BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan usia responden, responden dengan usia <40 tahun (50%) paling banyak dan diikuti oleh usia 40-60 tahun (45,6%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Yosefin (2015) dimana responden berusia 35-55 tahun sebanyak 52%.20
Ditinjau dari agama responden, seluruh responden beragama Islam.
WHO mencatat bahwa 69% laki-laki di dunia beragama Muslim telah melakukan sirkumsisi.4 Dari hasil penelitian ini, 83 orang responden telah melakukan sirkumsisi (72,8%) pada anak mereka. Apabila terdapat variasi agama pada responden akan terjadi peningkatan atau penurunan pada jumlah responden yang sudah ataupun belum melakukan tindakan sirkumsisi pada anak.
Sikap terhadap Perawatan Tingkat Pengetahuan
Total P Luka Paska Sirkumsisi Baik Cukup Kurang
Benar 22 51 4 77
0,001
Salah 0 7 30 37
Total 22 58 34 114
5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi
Sebagian responden dengan usia <40 tahun belum melakukan tindakan sirkumsisi terhadap anak laki-lakinya. Penyebabnya ialah budaya pada negara bagian timur, sirkumsisi dilakukan paling sering pada usia 5-12 tahun.4 Sementara pada usia <40 tahun umumnya memiliki anak laki-laki yang masih di bawah lima tahun.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 114 orangtua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan dengan analisis hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi dengan menggunakan uji analisis fisher’s exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi dengan nilai p=0,001 (p<0,005).
Terlihat dari hasil penelitian bahwa orangtua dengan tingkat pengetahuan baik memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar dan orangtua dengan tingkat pengetahuan kurang baik memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang salah. Sikap yang baik dan benar harus didasari pengetahuan yang baik. Pada penelitian ini sebanyak 50,9% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 29,8% memiliki tingkat pengetahuan kurang baik.
Sebaliknya, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik hanya 19,3%. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi orangtua tentang sirkumsisi dan kurang pedulinya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan terutama mengenai sirkumsisi kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Mavhu W et al (2011) dari Universitas Zimbabwe yang memperoleh bahwa semakin baik tingkat pengetahuan seseorang tentang sirkumsisi maka akan semakin mempengaruhi sikap dan pentingnya tindakan sirkumsisi.26 Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yosefin (2015) yang memperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan tindakan sirkumsisi.20 Perbedaan ini terjadi karena penelitian Yosefin (2015) meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan, sedangkan penelitian ini meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan Tahun 2016” serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Tingkat pengetahuan orangtua tentang sirkumsisi 19,3% baik, 50,9% cukup baik, dan 29,8% kurang baik.
2. Sikap orangtua terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar 67,5%
dan yang salah 32,5%.
3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan tahun 2016.
Hasil analisis ini bermakna dengan nilai p=0,001 (p<0,005).
6.2. Saran
1. Kepada orangtua yang belum melakukan tindakan sirkumsisi kepada anaknya agar lebih banyak mencari informasi mengenai sirkumsisi dari berbagai sumber agar memiliki sikap yang benar terhadap perawatan luka paska sirkumsisi.
2. Kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai sirkumsisi kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Karakata S, Bachsinar B. Sirkumsisi. 5th ed. Jakarta: Hipokrates; 1994 2. Angel CA. Circumcision: Background, Pathophysiologi, Epidemiology
[Internet]. Emedicine.medscape.com. 2014 [cited 15 April 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1015820-overview
3. Kennedy A. Book Review: American Academy of Pediatrics, Task Force on Circumcision. 2012. “Circumcision Policy Statement.” Pediatrics: Official Journal of the American Academy of Pediatrics. Men and Masculinities [Internet]. 2013 [cited 15 April 2016]; 16(2):270-272. Available from:
http://dx.doi.org/10.1177/1097184x12469867
4. World Health Organization. Male Circumcision and HIV Prevention: In Eastern and Southern Africa. [Internet]. 2007 [cited 15 April 2016].
Available from:
http://www.who.int./hiv/pub/malecircumcision/entry_experiences_se_africa _06.09.09.pdf
5. Pranata Y, Mahadhipta H, Sudjatmiko G. Sirkumsisi yang Aman & Efisien.
Jakarta: Sagung Seto; 2008
6. Ngo Tobhai. Male Circumcision Uptake, Postoperative Complications, and Satisfaction Associated with Mid-Level Providers in Rural Kenya. HIV [Internet]. 2012 [cited 17 April 2016]; 37. Available from:
http://dx.doi.org/10.2147/hiv.s30357
7. Nugroho A. Persepsi Orang Tua tentang Perawatan Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki Usia Sekolah di Desa Bulak Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan [Internet]. 2015 [cited 17 April 2016]. Available from:
eprints.umpo.ac.id/1164/4/BAB%201.pdf
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. [Internet]. 2008 [cited 17 April 2016]. Available from:
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2008.pdf
9. Kusnul Z. Kesehatan: Pola Pantang Makan Berhubungan dengan Proses Penyembuhan Luka Sirkumsisi. [Internet]. 2012. [cited 17 April 2016].
Available from:
https://www.academia.edu/19993743/Kesehatan_Vol_4_No_1_Juni_2012 10. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012 11. Setiawan E. Arti Kata Tahu-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online
[Internet]. Kbbi.web.id.2016 [cited 27 April 2016]. Available from:
http://kbbi.web.id/tahu
12. Sabzehei M, Mousavibahar S, Bazmamoun H. Male Neonatal Circumcision-A Review Circumcision-Article. Journal of Comprehensive Pediatrics [Internet]. 2012 [cited 29 April 2016];4(1):49-53. Available from:
http://dx.doi.org/10.17795/compreped-6543
13. Mulia Y, Adiputra PA. Teknik Guillotine dan Gomco Clamp pada Sirkumsisi [Internet]. 2013 [cited 29 April 2016]. Available from:
download.portalgaruda.org/article.php?article=14476&val=970
14. Hermana A. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis, dan Praktis.
17. Gairdner D. Fate of the Foreskin. BMJ [Internet]. 1950 [cited 7 Mei 2016];
1(4650):439-440. Available from:
http://dx.doi.org/10.1136/bmj.1.4650.439-b
18. Sabzehei M, Mousavibahar S, Bazmamoun H. Male Neonatal Circumcision-A Review Circumcision-Article. Journal of Comprehensive Pediatrics [Internet]. 2012 [cited 9 Mei 2016];4(1):49-53. Available from:
http://dx.doi.org/10.5812/jcp.6543
19. Johan F. Sirkumsisi Cara (Sunat/Khitan) [Internet]. 2014 [cited 9 Mei 2016]. Available from: https://scribd.com/doc/125748665/sirkumsisi
20. Yosefin A. Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi [Internet].
Repository.usu.ac.id. 2016 [cited 11 Mei 2016]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/55152
21. Nasution S. Pengetahuan Orang Tua tentang Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010 [Internet].
Repository.usu.ac.id. 2011 [cited 16 Mei 2016]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23156
22. Seno DH, Nugroho D, Wahyudi I, Rodjani A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluaran dan Komplikasi Sirkumsisi [Internet]. 2012 [cited 17 Mei 2016]. Available from:
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/issue/view/160
23. Indonesia T. Perawatan dan Komplikasi Paska Sunat atau Sirkumsisi pada Bayi dan Anak [Internet]. DOKTER INDONESIA ONLINE. 2012 [cited 20 Mei 2016]. Available from:
https://dokterindonesiaonline.com/2012/08/10/perawatan-dan-komplikasi-paska-sunat-atau-sirkumsisi-pada-bayi-dan-anak/
24. Klinik Keluarga-Rumah Keluarga Sehat: Komplikasi Paska Khitan &
Penanganannya [Internet]. Klinikkeluarga.com. 2016 [cited 20 Mei 2016].
Available from: http://www.klinikkeluarga.com/2014/04/komplikasi-penanganannya-paska-khitan.html?m=1
25. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto; 2013:130
26. Mavhu W, Buzdugan R, Langhaug L, Hatzold K, Benedikt C, Sherman J et al. Prevalence and Factors Associated with Knowledge of and Willingness for Male Circumcision in Rural Zimbabwe. Tropical Medicine &
International Health. 2011; 16(5):589-597.
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yeni Saswita
Tempat/tanggal lahir : Padangsidimpuan/11 Maret 1995 Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kasuari (Taman Kasuari Indah Tahap 1 No.17C) Medan
Riwayat Pendidikan :
1. TK PERGURUAN SARIPUTRA PADANGSIDIMPUAN (2000-2001) 2. SD PERGURUAN SARIPUTRA PADANGSIDIMPUAN (2001-2007) 3. SMP NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN (2007-2010)
4. SMA NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN (2010-2013)
5. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN (2013-SEKARANG)
Riwayat Organisasi : 1. PEMA FK USU
2. PERMAKED TABAGSEL USU
Lampiran 2
Lembar Penjelasan Kepada Responden Dengan hormat,
Saya yang bernama Yeni Saswita adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada semester keenam dan ketujuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.
Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu/Bapak untuk mengisikan lembar kuesioner ini.
Partisipasi Ibu/Bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan.
Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika Ibu/Bapak bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan. Atas perhatian dan kesediaan Ibu/Bapak saya ucapkan terimakasih.
Medan, 2016
Peneliti,
(Yeni Saswita) Nim: 130100061
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat : Telp/Hp :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan”
maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Padangsidimpuan, 2016
( )
Lampiran 4
Lembar Kuesioner
Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa
Ujunggurap Padangsidimpuan Tahun 2016
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
Agama :
Status Sirkumsisi Anak : ( ) Sudah ( ) Belum
Soal 1-10 Pengetahuan Tentang Sirkumsisi
Pilihlah jawaban benar dengan memberi tanda centang () pada pertanyaan di bawah ini.
1. Apa yang dimaksud dengan sirkumsisi/khitan ? (a) Membuang sebagian dari kulit kelamin (b) Melukai kelamin
(c) Memotong kulit kelamin
2. Apa manfaat utama dari sirkumsisi/khitan ? (a) Menjaga kelamin agar tetap bersih (b) Memenuhi tuntutan sosial & agama
(c) Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan seksual 3. Apa alasan utama anak laki-laki dilakukan sirkumsisi/khitan ?
(a) Agama dan medis (b) Agama
(c) Medis
4. Apa keuntungan dari sirkumsisi/khitan dari sudut pandang medis ?
(a) Mengurangi resiko penyakit menular seksual dan infeksi saluran kemih (b) Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan seksual
(c) Mencegah terjadinya tumor kelamin
5. Apa yang menjadi alasan penundaan tindakan sirkumsisi/khitan ? (a) Ukuran kelamin yang kecil
(b) Susah buang air kecil akibat penyempitan kulit kelamin (c) Infeksi pada kulit kelamin
6. Apa saja makanan larangan setelah sirkumsisi/khitan ? (a) Makanan yang pedas
(b) Ikan, telur, dan daging (c) Tidak ada
7. Kondisi apa saja yang bisa terjadi sesaat setelah tindakan sirkumsisi/khitan ? (a) Rasa gatal di area kelamin
(b) Infeksi (c) Perdarahan
8. Kondisi apa yang tidak boleh dilakukan tindakan sirkumsisi/khitan ? (a) Penis yang kecil
(b) Kelainan bawaan lahir dimana lubang penis tidak berada di ujung batang penis (c) Bayi baru lahir
9. Apa yang menjadi tujuan penggantian perban / perawatan luka berkala pada pasien sirkumsisi/khitan ?
(a) Mencegah perdarahan (b) Menghilangkan rasa nyeri (c) Mencegah infeksi
10. Dimanakah pernyataan di bawah ini yang benar tentang penggunaan obat antibiotik oral (diminum) setelah tindakan sirkumsisi/khitan ?
(a) Antibiotik harus dimakan 1 minggu setelah khitan
(b) Antibiotik diminum teratur dan sesuai anjuran dokter/aturan pakai (c) Harus selalu diberikan setelah tindakan sirkumsisi/khitan
Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi
Berilah tanda centang () pada pernyataan di bawah ini yang menurut Anda benar.
SS = sangat setuju
1 Jika terjadi komplikasi pada anak Anda setelah dikhitan seperti perdarahan, bengkak, kesulitan buang air kecil, dan sebagainya, yang Anda lakukan adalah membawa/periksakan ke dokter.
2 Sebelum dikhitan, yang harus dilakukan pada anak Anda adalah membersihkan alat kelaminnya termasuk mencukur bulu kemaluan jika ada.
3 Langkah pertama perawatan untuk anak yang telah dikhitan adalah segera memberi obat penghilang nyeri (analgetik) yang telah diberikan dokter/orang yang mengkhitan.
4 Seetelah buang air kecil, bersihkan alat kelamin secukupnya secara perlahan tanpa mengenai luka.
5 Penggantian perban dilakukan setiap 2-3 hari.
6 Setelah dilakukan sirkumsisi/khitan, diwajibkan memakai perban.
7 Sebelum perban dilepaskan, basahi perban secukupnya untuk melunakkan kulit luka dan perban sehingga mudah dilepaskan.
8 Jika kelamin bengkak dalam 2-5 hari setelah dikhitan, yang Anda lakukan adalah mengkompresnya dengan kasa steril dan air hangat.
9 Anak harus minum antibiotik yang diberikan dokter/orang yang mengkhitan selama 5-10 hari untuk mencegah terjadinya infeksi.
10 Setelah dikhitan, jangan memakai celana yang ketat.
11 Setelah dikhitan, anak tidak boleh bergerak terlalu aktif seperti melompat-lompat atau berlari-larian untuk penyembuhan yang cepat dan total.
12 Kontrol ke dokter yang melakukan khitan untuk tindak lanjut setelah anak Anda dikhitan pada hari ketiga.
Lampiran 5
Data Output
Sex
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Islam 114 100,0 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Status Sirkumsisi Anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 37 32,5 32,5 32,5
Benar 77 67,5 67,5 100,0
Total 114 100,0 100,0
Sikap * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation
Tingkat Pengetahuan
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 68,763a 1 ,000
Continuity Correctionb 65,185 1 ,000
Likelihood Ratio 71,595 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 68,160 1 ,000
N of Valid Cases 114
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,04.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 6
Surat Persetujuan Etik Penelitian
Lampiran 7
Surat Izin Penelitian