BAB 1 PENDAHULUAN
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Sebagai bahan dasar dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya serta dapat memperbaiki kekurangan yang ada dalam penelitian ini.
3. Sebagai bahan penyuluhan bagi petugas kesehatan sehingga orangtua sadar tentang pentingnya sirkumsisi dan bisa melakukan perawatan paska sirkumsisi dengan baik dan benar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu.10 Menurut KBBI, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal.11
2.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan 1. Cara Tradisional
a. Trial and Error
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
b. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c. Kekuasaan (Otoritas)
Kekuasaan yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan yang biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan.
d. Pengalaman
Pengalaman digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperolah dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
e. Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology).
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik.
Menurut Depkes RI, kategori umur terbagi atas :8 1. Masa balita : 0-5 tahun
2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan berfokus pada proses mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
3) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain.
4) Sumber Informasi
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti televisi, koran, majalah, internet yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
2.1.4. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan memiliki 6 tingkatan, yaitu:10 a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
2.2. Sirkumsisi
2.2.1. Defenisi
Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere berarti “memotong”. Sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis.12
Sirkumsisi adalah memotong kulit luar (preputium / prepuce / foreskin / kulup) pada penis yang melingkupi kepala penis (glans penis). Sirkumsisi adalah prosedur kedaruratan dimana prepusium (foreskin) dari penis dipisahkan dari glans dan porsio dieksisi.13
2.2.2. Epidemiologi
Dalam bidang kesehatan, tidak ada ketetapan batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Sering kali usia melakukan sirkumsisi dipengaruhi oleh agama maupun budaya setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7 tahun, di Mesir antara 5-6 tahun, di India 5-9 tahun, dan di Iran biasanya 4 tahun.
Di Indonesia lazimnya melakukan sirkumsisi anak sekitar 5-15 tahun.14
Tabel 2.1 Prevalensi Sirkumsisi Berdasarkan Data WHO Tahun 2007
Negara Jumlah
Bisa dilihat dari tabel 2.1, Sirkumsisi paling umum dilakukan di negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Seperti sebagian dari Asia Tenggara (Indonesia, Filipina) dan Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.
Sebaliknya, jarang dilakukan di Eropa dan sebagian besar Asia.
2.2.3. Anatomi Penis
Gambar 2.1 Anatomy of Prepuce
Penis merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis berfungsi sebagai saluran kencing dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina selama berlangsungnya hubungan seksual. Penis dibagi menjadi tiga regio:
pangkal penis, korpus penis, dan glans penis. Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simfisis pubis. Korpus penis merupakan bagian yang di dalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis adalah bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona radiata merupakan bagian leher yang terletak antara korpus penis dan glans penis. Kulit yang menutupi penis menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos dan jaringan areolar yang memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak struktur dibawahnya. Lapisan
subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena dan pembuluh limfe superficial.15s
Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan jaringan elastis yang merupakan struktur internal penis. Sebagian besar korpus penis terdiri dari jaringan erektil, corpora cavernosa dan corpus spongiosum. Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut prepusium.16
Prepusium pertama kali terbentuk pada minggu ke delapan dalam masa janin. Dalam 16 minggu, prepusium akan menutupi glans penis. Pada tahapan ini lapisan epidermis prepusium yang menutupi glans akan menyatu dengan epidermis glans dan disebut frenulum. Kedua lapisan epidermis tersebut terdiri dari epitel squamous. Prepusium dan glans penis menutupi suatu celah yang kemungkinan akan menjadi kantong pada prepusium. Akhirnya ruang yang terbentuk pada prepusium adalah hasil dari suatu proses desquamation, dan prepusium perlahan-lahan akan terpisah dengan glans.17
Pada saat lahir, kebanyakan proses desquamation belum sempurna, dan prepusium tidak dapat ditarik karena masih menyatu dengan glans penis. Pada umumnya pemisahan prepusium dengan glans penis terjadi saat pubertas. Kelenjar-kelenjar preputium yang terdapat di sepanjang kulit dan mukosa preputium mensekresikan smegma. Smegma merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering terjadi di daerah ini, khususnya bila higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan sirkumsisi.17
2.2.4. Indikasi
a. Agama
Sunat bagi laki-laki sebelum menginjak pubertas (remaja) adalah tradisi dalam beberapa agama. Terutama agama Islam, Yahudi dan juga sebagian kelompok agama Kristen.18
b. Medis 1. Fimosis
Fimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat di tarik ke belakang (proksimal)/membuka. Kadang-kadang lubang pada prepusium hanya sebesar ujung jarum, sehingga sulit untuk keluar. Pada 95% bayi, kulup masih melekat pada glans penis sehingga tidak dapat di tarik ke belakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis.19
Pada usia 3 tahun, hanya 10% anak laki-laki yang tidak dapat menarik secara penuh prepusiumnya, pada saat remaja 98-99% prepusium dapat tertarik sampai glans. Fimosis terjadi akibat kurang menjaga kebersihan, balanitis kronis, dan menarik paksa prepusium berulang-ulang yang berakhir pada pembentukan cincin fibrosis yang menutup orificium dari prepusium dan menyebabkan terjadinya fimosis. Fimosis tidak menyebabkan obstruksi traktus urinarius, namun tanpa higienitas akan berisiko terjadinya iritasi kulit, infeksi, balanitis, dan jika menarik paksa prepusium dapat mentidakibatkan parafimosis. Seseorang yang mengalami fimosis akan mengalami rasa sakit saat berhubungan seksual.2
2. Parafimosis
Parafimosis adalah keadaan dimana prepusium dapat ditarik ke belakang, tetapi tidak dapat kembali ke depan dan akhirnya menjepit penis sehingga menyebabkan pembengkakan. Hal ini merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan dalam bidang urologi. Jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan vena tersumbat dan edema pada glans dan prepusium yang akan menyebabkan sumbatan terhadap arteri sehingga terjadi iskemi dan kehilangan sebagian atau seluruh glans penis. Parafimosis terjadi akibat orang tua atau perawat menarik prepusium dengan kuat untuk membersihkan penis atau pada percobaan kateterisasi dan prepusium tidak kembali ke posisi semula.2
3. Balanitis atau Postitis
Balanitis adalah infeksi dari glans penis,sedangkan postitis adalah infeksi dari prepusium. Pada postitis, tanda dan gejala yang dapat
ditemukan adalah eritema, pembengkakan, panas, dan nyeri tekan pada kulit prepusium. Pada balanitis, tanda dan gejala yang ditemukan adalah eritema, pembengkakan, panas, dan nyeri tekan pada glans penis. Bau yang tidak enak, eksudat yang sedikit, dan seropurulen merupakan tanda yang jelas. Balanitis, postitis, atau keduanya (balanopostitis) merupakan akibat dari kurang menjaga kebersihan.2
4. Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh pada kulit genitalia eksterna. Bentuknya seperti kulit, multiple dan permukaan kasar. Faktor predisposisinya adalah perawatan kebersiahan genitalia yang buruk. Bila lesi meliputi permukaan glands penis atau permukaan dalam (mukosa) prepusium, maka tindakan terpilih adalah sirkumsisi untuk mencegah perluasan dan kekambuhan.20
c. Alasan Kesehatan
Di negara maju mayoritas non-muslim seperti Amerika Serikat, sunat dianjurkan karena alasan kebersihan dan untuk mencegah infeksi saluran kemih dan kanker serviks. Penis yang disunat menghasilkan smegma lebih sedikit atau tidak ada sama sekali sehingga lebih mudah dijaga kebersihannya.20
Meskipun ada beberapa keuntungan dilakukannya sirkumsisi, juga terdapat risiko dari prosedur ini, yaitu perdarahan, infeksi, dan hasil yang jelek.
Beberapa keuntungan dilakukannya sirkumsisi:
Mencegah infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) umumnya lebih sering mengenai bayi laki-laki daripada bayi perempuan. Dari hasil penelitian tentang hubungan antara sirkumsisi dan ISK menunjukkan peningkatan rasio ISK pada bayi yang tidak disirkumsisi, khususnya bayi yang berumur <1 tahun.2
Mencegah penyakit menular seksual (PMS)
Mekanisme yang menjelaskan peningkatan risiko PMS pada laki-laki yang tidak disirkumsisi adalah lapisan bagian dalam prepusium tidak memiliki keratin sehingga mudah untuk mengalami trauma kecil pada saat
berhubungan dan mempermudah patogen masuk. Lingkungan yang hangat dari prepusium membuat mikroorganisme tumbuh subur dalam smegma yang terkumpul di tempat ini.2
Bukti kuat yang mendukung hubungan antara sirkumsisi dengan penurunan risiko PMS yaitu transmisi penyakit ulkus genital dan HIV.
Delapan penelitian melaporkan peningkatan signifikan risiko penyakit ulkus genital (sifilis dan chancroid) yaitu 2-7 kali pada laki-laki yang tidak disirkumsisi. Efek proteksi parsial dari sirkumsisi adalah sekitar 60%
menurunkan risiko terinfeksi HIV.2,6
Mencegah infeksi virus HPV dan kanker serviks
Human Papilloma Virus (HPV) dapat menjadi onkogen dan non-onkogen. HPV non-onkogen (genotip 6 dan 11) menyebabkan kutil pada genitalia wanita dan pria. HPV onkogen (genotip 16, 18, 31, 33) menyebabkan kanker serviks, vulva, vagina, anus, dan penis. Sirkumsisi menurunkan secara signifikan infeksi HPV terhadap pria dan kanker serviks pada wanita pasangannya akibat sering berganti-ganti pasangan.2
2.2.5. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk sirkumsisi adalah prematur, anomali penis (misalnya chorde, atau kelainan kelengkungan penis), hipospadia, epispadia, mikropenis, dan memiliki 2 genital. Kelainan perdarahan bukan merupakan kontraindikasi absolut untuk sirkumsisi, tetapi sirkumsisi sebaiknya dihindari pada kasus seperti ini.2
2.2.6. Perawatan Paska Sirkumsisi
Setelah dilakukan tindakan sirkumsisi, perlu diperhatikan perawatan paska sirkumsisi. Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan paska sirkumsisi, yaitu:
1. Obat analgesik dan antibiotik
Setelah disirkumsisi sebaiknya segera meminum obat analgetik (penghilang nyeri) untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi
lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara 1-11/2 jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya, maka dapat tergantikan dengan obat Analgetik.21
Obat antibiotik juga sebaiknya diminum secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka khitan.21
2. Menjaga daerah alat kelamin tetap bersih dan kering21
a) Menggunakan celana yang longgar untuk menghindari gesekan.
b) Membersihkan uretra eksternal secukupnya secara perlahan setiap selesai buang air kecil tanpa mengenai luka sirkumsisi.
c) Membersihkan penis dari bercak-bercak darah bekas sirkumsisi yang menumpuk seperti borok yang dapat mengganggu kesehatan dengan menggunakan iodine atau rivanol.
d) Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat dengan cara masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peras dan bersihkan secara perlahan bekas darah sampai bersih.
3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal
Bekas suntikan obat anastesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas) terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes dalam waktu 5-7 hari. Jika dirasakan mengganggu, dapat dibantu dengan cara mengompresnya selama 5-10 menit dengan kasa yang dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Dilakukan 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.21
4. Mengatur makanan
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur, dan daging bukan suatu larangan untuk dimakan karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan
protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar lebih cepat kering.9,21
Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses khitan saja.21
Adapun pedas, minuman bersoda atau softdrink sebaiknya memang dihindari karena dapat mengganggu kesehatan secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau radang tenggorokan yang dapat menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan tubuh jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain.21
5. Tidak perlu tindakan berlebihan
Biasanya orang yang terlalu khawatir akan penyembuhan luka paska sirkumsisi menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan.
Hal ini justru sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah sirkumsisi sebaiknya mandi dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu luka khitan sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya. Gunakanlah sabun secukupnya dan tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan.21 6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif
Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak (oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa seperlunya. Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai penisnya sembuh total, yaitu sekitar satu setengah bulan.21
7. Kontrol dan melepas perban
Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah. Jika merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter.21
Lakukan kontrol rutin ke dokter yang melakukan sirkumsisi pada hari ketiga dan pada hari kelima-ketujuh. Apabila luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa dilepaskan secara total. Sebelumnya lakukan pemberian air hangat, baby oil atau minyak kelapa pada perban dengan cara meneteskan secukupnya. Hal ini berguna untuk melunakkan kulit luka dan perban, sehingga mudah dilepaskan. Jika diperlukan, pelepasan perban dapat dibantu dengan penggunaan anastesi spray untuk mengurangi nyeri.21
2.2.7. Komplikasi
Walaupun sirkumsisi secara teknis tidak sulit dilakukan, tindakan ini dapat mentidakibatkan berbagai komplikasi ringan hingga berat. Prevalensi komplikasi sirkumsisi keseluruhan belum diketahui secara pasti dan berkisar 1-15%.22
Berbagai komplikasi yang biasanya terjadi paska sirkumsisi, antara lain:
1. Nyeri
Nyeri adalah hal yang paling sering dan biasanya terjadi. Setelah efek anestesinya berakhir yang didahului dengan rasa panas pada daerah genitalia. Pada saat pelaksanaan khitan pertimbangkan penambahan obat penghilang rasa sakit (analgesik) yang dimasukkan lewat dubur. Setelah pelaksanaan khitan segera minum analgesik yang diberikan oleh dokter, biasanya analgesik bisa diminum tiap 6 jam bila sakit, atau menurut petunjuk dokter.16
2. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi awal yang paling umum terjadi beberapa jam setelah sirkumsisi. Perdarahan terjadi jika dokter lupa
mengidentifikasi dan mengikat pembuluh darah yang cukup besar. Bila perdarahan sedikit, cukup dibersihkan dengan kasa steril yang sudah dibubuhi povidone iodine. Bisa juga dibalut dengan perban (kasa steril) untuk menekan sumber perdarahan (blood compressing). Jika perdarahan banyak dan terus terjadi, biasanya dilakukan tindakan untuk mencari dan mengikat sumber perdarahan.16,23
3. Bengkak (edema)
Bengkak merupakan kejadian yang normal. Pada penderita alergi dan hipersensitivitas kulit sering terjadi lamanya penyebuhan luka kadang disertai pembengkakan tetapi tidak disertai tanda radang seperti nyeri dan kemerahan pada sekitar luka.23 Bekas suntikan obat anastesi di pangkal penis terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes dalam waktu 5-7 hari. Jika dirasakan mengganggu, dapat dibantu dengan cara mengompresnya dengan air hangat. Usahakan air tersebut tidak mengenai luka khitan.16 4. Infeksi
Infeksi terjadi karena kontaminasi dari peralatan ataupun lingkungan yang kurang steril. Ditandai dengan edema (bengkak), adanya nanah pada bekas khitan, tubuh demam, mengeluh nyeri di sekitar genetalia.
Penatalaksanaannya dengan pemberian obat antibiotik dan obat antiinflamasi dari dokter. Karena itu obat yang diberikan harus dihabiskan, kemudian dikontrol ke dokter yang mengkhitan untuk mengevaluasi luka khitan. Rawat luka dengan mengompres dengan rivanol atau menurut petunjuk dokter dan jaga kebersihan luka.16
5. Glans penis tersayat, tertusuk, atau terpotong
Komplikasi yang satu ini tentunya sangat erat kaitannya dengan ketelitian, kecerobohan atau profesionalisme yang melakukannya.
Kejadian ini umumnya terjadi pada metode khitan konvensional.16 6. Syok anafilaktik
Syok anafilaktik diakibatkan reaksi alergi tipe cepat, terjadi segera atau beberapa saat setelah masuknya alergen, misalnya obat. Pasien
menunjukkan tanda-tanda syok, diantaranya pucat, keringat dingin, lemas, badan terasa melayang, mual, bahkan dalam tahap lanjut penderita dapat pingsan diikuti hipotensi dan bradikardi. Reaksi ini sifatnya individual dan atidak sulit diduga. Kebanyakan terjadi akibat pemberian antibiotik atau efek samping pemberian obat anastesi.16
7. Sukar buang air kecil
Setelah pelaksanaan sirkumsisi, pasien sukar atau terhambat pancarannya saat buang air kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya sumbatan pada muara saluran kemih luar oleh bekuan darah. Dapat diatasi dengan membersihkan sumbatan, bisa dengan menggunakan kasa steril dan air hangat atau jika lukanya sudah kering bisa berendam dengan air hangat yang sudah dibubuhi PK (kalium permanganat) untuk meluruhkan bekuan atau kotoran.16
8. Luka yang tidak menutup sempurna
Setelah proses penyembuhan luka sirkumsisi, ada beberapa luka yang tidak menutup dengan baik, bahkan terbuka kembali sehingga luka lama untuk kering. Hal ini terjadi oleh karena pemotongan prepusium terlalu panjang pada metode khitan smartclamp atau electrocouter yang tidak dijahit. Sehingga setelah klem dibuka, pada saat ereksi bekas luka iris khitan membuka kembali. Oleh karena itu, metode khitan smartclamp tidak disarankan pada pasien diatas usia 14 tahun atau dewasa.
Sedangkan pada khitan metode electrocouter disarankan dilakukan jahitan di atas usia 3 tahun. Pada keadaan ini, usahakan luka tetap kering, tidak boleh lembab atau kena air. Luka akan kering dan sembuh,
Sedangkan pada khitan metode electrocouter disarankan dilakukan jahitan di atas usia 3 tahun. Pada keadaan ini, usahakan luka tetap kering, tidak boleh lembab atau kena air. Luka akan kering dan sembuh,