• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden di Kecamatan Sajira diperoleh berdasarkan survei terhadap 99 responden. Karakteristik umum responden ini dijelaskan dari beberapa kriteria seperti yang dijelaskan sebagai berikut.

5.2.1 Jenis Kelamin Responden

Responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah laki-laki dengan jumlah 78 orang (78.79%) dan perempuan berjumlah 21 orang (21.21%). Banyaknya responden laki-laki disebabkan karena laki-laki sebagai kepala keluarga yang mengambil keputusan dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Perbandingan persentase jenis kelamin responden disajikan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

78.79% 21.21%

Laki-laki Perempuan

5.2.2 Tingkat Usia

Tingkat usia responden di Kecamatan Sajira cukup bervariasi dengan distribusi usia antara 22-79 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa usia responden yang paling dominan berada pada kisaran usia antara 28-35 tahun (32.32%). Sedangkan usia responden paling sedikit berada pada kisaran usia 76-83 tahun (2.02%). Menurut Tjiptoherijanto (2001), kelompok umur produktif berada pada kisaran usia 15-64 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar umur responden di Kecamatan Sajira masih termasuk kelompok umur produktif. Berikut adalah diagram persentase tingkat usia responden pada 15 desa di Kecamatan Sajira (Gambar 5.2).

Gambar 5.2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia

5.2.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan tertinggi responden di Kecamatan Sajira adalah perguruan tinggi (Sarjana dan Diploma), namun pada umumnya tingkat pendidikan di kecamatan tersebut masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase lulusan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) sebesar 83.84% dan hanya 4.04% yang mencapai tingkat pendidikan perguruan tinggi (Sarjana dan Diploma). Rendahnya tingkat pendidikan di Kecamatan Sajira disebabkan karena masih langkanya sarana pendidikan, pertimbangan biaya, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Latar belakang pendidikan yang sangat minim tersebut, akan menyulitkan seseorang untuk meningkatkan potensi ekonominya sehingga pendapatan yang diperoleh hanya sedikit. Perbandingan persentase tingkat pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada Gambar 5.3. 12.12% 32.32% 15.15% 18.19% 4.04% 13.13% 3.03% 2.02% 20-27 28-35 36-43 44-51 52-59 60-67 68-75 76-83

Gambar 5.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

5.2.4 Jenis Pekerjaan

Pekerjaan utama. Secara umum jenis pekerjaan utama kepala keluarga responden dalam penelitian ini adalah dari sektor pertanian (Tabel 5.3). Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain mengolah kebun, mengolah sawah, buruh tani, dan pekerja pada perkebunan swasta. Sedangkan pada sektor non-pertanian, kepala keluarga bekerja sebagai pegawai negeri sipil (guru atau penyuluh kehutanan), pedagang/wiraswasta, supir, peternak, dan satpam.

Tabel 5.3 Persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan Sajira

Jenis pekerjaan Utama Persentase

(%) Sampingan Persentase (%) Petani 82 82.83 8 9.19 PNS 5 5.05 - - Wiraswasta/pedagang 7 7.07 10 11.49 Buruh tani 1 1.01 10 11.49 Pegawai swasta 1 1.01 1 1.15 Supir 1 1.01 - - Ojek - - 2 2.30 Pengrajin - - 8 9.19 Kuli - - 36 41.40 Tengkulak - - 11 12.64 Peternak 1 1.01 1 1.15 Satpam 1 1.01 - - Total 99 100 87 100

Banyaknya masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani disebabkan karena tradisi bertani ini merupakan warisan nenek moyang yang keberadaannya harus tetap dijaga dan dipertahankan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selain itu, terbatasnya lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian juga menjadi salah satu faktor terbatasnya jumlah masyarakat yang bekerja di luar sektor pertanian. 83.84% 7.07% 5.05% 1.01% 3.03% SD SMP SMA Diploma S1

Pekerjaan sampingan. Disamping pekerjaan utama/pokok, terdapat juga pekerjaan sampingan yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Sajira. Bentuk- bentuk pekerjaan tersebut antara lain membuat kerajinan tangan, dinding dan atap rumah bambu, berdagang, ojek, buruh tani, kuli, dan tengkulak.

5.2.5 Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan per bulan responden di Kecamatan Sajira terbagi atas pendapatan rata-rata pekerjaan utama dan pendapatan rata-rata pekerjaan sampingan. Tingkat pendapatan rata-rata per bulan untuk pekerjaan utama berada pada kisaran Rp 300 000-Rp 4 000 000. Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata per bulan untuk pekerjaan sampingan berada pada kisaran Rp 100 000-Rp 2 500 000. Adapun tingkat rata-rata pendapatan per bulan untuk setiap jenis pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden di Kecamatan Sajira dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Tingkat rata-rata pendapatan pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden di Kecamatan Sajira

Pekerjaan utama Rata-rata pendapatan (Rp) Pekerjaan sampingan Rata-rata pendapatan (Rp) Petani 962 988 Petani 981 250 Wiraswasta 3 857 143 Wiraswasta 2 260 000 Buruh tani 300 000 Buruh tani 162 500 Supir 850 000 Tengkulak 344 545 PNS 1 920 000 Kuli 253 611 Pegawai swasta 3 700 000 Pegawai swasta 770 000 Satpam 1 000 000 Pengrajin 1 006 250 Peternak 2 000 000 Peternak 1 300 000

Ojek 650 000

Tabel 5.4 menunjukkan terdapat delapan jenis pekerjaan utama yang dimiliki responden di Kecamatan Sajira, dimana tingkat pendapatan rata-rata per bulan paling tinggi adalah Rp 3 857 143 dengan pekerjaan sebagai wiraswasta. Sedangkan buruh tani memiliki pendapatan rata-rata per bulan paling rendah yaitu sebesar Rp 300 000. Pendapatan rata-rata per bulan untuk pekerjaan utama responden yang lain seperti petani sebesar Rp 962 988, supir sebesar Rp 850 000, PNS sebesar Rp 1 920 000, pegawai swasta sebesar Rp 3 700 000, satpam sebesar Rp 1 000 000, dan peternak sebesar Rp 2 000 000.

Pada jenis pekerjaan sampingan terdapat sembilan profesi yang dimiliki responden di Kecamatan Sajira, dimana tingkat pendapatan paling tinggi adalah wiraswasta dengan pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp 2 260 000. Sedangkan buruh tani memiliki pendapatan rata-rata per bulan paling rendah yaitu sebesar Rp 162 500. Pendapatan rata-rata per bulan untuk pekerjaan sampingan responden yang lain seperti petani sebesar Rp 981 250, tengkulak sebesar Rp 344 545, kuli sebesar Rp 253 611, pegawai swasta sebesar Rp 770 000, pengrajin sebesar Rp 1 006 250, peternak sebesar Rp 1 300 000, dan ojek sebesar Rp 650 000.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, dapat diketahui bahwa responden yang berprofesi sebagai petani adalah pemilik yang sekaligus menggarap lahan pertanian mereka dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap lahan mereka sendiri. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai buruh tani adalah petani yang tidak memiliki lahan sawah dan modal, dimana mereka menanam padi atas dasar bagi hasil dengan pemilik lahan. Biasanya penghasilan yang mereka terima kurang dari 40% dari penghasilan petani pemilik lahan. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya pendapatan yang diperoleh oleh buruh tani, selain juga karena faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keterampilan buruh tani dalam bidang pertanian, dan lain-lain. Hal yang saat ini bisa dilakukan agar pendapatan buruh tani meningkat adalah dengan meningkatkan upah sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.

Dokumen terkait