• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

menganalisis hasil adalah teknik perhitungan persentase, yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram. Perhitungan persentase dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P : Persentase jawaban dalam satuan persen a : Jumlah jawaban

2. Hasil data kualitatif

Hasil data kualitatif dari wawancara mendalam mengenai pola dan motivasi penggunaan obat dianalisis dengan teknik content analysis. Data kualitatif hasil wawancara dikategorikan dan dihitung persentasenya, disetiap kategori disertai dengan pembahasan dan deskripsi mendalam.

K.Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

a. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah secara non-random karena peneliti hanya merekrut masyarakat Desa Dieng yang kebetulan ditemui saat pengambilan data dan memenuhi kriteria inklusi, sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan subjek penelitian.

b. Pengumpulan data yang dilakukan oleh tim peneliti dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dengan respoden yang ditemui dan pada keadaan tertentu, sehingga adanya keterbatasan waktu dan suasana yang kurang nyaman saat melakukan wawancara.

c. Instrumen yang digunakan pada penelitian hanya panduan wawancara, sehingga tidak terdapat skala dalam mengukur variabel.

33 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Sebanyak 30 responden bersedia diwawancarai pada penelitian ini. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan terakhir dan pendapatan per bulan.

Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah

Karakteristik responden Persentase (%)

n=30 Usia 18 – 24 26 25 – 31 17 32 – 38 26 39 – 45 17 46 – 52 7 53 – 59 7 Jenis kelamin Perempuan 70 Laki-laki 30 Jenis pekerjaan Belum bekerja 3 Guru 3

Ibu rumah tangga 11

Karyawan 14 Petani 36 Wiraswasta/pedagang 33 Status pernikahan Belum menikah 20 Menikah 80 Pendidikan terakhir SD 20 SLTP (SMP) 33 SLTA (SMA/SMK) 40 S1 7

Pendapatan per bulan

Belum ada pendapatan 3

Kurang dari Rp 300.000,00 20

Rp 300.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000,00 27

Rp 1.000.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.500.000,00 23

Rp 1.500.000,00 ≤ pendapatan < Rp 2.000.000,00 10

1. Usia

Seperti yang terlihat pada Tabel I responden penelitian yang ditetapkan sebagai kriteria inklusi adalah responden yang berusia lebih dari atau sama dengan 18 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rentang usia responden yang mengikuti penelitian adalah 18-59 tahun. Dari rentang usia responden tersebut, dibagi menjadi enam kelas dimana rentang usia yang mengikuti penelitian terbanyak adalah 18-24 tahun dan 32-38 tahun dengan persentase 26%. Undang-Undang nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyebutkan, pada usia 18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang. Menurut Baharuddin (2009), periodisasi perkembangan umur 17-24 tahun dapat disebut masa academia, saat seseorang memasuki perguruan tinggi atau akademik. Tahap ini merupakan tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, self direction, dan self control. Seorang remaja dapat mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, disamping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan. Umur tersebut dapat juga dikatakan sebagai umur dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. Pada penelitian ini responden dapat dikatakan berusia dewasa sehingga dapat mengambil keputusan sendiri, dalam hal ini adalah keputusan untuk melakukan pengobatan mandiri.

2. Jenis kelamin

Dari Tabel I diketahui karakteristik jenis kelamin responden pada masyarakat Desa Dieng yang bersedia dan menyetujui menjadi responden dengan menjawab pertanyaan saat wawancara terstruktur yaitu sebesar 70% adalah jenis

kelamin perempuan dan sebesar 30% adalah jenis kelamin laki-laki. Menurut Noviana (2011), kaum wanita lebih banyak melakukan pengobatan mandiri dan lebih peduli terhadap kesehatan. Selain itu menurut Anna dan Chandra (2011), pada dasarnya wanita lebih peduli terhadap kesehatan dibanding kaum pria sehingga pengetahuan mengenai kesehatan lebih banyak dimiliki kaum wanita dibanding kaum pria.

3. Jenis pekerjaan

Menurut Kurniasari (2007), jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat sosial dan interaksi sosial seseorang dengan orang lain yang berasal dari lingkungan yang berbeda. Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan responden yang terlihat pada Tabel I menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden masyarakat Desa Dieng adalah sebagai petani dengan persentase 36%. Hasil pertanian yang berkembang dan menjadi tanaman andalan masyarakat Desa Dieng adalah carica dan kentang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suryo (2010), bahwa jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari di antara konsumsi makanan dan pemeliharaan kesehatan.

4. Status pernikahan

Status pernikahan mempunyai pengaruh terhadap pola tindakan self-care, termasuk melakukan pengobatan mandiri dengan obat (Widayati, 2012). Pada penelitian mengenai karakteristik status pernikahan responden diperoleh hasil bahwa masyarakat Desa Dieng yang bersedia dan menyetujui menjadi responden dengan

menjawab pertanyaan saat wawancara terstruktur yaitu sebesar 20% belum menikah dan sebesar 80% sudah menikah. Status pernikahan ini penting karena bekaitan dengan pengalaman dan informasi yang diperoleh tentang pengobatan mandiri. Responden yang sudah menikah khususnya para ibu biasanya pernah mengikuti penyuluhan kesehatan, sehingga lebih mendapatkan informasi mengenai pengobatan mandiri yang lebih mendalam.

5. Pendidikan terakhir

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi (Joko, 2005). Pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk meningkatkan kesadaran status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan penelitian Adikuntati (2008), tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang tentang swamedikasi. Berdasarkan penelitian (Tabel I) diperoleh hasil tingkat pendidikan terakhir responden paling banyak adalah SLTA (SMA/SMK) dengan persentase sebesar 40% dan tingkat pendidikan terakhir responden paling sedikit adalah S1 (Strata I) dengan persentase sebesar 7%. Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas informasi kesehatan yang diterima oleh masyarakat. Responden dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA (SMA/SMK) ini merupakan responden paling banyak melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat.

6. Pendapatan per bulan

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel I diperoleh pendapatan per bulan responden, dimana pendapatan responden dibagi menjadi enam kelas. Presentase responden terbesar yang pendapatannya Rp 300.000,00 ≤

pendapatan < Rp 1.000.000,00/bulan sebesar 27% dan responden yang belum memiliki pendapat sebesar 3%. Pendapatan masyarakat berhubungan dengan status sosial ekonomi mereka. Masyarakat dengan tingkat pendapatan yang tinggi akan lebih mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan melakukan pengobatan mandiri, sedangkan masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah bahkan yang belum memiliki pendapatan sendiri akan lebih cenderung untuk menjadikan biaya sebagai pertimbangan utama dalam mencari pelayanan kesehatan dan pencarian pengobatan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Lubis (2009), bahwa tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk mengambil suatu tindakan, dengan kata lain bahwa tingkat pendapatan yang tinggi maka motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan juga tinggi, demikian juga sebaliknya jika tingkat penghasilan rendah maka motivasi untuk melakukan suatu tindakan juga rendah.

B. Pola Penggunaan Obat Untuk Pengobatan Mandiri Di Kalangan

Dokumen terkait