh nyata secara parsial dan variabel

independen terhadap variabel dependen.

- t hitung > t tabel (5%, n–k–1) dant hitung < t tabel (5%, n–k–1) maka H0 ditolak

dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh nyata secara parsial

dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Analisa deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan ke

(45)

33

usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo, kecamatan Pare,

kabupaten Kediri. Dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu

analisis yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberikan

(46)

5.1. Letak Wilayah Desa Tulungrejo

Desa Tulungrejo merupakan salah satu desa yang terdapa diwilayah

Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. Luas wilayah Desa

Tulungrejo yaitu seluas 38,13 Km persegi atau sekitar 807,019 Ha.

1. Desa Tulungrejo Terdiri Dari 5 Dusun yaitu:

Dusun Gondang,

Dusun Kekep,

Dusun Gerdu,

Dusun Junggo dan Dusun Wonorejo.

2. Batas Wilayah Desa Tulungrejo :

Sebelah Utara : Desa Sumberbrantas

Sebelah Selatan : Desa Punten

Sebelah Barat : Hutan Perum Perhutani BKPH Pujon KPH Malang

Sebelah Timur : Desa Sumbergondo

Untuk lebih jelasnya, lokasi Desa Tulungrejo terlihat pada peta desa yang

terletak pada lampiran … Wilayah desa Tulungrejo merupankan dataran rendah

dengan ketinggian ± 43 meter diatas permukaan laut, sedangkan suhu udara rata

– rata sebesar 23ºC. dengan suhu di desa Tulungrejo tersebut cenderung banyak

(47)

35

keseluruhan seluas 128,76 ha, dengan macam tanah yang digunakan tersebut

berbeda – beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 : Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Tahun 2010

No Jenis Penggunaan Tanah Luas Tanah (Ha)

1.

2.

Tanah Kas Desa

Tanah Bondo Desa

25, 508

8

Total 33,508

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo.

Tabel 2 menunjukkan bahwa tanah di desa Tulungrejo sebanyak 33,508

dan sebagian besar jenis penggunaan tanah di desa Tulungrejo yaitu pada

penggunaan tanah kas desa sebesar 25,508 ha,diperuntukan sebagai perkarangan

atau pemukiman yang dimana jumlah penduduk di desa Tulungrejo sebesar 8.360

jiwa. Untuk penggunaan tanah bondo desa sebesar 8 ha, hal ini terkait pada mata

pencaharian di desa Tulungrejo sebagian besar sebagai petani.

5.2. Keadaan Sosial Ekonomi Daerah

Penduduk di desa Tulungrejo secara keseluruhan berjumlah 8.360 jiwa.

Untuk lebih jelasnya keadaan penduduk desa Tulungrejo menurut jenis kelamin

[image:47.612.128.508.197.512.2] [image:47.612.135.506.200.340.2]
(48)

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1.

2.

Laki-Laki

Perempuan

4.076

4.284

Total 8.360

[image:48.612.131.508.315.497.2]

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo.

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk desa Tulungrejo sebanyak

8.360 jiwa. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di desa Tulungrejo

cukup tinggi. Sedangkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin hampir sama,

namun jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.076 jiwa lebih kecil dari penduduk

perempuan yang besarnya 4.284 jiwa.

Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pula terhadap kebutuhan tenaga

kerja pria di bidang pertanian yang secara tidak langsung berpengaruh pula

terhadap tingkat produksi serta pendapatan petani.

5.3. Karakteristik Petani Contoh

Hasil penelitian terhadap karakteristik petani contoh dilakukan untuk

mengetahui latar belakang petani contoh latar belakang petani contoh dapat

menunjukkan hal-hal yang menunjang atau menghambat dalam suatu pelaksanaan

usaha kajian agribisnis usaha benih ikan lele dumbo. Selain itu juga untuk melihat

latar belakang kemampuan dan ketrampilan petani dalam menjalankan usahanya.

Petani yang diambil sebagai responden adalah petani yang mengusahakan

benih ikan lele dumbo pada lahan milik sendiri dan pada lahan sewa. Gambaran

(49)

37

pendidikan petani, luas lahan, jumlah ikan lele dumbo, umur ikan lele dumbo dan

pakan ikan lele dumbo.

1) Umur Petani

Umur petani merupakan factor yang menentukan kemampuan fisik petani

untuk belajar dan berpikir. Demikian pula dalam hal pengambilan keputusan

sehubungan dengan usaha yang dilakukan. Pada umumnya umur petani yang

lebih tua akan mempunyai kemampuan mengelola usahanya lebih baik

dibandingkan petani yang masih mudah. Hal ini dikarenakan petani yang tua lebih

berpengalaman dalam usahanya. Akan tetapi biasanya petani yang tua sudah

dalam menerima hal-hal yang baru (inovasi baru). Lain halnya dengan petani

yang mudah, mereka mampu bekerja lebih lama dan mau menerima hal-hal baru.

Untuk lebih jelasnya tentang umur petani contoh, dapat dilihat pada table 4

[image:49.612.131.507.320.658.2]

berikut ini.

Tabel 4 : Umur Petani Contoh di Desa Tulungrejo Tahun 2010

No Umur Petani Contoh

(Tahun ) Jumlah (Jiwa) 1. 2. 3. 4.

20 – 30

30 – 40

40 – 50

>50

4

6

13

7

Jumlah 30

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan petani yang sudah

(50)

dumbo cukup lama. Usia petani contoh yang produktif cukup tinggi, hal ini

merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang kajian agribisnis

tersebut, karena petani masih aktif dalam usaha mencari pengetahuan dan

teknologi yang diharapkan berpengaruh pada keuntungan atau pendapatan yang

bisa diperoleh petani ikan lele dumbo di desa Tulungrejo.

2) Pendidikan Petani

Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk mencapai kehidupan yang

lebih baik. Dalam penerapan teknologi baru, faktor pendidikan sangat

berpengaruh dalam menentukan tingkat pengelolaan usaha. Dengan pendidikan

maka tingkat ketrampilan dan pengetahuan dapat meningkat kearah yang lebih

[image:50.612.136.507.268.585.2]

baik.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Contoh Desa Tulungrejo Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1.

2.

3.

4.

Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SLTA

Tamat Perguruan Tinggi

-

6

15

9

Jumlah 30

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani contoh di desa

Tulungrejo sudah cukup tinggi, tamatan SLTA sebanyak 15 jiwa dan tamatan

perguruan tingginya 9 jiwa, ari keseluruhan petani contoh sebanyak 30 jiwa.

(51)

39

informasi atau pengetahuan yang lebih supaya dapat menunjang usaha kajian

usaha ikan lele dumbo di desa Tulungrejo lebih maju.

3) Luas Kolam

Luas kolam di suatu wilayah pada hakekatnya merupakan wujud dari

penggunaan Kolam tertentu, oleh karena itu dengan luas kolam yang sangat besar

maka nilai penggunaan kolam disuatu daerah akan meningkat. Begitu juga luas

kolam yang dimiliki oleh petani contoh di desa Tulungrejo. Untuk lebih jelasnya

[image:51.612.131.500.326.593.2]

tentang luas kolam yang dimiliki petani, dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Luas Kolam Yang Dimiliki Petani Contoh Tahun 2010

No Luas Kolam(m2) Jumlah (jiwa)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 82 100 122 132 188 206 260 11 7 4 4 1 2 1

Jumlah 30

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo

Tabel 6 menunjukkan bahwa luas kolam yang dimiliki oleh petani contoh

berbeda-beda, sebagian besar petani contoh pada perkembangan usaha ikan lele

(52)

kolam sebesar 82 m2 dengan jumlah petani 11 jiwa, hal ini disebabkan karena

modal yang dimiliki petani masih kecil.

Apabila modal yang dimiliki petani besar, maka kemungkinan semakin

luas pula kolam yang dimiliki petani untuk kajian usaha ikan lele dumbo. Dengan

banyaknya ikan yang ada, maka akan menghasilkan produksi dan kualitas yang

tinggi.

4) Umur Ikan Lele Dumbo

Ikan lele dumbo yang dibudidayakan oleh petani di desa Tulungrejo sudah

dalam bentuk bibit dengan ukuran 4 – 8 cm, yang merupakan benih bagus, diukur

dari ujung sampai ekor. Benih tersebut ditempatkan pada kolam pendederan.

Ukuran benih harus sama saat diletakkan di kolam, setiap 1 m2 hanya boleh di isi

antara 30 – 45 ekor.

Kolam pendederan merupakan kolam yang digunakan untuk memelihara

benih ikan lele dumbo sampai umur 3 – 5 bulan. Setelah itu ukuran ikan lele

dumbo bisa mencapai 50 – 100 gram dan kemudian bisa dimasukkan ke dalam

kolam pembesaran, ikan lele dumbo mencapai dewasa setelah berumur 7 -10

bulan dengan kisaran berat 200 – 500 gram perekor.

5) Pakan Ikan Lele Dumbo

Pemberian pakan ikan lele dumbo dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi

dan sore hari. Pakan ikan lele dumbo berupa pelet, namun ada juga petani yang

memberikan makanan tambahan berupa dedak (bekatul), bungkil kacang, bungkil

kelapa, sisa –sisa makanan, daun –daun, cincangan bekicot dan lain – lain yang

(53)

41

Pemberian pakan berupa pelet diperoleh petani desa Tulungrejo dari hasil

kerjasama dengan pabrik pakan ikan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas

dan memperkecil biaya pakan ikan lele dumbo. Selain itu jenis pakan lain sebagai

selingan antara lain usus ayam, bangkai ayam atau burung yang belum busuk.

Semua bentuk pakan selingan harus direbus atau dibakar lebih dulu agar

mikroorganisme penyabab penyakit dapat terbasmi. Pemberian tidak boleh secara

utuh, melainkan harus dicincang sebesar pelet. Pemberian juga jangan berlebihan

tetapi diperhatikan sebagaimana jumlah pemberian yang semestinya. Misalnya

pakan selingan jumlahnya cukup sebaiknya digiling untuk kemudian dicampur

bekatul dengan perbandingan 1:3.

(54)

6.1. Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo

Lokasi budidaya benih ikan lele dumbo secara umum tersebar di

berbagai kondisi daerah. Indikatornya antara lain adalah untuk usaha

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan pare, Kabupaten

Kediri, jumlah petani yang budidaya pembenih ikan lele dumbo sebanyak 95%

dan petani yang budidaya ikan lele konsumsi sekitar 5%. Dengan jumlah

produksi benih ikan lele dumbo adalah sebanyak 3628rean dan 8233kg dari total

produksi benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten

Kediri.

Budidaya ikan lele dumbo sangat mudah karena mempunyai adaptasi yang

cukup tinggi dan dimana pemeliharaannya hanya terletak pada keuletan dan

kerajinan petani dalam memberi pakan dan pengaturan pengairan dalam kolam

yaitu pengontrolan PH air dan tingkat oksigen yang dikandung dalam air yang

dapat diatur melalui pemasukan dan pengeluaran air.

Alasan utama sebagian besar masyarakat melakukan usaha budidaya benih

ikan lele dumbo antara lain adalah kesulitan untuk mengatasi penyakit karena

mengobati melalui air untuk usaha benih ikan lele dumbo, serta petani memberi

pakan yang bergeser pada bahan pakan lain yang sehat, aman dan tidak

berdampak negatif terhadap benih ikan lele dumbo menjadi stimulan bagi

(55)

43

1. Lokasi Usaha.

Pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha pembenihan ikan lele dumbo

merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan ikan lele dumbo secara

menguntungkan, meskipun sebenarnya tidak ada persyaratan yang rumit dalam

pemilihan lokasi usaha pembenihan ikan lele dumbo ini. Hal ini karena secara

umum ikan lele dumbo termasuk ikan yang bisa hidup di sembarang tempat,

meski demikian dalam budidayanya pemilihan lokasi yang tepat harus

diperhatikan.

Syarat – syarat lokasi yang tepat harus dipenuhi agar proses usaha

pembenihan ikan lele dumbo dapat berlangsung dan berproduksi adalah sebagai

berikut:

a. Pembuatan kolam(persiapan kolam) adalah kolam pemijahan dan ukuran

kolam untuk pemijahan = 2x4m, ketinggian kolam ± 60 – 80cm dan

berupa kegunakan sistem buang air bawah(C-pond), kondisi kolam dalam

keadaan bersih secara fisik dan bebas dari kuman, virus, bakteri (sterilkan

kolam dengan larutan disinfektan dan dikeringkan dengan panas matahari

± 2 hari), aliran air masuk berseberangan dengan air yang keluar dan isi air

dengan ketinggian ± 20cm pada kolam.

b. Di lokasi tersebut tersedia air dalam kualitas dan kuantitas yang

mencukupi. Walaupun ikan lele dumbo dapat hidup dalam air yang keruh,

kualitas air sangat mengdukung pertumbuhan ikan lele dumbo. Oleh

karena itu, air yang digunakan untuk kolam budidaya ikan lele dumbo

(56)

zat hara, serta tidak tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga

dan industri. Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele dumbo adalah air

bersih yang berasal dari sungai, air hujan dan air sumur. Kualitas air yang

baik untuk budidaya pembenihan ikan lele dumbo haruslah memenuhi

syarat variabel-variabel fisika, kimia dan biologi yang baik, meliputi

kejernihan air serta berbagai kandungan mineral di dalamnya.

Berikut ini kondisi optimal air untuk budidaya pembenihan ikan

lele dumbo:

1. Suhu minimum 20°C, suhu maksimum 30°C dan suhu optimum 24–

27°C.

2. Kandungan oksigen minimum 3 ppm.

3. Kandungan karbon dioksida (CO²)di bawah 15 ppm, NH3 di bawah

0,005 ppm, NO2 sekitar 0,25 ppm dan NO³ sekitar 250 ppm.

4. Tingkat derajat keasaman :

- Dari konsentrasi Ion hydrogen, menunjukan bahwa air (H2O)

akan bereaksi menjadi asam atau basa.

- Skala pH berderet dari 0-14, dan pH 7 adalah netral, pH akan

turun (keasamanan meningkat) bila konsentrasi CO2 meningkat

dengan pH terlalu rendah,air akan bersifat asam

(57)

45

2. Bahan Baku.

Input yang digunakan untuk kegiatan usaha pembenihan ikan lele dumbo

yang utama adalah Induk ikan lele dumbo. Disamping itu juga membutuhkan

berbagai jenis pakan seperti: pelet dan sisa-sisa makanan rumah tangga dan pakan

benih adalah Cacing sutra, Pakan udang tepung, pelet yang paling

kecil(direndam)dll. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan usaha benih ikan lele

dumbo diperlukan peralatan penunjang dan sarana produksi utama budidaya benih

ikan lele dumbo. Adapun fasilitas produksi dan jenis peralatan yang digunakan

[image:57.612.132.508.315.612.2]

dalam satu unit usaha budidaya pembenihan ikan lele dumbo dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7 : Fasilitas dan Peralatan Untuk Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo.

No Nama Fasilitas dan Peralatan Jumlah

1. Pompa air(sanyu) 1 unit

2. Jaring Ikan

5 buah

3. Untuk mengukur (bak)ukuran 1-10cm benih ikan lele

dunbo 10 buah

4. Jala 3 buah

5. Drum 4 buah

6. Ember besar 4 buah

7. Timbangan 1 unit

(58)

3. Tenaga Kerja.

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembenihan ikan

lele dumbo ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

relatif banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta fasilitas

pendukungnya. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam operasionalnya

hanya membutuhkan 1–2 orang pekerja untuk satu unit usaha yang dilakukan

secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini umumnya dibayar secara

harian/mingguan/bulanan. Pekerja antara lain melaksanakan kegiatan membeli

pakan, memberikan pakan ikan lele dumbo, melakukan pembersihan, memanen

serta menjaga keamanan.

Keberhasilan usaha budidaya lele dumbo sangat ditentukan oleh kejujuran

dan kedisiplinan karyawan atau pelaksana kerja sehari-hari. Kontrol yang ketat

merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kebocoran-kebocoran yang

berakibat pada pembengkakan pada biaya operasional. Pada usaha benih ikan lele

dumbo kebocoran yang sering terjadi adalah pada penggunaan pakan. Pemberian

pakan yang berlebihan selain akan menyebabkan pembengkakan biaya

operasional juga akan menurunkan produktivitas dan menurunkan kualitas

perairan.

4. Teknologi Pembenihan.

1. Pengelolaan Induk Lele Dumbo.

Induk ikan lele dumbo yang akan digunakan dalam kegiatan proses

produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik

(59)

47

tetas telur, pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh

ketika dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses seleksi yang ketat.

Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele dumbo antara lain: umur

minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm.

Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan

panjang standar 30 – 35 cm.

Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad.

Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara

praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata

dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan

warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.

Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi

dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan

banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan

betina dapat berimbang. Induk lele dumbo sebaiknya dipelihara secara terpisah

dalam kolam bak tembok dengan padat tabar 5 ekor/m2 dapat dengan air mengalir

ataupun air diam. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan

kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2 – 3 % dari bobot

biomasa dan frekuensi pemberian 3 kali per hari.

2. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva.

Pemijahan ikan lele dumbo dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning)

(60)

dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad

kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian

kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina

dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami.

Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan

penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.

Pemijahan alami dan semi alami menggunakan induk betina dan jantan

dengan perbandingan 1 : 1 baik jumlah ataupun berat. Bila induk betina atau

jantan lebih berat dibanding lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1 :

2 yang dilakukan secara bertahap. Misalnya, induk betina berat 2 kg/ekor dapat

dipasangkan dengan 2 ekor induk jantan berat 1 kg/ekor. Pada saat pemijahan,

dipasangkan induk betina dan jantan masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar

setengah telur keluar atau induk jantan sudah kelelahan, dilakukan penggantian

induk jantan dengan induk yang baru. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik

atau tembok dengan ukuran 2 x 1 m dengan ketinggian air 15 – 25 cm. Kakaban

untuk meletakkan telur disimpan di dasar kolam.

Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan jantan dengan

perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi dengan

sperma dari jantan berat 0,7 kg).

Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan

penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau

hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya).

(61)

49

Gambar

Gambar 1. Kurva Permintaan
Gambar 2. Kurva Penawaran
Gambar  3 :  Paradigma Pembenihan Ikan Lele Dumbo Skala Rumah Tangga
Tabel 1 :  Perhitungan Anova Pengaruh Terhadap Penaksiran Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

  Penerimaan yang diperoleh dari pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang pada kondisi perencanaan pengembangan berasal

Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh petani pembenihan lele dumbo untuk membiayai kegiatan usaha pembenihannya. Biaya yang diperhitungkan dalam

Pada Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo ( Clarias gariepinus ) bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian pakan cacing Tubifex sp.. terhadap pertumbuhan benih

Pedagang pengumpul kecamatan menjual benih ikan lele yang dibeli dari pedagang pengumpul desa dan pembudidaya (produsen) kepada konsumen sesuai permintaan umumnya 100% tanpa

Terdapat peluang yang dimiliki pengusaha Patin Sejahtera dalam memasarkan salai lele dumbo yaitu permintaan pasar yang banyak dari produk ikan salai lele merupakan hal

Ikan Lele Dumbo (Clarias gariephinus), merupakan ikan jenis konsumsi yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan, karena mudah untuk dibudidayakan dan tidak

Judul Penelitian : Pengaruh Kombinasi Pakan Alami Dengan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo ( Clarias gariepinus ).. Nama :

Namun kendala yang sering dihadapi para petani ikan lele dumbo di kota Padang adalah tingginya angka kematian benih karena penyakit yang salah satunya disebabkan oleh