• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Sirkumsisi

2.2.7. Komplikasi

Walaupun sirkumsisi secara teknis tidak sulit dilakukan, tindakan ini dapat mentidakibatkan berbagai komplikasi ringan hingga berat. Prevalensi komplikasi sirkumsisi keseluruhan belum diketahui secara pasti dan berkisar 1-15%.22

Berbagai komplikasi yang biasanya terjadi paska sirkumsisi, antara lain:

1. Nyeri

Nyeri adalah hal yang paling sering dan biasanya terjadi. Setelah efek anestesinya berakhir yang didahului dengan rasa panas pada daerah genitalia. Pada saat pelaksanaan khitan pertimbangkan penambahan obat penghilang rasa sakit (analgesik) yang dimasukkan lewat dubur. Setelah pelaksanaan khitan segera minum analgesik yang diberikan oleh dokter, biasanya analgesik bisa diminum tiap 6 jam bila sakit, atau menurut petunjuk dokter.16

2. Perdarahan

Perdarahan adalah komplikasi awal yang paling umum terjadi beberapa jam setelah sirkumsisi. Perdarahan terjadi jika dokter lupa

mengidentifikasi dan mengikat pembuluh darah yang cukup besar. Bila perdarahan sedikit, cukup dibersihkan dengan kasa steril yang sudah dibubuhi povidone iodine. Bisa juga dibalut dengan perban (kasa steril) untuk menekan sumber perdarahan (blood compressing). Jika perdarahan banyak dan terus terjadi, biasanya dilakukan tindakan untuk mencari dan mengikat sumber perdarahan.16,23

3. Bengkak (edema)

Bengkak merupakan kejadian yang normal. Pada penderita alergi dan hipersensitivitas kulit sering terjadi lamanya penyebuhan luka kadang disertai pembengkakan tetapi tidak disertai tanda radang seperti nyeri dan kemerahan pada sekitar luka.23 Bekas suntikan obat anastesi di pangkal penis terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes dalam waktu 5-7 hari. Jika dirasakan mengganggu, dapat dibantu dengan cara mengompresnya dengan air hangat. Usahakan air tersebut tidak mengenai luka khitan.16 4. Infeksi

Infeksi terjadi karena kontaminasi dari peralatan ataupun lingkungan yang kurang steril. Ditandai dengan edema (bengkak), adanya nanah pada bekas khitan, tubuh demam, mengeluh nyeri di sekitar genetalia.

Penatalaksanaannya dengan pemberian obat antibiotik dan obat antiinflamasi dari dokter. Karena itu obat yang diberikan harus dihabiskan, kemudian dikontrol ke dokter yang mengkhitan untuk mengevaluasi luka khitan. Rawat luka dengan mengompres dengan rivanol atau menurut petunjuk dokter dan jaga kebersihan luka.16

5. Glans penis tersayat, tertusuk, atau terpotong

Komplikasi yang satu ini tentunya sangat erat kaitannya dengan ketelitian, kecerobohan atau profesionalisme yang melakukannya.

Kejadian ini umumnya terjadi pada metode khitan konvensional.16 6. Syok anafilaktik

Syok anafilaktik diakibatkan reaksi alergi tipe cepat, terjadi segera atau beberapa saat setelah masuknya alergen, misalnya obat. Pasien

menunjukkan tanda-tanda syok, diantaranya pucat, keringat dingin, lemas, badan terasa melayang, mual, bahkan dalam tahap lanjut penderita dapat pingsan diikuti hipotensi dan bradikardi. Reaksi ini sifatnya individual dan atidak sulit diduga. Kebanyakan terjadi akibat pemberian antibiotik atau efek samping pemberian obat anastesi.16

7. Sukar buang air kecil

Setelah pelaksanaan sirkumsisi, pasien sukar atau terhambat pancarannya saat buang air kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya sumbatan pada muara saluran kemih luar oleh bekuan darah. Dapat diatasi dengan membersihkan sumbatan, bisa dengan menggunakan kasa steril dan air hangat atau jika lukanya sudah kering bisa berendam dengan air hangat yang sudah dibubuhi PK (kalium permanganat) untuk meluruhkan bekuan atau kotoran.16

8. Luka yang tidak menutup sempurna

Setelah proses penyembuhan luka sirkumsisi, ada beberapa luka yang tidak menutup dengan baik, bahkan terbuka kembali sehingga luka lama untuk kering. Hal ini terjadi oleh karena pemotongan prepusium terlalu panjang pada metode khitan smartclamp atau electrocouter yang tidak dijahit. Sehingga setelah klem dibuka, pada saat ereksi bekas luka iris khitan membuka kembali. Oleh karena itu, metode khitan smartclamp tidak disarankan pada pasien diatas usia 14 tahun atau dewasa.

Sedangkan pada khitan metode electrocouter disarankan dilakukan jahitan di atas usia 3 tahun. Pada keadaan ini, usahakan luka tetap kering, tidak boleh lembab atau kena air. Luka akan kering dan sembuh, walaupun membutuhkan waktu lebih lama. Sebaiknya dikonsulkan kembali kepada dokter yang mengkhitan untuk mendapatkan obat yang mempercepat proses penyembuhan luka.16

9. Prepusium tumbuh lagi

Prepusium tumbuh lagi sehingga menutup sebagian atau seluruh glans penis. Hal ini disebabkan pemotongan kulit dan mukosa prepusium

terlalu pendek. Untuk mengatasinya kembali ke dokter yang mengkhitan untuk dikhitan kembali.24

10. Meatal stenosis

Adanya pengerutan pada saluran kemih, saluran kemih menutup.

Jika terjadi hal ini, rujuk kepada Bedah Urologi untuk dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.24

11. Peyronie Disseases

Pembengkokan pada batang penis terjadi karena terbentuknya jaringan parut pada batang penis dengan pengerasan kulit lapisan dalam dan menimbulkan proses penyembuhan luka yang lama akibat infeksi pada bagian dalam penis.24

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.1. Kerangka Teori

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Kerangka teori Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan

- Sumber informasi Kategori tingkat

pengetahuan:

- Baik - Cukup - Kurang

Sirkumsisi

Perawatan paska sirkumsisi

Komplikasi

Kontraindikasi Indikasi

1.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.2 Kerangka konsep

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.

Pengetahuan Orang Tua tentang Sirkumsisi -

Sikap terhadap Perawatan Luka dan Komplikasi Paska Sirkumsisi

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

4.1.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik tentang hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional. Desain cross-sectional merupakan jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada satu saat.25

4.1.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Lokasi penelitian adalah Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan yang anaknya sudah dilakukan sirkumsisi.

4.2.2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel ditentukan dengan cara total sampling, dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Besarnya sampel adalah seluruh orang tua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan.

4.2.3. Kriteria Inklusi

a. Orang tua yang memiliki anak laki-laki berusia 0-18 tahun yang sudah disirkumsisi maupun belum disirkumsisi.

b. Orang tua yang bertempat tinggal di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.

4.2.4. Kriteria Eksklusi

a. Orang tua yang memiliki anak laki-laki berusia 0-18 tahun yang sedang dalam keadaan sakit.

b. Orang tua dengan anak yang memiliki kelainan kongenital.

c. Tidak berada di tempat saat penelitian.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data diperoleh dengan cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh responden.

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program sistem komputerisasi dengan perangkat lunak SPSS (Statistic Product and Service Solutions) untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan. Uji hipotesis yang akan digunakan adalah uji chi-square. Hasil disajikan dalam bentuk narasi diperjelas dengan tampilan tabel.

4.5. Defenisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel dalam penelitian, maka setiap variabel harus dirumuskan secara operasional. Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Defenisi Operasional Penelitian

Variabel Defenisi Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Angket Kuesioner Baik: 7-10 benar

Angket Kuesioner Benar: Skor 26-48 Salah: Skor 0-25

Nominal

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan. Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap adalah desa yang terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dengan jumlah penduduk 2.843 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan yang memenuhi pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat memberikan deskripsi frekuensi karakteristik responden penelitian. Total sampel yang diambil adalah sebanyak 119 orang, tetapi hanya 114 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dimana dari Desa Gunung Hasahatan sebanyak 40 orang dan Desa Ujunggurap sebanyak 74 orang. Berikut adalah tabel-tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden dalam penelitian ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

<40 57 50

40-60 52 45,6

>60 5 4,4

Total 114 100

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah berusia <40 tahun yaitu sebanyak 57 orang (50%), diikuti oleh responden berusia 40-60 tahun

sebanyak 52 orang (45,6%), sedangkan berusia >60 tahun sebanyak 5 orang (4,4%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 55 48,2

Perempuan 59 51,8

Total 114 100

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 59 orang (51,8 %) sedangkan laki-laki didapatkan sebanyak 55 orang (48,2%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 26 422,8

SMP 15 13,2

SMA 54 47,4

S1 14 12,3

D3 5 4,4

Total 114 100

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah responden dengan pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 54 orang (47,4%). Diikuti dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 26 orang (22,8%). Pendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang (13,2%). Pendidikan S1 sebanyak 14 orang (12,3%), dan yang paling sedikit adalah D3 yaitu hanya 5 orang (4,4%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama

Agama Frekuensi (n) Persentase (%)

Islam 114 100

Total 114 100

Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui bahwa seluruh responden beragama Islam.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Sirkumsisi Anak

Status Sirkumsisi Anak Frekuensi (n) Persentase (%)

Sudah 83 72,8%

Belum 31 27,2%

Total 114 100

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa orangtua yang anaknya sudah disirkumsisi lebih banyak yaitu 83 orang (72,8%) sedangkan yang belum disirkumsisi didapatkan sebanyak 31 orang (27,2%).

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 22 19,3

Cukup 58 50,9

Kurang 34 29,8

Total 114 100

Tabel 5.6. menunjukkan bahwa dari 114 responden, rata-rata orangtua memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang sirkumsisi yaitu sebanyak 58 orang (50,9%). Memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 34 orang (29,8%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 22 orang (19,3%).

5.1.4. Deskripsi Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi Responden

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi

Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi

Frekuensi (n) Persentase (%)

Benar 77 67,5%

Salah 37 32,5%

Total 114 100

Berdasarkan tabel 5.7. dapat diketahui bahwa responden yang memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki yang benar lebih banyak, yaitu 77 orang (67,5%). Sedangkan yang memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki yang salah sebanyak 37 orang (32,5%).

5.1.5. Hasil Analisis Statistik

Penelitian yang telah dilakukan terhadap 114 orang responden adalah dengan menggunakan metode cross-sectional dan instrumen kuesioner yang mengandung 22 soal. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan uji hipotesis chi-square. Berikut deskripsi frekuensi tingkat pengetahuan dan tindakan perawatan luka paska sirkumsisi dari responden penelitian.

5.1.5.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi

Tabel 5.8. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi

Berdasarkan analisis bivariat dengan uji analisis fisher’s exact diperoleh p-value 0,001 (p<0,05) yang berarti menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan tahun 2016.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan usia responden, responden dengan usia <40 tahun (50%) paling banyak dan diikuti oleh usia 40-60 tahun (45,6%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Yosefin (2015) dimana responden berusia 35-55 tahun sebanyak 52%.20

Ditinjau dari agama responden, seluruh responden beragama Islam.

WHO mencatat bahwa 69% laki-laki di dunia beragama Muslim telah melakukan sirkumsisi.4 Dari hasil penelitian ini, 83 orang responden telah melakukan sirkumsisi (72,8%) pada anak mereka. Apabila terdapat variasi agama pada responden akan terjadi peningkatan atau penurunan pada jumlah responden yang sudah ataupun belum melakukan tindakan sirkumsisi pada anak.

Sikap terhadap Perawatan Tingkat Pengetahuan

Total P Luka Paska Sirkumsisi Baik Cukup Kurang

Benar 22 51 4 77

0,001

Salah 0 7 30 37

Total 22 58 34 114

5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi

Sebagian responden dengan usia <40 tahun belum melakukan tindakan sirkumsisi terhadap anak laki-lakinya. Penyebabnya ialah budaya pada negara bagian timur, sirkumsisi dilakukan paling sering pada usia 5-12 tahun.4 Sementara pada usia <40 tahun umumnya memiliki anak laki-laki yang masih di bawah lima tahun.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 114 orangtua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan dengan analisis hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi dengan menggunakan uji analisis fisher’s exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi dengan nilai p=0,001 (p<0,005).

Terlihat dari hasil penelitian bahwa orangtua dengan tingkat pengetahuan baik memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar dan orangtua dengan tingkat pengetahuan kurang baik memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang salah. Sikap yang baik dan benar harus didasari pengetahuan yang baik. Pada penelitian ini sebanyak 50,9% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 29,8% memiliki tingkat pengetahuan kurang baik.

Sebaliknya, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik hanya 19,3%. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi orangtua tentang sirkumsisi dan kurang pedulinya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan terutama mengenai sirkumsisi kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Mavhu W et al (2011) dari Universitas Zimbabwe yang memperoleh bahwa semakin baik tingkat pengetahuan seseorang tentang sirkumsisi maka akan semakin mempengaruhi sikap dan pentingnya tindakan sirkumsisi.26 Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yosefin (2015) yang memperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan tindakan sirkumsisi.20 Perbedaan ini terjadi karena penelitian Yosefin (2015) meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan, sedangkan penelitian ini meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan Tahun 2016” serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan orangtua tentang sirkumsisi 19,3% baik, 50,9% cukup baik, dan 29,8% kurang baik.

2. Sikap orangtua terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar 67,5%

dan yang salah 32,5%.

3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan tahun 2016.

Hasil analisis ini bermakna dengan nilai p=0,001 (p<0,005).

6.2. Saran

1. Kepada orangtua yang belum melakukan tindakan sirkumsisi kepada anaknya agar lebih banyak mencari informasi mengenai sirkumsisi dari berbagai sumber agar memiliki sikap yang benar terhadap perawatan luka paska sirkumsisi.

2. Kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai sirkumsisi kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Karakata S, Bachsinar B. Sirkumsisi. 5th ed. Jakarta: Hipokrates; 1994 2. Angel CA. Circumcision: Background, Pathophysiologi, Epidemiology

[Internet]. Emedicine.medscape.com. 2014 [cited 15 April 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1015820-overview

3. Kennedy A. Book Review: American Academy of Pediatrics, Task Force on Circumcision. 2012. “Circumcision Policy Statement.” Pediatrics: Official Journal of the American Academy of Pediatrics. Men and Masculinities [Internet]. 2013 [cited 15 April 2016]; 16(2):270-272. Available from:

http://dx.doi.org/10.1177/1097184x12469867

4. World Health Organization. Male Circumcision and HIV Prevention: In Eastern and Southern Africa. [Internet]. 2007 [cited 15 April 2016].

Available from:

http://www.who.int./hiv/pub/malecircumcision/entry_experiences_se_africa _06.09.09.pdf

5. Pranata Y, Mahadhipta H, Sudjatmiko G. Sirkumsisi yang Aman & Efisien.

Jakarta: Sagung Seto; 2008

6. Ngo Tobhai. Male Circumcision Uptake, Postoperative Complications, and Satisfaction Associated with Mid-Level Providers in Rural Kenya. HIV [Internet]. 2012 [cited 17 April 2016]; 37. Available from:

http://dx.doi.org/10.2147/hiv.s30357

7. Nugroho A. Persepsi Orang Tua tentang Perawatan Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki Usia Sekolah di Desa Bulak Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan [Internet]. 2015 [cited 17 April 2016]. Available from:

eprints.umpo.ac.id/1164/4/BAB%201.pdf

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. [Internet]. 2008 [cited 17 April 2016]. Available from:

www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2008.pdf

9. Kusnul Z. Kesehatan: Pola Pantang Makan Berhubungan dengan Proses Penyembuhan Luka Sirkumsisi. [Internet]. 2012. [cited 17 April 2016].

Available from:

https://www.academia.edu/19993743/Kesehatan_Vol_4_No_1_Juni_2012 10. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012 11. Setiawan E. Arti Kata Tahu-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online

[Internet]. Kbbi.web.id.2016 [cited 27 April 2016]. Available from:

http://kbbi.web.id/tahu

12. Sabzehei M, Mousavibahar S, Bazmamoun H. Male Neonatal Circumcision-A Review Circumcision-Article. Journal of Comprehensive Pediatrics [Internet]. 2012 [cited 29 April 2016];4(1):49-53. Available from:

http://dx.doi.org/10.17795/compreped-6543

13. Mulia Y, Adiputra PA. Teknik Guillotine dan Gomco Clamp pada Sirkumsisi [Internet]. 2013 [cited 29 April 2016]. Available from:

download.portalgaruda.org/article.php?article=14476&val=970

14. Hermana A. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis, dan Praktis.

17. Gairdner D. Fate of the Foreskin. BMJ [Internet]. 1950 [cited 7 Mei 2016];

1(4650):439-440. Available from:

http://dx.doi.org/10.1136/bmj.1.4650.439-b

18. Sabzehei M, Mousavibahar S, Bazmamoun H. Male Neonatal Circumcision-A Review Circumcision-Article. Journal of Comprehensive Pediatrics [Internet]. 2012 [cited 9 Mei 2016];4(1):49-53. Available from:

http://dx.doi.org/10.5812/jcp.6543

19. Johan F. Sirkumsisi Cara (Sunat/Khitan) [Internet]. 2014 [cited 9 Mei 2016]. Available from: https://scribd.com/doc/125748665/sirkumsisi

20. Yosefin A. Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi [Internet].

Repository.usu.ac.id. 2016 [cited 11 Mei 2016]. Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/55152

21. Nasution S. Pengetahuan Orang Tua tentang Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010 [Internet].

Repository.usu.ac.id. 2011 [cited 16 Mei 2016]. Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23156

22. Seno DH, Nugroho D, Wahyudi I, Rodjani A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluaran dan Komplikasi Sirkumsisi [Internet]. 2012 [cited 17 Mei 2016]. Available from:

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/issue/view/160

23. Indonesia T. Perawatan dan Komplikasi Paska Sunat atau Sirkumsisi pada Bayi dan Anak [Internet]. DOKTER INDONESIA ONLINE. 2012 [cited 20 Mei 2016]. Available from:

https://dokterindonesiaonline.com/2012/08/10/perawatan-dan-komplikasi-paska-sunat-atau-sirkumsisi-pada-bayi-dan-anak/

24. Klinik Keluarga-Rumah Keluarga Sehat: Komplikasi Paska Khitan &

Penanganannya [Internet]. Klinikkeluarga.com. 2016 [cited 20 Mei 2016].

Available from: http://www.klinikkeluarga.com/2014/04/komplikasi-penanganannya-paska-khitan.html?m=1

25. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Sagung Seto; 2013:130

26. Mavhu W, Buzdugan R, Langhaug L, Hatzold K, Benedikt C, Sherman J et al. Prevalence and Factors Associated with Knowledge of and Willingness for Male Circumcision in Rural Zimbabwe. Tropical Medicine &

International Health. 2011; 16(5):589-597.

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yeni Saswita

Tempat/tanggal lahir : Padangsidimpuan/11 Maret 1995 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jalan Kasuari (Taman Kasuari Indah Tahap 1 No.17C) Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK PERGURUAN SARIPUTRA PADANGSIDIMPUAN (2000-2001) 2. SD PERGURUAN SARIPUTRA PADANGSIDIMPUAN (2001-2007) 3. SMP NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN (2007-2010)

4. SMA NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN (2010-2013)

5. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN (2013-SEKARANG)

Riwayat Organisasi : 1. PEMA FK USU

2. PERMAKED TABAGSEL USU

Lampiran 2

Lembar Penjelasan Kepada Responden Dengan hormat,

Saya yang bernama Yeni Saswita adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada semester keenam dan ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu/Bapak untuk mengisikan lembar kuesioner ini.

Partisipasi Ibu/Bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan.

Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika Ibu/Bapak bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan. Atas perhatian dan kesediaan Ibu/Bapak saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2016

Peneliti,

(Yeni Saswita) Nim: 130100061

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat : Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan”

maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Padangsidimpuan, 2016

( )

Lampiran 4

Lembar Kuesioner

Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa

Ujunggurap Padangsidimpuan Tahun 2016

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jenis Kelamin :

Agama :

Status Sirkumsisi Anak : ( ) Sudah ( ) Belum

Soal 1-10 Pengetahuan Tentang Sirkumsisi

Pilihlah jawaban benar dengan memberi tanda centang () pada pertanyaan di bawah ini.

1. Apa yang dimaksud dengan sirkumsisi/khitan ? (a) Membuang sebagian dari kulit kelamin (b) Melukai kelamin

(c) Memotong kulit kelamin

2. Apa manfaat utama dari sirkumsisi/khitan ? (a) Menjaga kelamin agar tetap bersih (b) Memenuhi tuntutan sosial & agama

2. Apa manfaat utama dari sirkumsisi/khitan ? (a) Menjaga kelamin agar tetap bersih (b) Memenuhi tuntutan sosial & agama

Dokumen terkait