• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Mutu Lulusan (Prestasi Belajar) Mahasiswa (Student Achievement)

2.4.3. Karakteristik profesi

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Metode konvensional seperti pemusatan pengajaran oleh dosen (tenaga pengajar) dan pemberian infomasi ilmu pengetahuan satu arah tidak akan mampu menciptakan tenaga medis yang memiliki kemampuan pendidikan berkelanjutan (Yordan, 2001). Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai peran pemberi pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan, pendidik dan peneliti. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) No. 572/Menkes/VI/ 1996 bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana dan Pelayanan Kesehatan masyarakat sehingga ia merupakan tenaga yang berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan guna menurunkan angka kematian bayi, balita dan Ibu.

Kurikulum yang dipergunakan pada pendidikan di jurusan kebidanan maupun di program studi kebidanan adalah kurikulum berdasarkan paradima

competent-based approach yaitu kemampuan komprehensif profesional

menggantikan paradigma content based approach yaitu penguasaan kognitif, afektif dan psikomotor (IBI,1999). Berdasarkan Kepmenkes RI No.H.K.00.064.302863, bahwa dalam pelaksanaan program pendidikan bidan diperlukan sarana dan peralatan yang memadai meliputi, bangunan akademik (ruang kuliah, ruang diskusi, dan lain sebagainya), bangunan asrama, bila diperlukan yang di sesuaikan dengan sifat dan jenis pendidikan, serta bangunan perumahan pimpinan dan tenaga pelaksana. Selain itu dibutuhkan peralatan

penyelenggara pendidikan yang terdiri dari :1) peralatan laboratorium, 2) alat bantu termasuk perangkat keras dan lunak, 3)perangkat administrasi sistem kredit, 4) peralatan ruangan/gedung dan asrama, 5) kendaraan, serta 6) tempat praktek (Pusdiknakes, 2003).

Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan keahlian dan profesi bidan, seperti praktikum praktek klinik, praktek lapangan yang berbasis kemampuan. Kegiatan pembelajaran praktikum, praktek klinik dan lapangan termasuk penilaian keterampilannya yang harus diberikan prioritas lebih tinggi, dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran akademik yang

menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan (knowledge). Kecendrungan

yang mungkin terjadi dan sangat penting dihindari ialah penyelenggaraan pendidikan profesional tanpa kegiatan pembelajaran praktikum, praktek klinik dan praktek kerja lapangan yang dikelola secara efisien dan efektif (Depkdiknas, 2002)

Bagi para pendidik dosen, prestasi hasil belajar mahasiswa harus merupakan data yang memberikan informasi tentang efisien dan efektivitas kegiatan pembelajaran yang menjadi tanggug jawabnya. Untuk mengoptimalkan prestasi hasil belajar mahasiswa antara lain dapat digunakan beberapa prinsip sebagai berikut: prinsip umpan balik, prinsip pendayagunaan hadiah sebagai penguat positif, prinsip sikap belajar yang positif, prinsip belajar melalui proses, prinsip perhatian pada perbedaan individual, prinsip guru atau dosen dan pembanding praktek sebagai model belajar atau model peran, prinsip transfer

belajar positif, sehingga dapat menghasilkan mahasiswa yang bermutu dan mempunyai kemampuan.

Kemampuan merupakan suatu kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan

dalam melaksanakan suatu kegiatan. Komponen suatu kemampuan performance

(Makmun, 1998) adalah unsur kemampuan kinerja yang nampak sesuai dengan

bidang keprofesiannya, “subject” yaitu unsur kemampuan penguasaan subtansi

pengetahuan bidang keprofesiannya, sebagai prasyarat (enabling competencies)

bagi kinerjanya. Ada 3 kemampuan yang diharapkan mampu dikuasai oleh mahsiswa yaitu, kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik. Sunaryo (1984), mengemukakan jenjang kemampuan kognitif meliputi: mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Ada lima kemampuan sikap yang harus dikuasai mahasiswa yaitu, kemampuan menerima, merespon, menghargai, mengorganisasikan dan mewatak, sedangkan kemampuan psikomotor yang harus dimiliki mahasiswa berupa, kemampuan menirukan, manipulasi, menyeksamakan, mengartikulasi dan menaturalisasi.

Kemampuan proses yaitu unsur kemampuan penguasaan proses mental (intelektual), mencakup proses berpikir logis, sitematis, kritis, rasional dan kreatif dalam memecahkan masalah, membuat keputusan, dan sebagainya, sebagai

prasyarat bagi knerjanya. Komponen “adjusment”, yaitu unsur kemampuan

bersikap, berkomitmen, nilai, ciri-ciri kepribadian, dan perilaku sebagai prasyarat fundamental untuk keseluruhan perangkat komponen kemampuan lainnya bagi terwujudnya kinerja sebagai profesi.

Komponen-komponen kemampuan yang secara utuh untuk membentuk keprofesian itu pada dasarnya dapat diklasifikasikan sebagai kemampuan, yaitu “generic” atau “performance” dan kemampuan “enabling”. Kemampuan

generic” merupakan kemampuan yang seharusnya ada pada suatu bidang

pekerjaan profesional tertentu, yang sekaligus dapat dibedakan dari pekerjaan keprofesian lainnya. Kemampuan “generic” bagi pekerjaan guru misalnya, akan

berbeda dari pekerjaan konselor sekolah, bagi pekerjaan seorang bidan akan berbeda dengan pekerjaan seorang dokter, pekerja sosial dan sebagainya. Rincian dan jumlah perangkat kemampuan itu juga akan bervariasi secara kontekstual dan

gradual, walaupun terdapat kesamaan dan persamaan mendasar (“coommon

competencies”) misalnya kemampuan Bidan profesional pemula (lulusan

pendidikan D-III) berbeda dari Bidan pra profesional/vokasional (lulusan

SPK+bidan 1 tahun) dan Bidan profesional (lulusan D-IV, S-1 Kebidanan) atau

spesialis Kebidanan “enabling” merupakan prasyarat bagi terbentuknya

kemampuan “generic”. Dengan kata lain, seseorang tidak akan mengusai dengan

baik suatu kemampuan “generic”, tanpa didukung oleh kemampuan “enabling”.

Pada dasarnya hal itu akan diperoleh,terbina, tumbuh dan berkembang melalui pengalaman belajar praktek klinik dan lapangan (“field practice, field traning,

clinical practice”) yang terstuktur dan terawasi (“supervised) secara memadai

dalam jangka waktu tertentu, sekitar satu sampai dua tahun (Makmun, 1998). Untuk memperoleh pengalaman belajar klinik dan lapangan seperti itu,

hanya dimungkinkan setelah kemampuan “enabling” terselesaikan terlebih

laboratorium terkait (pengalaman belajar melalui ceramah, diskusi, seminar, praktikum dan sebagainya). Namun demikian, patut untuk dicatat bahwa beberapa perangkat komponen prasyarat tertentu seperti proses, “adjusment” dan “attitude”,

lazimnya tidak merupakan program perkuliahan sendiri, melainkan terbentuk

melalui “built in, by product” dari pengalaman belajar ceramah, diskusi,

praktikum dan praktek klinik serta praktek lapangan dari berbagai kegiatan lainnya termasuk “model peran” dari masyarakat akademik dan budaya profesi yang bersangkutan. Bentuk pendidikan tinggi kebidanan ini diharapkan akan menghasilkan Bidan profesional pemula yang lebih bermutu di masa datang, mampu bersaing di pasaran tenaga kerja internasional dengan bidan-bidan dari negara-negara lain di era globalisasi.

Penilaian dan pengukuran kemampuan keprofesian, dirasakan semakin penting artinya dalam setiap profesi, karena penilaian dan pengukuran merupakan upaya sistematik untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menafsirkan data, fakta, dan informasi dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat kemampuan seseorang dalam suatu jenis atau bidang keprofesian berdasarkan kriteria atau norma tertentu. Kesimpulan tersebut digunakan dalam proses pengambilan keputusan tentang status atau kedudukan orang yang bersangkutan berikut rekomendasi tindaklanjutnya. Fokus pengukuran adalah pada proses pengumpulan, penyusunan, pengolahan, dan penafsiran data, fakta, dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan fokus kegiatan penilaiannya adalah pada proses upaya pemberian nilai serta peringkat kemampuan seseorang,

berdasarkan hasil pengukuran dalam bidang pekerjaan keprofesian berdasarkan kriteria tertentu.

Hasil penilaian dan pengukuran, merupakan hal yang sangat penting untuk keperluan sertifikasi, surat izin kerja, surat izin praktek, pengangkatan promosi karier dan jabatan, sistem penghargaan dan penggajian dan lain-lainnya. Adapun karakteristik kemampuan yang harus dimiliki bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar bagi asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya, kemampuan tersebut meliputi: (Depkes RI, 2003), yaitu:

1) Pra Konsepsi, KB, dan Ginekologi.

2) Asuhan dan Konseling Selama Kehamilan.

3) Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran.

4) Asuhan pada Nifas dan Menyusui.

5) Asuhan pada Bayi Baru Lahir.

6) Asuhan pada Bayi dan Balita.

7) Kebidanan Komunitas.

8) Asuhan pada Ibu/Wanita dengan Gangguan Reproduksi.

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait