HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN
ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN
AKADEMI KEBIDANAN BUSTANUL ULUM LANGSA
TAHUN 2004-2005
T E S I S
OLEH
SOFJAN, A.R
037 012 022/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN
ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN
AKADEMI KEBIDANAN BUSTANUL ULUM LANGSA
TAHUN 2004-2005
T E S I S
Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
SOFJAN, A.R 037012022
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN AKADEMI KEBIDANAN BUSTANUL ULUM LANGSA TAHUN 2004-2005.
Nama Mahsiswa : SOFJAN, A.R Nomor Induk Mahasiswa : 037 012 022
Program Magister : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof.Dr. Jurmaini Mainuddin, M.A Ketua
Drs. Marwan Harahap, M.Eng dr. Dayeng S, Sp.OG Anggota Anggota
Ketua Program Magister Direktur SPs USU
DR. Drs. Surya Utama, M.S Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc
Telah di uji :
Pada Tanggal :
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Jurmaini Mainuddin, M.A
Anggota
: Drs. Marwan Harahap, M.Eng
dr. Dayeng S, Sp.OG
PERNYATAAN
HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN
ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN
AKADEMI KEBIDANAN BUSTANUL ULUM LANGSA
TAHUN 2004-2005
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Agustus
2007
HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN, MANAJEMEN ADMINISTRASI AKADEMIK DENGAN MUTU LULUSAN AKADEMI KEBIDANAN
BUSTANUL ULUM LANGSA TAHUN 2004-2005
SOFJAN, A.R ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan proses pembelajaran, manajemen administrasi akademik dan hubungan bersama-sama antara proses pembelajaran dan manajemen akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa. Jenis penelitian studi korelasional (corelational researh) dengan rancangan penelitian studi sekat silang (cross sectional). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa tahun ajaran 2004-2005, yang duduk di tingkat III dan masih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang berada pada semester V yang berjumlah 50 mahasiswi. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder, dengan Instrumen penelitian wawancara, kuesioner dan analisis dokumen. Analisa data dengan univariat, bivariat dengan menggunakan korelasi pearson product momen dengan tingkat kemaknaan 95% dan analisis Multivariat dengan menggunakan analisis regresi Linier.
Dari hasil Penelitian disimpulkan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara proses pembelajaran dengan mutu lulusan (r = 0,726 dan P < 0,05), Ada hubungan yang signifikan antara manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan (r = 0,473 dan P < 0,05) dan Ada hubungan bersama-sama yang signifikan, baik antara proses pembelajaran maupun manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa (F = 34,540 dan P = 0,000).
Disarankan agar dapat meningkatkan komitmen, kompetensi pengajar atau murid, mengembangkan kemampuan manajemen administrasi akademik, kepercayaan diri, kreatifitas, kebebasan berfikir terhadap pengajar dan peserta didik dan dapat meningkatkan peran serta masyarakat atau alumni, baik moral maupun finansial dalam upaya peningkatan mutu lulusan Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.
Kata Kunci : Proses Pembelajaran, Manajemen Administrasi Akademik dengan
RELATION OF STUDY PROCESS, MANAGEMENT ADMINISTRATION OF ACADEMIC WITH QUALITY GRADUATE IN MIDWIFERY
ACADEMY OF BUSTANUL ULUM LANGSA 2004-2005 SOFJAN, A.R
ABSTRACT
This research aim to to know relation process study, administration management of academic relation and together between study process and management of academic with quality of graduate in Midwifery Academy of Bustanul Ulum Langsa. Type research of correlation study (correlation research) with device research of crossed partition study (cross sectional). Sample and population in this research is Midwifery Academy student of Bustanul Ulum Langsa school year 2004-2005, what sit in level of III and still active in following learning process taught residing at V semester amounting to 50 students. Data obtained from primary and secondary data, with Instrument research of interview, document analysis and questioner. Data analysis with univariat, bivariate by using pearson correlation of product moment with 95% meaning level and Multivariat analysis by using Linear regression analysis.
The result show that study process variable and administration management of academic variable have an effect by together onto improvement of student grad quality, where most influencing variable is study process variable equal to 59,5 % (R 2 = 0,595), and rest influenced by other factor. Thereby can be concluded that, There is relation which isn't it between study process with grad quality (r = 0,726 and P < 0,05), there is relation which isn't it administration management of academic with grad quality (r = 0,473 and P < 0,05) and there is significant of together relation, which isn't it for study process and administration management of academic with grad quality in Midwifery Academy of Bustanul Ulum Langsa (F = 34,540 and P = 0,000).
Is suggested that can improve commitment, instructor interest or pupil, developing ability of administration management of academic, self confidence, creativity, freedom of thinking to educative participant and instructor that can improve role and also collegiate or society, good of moral or financial in the effort improvement of grad quality of Midwifery Academy of Bustanul Ulum Langsa. Keyword : Study Process, Administration Academic of Management with Quality
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada orang-orang yang selama ini telah banyak berjasa dan senantiasa setia tak henti-hentinya memberikan dorongan, bantuan, dukungan dan bimbingan diantaranya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur SPs USU
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Ketua Program Magister AKK SPs USU
3. Bunda Prof. Dr. Jurmaini Mainuddin, M.A., selaku ketua pembimbing. 4. Bapak Drs. Marwan Harahap, M.Eng., sebagai anggota pembimbing 5. Bapak dr. Dayeng S, Sp.OG., sebagai anggota pembimbing
6. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai anggota pembanding. 7. Bapak Prof. dr. Delfi Lutan, Sp.OG., sebagai anggota pembanding.
8. Ketua Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa, yang telah memberikan kesempatan kepapa penulis berupa berbagai kemudahan, baik dari aspek pendanaan maupun lokasi penelitian.
10. Istimewa dan sangat spesial kepada istriku Hj. Sjukriah Mard dan anak-anakku Nora Esa, Vazlon Muda, Soraya Masyithah, Maulana Akbar dan Iqbal Mukmin yang telah dengan sabar dan penuh perhatian terus menggugahku untuk sesegera mungkin menyelesaikan tesis ini.
11. Alma Ata Gank sebagai kelompok belajar yang terus membantu aktifitas penulisan tesis ini.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah menerima amal baiknya.
Penulis menyadari, bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun bahasanya, oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritikan dan saran dari semua pihak. Akhirnya, semoga tesis ini dapat dijadikan rujukan dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan inspirasi dalam pemecahan masalah praktis di berbagai organisasi terutama institusi pendidikan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Alamat : Jl. TM.Bachrum No.5 Kel.GP Jawa Kec.Langsa Kota Telepon / Hp : 064121214, 0811670445 5. Akademi Anestesi Jakarta : Tamat Tahun 1981 6. S1 MIPA UNSAM Langsa : Tamat Tahun 1995 RIWAYAT PEKERJAAN :
1. Tahun 1967 – 1978 : Kepala Puskesmas Kuta Binjai Aceh Timur 2. Tahun 1978 – 1981 : Tugas Belajar di Akademi Anestesi Jakarta 3. Tahun 1981 – 1985 : Kepala Kamar Operasi dan ICU RSUD Langsa 4. Tahun 1985 – 2000 : Kepala Keperawatan RSUD Langsa
5. Tahun 2000 – sekarang : Direktur Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa RIWAYAT ORGANISASI :
1. Tahun 1972 – 2000 : Anggota Golkar Kabupaten Aceh Timur 2. Tahun 2000 – 2003 : Anggota Partai Golkar Kota Langsa
DAFTAR ISI
1.2.Identifikasi Masalah ... 5
1.3.Perumusan Masalah ... 6
1.7.Hipotesis Penelitian ... 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Proses dan komponen Pembelajaran ... 13
2.2.1. Tujuan Pembelajaran ... 14
2.2.2. Kegiatan belajar mengajar ... 15
2.2.3. Metode Pembelajaran ... 17
2.2.4. Alat Bantu Belajar Mengajar ... 19
2.2.5. Evaluasi Pembelajaran ………. ... 20
2.3. Manajemen Administrasi akademik ………... 22
2.3.1. Perencanaan Akademik ……….. 24
2.3.2. Pengorganisasian Akademik ……… .. 24
2.3.3. Pelaksanaan Akademik ……… .. 24
2.3.4. Pengawasan akademik ………. .. 25
2.3.5. Pelaporan Akademik ……….. 26
2.4. Mutu Lulusan (prestasi belajar) Mahasiswa ... 26
2.4.2. Pelaksanaan Tugas ………... .. 27
2.4.3. Karakteristik Profesi Bidan ………. 28
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………... 34
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
3.3. Rancangan Penelitian ... 34
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
3.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 35
3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36
3.7. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 44
3.8. Instrumen Penelitian ……….. ... 45
3.9. Tehnik Analisa Data ... 45
3.10.Jadwal Penelitian ... 46
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN 4.1. Hasil Penelitian ……….. ... 47
4.2.2. Hubungan Manajemen Administrasi Akademik dengan Mutu Lulusan ………. 62
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Daftar Nama Dosen DPK, Dosen Tetap Yayasan, Dosen Tidak Tetap Yayasan dan Dosen Kontrak Akademi Kebidanan Yayasan Dayah Bustanul Ulum Tahun Ajaran 2005 – 2006 ... 48 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Proses Pembelajaran Akademi Kebidanan
Bustanul Ulum Langsa Tahun 2005 ... 50 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Manajemen administrasi Akademik Akbid
Bustanul Ulum Langsa Tahun 2005 ... 54 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Mutu Lulusan Akbid Bustanul Ulum Langsa
Tahun 2005 ... 56 Tabel 4.5. Uji Korelasi Antara Proses Pembelajaran, Manajemen
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 3.5 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Proses Pembelajaran,
DAFTAR LAMPIRAN
Hal 1. Frequency Table/ Regression ... 70 2. Kuesioner Penilaian Mahasiswa Terhadap Proses Pembelajaran Dosen
Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa Tahun 2004-2005. ... 73 3. Kuesioner Penilaian Peneliti Terhadap Manajemen Administrasi Akademik
Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa Tahun 2004-2005 ... 76
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan umat manusia dalam milenium baru tentang pendidikan tinggi
mempunya dimensi, tidak hanya domestik tetapi global, dalam bentuk persaingan,
mutu dan jaringan kerjasama (Tilaar, 2004). Abad XXI yang di tandai dengan
kemajuan tekhnologi, telekomunikasi, tranportasi dan berbagai karakteristik,
tentunya membawa perubahan termasuk lembaga pendidikan bidang kesehatan.
The World Summit pada tanggal 8 – 12 Agustus 1993 yang dikutip oleh Yordan
(2001) telah menetapkan kriteria tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan)
yang ideal menuntut lembaga pendidikan yang berkualitas, yaitu pendidikan yang
memberikan ketrampilan yang berkelanjutan, efisien dan praktis serta mampu
memecahkan persoalan yang ada di masyarakat.
Di Indonesia lembaga pendidikan kesehatan masih dihadapkan pada
sejumlah masalah yang secara umum menyangkut masalah pemerataan, kualitas,
relevansi, efisiensi dan efektivitas (Depkes RI, 2003), termasuk pendidikan dosen.
Pada hakikatnya lembaga pendidikan merupakan suatu wadah yang
bertanggungjawab untuk mendidik dan mempersiapkan sumber daya manusia,
termasuk pendidikan bidang kesehatan khususnya tenaga bidan, guna mendukung
terlaksananya visi pembangunan kesehatan Nasional menuju Indonesia Sehat
2010.
Institusi pendidikan yang berkualitas akan bertahan keberlangsungannya
kebutuhan masyarakat dan profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Hasil survey The Political and Economic Risk Cosultancy (PERC) pada tahun
2001 dalam (Djumiati, 2004), menyatakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia
menempati peringkat ke dua belas dari dua belas negara Asean dengan nilai 6,56,
hal ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia sangat rendah,
sehingga menjadi permasalahan nasional.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang
mempunyai tujuan, kegiatan belajar mengajar, mempunyai metode, memiliki alat
bantu belajar dan melakukan evaluasi belajar, di mana materinya relevan dengan
kebutuhan masyarakat yang berorientasi pada hasil (output) dengan melakukan
supervisi, monitoring yang terus menerus, sehingga berdampak terhadap
peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan (continue quality
improvement) (Widawati, 2002).
Untuk mendukung kegiatan pembelajaran diperlukan sarana dan prasarana
yang memadai sesuai dengan standar yang dibutuhkan, penyusunan rencana
program pengajaran, dan melakukan evaluasi belajar, tentunya dengan
pengelolaan yang professional, karena proses atau kegiatan pembelajaran sangat
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa/kemampuan lulusan.
Kegiatan pembelajaran hendaknya dapat memberikan pengalaman belajar
menumbuhkan rasa percaya diri, rasa harga diri dan rasa kemandirian dalam
melaksanakan tugas. Hal ini dapat terwujud apabila kegiatan-kegiatan
pembelajaran menerapkan empat pilar cara belajar, yaitu (1) Learning to know
Learning to Live (belajar untuk hidup) (4). Learning to be (belajar untuk diri
sendiri), sehingga bila diterapkan secara bersama–sama oleh mahasiswa, dalam
hal ini mahasiswa kebidanan mampu berkembang secara integral, diperolehnya
“Behaviour objective” atau perilaku nyata yang diharapkan dalam pendidikan
kebidanan (Widyawati, 2002).
Pada era globalisasi saat ini, sejalan dengan perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan untuk dapat memenangkan persaingan, institusi pendidikan
dituntut untuk melakukan peningkatan mutu berdasarkan pertimbangan potensi,
kendala, peluang, ancaman, efektivitas dan efesien dalam bertindak, yang salah
satu upaya menciptakannya melalui pengelolaan administrasi akademik yang
berkualitas, yang dimulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan sampai dengan kegiatan evaluasi.
Sebuah institusi pendidikan akan bertahan bila mempunyai keunggulan
kompetitif yaitu memenuhi visi, misi, tujuan, cara kerja yang efisien, tenaga
pendidik yang profesional dan mempunyai integritas tinggi, sehingga dihasilkan
produk jasa yang berkualitas, akuntabel, transparan, memiliki kemampuan dan
ketrampilan sesuai bidangnya masing–masing, yang dapat di ukur dari hasil ujian,
pelaksanaan tugas sesuai dengan karakteristik pendidikan bidan.
Demikian juga dalam penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan
pendidikan bidan yang bermutu, merupakan bagian integral pembangunan
kesehatan yang diharapkan dapat berperan sebagai pemikir, perencana, pelaksana
Beberapa upaya pendidikan yang lebih bermutu harus memperhatikan
komponen–komponen berikut ini: 1). Kurikulum yang berbasis kompetensi
(competency based approach), 2). Dukungan terhadap pengembangan staf
akademik dan 3). Kegiatan pembelajaran yang baik, sehingga prestasi belajar atau
mutu lulusan akan lebih baik (Depkes RI, 2003).
Hasil sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR
RI) TAP MPR No.IV/MPR/2002 tanggal 07 – 18 Agustus 2002 tentang Arah
Kebijakan Pendidikan, diputuskan antara lain di bidang pendidikan butir 6;
“Meningkatkan Kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh
pemerintah maupun oleh swasta dengan memantapkan sistem pendidikan yang
efektif dan efIsien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi”.
Hasil surveI awal yang dilakukan, menunjukkan bahwa tidak semua dosen
pada akademi kebidanan Bustanul Ulum Langsa dalam proses pembelajaran
membuat tujuan instruksional khusus menyangkut kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor mahasiswa, rencana program pembelajaran yang belum baik,
menilai perubahan tingkah laku, jarang menggunakan sarana penunjang dan
evaluasi yang memadai.
Begitu juga dengan sistem adminsitrasi di Akademi Kebidanan Bustanul
Ulum belum mempunyai manajemen administrasi akademik yang memadai, hal
ini ditandai dengan tidak adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan, sehingga berdampak terhadap
Dari catatan administrasi akademik di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum
Langsa (2004) dari jumlah mahasiwa selama kurun waktu 2001-2004 jumlah yang
lulus sebanyak 161 orang (100%), di antaranya 86 mahasiswa (54%) lulus dengan
predikat sangat memuaskan, sedangkan lulusan dengan predikat memuaskan
sebanyak 40 mahasiwa (25%), 35 mahasiswa lulus dengan kategori cukup (21,%).
Data di atas menunjukkan secara umum mutu lulusan mahasiswa Akademi
Kebidanan Bustanul Ulum Langsa masih rendah, di mana tingkat kelulusan
mahasiswa selama kurun waktu 2001-2004 yang lulus dengan predikat sangat
memuaskan hanya 54%, dari 60%-80% target yang direncanakan.
Oleh karena permasalahan sebagaimana tersebut di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti, tentang hubungan proses pembelajaran dan manajemen
administrasi akademik dengan mutu lulusan mahasiswa, sehingga akan
memunculkan beberapa kebijakan dari fenomena proses pembelajaran,
manajemen administrasi akademik, yang akhirnya dapat meningkat mutu lulusan
mahasiswa yang belajar atau kuliah pada Akademi Kebidanan Bustanul Ulum
Langsa.
1.2. Identifikasi Permasalahan
Setelah dilakukan identifikasi, terdapat beberapa permasalahan yaitu:
1.2.1. Apakah terdapat atau adanya dugaan hubungan proses pembelajaran
dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.
1.2.2. Apakah terdapat atau adanya dugaan hubungan manajemen administrasi
akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum
1.2.3. Apakah terdapat atau adanya dugaan hubungan bersama-sama, baik proses
pembelajaran maupun manajemen administrasi akademik dengan mutu
lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.
1.3. Perumusan Masalah
Proses pembelajaran belum berjalan sebagaimana mestinya, belum
terdapat pengelolaan yang baik menyangkut administrasi akademik, dan masih
banyak mahasiswa dengan peringkat kelulusan nilai cukup, hanya sedikit yang
mendapatkan peringkat sangat memuaskan dan tidak ada yang mendapatkan
peringkat terpuji.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan antara lain:
1.3.1. Apakah ada hubungan bermakna antara proses pembelajaran dengan mutu
lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.
1.3.2. Apakah ada hubungan bermakna antara manajemen administrasi akademik
dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.
1.3.3. Apakah ada hubungan bermakna secara bersama-sama, proses
pembelajaran dan manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan
di Akademi Kibidanan Bustanul Ulum Langsa.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan proses pembelajaran dan manajemen
administrasi akademik dengan mutu lulusan Akademi Kibidanan Bustanul Ulum
1.4.2. Tujuan Khusus
(1) Untuk mengetahui hubungan proses pembelajaran dengan mutu lulusan di
Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.
(2) Untuk mengetahui hubungan manajemen administrasi akademik dengan
mutu lulusan mahasiswa Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.
(3) Untuk mengetahui hubungan bersama-sama antara proses pembelajaran dan
manajemen akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kibidanan Bustanul
Ulum Langsa.
1.5. Manfaat Penelitian
(1) Bagi direktur Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa diperolehnya
informasi tentang proses pembelajaran dan prestasi belajar mahasiswa,
sebagai masukan untuk rencana perbaikan.
(2) Bagi dosen, staf dan tenaga akademik, sebagai bahan masukan dalam
perencanaan, pengembangan SDM, peningkatan Sistem Mutu Kendali
kegiatan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan tenaga kesehatan.
(3) Bagi penelitian selanjutnya dalam hal ini riset pengembangan tenaga
kesehatan institusi Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa sebagai
bahan masukan untuk penelitian, faktor-faktor lain, misalnya tingkat
kemampuan dosen, partisipasi stakeholder, orang tua, motivasi mahasiswa
dalam memilih pendidikan di Bustanul Ulum Langsa dan hubungannya
1.6. Landasan Teori
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini
tersirat unsur–unsur pendidikan, yakni: a). Input adalah sasaran pendidikan
(individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidikan), b). Proses
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), c). Out put (perilaku
yang diharapkan).
Prinsip utama dalam proses pendidikan kesehatan adalah proses belajar
pada individu, kelompok, keluarga dan masyarakat, apabila proses pendidikan
dilihat sebagai sistem, proses belajar dalam kegiatannya menyangkut aspek
masukan, proses dan hasil (Suhila, dkk, 2002).
Sedangkan kegiatan pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (1978),
dalam (Suhila, 2002) adalah cara yang dipakai pengajar, ahli kurikulum,
perancang bahan dan lain-lain yang bertujuan untuk mengembangkan rencana
yang terorganisasi guna keperluan belajar. Hakekat pembelajaran adalah
merencanakan dan mengelola komponen pembelajaran secara sistematis dalam
merancang, mengembangkan, mengimplementasikan pengajaran dan melakukan
penilaian.
Menurut Natoatmodjo (2003), dalam kegiatan belajar ada tiga persoalan
pokok, yaitu masukan (input), proses dan keluaran. Persoalan masukan
menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar
perubahan kemampuan pada diri subjek belajar melalui kemampuan menyerap
pengetahuan dan aplikasi sehingga terjadi perubahan perilaku serta terjadi
hubungan timbal balik berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar atau
fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar dan materi atau
bahan yang dipelajari, sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri
yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar
(perubahan perilaku).
Franco (1987) dalam (Widyawati, 2002), ada empat kata kunci yang
terkait dengan pendidikan dan pelatihan: belajar, perilaku, orang dan pekerjaan.
Keempat kata tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait, tidak dapat
dipisahkan dan harus dapat dipahami oleh para pengelola lembaga pendidikan
atau pelatihan.
Untuk menghasilkan tenaga bidan yang berkualitas, haruslah memiliki
kemampuan komprehensif dan profesional hanya dapat dilakukan melalui institusi
pendidikan yang berkualitas pula. Pendidikan bidan saat ini sudah termasuk
pendidikan tinggi, dalam rangka peningkatan mutu institusi pendidikan yang
dapat menghasilkan bidan yang bermutu diperlukan tenaga dosen yang
berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai, kurikulum, tempat praktek,
mempunyai tujuan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, memahami konsep
dan pelaksanaan metode, alat bantu pembelajaran, melakukan evaluasi
pembelajaran. Selanjutnya mahasiswa harus memiliki kesehatan yang prima dan
manajemen administrasi akademik, administrasi umum dan administrasi
mahasiswa.
1.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan sebelumnya dan berdasarkan teori, maka hipotesisi dirumuskan sebagai berikut:
1.7.1. Ada hubungan proses pembelajaran dengan mutu lulusan di Akademi
Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.
1.7.2. Ada hubungan manajemen administrasi akademik dengan mutu lulusan di
Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa.
1.7.3. Ada hubungan bersama-sama, baik proses pembelajaran maupun
manajemen akademik dengan mutu lulusan di Akademi Kebidanan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil pengamatan Djumiati (1999), pada karya ilmiah peningkatan kinerja
dosen dalam proses belajar mengajar di Akademi Kebidanan Depkes.Medan
dinyatakan bahwa, kemampuan dosen kurang terutama dalam membuat rencana
pembelajaran, menyusun instrumen evaluasi dan keterampilan pembelajaran
klinik.
Berdasarkan hasil penelitian Nazaruddin (2002), yang menyatakan bahwa
Pendidikan Profesional Keperawatan berbasis kompetisi dipengaruhi oleh
efektivitas manajemen, kurangnya sikap profesional, gaya mengajar dosen yang
kurang variatif dan inovatif. Penelitian lain yang di lakukan oleh Mardapi (1984)
dalam (Djumiati, 1999), menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara
pengetahuan awal mahasiswa melalui tes masuk dengan prestasi belajar
mahasiswa FPTK IKIP Yogyakarta (1981-1982). Di samping itu, penelitian yang
dilakukan oleh Harinti (1992), terhadap mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah
IKIP se-Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
prestasi Akademik dengan latar belakang sosial.
Hasil penelitian Yordan (2001), yang menyatakan bahwa dalam
menciptakan sumber daya manusia kesehatan (dokter, tenaga medis) yang
berkualitas dibutuhkan metode pendidikan yang non konvensional, dengan
metode SPESIES, yaitu Student Centre Learning, Problem Based Learning
Metode Student Centre Learning, pendekatan yang digunakan adalah
melalui belajar mandiri yang mengacu kepada kurikulum, misalnya dengan
diskusi atau membuat pola–pola belajar sendiri. 2). Problem Based Learning,
yaitu belajar membuat permasalahan dan pemecahannya yang berkaitan dengan
kesehatan dan pengobatan serta kesehatan masyarakat lainnya, 3). Integrated
Learning, yaitu pola belajar yang memadukan kurikulum dengan problem solving,
baik bersifat horizontal maupun vertikal, artinya ada keterkaitan antara dosen,
pelajar dan masyarakat, 4). Community Based Education, adalah pendidikan
berbasis masyarakat, di mana anak didik melakukan kajian–kajian tentang
masalah kesehatan masyrakat atau penyakit – penyakit yang terjadi di masyarakat,
dengan tetap mengacu pada kurikulum, 5), Elective, yaitu pendekatan di mana
anak didik memilih sub–sub topik yang ditetapkan, artinya memilih objek-objek
kajian pendidikan yang sesuai dengan disiplin ilmunya, misalnya mengkaji
tentang kebidanan, penyakit dalam, diluar program rutinitas akademi atau
universitas dan 6) systematic, artinya mata ajaran dan kajian–kajian pengetahuan
yang telah ditetapkan, dilakukan secara sistematis dan mengarah pada kurikulum
yang ditetapkan, serta pengaturan waktu yang sistematis diluar waktu rutinitas
2.2. Proses dan Komponen Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari suatu proses pendidikan secara
keseluruhan dengan dosen pemegang peranan utama yang harus dilaksanakan
sesuai tuntutan kurikulum. Menurut Djamrah (1995) dalam (Depkes RI, 2002)
bahwa kegiatan pembelajaran adalah sebagai kegiatan antara pendidik dan anak
didik dalam mewujudkan kegiatan transfer ilmu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, Roestiyah (1998) mengemukakan pembelajaran adalah suatu
bimbingan kepada anak dalam kegiatan pembelajaran. Ini berarti yang aktif adalah
yang mengalami kegiatan belajar, sedangkan dosen membimbing dengan
memperhitungkan kepribadian mahasiswa.
Menurut Gagne dan Briggs (1978), dalam ( Suhila, 2002) kegiatan
pembelajaran adalah cara yang dipakai pengajar, ahli kurikulum, perancang bahan
dan lain-lain yang bertujuan untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi
guna keperluan belajar. Suryosubroto (2005), menyatakan bahwa kegiatan yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar meliputi: penyusunan jadwal
pelajaran, penyusunan program berdasarkan satuan waktu, pengisian daftar
kemajuan murid, penyelenggaraan hasil belajar, laporan hasil evaluasi dan
kegiatan bimbingan penyuluhan.
James Finn (1997) dalam (Yordan, 2001) memberikan rumusan
pembelajaran dengan titik tolak yang berbeda, yaitu sebagai kombinasi yang unik
dan pengaturan unsur-unsur dalam proses instruksional yang dirancang untuk
suatu tujuan yang disepakati bersama, guna memecahkan masalah-masalah
pengajaran individual yang otomatis, (c) interaksi manusiawi, (d) studi individual,
(e) kegiatan kreatif.
Hakekat pembelajaran adalah perencana dan pengelolaan komponen
pembelajaran secara sistematis di dalam merancang, mengembangkan menilai dan
mengimplimentasikan pengajaran. Dengan demikian penjelasan di atas
menunjukkan bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba
menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah dan
membangkitkan kemampuan, sikap dan ketrampilan.
2.2.1. Tujuan Pembelajaran
Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri manusia dan
berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses ini manusia menggunakan pikirannya,
perasaannya, kemampuannya dan budi nuraninya untuk tujuan mengubah perilaku
dari kegiatan belajar. Hasil belajar dapat diukur sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Untuk itu dosen harus mampu merumuskan tujuan instruksional yang
dikelommpokkan dalam 3 (tiga) kategori yakni: domain kognitif, domain afektif,
dan domain psikomotor (Natoatmodjo, 2003).
Menurut Bloom (1956), dalam (Natoatmodjo, 2003) mengemukakan
bahwa domain kognitif terdiri dari: ingatan/recall , pemahaman, penerapan
analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Krathwohl (1964), domain afektif terdiri
dari penerimaan, pemberian respons, penilaian, pengorganisasian, karakteristik.
Sunaryo (1984) mengatakan bahwa pada domain psikomotor meliputi,
2.2.2. Kegiatan Belajar Mengajar
Belajar adalah usaha untuk menguasai sesuatu yang berguna untuk hidup.
Pendidikan kesehatan adalah proses yang dinamis dan interaktif yang melibatkan
partispasi dari pendidik dengan subjek belajar. Ganda (2004) menyatakan bawa
kelengkapan belajar terdiri dari sarana, ruang belajar dan literatur. Dalam
menyenggarakan sebuah proses pembelajaran secara umum mencakup beberapa
hal yaitu (1) penyusunan rencana program pembelajaran, (2) melaksanakan
kegiatan pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran melalui hasil belajar.
1) Penyusunan Rencana Program Pembelajaran.
Dalam penyusunan rencana pembelajaran, disusun berdasarkan tujuan
pengadaan sebuah lembaga pendidikan kesehatan, dengan langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut : Memahami garis – garis besar program pembelajaran
(GBPP), Analisa Materi Pembelajaran (AMP) dan Membuat Program Tahunan
Program Semester, Silabus dan Satuan Pembelajaran; serta Membuat rencana
pembelajaran.
2) Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang
termasuk didalamnya yaitu 1) Mengelola kelas dengan mendayagunakan segala
fasilitas yang ada, 2) menciptakan suasana belajar yang kondusif baik sebagai
kelompok belajar maupun individual yang memungkinkan subjek belajar dapat
mengembangkan potensinya (Anwar, 2003).
Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan pembelajaran untuk
kelas juga dapat diartikan sebagai kegiatan menciptakan, memelihara,
memperbaiki dan mengembalikan kondisi belajar yang memungkinkan kegiatan
pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien (Abdurrahman, 2000).
Sedangkan dalam pelaksanaan proses belajar, diawali oleh pembukaan
pelajaran yang komponen kegiatannya antara lain: menarik perhatian, membuat
kaitan dengan materi yang disajikan, menimbulkan motivasi dan memberi acuan
melalui berbagai usaha seperti mengemukakan tujuan, dan masalah pokok yang
dibahas. Kegiatan selanjutnya adalah menjelaskan, yang mencakup: a)
merencanakan, menganalisa secara sistematis bahan ajar yang disampaikan, b)
menyajikan dengan jelas dan menggunakan ilustrasi yang secara induktif dan
deduktif dan memberi tekanan pada hal yang kritikal atau mendasari serta adanya
umpan balik (Depkes RI, 2002).
Dalam proses kegiatan belajar berlangsung, sebaiknya dilakukan diskusi,
tanya jawab atau metode pembelajaran lain, dimana pada tahap akhir
pembelajaran diberikan gambaran umum terhadap materi yang dibahas sebagai
pembulatan.
3) Tahap akhir dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah evaluasi.
Evaluasi pada dasarnya adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai
dari suatu tindakan (Moekidjat, 2000). Dalam proses pendidikan, evaluasi yang
dimaksud adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang
berhubungan dengan dunia pendidikan, dalam konteks ini diartikan sebagai out
pembelajaran, tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan serta hasil yang telah
diperoleh oleh subjek belajar, yaitu adanya perubahan perilaku baru.
2.2.3. Metode Pembelajaran
Didalam proses belajar mengajar, seorang dosen sebaiknya memiliki
strategi, agar smahasiswa dapat belajar secara efektif , efisien dan mengena sesuai
dengan tujuan, untuk itu diperlukan penguasaan teknik penyajian metode
mengajar (Roestiyah, 2001). Ada empat strategi dasar dalam kegiatan
pembelajaran yaitu: mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian mahasiswa sebagaimana yang
diharapkan, memiliki sistem pendekatan kegiatan pembelajaran berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, memilih dan menetapkan prosedur,
metode dan teknik kegiatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif,
menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh dosen dalam melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran.
Kualitas kegiatan pembelajaran adalah kondisi yang dengan sengaja diciptakan
untuk mencapai cara yang terbaik dan efisien dalam menstransfer ilmu dari
seorang dosen kepada mahasiswa (Pasurowati, 2000).
Menurut UNESCO (1994) dalam (Widyawati, 2002) mengemukakan
bahwa abad ke-21 memperkenalkan empat pilar belajar: learning to know (belajar
mengetahui), learning to do (belajar melakukan), learning to live together (belajar
hidup dalam kebersamaan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri). Learning
to know adalah kegiatan pembelajaran yang memungkinkan para mahasiswa
pada tingkat pendidikan tinggi adalah penerapan paradigma penelitian ilmiah.
Problem solving dalam pelaksanaan pilar kedua learning to do sasarannya adalah
kemampuan untuk mendukung dan memasuki ekonomi industri masyarakat, yang
menuntut tidak hanya kemampuan penguasaan keterampilan motorik, tapi juga
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan. Pekerjaan seperti: controlling,
monitoring, maintaining, designing, organizing. Kegiatan pembelajaran
melakukan sesuatu yang konkrit, tidak terbatas kepada pengasahan keterampilan
motorik melainkan meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan
orang lain, mengelola dan mengatasi masalah menjadi penting . Pada tingkat
pendidikan tinggi learning to do mengundang makna atau implikasi tentang
perlunya pendidikan profesional secara konsekuentif bermuara pada paradigma
pemecahan masalah yang memungkinkan mahasiswa berkesempatan
mengintegrasikan pemahaman konsep, penguasaan keterampilan teknik dan
intelektual, untuk memecahkan masalah dan dapat berlanjut kepada inovasi dan
improvisasi (Widyawati, dkk, 2002).
Dengan demikian learning to live togheter sangat bermanfaat bagi bidan,
karena dengan itu bidan, bisa bersosialisasi dan dapat membaur dengan
masyarakat serta bekerjasama, sehingga berusaha untuk mencapai tujuan
kelompok, mengunakan ketrampilam interpersonal dengan efektif dan berusaha
untuk memelihara kekompakan bidan.
Pilar ketiga, yaitu Learning to live together adalah membekali mahasiswa
tidak hanya untuk menguasai IPTEK dan kemampuan motorik serta memecah
lain yang berbeda dengan penuh toleransi, pengertian dan tanpa prasangka dan
dalam keragaman terdapat persamaan, hal ini didapatkan dalam suasana belajar
secara “inherently” mengandung nilai-nilai toleransi, saling ketergantungan,
bekerjasama dan tenggang rasa untuk mencapai tujuan bersama.
Pilar keempat learning to be merupakan muara akhir dari tiga pilar belajar
berhasil, learning to know, learning to do, laerning to live together akan
menimbulkan adanya rasa percaya diri pada mahasiswa akhirnya menjadi manusia
yang berkepribadian mantap dan mandiri, manusia yang memiliki kemampuan
emosional. Inilah makna dari belajar melakukan. Pendidikan yang berlangsung
selama ini pada umumnya tidak mampu membantu mahasiswa mencapai
tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri karena kegiatan pembelajaran
pada saat ini jarang tercapai pada tingkat internalisasi. (Widyawati, dkk, 2002).
2.2.4. Alat Bantu Bejalar Mengajar
Depkes RI (2001) bahwa dalam peningkatan kualitas institusi pendidikan,
keberadaan alat bantu belajar mengajar merupakan salah satu komponen yang
penting bagi intitusi pendidikan kesehatan. Alat Bantu Belajar Mengajar (ABBM)
di Akademi Kebidanan yang dimaksud adalah agar proses belajar mengajar dapat
berjalan efektif dan efesien.
ABBM adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kegiatan
pembelajaran agar dapat berlangsung dengan teratur, tertib, efektif dan efisien
sehingga tujuan pembelajaran dapat dipakai. Alat bantu pandang dengar (AVA)
adalah suatu alat untuk menyalurkan pesan atau materi pelajaran dari
minat dan perhatian peserta didik seperti yang diharapkan, agar proses belajar
mengajar dapat terlaksana lebih efektif.
Beberapa media pandang dengar (AVA) yang umum adalah OHP (Over
Head Projector), Slide Projector, Radio, Tape Recorder dan VCD, TV dll. Alat
peraga adalah alat bantu yang diperagakan dalam pembelajaran yang berfungsi
untuk memperjelas dan memvisualkan konsep, ide atau pengertian, sehingga lebih
konkrit. Alat peraga, meliputi gambar peraga, model dan benda sesungguhnya.
Peralatan laboratorium adalah alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
yang berfungsi sebagai sarana untuk berlatih guna mencapai ketrampilan tertentu,
sedangkan bahan habis pakai adalah bahan-bahan yang digunakan dalam praktik.
2.2.5. Evaluasi Pembelajaran
Pengertian evaluasi menurut Perkumpulan Ahli Kesehatan
Masyarakat Amerika (Mantra, 1997) mendefinisikan secara konseptual dan
operasional sebagai berikut : “Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau
besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya”.
Proses ini paling sedikit mencakup langkah-langkah: 1) memformulasikan tujuan,
2) mengidentifikasikan kriteria yang tepat yang akan dapat dipakai mengukur
sukses. 3) menentukan dan menjelaskan besarnya sukses. 4) merekomendasikan
untuk kegiatan program selanjutnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki program-program
kesehatan dan infrastruktur pelaksanaannya serta mengarahkan alokasi
sumber-sumbernya untuk program-program yang sedang berjalan dan akan datang.
kegiatan-kegiatan kesehatan menjadi lebih relevan, lebih efisien dan lebih efektif.
Penerapannya menghendaki pikiran yang terbuka dan mampu memberi kritik
yang membangun menuju kepada pemikiran pendapat yang sehat (WHO, 1990).
Dalam evaluasi ada beberapa istilah (terminologi) yang sering
dipergunakan, antara lain :
a. Evaluasi pada tahap awal program (formatif evaluation)
Evaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan program. Jadi sebelum
program dimulai. Evaluasi formatif ini menghasilkan informasi yang akan
dipergunakan untuk mengembangkan program, agar program dapat lebih sesuai
dengan situasi kondisi sasaran. Tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan bahwa
rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang
ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut.
b. Evaluasi proses (process evaluation)
Suatu proses yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang
berlangsung dalam suatu program dan memastikan ada dan terjangkaunya
elemen-elemen fisik dan struktural daripada program. Evaluasi proses ini menilai apakah
elemen-elemen spesifik seperti fasilitas, staf, tempat atau pelayanan sedang
dikembangkan atau diberikan sesuai rencana. Evaluasi proses mencakup
pencatatan dan penggambaran kegiatan-kegiatan program tertentu yaitu tentang
apa, seberapa banyak, untuk siapa, kapan dan oleh siapa. Evaluasi proses juga
mencakup monitoring frekuensi partisipasi target, sasaran dan dipergunakan untuk
memastikan frekuensi luasnya implementasi program atau elemen program
c. Evaluasi pada akhir program (summative evaluation)
Evaluasi yang memberikan pernyataan efektif suatu program selama
kurun waktu tertentu. Ini memungkinkan pengambilan keputusan merencanakan
dan mengalokasikan resources.
d. Evaluasi dampak program
Suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektivitas program dalam
menghasilkan perubahan, sikap dan perilaku pada target sasaran. Evaluasi yang
mengukur efektivitas relatif dari berbagai tipe program dalam mencapai tujuan.
2.3.Manajemen Administrasi Akademik
Administrasi pendidikan adalah suatu keseluruhan aktivitas yang
berlangsung dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan yang dilakukan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Menurut Edgar
(1982) yang dikutip oleh Fachruddin (2003) menyatakan bahwa Adminsitrasi
pendidikan tidak hanya mencakup masalah pendidikan dalam upaya perubahan
menjadi anggota masyarakat, penyerapan nilai-nilai dan latihan-latihan bagi
pengembangan kemampuan anak didik tetapi juga mencakup para pengelola
(tenaga, pengajar, guru dan pegawai serta masyarakat sekolah) dalam masalah
wewenang, membentuk kredibilitas yang baik dalam mengambil keputusan
membangun proses yang tepat dalam pelayanan pendidikan.
Kegiatan administrasi pendidikan terutama bertujuan untuk tercapainya
efisiensi dan efektivitas proses pencapaian tujuan pendidikan. Adapun tujuan
dan menetapkan dasar – dasar kebijakan yang telah digariskan pada rencana
pendidikan, mendorong dan mendukung serta memfasilitasi pengembangan
program secara efektif dan efisien, meningkatkan kemampuan personal serta
segenap potensi yang dimiliki untuk mempermudah dan mempercepat serta
memaksimalisasikan pencapaian tujuan, mengawasi segenap kegiatan dan
mengarahkannya pada pencapaian tujuan yang tepat dan konkrit, mengkoordinasi
semua data dan keterangan serta volume pekerjaan sehingga dapat menjadi bahan
pengkajian dan evaluasi pengembangan dan menyusun dan menetapkan serta
mengusahakan dan terjaminnya kelangsungan penyelenggaraan program dan
pencapaian tujuan dengan baik.
Penataan Administrasi Pendidikan adalah salah satu fungsi pokok
adminsitrasi pendidikan. Fungsi ini adalah seluruh upaya menyusun,
mengembangkan, membina suatu kualitas atau kondisi yang kondusif sehingga
semua menjadi lancar, sempurna dan indah. Berdasarkan pendapat para ahli ada
beberapa fungsi administrasi yang bersifat manajerial (penataan), antara lain
menurut George Terry dan Henry Fayol dalam (Notoadmojdo) yaitu:
2.3.1. Perencanaan (Planning) dalam pembelajaran dan manajemen akademik. Perencanaan berfungsi sebagai penentu awal dari apa saja yang akan dilakukan.
Selain itu perencanaan untuk mengelola usaha, menyediakan segala sesuatu yang
berguna untuk jalannya suatu kegiatan dalam waktu tertentu, menggariskan
kegiatan –kegiatan dan langkah–langkah berikutnya untuk mencapai tujuan
dengan penggunaan konsep–konsep yang matang dan metode serta tenaga yang
Dalam administrasi pendidikan, untuk merealisasikan tujuan pendidikan
hendaklah perencanaan tentang pengorganisasian materi pelajaran, dan proses
belajar mengajar, pembaharuan dan pengembangan metode, pembiayaan
pendidikan dan kegiatan–kegiatan lainnya yang mendukung pelaksanaan
pengajaran termasuk penyediaan sarana dan fasilitas yang diperlukan.
2.3.2. Pengorganisasian (Organizing) dalam pembelajaran dan manajemen akademik
Pengorganisasian adalah kegiatan membangun struktur, penempatan tenaga kerja
(pendidik), pemberian tugas, menetapkan hak dan kewajiban agar terdapat
kesesuaian tindakan dalam usaha kerja sama itu disamping menentukan metode
kerja, menyusun alat–alat dan menggerakkan tenaga kerja atau pembahagian
tanggung jawab dan wewenang. Demikian juga dalam mencapai tujuan
administrasi pendidikan, maka diperlukan pengorganisasian terhadap kegiatan
pembelajaran maupun aspek yang mendukung proses pembelajaran tersebut
(Fachruddin, 2003).
2.3.3. Pelaksanaan yang terdiri dari pengarahan (directing) dalam pembelajaran dan manajemen akademik dan koordinasi.
Pengarahan (directing) merupakan usaha yang sistimatis untuk mengarahkan
mekanisme organisasi. Kegiatan pengarahan berbentuk tugas pemimpin yang
dilakukan terus menerus berjenjang ke bawah, tanpa pengarahan kemungkinan
kegiatan akan menyimpang dari garis yang ditentukan. Bentuk pengarahan antara
lain : 1) Pengarahan berbentuk lisan dan 2) Pengarahan berbentuk tulisan (nota
Koordinasi (Coordinating) dalam pembelajaran dan manajemen akademik.
adalah usaha untuk menyatukan arah dan upaya ini semua bidang dapat dibawa
dalam hubungan kerja sama yang harmonis dan saling mendukung sehingga tidak
terjadi duplikasi atau determintatition minded. Melalui koordinasi setiap unit kerja
yang ada harus memiliki job description yang jelas untuk mencegah agar tidak
terjadi duplikasi kegiatan ataupun keterlambatan dan saling tunggu menunggu
dalam menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan pada unit–unit kerja dengan
klasifikasi kerja masing-masing.
2.3.4. Pengawasan (controling) dalam pembelajaran dan manajemen akademik. Pengawasan adalah kegiatan untuk meneliti jalannya program dan melihat apakah
segala kegiatan yang dilaksanakan sesuai atau belum dengan rencana yang
digariskan. Pengawasan sangat penting dilakukan dalam rangka menemukan
faktor– faktor penghambat atau kelemahan dan faktor pendorong; potensi,
kekuatan yang ada untuk selanjutnya memberikan masukan untuk melihat pelung–
peluang bagi pengembangan atau rencana kerja yang akan datang sehingga
potensi dapat lebih dikembangkan dan kelemahan –kelemahan dapat dihilangkan
atau tidak terulang lagi sehingga pada tahap berikutnya memiliki kesiapan
menghadapi tantangan. Kegiatan pengawasan administrasi akademik meliputi :
Mengukur prestasi yan telah dicapai institus, membandingkan hasil yang dicapai
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya dan memperbaiki kelemahan
sesuai penyebabnya.
Pelaporan adalah himpunan dari seluruh kegiatan dan pengalaman dalam
pelaksanaan yang tersusun secara sistematis. Tentunya catatan untuk laporan yang
baik tidak hanya merekam hal–hal yang baik dan menunjuk keberhasilan saja
(Moekidjat, 2000). Agar laporan itu lengkap, maka perlu diagendakan. Dalam
dunia pendidikan maka pelaporan yang dimaksud adalah laporan–laporan
mengenai proses pendidikan, antara lain absensi, laporan prestasi belajar dan
kegiatan subjek belajar serta laporan institusi pendidikan.
2.4. Mutu Lulusan (Prestasi Belajar) Mahasiswa (Student Achievement)
Prestasi belajar atau Student Achievement mahasiswa pada umumnya
dihubungkan dengan kemungkinan prestasi kerja yang nantinya akan dicapai
setelah mereka memasuki dunia kerja. Oleh karena itu sering kali diprediksi
bahwa mahasiswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi, akan memiliki
prestasi kerja yang tinggi pula. Namun demikian bagi seorang profesional,
prestasi hasil belajar yang tinggi saja dianggap belum cukup. Faktor-faktor
psikologis lain seperti kematangan atau emotional intelligence menurut istilah
Goleman (1999) dan lingkungan manajemen dunia kerjanya memiliki peranan
yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang (Widodo,1999).
Prestasi belajar yang merupakan ukuran kemajuan belajar mahasiswa
menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2002,
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi terdiri dari:
2.4.1. Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
Dilaksanakan secara berkala melalui ujian-ujian oleh dosen dan
semester, ujian akhir program studi dan ujian karya tulis. Dilihat dari
pengelompokkan lain, ada ujian yang bersifat pengetahuan (akademik, kognitif)
melalui ujian tertulis, ujian yang bersifat psikomotorik (profesional, vokasional)
melalui ujian praktikum di laboratorium dan ujian praktek di tatanan nyata.
2.4.2. Pelaksanaan Tugas.
Hasil belajar dari pelaksanaan tugas dapat berupa penulisan makalah,
diskudi, seminar, pembuatan laporan dan pembuatan rancangan. Penilaian hasil
belajar dinyatakan dengan menggunakan huruf A, B, C, D dan E yang
masing-masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Masing-masing-masing perguruan tinggi dapat
menetapkan mahasiswa putus kuliah berdasarkan kriteria yang diatur dalam
keputusan masing-masing perguruan tinggi (Depdiknas, 2002).
Pasal 14 Kepmendiknas 232/U/2002 menjalaskan pula bahwa syarat
kelulusan program pendidikan ditetapkan atas pemenuhan jumlah sistem kredit
semester (SKS) yang disyaratkan dan indeks prestasi kumulatif (IPK) minimum,
pengamatan oleh dosen. Indeks prestasi kumulatif minimum, ditetapkan oleh
masing-masing perguruan tinggi, sama atau lebih tinggi dari 2, 0 untuk program
Sarjana dan Program Diploma. Selanjutnya pasal 15 dari Keputusan Menteri
tersebut disebutkan bahwa predikat kelulusan atas tiga tingkat yaitu: memuaskan,
sangat memuaskan, dan cumlaude yang dinyatakan pada transkip akademik.
Indeks prestasi kumulatif sebagai dasar penentuan predikat kelulusan Program
Sarjana dan Diploma adalah: (1) IPK 2,0-2,75 = Cukup, (2) IPK 2,76-2,99 =
Memuaskan, (3) 3,00-3,50 = Sangat memuaskan, (4) IPK 3,51-4,00 = cumlaude
2.4.3. Karakteristik profesi.
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam
bidang kesehatan. Metode konvensional seperti pemusatan pengajaran oleh dosen
(tenaga pengajar) dan pemberian infomasi ilmu pengetahuan satu arah tidak akan
mampu menciptakan tenaga medis yang memiliki kemampuan pendidikan
berkelanjutan (Yordan, 2001). Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
mempunyai peran pemberi pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan,
pendidik dan peneliti. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) No.
572/Menkes/VI/ 1996 bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang
untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana dan Pelayanan Kesehatan masyarakat sehingga ia merupakan tenaga
yang berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan guna menurunkan angka
kematian bayi, balita dan Ibu.
Kurikulum yang dipergunakan pada pendidikan di jurusan kebidanan
maupun di program studi kebidanan adalah kurikulum berdasarkan paradima
competent-based approach yaitu kemampuan komprehensif profesional
menggantikan paradigma content based approach yaitu penguasaan kognitif,
afektif dan psikomotor (IBI,1999). Berdasarkan Kepmenkes RI
No.H.K.00.064.302863, bahwa dalam pelaksanaan program pendidikan bidan
diperlukan sarana dan peralatan yang memadai meliputi, bangunan akademik
(ruang kuliah, ruang diskusi, dan lain sebagainya), bangunan asrama, bila
diperlukan yang di sesuaikan dengan sifat dan jenis pendidikan, serta bangunan
penyelenggara pendidikan yang terdiri dari :1) peralatan laboratorium, 2) alat
bantu termasuk perangkat keras dan lunak, 3)perangkat administrasi sistem kredit,
4) peralatan ruangan/gedung dan asrama, 5) kendaraan, serta 6) tempat praktek
(Pusdiknakes, 2003).
Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh
dan berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan
keahlian dan profesi bidan, seperti praktikum praktek klinik, praktek lapangan
yang berbasis kemampuan. Kegiatan pembelajaran praktikum, praktek klinik dan
lapangan termasuk penilaian keterampilannya yang harus diberikan prioritas lebih
tinggi, dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran akademik yang
menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan (knowledge). Kecendrungan
yang mungkin terjadi dan sangat penting dihindari ialah penyelenggaraan
pendidikan profesional tanpa kegiatan pembelajaran praktikum, praktek klinik dan
praktek kerja lapangan yang dikelola secara efisien dan efektif (Depkdiknas,
2002)
Bagi para pendidik dosen, prestasi hasil belajar mahasiswa harus
merupakan data yang memberikan informasi tentang efisien dan efektivitas
kegiatan pembelajaran yang menjadi tanggug jawabnya. Untuk mengoptimalkan
prestasi hasil belajar mahasiswa antara lain dapat digunakan beberapa prinsip
sebagai berikut: prinsip umpan balik, prinsip pendayagunaan hadiah sebagai
penguat positif, prinsip sikap belajar yang positif, prinsip belajar melalui proses,
prinsip perhatian pada perbedaan individual, prinsip guru atau dosen dan
belajar positif, sehingga dapat menghasilkan mahasiswa yang bermutu dan
mempunyai kemampuan.
Kemampuan merupakan suatu kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan
dalam melaksanakan suatu kegiatan. Komponen suatu kemampuan performance
(Makmun, 1998) adalah unsur kemampuan kinerja yang nampak sesuai dengan
bidang keprofesiannya, “subject” yaitu unsur kemampuan penguasaan subtansi
pengetahuan bidang keprofesiannya, sebagai prasyarat (enabling competencies)
bagi kinerjanya. Ada 3 kemampuan yang diharapkan mampu dikuasai oleh
mahsiswa yaitu, kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan
psikomotorik. Sunaryo (1984), mengemukakan jenjang kemampuan kognitif
meliputi: mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis
dan mengevaluasi. Ada lima kemampuan sikap yang harus dikuasai mahasiswa
yaitu, kemampuan menerima, merespon, menghargai, mengorganisasikan dan
mewatak, sedangkan kemampuan psikomotor yang harus dimiliki mahasiswa
berupa, kemampuan menirukan, manipulasi, menyeksamakan, mengartikulasi dan
menaturalisasi.
Kemampuan proses yaitu unsur kemampuan penguasaan proses mental
(intelektual), mencakup proses berpikir logis, sitematis, kritis, rasional dan kreatif
dalam memecahkan masalah, membuat keputusan, dan sebagainya, sebagai
prasyarat bagi knerjanya. Komponen “adjusment”, yaitu unsur kemampuan
bersikap, berkomitmen, nilai, ciri-ciri kepribadian, dan perilaku sebagai prasyarat
fundamental untuk keseluruhan perangkat komponen kemampuan lainnya bagi
Komponen-komponen kemampuan yang secara utuh untuk membentuk
keprofesian itu pada dasarnya dapat diklasifikasikan sebagai kemampuan, yaitu
“generic” atau “performance” dan kemampuan “enabling”. Kemampuan
“generic” merupakan kemampuan yang seharusnya ada pada suatu bidang
pekerjaan profesional tertentu, yang sekaligus dapat dibedakan dari pekerjaan
keprofesian lainnya. Kemampuan “generic” bagi pekerjaan guru misalnya, akan
berbeda dari pekerjaan konselor sekolah, bagi pekerjaan seorang bidan akan
berbeda dengan pekerjaan seorang dokter, pekerja sosial dan sebagainya. Rincian
dan jumlah perangkat kemampuan itu juga akan bervariasi secara kontekstual dan
gradual, walaupun terdapat kesamaan dan persamaan mendasar (“coommon
competencies”) misalnya kemampuan Bidan profesional pemula (lulusan
pendidikan D-III) berbeda dari Bidan pra profesional/vokasional (lulusan
SPK+bidan 1 tahun) dan Bidan profesional (lulusan D-IV, S-1 Kebidanan) atau
spesialis Kebidanan “enabling” merupakan prasyarat bagi terbentuknya
kemampuan “generic”. Dengan kata lain, seseorang tidak akan mengusai dengan
baik suatu kemampuan “generic”, tanpa didukung oleh kemampuan “enabling”.
Pada dasarnya hal itu akan diperoleh,terbina, tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman belajar praktek klinik dan lapangan (“field practice, field traning,
clinical practice”) yang terstuktur dan terawasi (“supervised) secara memadai
dalam jangka waktu tertentu, sekitar satu sampai dua tahun (Makmun, 1998).
Untuk memperoleh pengalaman belajar klinik dan lapangan seperti itu,
hanya dimungkinkan setelah kemampuan “enabling” terselesaikan terlebih
laboratorium terkait (pengalaman belajar melalui ceramah, diskusi, seminar,
praktikum dan sebagainya). Namun demikian, patut untuk dicatat bahwa beberapa
perangkat komponen prasyarat tertentu seperti proses, “adjusment” dan “attitude”,
lazimnya tidak merupakan program perkuliahan sendiri, melainkan terbentuk
melalui “built in, by product” dari pengalaman belajar ceramah, diskusi,
praktikum dan praktek klinik serta praktek lapangan dari berbagai kegiatan
lainnya termasuk “model peran” dari masyarakat akademik dan budaya profesi
yang bersangkutan. Bentuk pendidikan tinggi kebidanan ini diharapkan akan
menghasilkan Bidan profesional pemula yang lebih bermutu di masa datang,
mampu bersaing di pasaran tenaga kerja internasional dengan bidan-bidan dari
negara-negara lain di era globalisasi.
Penilaian dan pengukuran kemampuan keprofesian, dirasakan semakin
penting artinya dalam setiap profesi, karena penilaian dan pengukuran merupakan
upaya sistematik untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menafsirkan
data, fakta, dan informasi dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat
kemampuan seseorang dalam suatu jenis atau bidang keprofesian berdasarkan
kriteria atau norma tertentu. Kesimpulan tersebut digunakan dalam proses
pengambilan keputusan tentang status atau kedudukan orang yang bersangkutan
berikut rekomendasi tindaklanjutnya. Fokus pengukuran adalah pada proses
pengumpulan, penyusunan, pengolahan, dan penafsiran data, fakta, dan informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan fokus kegiatan penilaiannya
berdasarkan hasil pengukuran dalam bidang pekerjaan keprofesian berdasarkan
kriteria tertentu.
Hasil penilaian dan pengukuran, merupakan hal yang sangat penting untuk
keperluan sertifikasi, surat izin kerja, surat izin praktek, pengangkatan promosi
karier dan jabatan, sistem penghargaan dan penggajian dan lain-lainnya. Adapun
karakteristik kemampuan yang harus dimiliki bidan mempunyai persyaratan
pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan
etik yang membentuk dasar bagi asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan
budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya, kemampuan tersebut
meliputi: (Depkes RI, 2003), yaitu:
1) Pra Konsepsi, KB, dan Ginekologi.
2) Asuhan dan Konseling Selama Kehamilan.
3) Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran.
4) Asuhan pada Nifas dan Menyusui.
5) Asuhan pada Bayi Baru Lahir.
6) Asuhan pada Bayi dan Balita.
7) Kebidanan Komunitas.
8) Asuhan pada Ibu/Wanita dengan Gangguan Reproduksi.
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian studi korelasional (corelational researh) untuk mengetahui
gambaran hubungan proses pembelajaran dan manajemen akademik dengan mutu
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa,
terhadap mahasiswa tingkat III semester V, yang dimulai dengan melakukan
penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan
analisa data, serta penyusunan laporan akhir yang membutuhkan waktu 6 (enam)
bulan dari bulan September 2005 sampai Februari 2006.
3.3. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian ini adalah penelitian studi sekat silang (cross
sectional) yang sifatnya sesaat pada waktu tertentu untuk menjelaskan tentang
hubungan proses pembelajaran, manajemen administrasi akademik dengan mutu
lulusan melalui pengujuan hipotesis.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akademi
Kebidanan Bustanul Ulum Langsa tahun ajaran 2004-2005, yang duduk di tingkat
III dan masih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang berada pada
semester V yang berjumlah 50 mahasiswa.
3.5. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian diturunkan dari kerangka konsep teori, yang
tujuannya untuk mengetahui proses pembelajaran, manajemen administrasi
akademik dengan mutu lulusan Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa. Dari
kerangka konsep proses pembelajaran dan manajemen administrasi akademik
berhubungan dengan mutu lulusan. Sedangkan nilai ujian akhir nasional (UAN),
mahasiswa, sarana dan prasarana, manajemen administrasi umum dan manajemen
administrasi mahasiswa merupakan confounding variable yang tidak diteliti, yang
dapat dibahas melalui penelitian selanjutnya.
Proses pembelajaran - Tujuan pembelajaran - Kegiatan belajar mengajar - Metode pembelajaran - Alat bantu belajar - Evaluasi pembelajaran
Gambar 3.5. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Proses Pembelajaran, Manajemen Administrasi Akademik dengan Mutu Lulusan
3.6. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
3.6.1. Variabel Proses Pembelajaran, memiliki 5 dimensi yaitu:
a. Tujuan Pembelajaran adalah, hasil belajar sesuai yang telah
ditetapkan dosen berdasarkan tujuan instruksional khusus yang
mencakup dalam 3 (tiga) kategori yakni: Kognitif, afektif dan
psiokomotor, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari:
Sangat Mampu = 5, Mampu = 4, Cukup Mampu = 3, Kurang
menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan
menjadi Mampu (4, 5) dan kelompok tidak Mampu (3, 2 , 1).
Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar
conteng yang dikuantifikasikan.
Cara ukur : Observasi Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
dosen.
Hasil ukur : 1. Baik.
2. Tidak Baik.
Skala ukur : Ordinal
b. Kegiatan belajar mengajar adalah usaha untuk menguasai sesuatu
melalui proses pendidikan yang dinamis dan interaktif yang
melibatkan partispasi dari pendidik dengan subjek belajar
meliputi : Penyusunan rencana program pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
melalui hasil belajar, dengan menggunakan skala Likert yang
terdiri dari: Sangat Paham = 5, Paham = 4, Cukup Paham = 3,
Kurang Paham = 2, dan Tidak Paham = 1. kemudian dengan
menjumlahkan skor dari jawaban responden dan dikatagorikan
menjadi Paham (4, 5) dan kelompok Tidak Paham (3, 2, 1).
Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar
conteng yang dikuantifikasikan.
Cara ukur : Observasi kegiatan belajar mengajar.
2. Tidak Baik.
Skala ukur : Ordinal
c. Metode, yaitu tata cara yang digunakan dalam proses
belajar-mengajar sebagai bagian dari pelaksanaan proses pembelajaran
meliputi: mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian mahasiswa
sebagaimana yang diharapkan, memiliki sistem pendekatan
kegiatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat dan memilih dan menetapkan prosedur, metode dan
teknik kegiatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan
efektif serta menetapkan norma-norma dan batas minimal
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh dosen dalam
melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran, dengan menggunakan
skala Likert yang terdiri dari : Sangat Mampu = 5, Mampu = 4,
Cukup Mampu = 3, Kurang Mampu = 2, dan Tidak Mampu = 1.
kemudian dengan menjumlahkan skor dari jawaban responden
dan dikatagorikan menjadi Mampu (4, 5) dan kelompok Tidak
Mampu (3, 2, 1).
Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar
conteng yang dikuantifikasikan
Cara ukur : Observasi pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
2. Tidak Baik.
Skala ukur : Ordinal
d. Alat bantu, yaitu segala sesuatu media atau bahan yang digunakan
dalam proses pembelajaran meliputi: Alat bantu pandang dengar
(AVA), peralatan laboratorium dan bahan habis pakai, dengan
menggunakan skala Likert yang terdiri dari : Sangat Lengkap = 5,
Lengkap = 4, Cukup Lengkap = 3, Kurang Lengkap = 24, dan
Tidak Lengkap = 1. kemudian dengan menjumlahkan skor dari
jawaban responden dan dikatagorikan menjadi lengkap (4, 5) dan
kelompok tidak lengkap (3, 2, 1).
Alat ukur : Panduan observasi dengan menggunakan daftar
conteng yang dikuantifikasikan
Cara ukur : Observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Hasil ukur : 1. Baik.
2. Tidak Baik.
Skala ukur : Ordinal
e. Evaluasi Pembelajaran adalah suatu proses menentukan nilai atau
besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya meliputi : Evaluasi awal program, proses, akhir
program dan dampak program, dengan menggunakan skala Likert
yang terdiri dari : Sangat Mampu = 5, Mampu = 4, Cukup Mampu
= 3, Kurang Mampu = 2, dan Tidak Mampu = 1. kemudian