BAB IV HASIL PENELITIAN
B. Karakteristik Putusan Pengadilan Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2020
Statistik baik berdasarkan parameter Putusan maupun berdasarkan parameter Pelaku Tindak Pidana (terdakwa).
B. 1. Karakteristik Putusan Pengadilan Berdasarkan Lembaga Peradilan dan Wilayah
Karakteristik putusan perkara pencucian uang diperoleh berdasarkan perkara yang diputus pada tahun 2020. Rekapitulasi putusan ini diperoleh baik dengan melakukan penelusuran pada website direktori Mahkamah Agung ataupun dengan melakukan permintaan langsung dari masing – masing Pengadilan Negara ataupun Pengadilan Tinggi. Berkat kerjasama dan koordinasi yang intensif dengan Mahkamah Agung selaku lembaga pemilik data, Tim Riset PPATK telah berhasil melakukan rekapitulasi putusan TPPU sehingga diperoleh sebanyak 102 putusan TPPU. Namun dari 102 putusan tersebut, terdapat 1 putusan yang informasinya hanya bisa dioleh pada SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara) pada Pengadilan Negeri. Oleh karena itu, akan terdapat justifikasi penyajian data statistik, mengingat informasi yang dapat digali pada SIPP cukup terbatas.
Berikut sebaran putusan perkara pencucian uang berdasarkan tingkat pengadilan selama periode 2020:
Dapat dilihat dari tabel, kompilasi putusan pengadilan perkara pencucian uang tahun 2020 masih didominasi oleh lembaga peradilan tingkat pertama yang mencapai 64% kemudian untuk proporsi selanjutnya adalah lembaga peradilan banding sebesar 30% dan untuk tingkat kasasi sebesar 6%.
Jika dibandingkan secara 3 tahun berturut – turut dari tahun 2018 – 2020, terjadi perubahan yang cukup signifikan pada jumlah putusan TPPU pada tahun 2020 yang dapat dilihat pada grafik berikut:
Sumber: Database PPATK
Dengan masifnya perkembangan statistik jumlah perkara TPPU, maka diperlukan peran PPATK dalam aspek pemberantasan tindak pidana
Gambar 2 Putusan Perkara Berdasarkan Tingkat Lembaga Peradilan
56 50
102
2018 2019 2020
Gambar 3 Jumlah Putusan TPPU pada Tahun 2018 – 2020
tersebut yaitu dengan adanya sinergitas dan penyamaan persepsi antar Lembaga Penegak Hukum. Selain itu, dengan pengoptimalan baik secara substansi ataupun kuantitas hasil intelijen keuangan PPATK yang dikirimkan kepada Lembaga Penegak Hukum.
Sementara itu dari 102 hasil rekapitulasi putusan tersebut, lembaga peradilan yang telah berhasil menangani perkara TPPU adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Sebaran Wilayah Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2020
TINGKAT PENGADILAN JUMLAH
Pengadilan Negeri Ambon 9
Pengadilan Negeri Jakarta Barat 8
Pengadilan Tinggi Jakarta 7
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat 7
Mahkamah Agung 6
Pengadilan Negeri Medan 5
Pengadilan Negeri Jakarta Timur 4 Pengadilan Negeri Palembang 4
Pengadilan Negeri Batam 3
Pengadilan Negeri Blitar 3
Pengadilan Negeri Jakarta Utara 3
Pengadilan Negeri Bandung 3
Pengadilan Tinggi Pontianak 3 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 3
Pengadilan Tinggi Medan 3
Pengadilan Tinggi Bandung 2
Pengadilan Tinggi Banda Aceh 2 Pengadilan Negeri Pontianak 2 Pengadilan Negeri Surabaya 2
Pengadilan Negeri Jambi 2
Pengadilan Negeri Makassar 2 Pengadilan Negeri Pekanbaru 2 Pengadilan Tinggi Banda Aceh 1
Pengadilan Tinggi Padang 1
Pengadilan Tinggi Lubuk Linggau 1 Pengadilan Negeri Cibinong 1 Pengadilan Tinggi Semarang 1 Pengadilan Negeri Banjarmasin 1 Pengadilan Tinggi Jayapura 1
Pengadilan Negeri Kendari 1
Pengadilan Negeri Palu 1
Pengadilan Negeri Tanjung Pinang 1
TINGKAT PENGADILAN JUMLAH Pengadilan Negeri Pariaman 1 Pengadilan Negeri Denpasar 1 Pengadilan Tinggi Yogyakarta 1 Pengadilan Negeri Bengkalis 1 Pengadilan Tinggi Palembang 1
Pengadilan negeri Bireuen 1
Pengadilan Negeri Ponorogo 1
TOTAL 102
Jika dipetakan lebih lanjut, maka sebaran provinsi letak lembaga peradilan tersebut didominasi oleh provinsi DKI Jakarta sebesar 33%, Maluku sebesar 9% dan Sumatera Utara sebesar 8%. Informasi tersebut disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5 Sebaran Wilayah Letak
Lembaga Peradilan Perkara Pencucian Uang
NO PROVINSI JUMLAH
PUTUSAN SEBARAN
1 DKI Jakarta 34 33%
2 Maluku 9 9%
3 Sumatera Utara 8 8%
4 Jawa Barat 7 7%
5 Sumatera Selatan 6 6%
6 Jawa Timur 6 6%
7 Kalimantan Barat 5 5%
8 Kepulauan Riau 4 4%
9 Aceh 4 4%
10 Riau 3 3%
11 Yogyakarta 3 3%
12 Sulawesi Selatan 3 3%
13 Sumatera Barat 2 2%
14 Jambi 2 2%
15 Jawa Tengah 1 1%
16 Kalimantan Selatan 1 1%
17 Sulawesi Tenggara 1 1%
18 Sulawesi Tengah 1 1%
19 Bali 1 1%
20 Papua 1 1%
TOTAL 102 100%
Sementara itu, dari 102 putusan tersebut diketahui bahwa klasifikasi dokumen putusan berdasarkan penggabungan berkas perkara TPPU dan
TPA masih didominasi dengan berkas TPPU yang Bersatu dengan TPA yaitu sebesar 74%. Namun sebesar 25% Lembaga Penegak Hukum telah melakukan implementasi dari Pasal 69 bahwa untuk penanganan perkara TPPU tidak harus dibuktikan terlebih dahulu TPA-nya. Hal ini disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 6 Pemberkasan TPPU dan TPA PEMBERKASAN PUTUSAN JUMLAH
PUTUSAN DISTRIBUSI Berkas satu dengan TPA 75 74%
Stand Alone Money
Laundering 26 25%
Berkas SIPP 1 1%
TOTAL 102 100%
B. 2. Karakteristik Putusan Pengadilan Berdasarkan Tindak Pidana Asal
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) adalah suatu tindak perkara lanjutan (follow up crime) dari suatu Tindak Pidana Asal (predicate crime, selanjutanya disebut TPA). Tindak pidana ini dilakukan sebagai upaya untuk menyembunyikan atau menghilangkan jejak tindak pidana asal sehingga seolah – olah harta yang diperoleh tampak bukan berasal dari tindak pidana.
TPA dari TPPU ini sendiri merupakan tindak pidana yang dilakukan pelaku sesuai dengan Pasal 2 Ayat 1 pada Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2010.
Dengan demikian, TPPU tidak mungkin berdiri sendiri tanpa adanya TPA.
TPPU merupakan bagian dari serangkaian kejahatan yang saling berkaitan.
Oleh karena itu, rezim pemberantasan TPPU berprinsip follow the money, bukan follow the person, karena tindak pidananya yang saling terangkai mengalirkan harta kekayaannya dari satu pihak ke pihak yang lain. Sebagai follow up crime, menurut Mahkamah Agung untuk melakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam perkara TPPU tetap harus didahului dengan adanya tindak pidana asal, namun tindak pidana asal tersebut tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu. Makna frasa "tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu" bukan berarti tidak perlu dibuktikan sama sekali, namun TPPU tidak
perlu menunggu lama sampai perkara pidana asalnya diputus atau telah memperoleh kekuatan hukum tetap4.
Selanjutnya berdasarkan rekapitulasi putusan pencucian uang tahun 2020, diperoleh bahwa TPA didominasi oleh tindak pidana narkotika sebesar 31%
selanjutnya tindak pidana korupsi sebesar 22% dan tindak pidana narkotika sebesar 21%. Data tersebut tersajikan pada tabel berikut:
Tabel 7 Sebaran TPA pada Putusan TPPU Tahun 2020
TPA JUMLAH
PUTUSAN SEBARAN
Narkotika 32 31%
Korupsi 22 22%
Penipuan 21 21%
Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat)
tahun atau lebih 11 11%
Penggelapan 10 10%
Di Bidang Perbankan 5 5%
Di Bidang Perpajakan 1 1%
TOTAL 102 100%
Sementara itu Tim Riset juga melakukan penelurusan berupa nominal kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana tersebut, yang diperoleh dengan melakukan inventarisir pada setiap putusan. Selanjutnya diperoleh informasi bahwa estimasi nilai kejahatan/kerugian yang ditimbulkan dari tindak pidana berdasarkan kompilasi putusan pengadilan untuk TPPU pada tahun 2020 mencapai Rp18 Triliun. Hal ini digambarkan pada tabel di bawah ini:
4 Putusan Mahkamah Konstitusi atas Permohonan Uji Materil Undang – Undang Tindak Pidana Pencucian Uang
Tabel 8 Estimasi Nilai Kerugian pada TPA berdasarkan Putusan TPPU Tahun 2020
TPA ESTIMASI NILAI
KERUGIAN SEBARAN
Korupsi Rp17.350.625.741.999 93%
Penipuan Rp896.163.098.576 5%
Narkotika Rp154.887.560.445 1%
Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih
Rp133.161.786.466 1%
Penggelapan Rp76.769.573.461 0%
Di Bidang Perbankan Rp71.519.029.489 0%
Di Bidang Perpajakan Rp10.254.308.910 0%
TOTAL Rp18.693.381.099.346 100%
Pada tabel 7 di atas dapat terlihat bahwa estimasi kerugian didominasi oleh tindak pidana korupsi dengan nilai taksiran mencapai Rp17 Triliun atau 93%
dari total estimasi nilai kerugian berdasarkan rekapitulasi putusan TPPU tahun 2020.
B. 3. Karakteristik Putusan Pengadilan Berdasarkan Pengembalian ke Negara Tim Riset melakukan pemetaan besar nominal pengembalian negara yang berasal dari perampasan aset (baik secara nominal uang ataupun benda), uang pengganti yang diberikan oleh pelaku tindak pidana pencucian uang serta pidana denda yang dijatuhkan kepada pelaku. Jumlah uang pengganti adalah kerugian negara yang secara nyata dinikmati atau memperkaya terdakwa atau karena kausalitas tertentu sehingga terdakwa bertanggungjawab atas kerugian negara. Pidana pembayaran uang pengganti diberikan sebagai upaya yuridis untuk pengembalian kerugian negara.
Tabel 9 Nominal Aset Uang yang Dirampas
TPA Nominal Aset yang
Dirampas
Korupsi Rp190.112.709.124
Di Bidang Perbankan Rp23.725.000.000
Narkotika Rp11.968.864.481
Penipuan Rp4.973.089.094 Tindak pidana lain yang diancam
dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih
Rp57.641.122
TOTAL Rp230.837.303.821
*Untuk aset yang berbentuk mata uang asing dikonversi menggunakan kurs per 28 Des 2021
Berdasarkan hasil penilaian perampasan aset yang dikembalikan kepada negara berupa uang sebesar Rp230 Miliar. Sementara itu, perampasan aset masih banyak berbentuk aset yang belum dapat dinilai, hal ini dapat diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 10 Daftar Rekapitulasi Perampasan Aset pada Putusan TPPU Tahun 2020
ASET JUMLAH
PUTUSAN Mobil, Perhiasan, Rumah, Tanah dan
Bangunan 6
Mobil 6
Mobil, Motor, Tanah 3
Mobil, Perhiasan 2
Tanah 2
Tanah, Mobil 2
Mobil, Tanah, Bangunan 1
Kapal Kayu, Kapal Boat, Mobil, Tanah, 1
Komputer, Saham 1
Laptop, Motor, Perhiasan, Tanah 1
Mobil, Tambak Udang 1
Logam Mulia, Perhiasan 1
Ruko, Rumah, Tanah dan Bangunan,
Tanah 1
Lukisan, Mobil 1
Bangunan, Mobil, Tanah 1
Apartemen, HP, Mobil, Tanah dan
Bangunan, Saham, Reksadana 1
Mobil, Pertanian, Tanah 1
Mobil, HP 1
Mobil, Tanah 1
Apartemen, Mobil, Tanah 1
Motor, Perhiasan 1
Tanah, Mobil, Motor 1
Rumah, Bangunan, Mobil, Motor 1
ASET JUMLAH PUTUSAN
Apartemen 1
Apartemen, Tanah 1
Mobil, Motor 1
Apartemen, Asrama dan Aset, Excavator, HP, Laptop, Mobil, Kantor, Kapal, Off Road Tipper, Truck, Reksadana
1
Tanah, Perkebunan 1
Mobil, Motor, Kapal Kayu, Rumah, Senjata
Senapan Angin, Tanah 1
Mobil, Motor, Rumah 1
Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar pelaku TPPU membelanjakan harta tindak pidana pada aset yang berbentuk kendaraan mobil, motor, tanah, bangunan ataupun apartemen.
Selain itu, terdapat pengembalian berupa uang pengganti yang berhasil diberikan kepada pelaku TPPU adalah sekitar Rp16 Triliun.
Tabel 11 Uang Pengganti berdasarkan Tindak Pidana Asal pada Putusan TPPU Tahun 2020
TPA UANG PENGGANTI Korupsi Rp16.854.111.375.000
TOTAL Rp16.854.111.375.000 Catatan: Akumulasi dihitung per - terdakwa
Menurut Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 5 Tahun 2014, Pasal 1, dicantuman bahwa jumlah uang pengganti dalam tindak pidana korupsi ditentukan dari jumlah harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi dan bukan semata – mata kerugian negara yang diakibatkan.
Sementara itu, akumulasi denda yang diberikan menurut tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku pada putusan TPPU tahun 2021 mencapai Rp167 Miliar. Hal ini dapat diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 12 Akumulasi Denda berdasarkan Tindak Pidana Asal pada Putusan TPPU Tahun 2020
TPA JUMLAH DENDA
Narkotika Rp59.510.000.000
Penipuan Rp33.785.000.000
Di Bidang Perbankan Rp23.000.000.000 Di Bidang Perpajakan Rp20.508.617.820 Tindak pidana lain yang
diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun
atau lebih Rp11.730.000.000
Korupsi Rp10.350.000.000
Penggelapan Rp8.200.000.000
TOTAL Rp167.083.617.820 Catatan: Akumulasi dihitung per - terdakwa
Dengan demikian dapat diestimasikan bahwa akumulasi pengembalian negara (berdasarkan nominal uang yang berhasil dihitung) dari aset yang berhasil dirampas, total uang pengganti dan total pidana mencapai Rp17.252.032.296.641 atau sebesar mencapai 92% dari estimasi nilai kerugian yang ditimbulkan berdasarkan putusan TPPU tahun 2020. Estimasi pengembalian negara belum terakumulasi pada perampasan aset yang berupa harta benda pada tabel 10. Selanjutnya untuk memperoleh estimasi total pengembalian negara baik dari harta benda ataupun nominal uang, diperlukan riset lanjutan yang bekerja sama dengan Pusat Pemulihan Aset Kejaksaan Agung dan Direktorat Jenderal Keuangan Negara untuk mengetahui nilai taksiran aset harta benda tersebut.
B. 4. Karakteristik Putusan Pengadilan Berdasarkan Delik Pidana
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, delik pidana yang dilakukan pelaku TPPU terbagi menjadi 2 yaitu:
Tabel 13 Kategori Pelaku TPPU berdasarkan Delik Pidana KATEGORI PELAKU TPPU DELIK PIDANA KETERANGAN
Pelaku Aktif TPPU
Pasal 3 Pelaku aktif melakukan TPPU dan terlibat dalam TPA
Pasal 4 Pelaku aktif melakukan TPPU namun tidak terlibat dalam TPA
Pelaku Pasif TPPU Pasal 5
Pelaku penerima manfaat harta TPPU namun secara sadar mengetahui bahwa harta tersebut berasal dari tindak pidana
Dari 102 putusan TPPU pada tahun 2020 yang berhasil terkumpul, terdapat 128 terdakwa yang terlibat. Selanjutnya diketahui dari 128 terdakwa tersebut diketahui bahwa mayoritas pelaku adalah pelaku aktif TPPU dan TPA yang mencapai 80%, sebagaimana yang tercantum pada tabel berikut:
Tabel 14 Delik Pidana Pelaku Pencucian Uang PASAL JUMLAH
TERDAKWA SEBARAN
Pasal 3 102 80%
Pasal 5 23 18%
Pasal 4 2 2%
Tidak TPPU 1 1%
TOTAL 128 100%
Catatan: Tidak TPPU merujuk bahwa pelaku tidak terbukti melakukan TPPU. Data ini tetap digunakan dalam riset mengingat pelaku tersebut tergabung dengan pelaku lainnya dalam satu putusan (pelaku lainnya terbukti melakukan TPPU).
Dengan adanya data mencapai 80% pada pelaku aktif TPPU Pasal 3, dapat disimpulkan bahwa setiap pelaku tindak pidana akan secara simultan melakukan tindak pidana lanjutan (follow up crime) yang bertujuan untuk mengaburkan asal – usul harta yang berhasil diperoleh.
B. 5. Karakteristik Putusan Pengadilan Berdasarkan Variasi Hukuman Pidana Selanjutnya Tim Riset melakukan pemetaan variasi hukuman pidana baik untuk pidana penjara ataupun pidana denda berdasarkan jumlah pelaku.
Tabel 15 Variasi Pidana Penjara berdasarkan Jumlah Terdakwa pada Putusan TPPU Tahun 2020
PENJARA (DALAM TAHUN) JUMLAH
TERDAKWA SEBARAN
0 < Penjara <= 5 69 54%
5 < Penjara <= 10 38 30%
10 < Penjara <= 15 4 3%
15 < Penjara <= 20 9 7%
Hukuman Seumur Hidup 2 2%
Hukuman Nihil 6 5%
TOTAL 128 100,0%
Berdasarkan analisis terhadap hukuman pidana kurungan penjara bagi pelaku TPPU diketahui bahwa sebesar 54 persen total pelaku tindak pidana pada putusan TPPU tahun 2020 dikenakan pidana kurungan penjara kurang dari 5 tahun. Sedangkan sisanya sebesar 46 persen memiliki variasi hukuman pidana penjara mulai dari 5-10 tahun hingga hukuman maksimal yaitu seumur hidup.
Selain itu, terdapat hukuman pidana denda kepada pelaku TPPU, yang dirincikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 16 Variasi Pidana Penjara berdasarkan Jumlah Terdakwa pada Putusan TPPU Tahun 2020
DENDA JUMLAH
TERDAKWA SEBARAN
0 s.d. Rp1 Miliar 111 87%
>Rp1 Miliar s.d. Rp5 Miliar 11 9%
>Rp5 Miliar s.d. Rp10 Miliar 5 4%
>Rp20 Miliar 1 1%
TOTAL 128 100%
Berdasarkan analisis terhadap hukuman pindana denda bagi pelaku TPPU, diketahui bahwa 87% pelaku dikenakan pidana denda kurang dari Rp1 Miliar,
kemudian sebesar 9% diberikan pidana denda Rp1 Miliar hingga Rp5 Miliar.
Sementara itu, denda lebih dari Rp20 Miliar dikenakan pada kasus TPPU di Bidang Perpajakan sehingga denda tersebut berbentuk denda pajak.
B. 6. Karakteristik Putusan Pengadilan Berdasarkan Karakteristik Terdakwa Berdasarkan karakteristik terdakwa berdasarkan profil, kelompok usia dan jenis kelamin. Dari pemetaan berdasarkan profil, diketahui bahwa dari 128 terdakwa, mayoritas pelaku TPPU adalah pengusaha/wirawasta sebesar 37% kemudian pegawai swasta/karyawan sebesar 30% sebagaimana yang tercantum pada tabel berikut:
Tabel 17 Kategori Profil Terdakwa pada Putusan TPPU Tahun 2020 PROFIL/PEKERJAAN TERDAKWA JUMLAH
TERDAKWA SEBARAN
Pengusaha/Wiraswasta 47 37%
Pegawai Swasta/Karyawan 40 31%
Pegawai Bank 5 4%
Tidak Bekerja 5 4%
Ibu Rumah Tangga 5 4%
Pegawai Bank, BUMN/D, Jasa Pengiriman Uang, Pedagang Valuta Asing
4 3%
Petani/Nelayan, Pengrajin, Buruh
Lepas, Pedagang 3 2%
Petani/Nelayan/Pelaut 3 2%
Direktur Perusahaan Swasta 3 2%
Lain - Lain 2 2%
PNS/ASN (termasuk Pensiunan) 3 2%
Pegawai BUMN 1 1%
Profesional (termasuk
Pengacara, Akuntan, Notaris, dll) 1 1%
Narapidana 1 1%
Swasta 1 1%
TNI/POLRI (termasuk Pensiunan) 1 1%
Pedagang 1 1%
Dosen/Guru/Pengajar 1 1%
Penerjemah 1 1%
TOTAL 128 100%
Selain itu, pemetaan berdasarkan kelompok usia, diketahui bahwa mayoritas usia pelaku berada pada usia produktif yaitu pada rentang usia 30 hingga 40 tahun sebesar 38%. Informasi rincinya tercantum pada tabel di bawah ini:
Tabel 18 Kelompok Usia Terdakwa pada Putusan TPPU Tahun 2020 USIA (DALAM
TAHUN)
JUMLAH
TERDAKWA SEBARAN
<= 30 17 13%
30 < usia <= 40 48 38%
40 < usia <= 50 33 26%
> 50 29 23%
NA 1 1%
TOTAL 128 100%
Catatan: untuk kelompok usia diambil interval 10 tahun sementara untuk data NA disebabkan tidak terdapat informasi usia pada SIPP.
Selanjutnya, pemetaan berdasarkan berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa sebesar 79% pelaku adalah laki – laki dan sisanya sebesar 31%
adalah perempuan.
Tabel 19 Jenis Kelamin Terdakwa pada Putusan TPPU Tahun 2020 JENIS KELAMIN JUMLAH TERDAKWA SEBARAN
Laki – laki 101 79%
Perempuan 27 21%
TOTAL 128 100%
C. Keterkaitan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2020