• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini sampai pada waktu penelitian, rata-rata berumur 46,4 tahun dengan umur terendah 34 tahun dan responden tertua berumur 80 tahun. Sebagian besar responden berada pada kelompok umur 36-40 tahun, 41-45 tahun dan 46-50 tahun, dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing berjumlah 3 orang (25%), sedangkan jumlah terkecil terdapat pada kelompok umur 31-35 tahun, 51-55 tahun dan 56 tahun ke atas (80 tahun), yaitu masing-masing berjumlah 1 orang (8,3%).

Tabel 4.8. Kelompok Umur Responden Tahun 2014

No Kelompok Umur Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 31 - 35 1 8,33 2 36 - 40 3 25,00 3 41 - 45 3 25,00 4 46 - 50 3 25,00 5 51 - 55 1 8,33 6 56 + 1 8,33 Jumlah 12 100,00

Sumber : Data Primer diolah 2014

67

Wawancara dengan tokoh masyarakat, Bapak Arfani (52 Tahun), Sabtu 13 Agustus 2014, Pukul 12.30 WIB, di dalam rumah.

Tabel 4.8. menggambarkan bahwa sebagian responden berada pada usia produktif dan sampai pada waktu penelitian dilakukan mereka masih bekerja. Hanya sebagian kecil saja yang sudah dapat dikatakan tidak lagi muda atau tidak produktif, selengkapnya ada pada Lampiran 1.

2. Jumlah Tanggungan Keluarga

Masyarakat pesisir yang menjadi responden penelitian ini memiliki jumlah anggota keluarga yang bervariasi. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga menentukan seberapa besar pengeluaran dalam suatu rumah tangga. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki responden adalah 5 orang. Jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah 8 orang, terdapat pada 2 responden (16,66%), bahkan ada salah satu responden yang memiliki dua rumah tangga, yang di rumah dan yang di kampung. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga terkecil adalah 4 orang, yang memiliki anggota keluarga terkecil ini sebanyak 5 responden (41,66%). (Lampiran 1).

3. Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha responden cukup bervariasi, hingga waktu penelitian ada responden yang telah menekuni pekerjaannya hingga puluhan tahun, ada yang baru beberapa tahun, dan ada juga yang baru berjalan 4 bulan, yang diakibatkan karena peralihan mata pencaharian.

Responden yang memiliki pengalaman usaha terlama adalah 30 tahun, bernama Bapak Kapidun yang telah menekuni pekerjaannya sebagai pengolah limbah ikan semenjak belum ada pemukiman penduduk di Muara Angke. Sedangkan, pengalaman usaha terendah yaitu selama kurang dari 1 tahun (4 bulan), bernama Bapak Supendi yang beralih profesi menjadi petugas keamanan setelah sebelumnya menjadi penjaga WC umum, selain sebagai berprofesi petugas keamanan Bapak Supendi juga memiliki warung kelontong

dekat Pelabuhan yang sudah berjualan semenjak Pelabuhan Muara Angke baru diresmikan. (Lampiran 1)

4. Riwayat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini cukup tinggi, yang dilihat dari banyaknya responden menamatkan riwayat pendidikannya hingga SLTA. Hal ini dimungkinkan karena penetapan responden tidak secara random melainkan secara purposive sampling, yang diambil berdasarkan rekomendasi informan dan pertimbangan representatif masing-masing matapencaharian. Sebagian besar responden yang menamatkan riwayat pendidikannya hingga SLTA ini berada pada kelompok umur di bawah 40 tahun, atau dengan kata lain masih dalam usia muda atau produktif.

Posisi terbanyak pertama berada pada tingkat pendidikan SLTA, yaitu berjumlah 4 orang (33,33%). Terbanyak kedua berada pada tingkat tamat SD, yaitu sebanyak 3 orang (25%), tidak tamat SD dan tamat SLTP masing-masing sebanyak 2 orang (16,66%), kemudian 1 orang (8,33%) yang berada pada posisi terendah, yaitu pada tingkat tidak sekolah.

Tabel 4.9. Tingkat Pendidikan Responden Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Tidak Sekolah 1 8,33 2 Tidak Tamat SD 2 16,66 3 Tamat SD 3 25 4 Tamat SLTP 2 16,66 5 Tamat SLTA 4 33,33 Jumlah 12 100,00

5. Kondisi dan Fasilitas Perumahan a. Kondisi Perumahan

Selain sandang dan pangan, tempat tinggal juga merupakan salah satu bagian dari kebutuhan primer masyarakat. Kondisi tempat tinggal atau perumahan memberikan gambaran mengenai tingkat kesejahteraan keluarga. Perumahan yang ideal adalah tempat tinggal yang memenuhi persyaratan kesehatan dan lokasinya mudah untuk menjangkau beberapa fasilitas seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, dan pasar.

Kondisi perumahan responden pada penelitian ini mayoritas berada dalam kategori semi permanen yang berjumlah 6 rumah (50%). Hal ini terlihat dari perumahan responden yang belum seluruhnya memenuhi kriteria perumahan permanen menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003. Kriteria atap rumah, mayoritas rumah responden masih menggunakan asbes, yaitu sebanyak 10 rumah (83,33%) dan hanya 2 rumah (16,66%) saja yang atapnya sudah menggunakan genting. Bilik rumah responden yang sudah menggunakan tembok sebanyak 7 rumah (58,33%), setengah tembok 1 rumah (8,33%), dan masih banyak perumahan responden yang masih menggunakan kayu sebagai bilik rumahnya, yaitu sebanyak 4 rumah (33,33%). Status kepemilikan perumahan responden, yaitu sebanyak 8 keluarga (53,33%) sudah milik sendiri, dan 4 keluarga (33,33%) masih berstatus sewa. Bahan lantai yang digunakan keluarga responden juga bervariasi, sebanyak 6 rumah (50%) sudah menggunakan ubin, 2 rumah (16,66%) menggunakan lantai plester, dan 4 rumah (33,33%) masih menggunakan kayu sebagai lantai rumahnya. Luas perumahan responden terdiri dari 5 rumah (41,66%) tergololong berlantai sedang dan 7 rumah (58,33%) tergolong memiliki lantai rumah yang sempit (Lampiran 2).

Hasil penjumlahan kelima elemen keadaan perumahan di atas, diperoleh nilai antara 5-9 sebanyak 2 keluarga (16,66%) dengan kategori

Non Permanen, 10-14 sebanyak 6 keluarga (50%) dengan kategori Semi Permanen, dan kategori Permanen dengan nilai antara 15-18 sebanyak 4 keluarga (33,33%). Mayoritas kriteria perumahan responden pada penelitian ini termasuk dalam kriteria semi permanen, yaitu 6 keluarga (50%), hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum sepenuhnya menganggap bahwa tempat tinggal merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Pendapatan keluarga sangat mempengaruhi keadaan atau kondisi perumahan keluarga, dengan kata lain semakin tinggi pendapatan mereka, semakin baik keadaan atau kondisi perumahan keluarganya.

b. Fasilitas Perumahan

Fasilitas perumahan sangat menentukan apakah perumahan tersebut ideal atau tidak. Kelengkapan fasilitas perumahan juga menjadi salah satu cerminan tingkat kesejahteraan keluarga.

Dalam kategori luas pekarangan rumah, seluruh (100%) keluarga rumah tangga memiliki pekarangan rumah sempit. Fasilitas hiburan berupa TV dimiliki oleh 8 orang (66,66%), 2 orang (16,66%) memiliki radio, dan 2 orang (16,66%) memiliki video. Fasilitas pendingin yang dimiliki, sebanyak 8 orang (66,66%) memiliki kipas angin, sebanyak 2 orang (16,66%) memiliki lemari es, dan AC (Air Conditioner) sebanyak 2 orang (16,66%). Dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari seluruh (100%) keluarga rumah tangga sudah menggunakan kompor gas. Sumber air utama untuk kebutuhan sehari-sehari, seluruh (100%) keluarga rumah tangga sudah menggunakan PAM. Hal ini disebabkan oleh sulitnya memperoleh sumber air bersih dan layak di daerah ini. Fasilitas MCK yang dimiliki sebagian besar, yaitu 9 orang (75%) sudah menggunakan MCK milik sendiri dan 3 orang (25%) masih menggunakan MCK umum (Lampiran 3). Namun demikian, fasilitas yang dimiliki oleh keluarga

rumah tangga akan segera berubah, mungkin saja bertambah atau berkurang. Perubahan ini utamanya disebabkan oleh faktor ekonomi, dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terkadang mereka terpaksa berhutang, kemudian mereka akan menjual barang berharga milik mereka dan akan digunakan untuk membayar hutang jika kesulitan membayarnya.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu, yang memiliki skor antara 18-22 sebanyak 7 orang (58,33%) dengan kategori fasilitas perumahan yang lengkap dan skor antara 12-17 sebanyak 5 orang (41,66%) dengan kategori fasilitas perumahan yang sedang. Fasilitas perumahan yang lengkap dan sedang menunjukkan sebagian besar responden sudah menggunakan sebagian pendapatannya selain untuk kebutuhan makanan juga untuk memenuhi kebutuhan akan kelengkapan fasilitas perumahannya. Kelengkapan fasilitas pokok berupa sarana bahan bakar sehari-hari, air, dan kamar mandi akan menentukan kenyamanan suatu perumahan atau tempat tinggal keluarga.

E. Dampak Pelabuhan Muara Angke Terhadap Perubahan Kondisi

Dokumen terkait