• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Jenis kelamin

Data menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak yang bersedia mengisi

kuisioner, hal ini dibuktikan dari kemudahan peneliti untuk mendapatkan data dari

responden laki-laki. Namun dalam pengisian kuisioner, perempuan lebih rapi

daripada laki-laki.

Jenis Kelamin

Perempuan 45% Laki -laki 55% Perempuan Laki -laki

Gambar 4. Distribusi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta berdasarkan Jenis Kelamin

Ada penelitian tentang pengobatan sendiri menggunakan obat demam bagi

anak yang dilakukan wanita (dalam hal ini sebagai ibu) di Kota Yogyakarta. Peneliti

juga mengalami kesulitan untuk meminta kuisioner kepada wanita karena

kebanyakan menolak mengisi kuisioner dengan berbagai dan alasan yang paling

sering ialah terburu-buru.

2. Umur

Responden yang diteliti untuk setiap kategori umur jumlahnya hampir merata.

Hasil penelitian dari perusahaan pendapatan kesehatan yang menyatakan bahwa jika

umur seseorang di atas 60 tahun, frekuensi untuk melakukan swamedikasi semakin

menurun. Hal ini yang mendasari umur responden dalam penelitian ini di batasi

sampai 60 tahun (Holt dan Hall, 1990).

Umur

41 - 45 tahun 18% 46 - 50 tahun 12% > 50 tahun 13% 25 - 30 tahun 16% 17 - 24 tahun 16% 31 - 35 tahun 11% 36 - 40 tahun 14% 17 - 24 tahun 25 - 30 tahun 31 - 35 tahun 36 - 40 tahun 41 - 45 tahun 46 - 50 tahun > 50 tahun

busi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta berdasarkan Umur

Usia akan berpengaruh terhadap perilaku pengobatan mandiri dalam banyak

tidaknya pengalaman seseorang terhadap suatu pengobatan (Sarwono, 1997). Usia Gambar 5. Distri

juga berhubungan dengan banyaknya pengalaman dan informasi yang didapat

seseorang. Jadi dapat disimpulkan semakin tua usia seseorang semakin paham

tentang cara melakukan pengobatan yang dilandasi banyaknya informasi dan

pengalaman yang sudah didapatkannya. Gambar 5 menunjukkan cukup meratanya

umur responden.

3. Tingkat pendidikan

Responden yang paling banyak adalah responden yang tingkat pendidikannya

di perguruan tinggi sebesar 43%. Responden yang tingkat pendidikannya SMU

berjumlah 41%, sedangkan yang tingkat pendidikannya SLTP 9 % dan akademi 7%.

Tingkat Pendidikan

SLTP 9% SMU 41% Akademi 7% PT 43% SLTP SMU Akademi PT Pendidikan

Gambar 6. Distribusi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta berdasarkan Tingkat

rut Suyuti (2005), pendidikan akan mempengaruhi kepribadian dan

kecerdasan seseorang dalam hubungan dengan perilaku. Data tingkat pendidikan Menu

respond

istirahat kerja. Responden yang

berw gi

ke apotek dengan meninggalkan toko me , sehingga mereka selalu tergesa-gesa. en menunjukkan bahwa pengisian kuisioner didominasi oleh responden yang

telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Untuk pendidikan akademi, yang

disetarakan tingkat pendidikannya dengan perguruan tinggi, jauh lebih sedikit dari

responden yang pendidikannya perguruan tinggi.

4. Pekerjaan

Responden yang paling banyak mengisi kuisioner adalah pegawai negeri

dengan persentase 36% yang disusul dengan pegawai swasta 30%. Hal ini didukung

dengan banyaknya perkantoran di Kota Yogyakarta. Persentase wiraswasta 17%,

mahasiswa/i 9%, ibu rumah tangga 6% dan pelajar 2%. Menurut Holt dan Hall

(1990), pekerjaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

pengobatan sendiri. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi interaksi seseorang dengan

orang lain yang berasal dari lingkungan berbeda. Responden yang paling mudah

untuk mengisi kuisioner adalah pegawai negeri dan pegawai swasta. Hal ini

dikarenakan pegawai baik pegawai swasta atau pegawai negeri lebih mempunyai

banyak waktu luang di malam hari dari pada pekerjaan lainnya (peneliti lebih sering

melakukan penelitian di malam hari). Mereka hanya bekerja di pagi hingga sore hari.

Pegawai negeri maupun pegawai swasta suka meluangkan waktunya untuk mengisi

kuisioner sewaktu peneliti melakukan penelitian di siang hari. Hal ini dikarenakan

pegawai swasta dan pegawai negeri sedang

iraswasta lebih sedikit daripada pegawai swasta dan negeri karena mereka per

Begitu juga dengan ibu rumah tangga yang beralasan terburu-buru jika mengisi

kuisioner, sedangkan pelajar dan mahasiswa jarang ditemui peneliti dalam melakukan

penelitian sehingga hanya sedikit persentasenya.

Pekerjaan

Pelajar 2% Wiraswasta 17% Pegawai Negeri 36% Ibu Rumah 6% Tangga Pegawai Swasta 30% Mahasiswa/i 9% Mahasiswa/i Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri Wiraswasta Pelajar

Gambar 7. Distribusi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta berdasarkan Pekerjaan

5. Frekuensi melihat iklan

Responden yang mengisi kuisioner adalah pengunjung apotek yang pernah

atau sering melihat iklan obat di media cetak, sedangkan responden yang tidak pernah

melihat iklan obat di media cetak tidak mengisi kuisioner. Hal ini ditujukan agar

variable pengganggu, yaitu jenis iklan selain di media cetak, dapat dikurangi.

Responden yang dipilih adalah responden yang minimal pernah melihat iklan

Woods® dan Ultraflu® di media cetak. Dari data yang di dapat hanya 4% (5

hanya pernah melihat iklan di media cetak. Data menunjukan bahwa iklan obat di

edia

m cetak jarang muncul di media cetak. Hal ini ditunjukkan pada data frekuensi

responden yang pernah melihat iklan di media cetak dengan persentase 96%.

Frekuensi Melihat Iklan

Pernah 96% Sering 4% Pernah Sering Ga en adalah koran

nelitian pendahuluan peneliti mengamati 6 koran yang

selebaran atau yang banyak dikenal mbar 8. Frekuensi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta melihat Iklan Obat

6. Jenis media cetak

Media cetak ada 7 macam yaitu mejalah, tabloid, koran, poster, brosur, leaflet

dan buklet. Media cetak yang paling banyak dilihat / dibaca respond

sebesar 41 %, padahal pe

beredar di Kota Yogyakarta selama 3 bulan, hanya terdapat 5 iklan obat tanpa resep

di koran (surat kabar). Peneliti merasa jumlah iklan yang ada di koran sangat sedikit.

Media cetak terbanyak kedua adalah brosur dan poster karena banyak obat tanpa

m

um tan poster. M

10 ka eli lah em lan ob a

rese ha L sebesar 7%, buklet dan d hany

asyarakat brosur dan yang gambar / iklan besar yang sering di tempel di tempat

um atau apotek, yang dikenal masyarakat dengan sebu ajalah hanya

% rena menurut responden dan pen ti maja yang m uat ik at tanp

p nya majalah kesehatan. eaflet tabloi a 3%.

Jenis Media Cetak

Koran 41% Poster 18% Brosur 18% Leaflet 7% B 3% uklet Majalah 10% Tabloid3% Majalah Tabloid Koran Poster Brosur Leaflet Buklet

Gam ering dilihat Responden 13 Apotek di Kota gyakarta

7. G b en

Pertanyaan yang diajukan terdiri dari tiga variabel yaitu variabel pengetahuan

ikla b n bel m eli

a. e

Variabel pengetahuan iklan obat bebas terbatas ini terdiri dari sebelas

pe ya gu ber ha on

adanya tasan yang seharusnya tercantum di iklan obat tanpa

sep, khususnya iklan obat di media cetak. bar 9. Jenis Media Cetak yang s

Yo

am aran jawaban kuisioner respond

n o at, variabel iklan obat da varia inat b bebas terbatas.

Peng tahuan iklan obat

rtan an yang digunakan untu en

pedoman, aturan, dan ba

k m kur se apa pa m resp den tentang

Tabel

Media Cetak

XI. Gambaran Jawaban Responden untuk Variabel Pengetahuan Iklan Obat di

Frekuensi (%)

No Pernyataan Kecenderungan

SS S TS STS (SS+S)/(TS+ST) 1 Perlu dicantumkan 49,21 46,87 2,34 1,56 Setuju

informasi peringatan.

2 Perlu adanya khasiat 77,34 17,96 3,12 1,56 Setuju obat.

3 Tidak perlu tanda 0,78 2,34 34,37 62,50 Tidak untuk obat bebas dan

setuju

obat bebas terbatas. 4 Tidak perlu adanya

pakai. Jika sakit

dokter”

1,56 1,56 23,43 73,43 Tidak setuju tulisan “Baca aturan

berlanjut, hubungi

5 Perlu adanya efek samping / m

yang tidak diinginkan pada obat.

74,21 22,65 2,34 0,78 Setuju asalah 6 Perlu dicantumkan merek dagang. 10,93 80,46 7,03 1,56 Setuju 7 Tidak perlu dicantumkan nama dan produsen pembuat obat. 3,9 25,78 56,25 14,06 Tidak setuju

8 Tidak perlu ada peringatan seperti “dilarang untuk ibu hamil dan anak-anak”.

0,78 1,56 35,93 61,71 Tidak setuju

9 Tidak perlu adanya tanda perhatian. 0,78 0,78 49,21 49,21 Tidak setuju 10 Perlu adanya komposisi obat dalam iklan. 51,56 46,09 1,56 0,78 Setuju 11 Tidak perlu dicantumkan nomor pendaftaran (khusus 3,9 45,31 32,03 18,75 Tidak setuju

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk

l ih ku g ti ida leh ta

s eo rus apa arti atau

manfaat tindakan tersebut bagi dirinya atau keluarganya (Notoadmodjo, 2003).

y sar ada kat pengetahuan.

Hal ini ditunjukkan dengan peroleha rabel g

penc peringatan 96,08%; khasiat 95,3%; efek samping 96,86;

mere posisi 97,65% yang cenderung setuju. Pertanyaan

u a ga n n se yang di n

dengan prosentase pertanyaan tentang pencantuman informasi tanda obat bebas dan

b a “ atu ak a erlan

d t ntu ham an k” 9

dan buat obat 70,31%; perhatian 98,42% dan nomor pendaftaran

(khu %. Pertanyaan favourable yang cenderung setuju

de id ju jukk

pengetahuan responden tentang pencantuman informasi iklan obat di media cetak.

Perta cenderung tidak setuju, tetapi 49,22%

o ya ny ond enganggap nomor

pendaftaran khusus untuk media cetak tidak perlu dicantumkan.

terbentuknya tindakan seseorang. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan

eb langgeng daripada perila

rang mengambil tind

yan dak d sari o penge huan. Sebelum

es akan, ia ha tahu terlebih dahulu tahu

Data menunjukkan persentase ang be terh p ting

n persentase data pertanyaan favou tentan

antuman informasi

k dagang 91,39 dan kom

nf vourable didominasi den n kece derunga tidak tuju tunjukka

eb s terbatas 96,87%; tulisan Baca ran p ai”. Jik sakit b jut, hubungi

ok er” 96,86%; peringatan ”dilar

produsen pem

ang u k ibu il dan ak-ana 7,64%; nama

sus untuk media cetak) 50,78

dan pertanyaan unfavourable yang cen rung t ak setu menun an tingginya

nyaan 11, pada lampiran hal 75,

b. Iklan obat

Tabel XII. Gambaran Jawaban Responden untuk Variabel Iklan Obat di Media Cetak Frekuensi (%)

No Pernyataan

SS S TS STS

Kecenderungan (SS+S)/(TS+STS) 1 Model atau artis menarik

perhatian responden.

0,78 2,34 65,62 31,25 Tidak setuju 2 Iklan obat tersebut di

media cetak biasa-biasa saja.

1,56 3,12 45,31 50 Tidak setuju

3 Iklan obat tersebut sudah menyampaikan khasiat produknya.

50,78 46,87 0,78 1,56 Setuju

4 Iklan obat tersebut mudah dipahami.

56,25 39,06 2,34 2,34 Setuju 5 Pesan pada iklan obat 57,03 41,40 0,78 0,78 Setuju

yang jelas dalam iklan obat tersebut.

6 Responden enggan

artis/model pada iklan

26,56 64,84 7,03 1,56 Setuju memperhatikan

tersebut.

7 Iklan obat tersebut sulit 0,78 2,34 36,71 60,15 Tidak setuju dimengerti.

8 Khasiat pada iklan 1,56 2,34 37,5 58,59

tersebut kurang di

Tidak setuju

tonjolkan.

9 Slogan dalam iklan

berlebihan .

26,56 64,84 6,25 2,34 Setuju obat tersebut tidak

10 Pesan di dalam iklan

jelas.

0,78 1,56 35,15 62,50 Tidak setuju obat tersebut kurang

11 Slogan dalam iklan obat

berlebihan.

0,78 2,34 60,15 36,71 Tidak setuju tersebut sangat

12 Iklan obat tersebut 51,56 46,09

menarik perhatian responden.

Variabel iklan ini menggambarkan ketertarikan dan pemahaman responden

te

njukkan persentase yang besar akan ketertarikan dan pem n

terhad a de et n perta

u vo ya ta da p perta

yaitu pertanyaan tentang penyam an terhadap

iklan 95,31%; pesan pada iklan obat yang jelas dalam iklan 98,07%; rasa enggan

m p ; slo ikl n b

91,40% dan iklan tersebut menarik perhatian 97,65%, sedangkan untuk data

unfav genai pencantuman informasi model/artis yang

m ar g b ia a ; i

yang lan yang kurang ditonjolkan 96,09%; pesan

i n y g g be iha 6%

000), perawatan dan pengobatan mandiri dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Salah satu dari faktor tersebut ialah informasi yang berasal dari

media sebagainya). Faktor ini berpengaruh terhadap

p ng d an oleh ma at an

menun iklan obat di media cetak merupakan salah satu faktor dalam

pengo ilih obat.

ntang iklan obat Woods® dan Ultraflu®. Perolehan data yang didapat pada tabel XII

menu ahama responden

ap iklan karena semua pertanyaan favour ble cen rung s uju da nyaan

nfa urable cenderung tidak setuju. Besarn persen se pa setia nyaan

paian khasiat obat 97,65%; pemaham

em erhatikan artis/model iklan 92,96% gan an ya g tidak erlebihan

ourable meliputi pertanyaan men

en ik perhatian 96,87%; iklan terseb

sulit dimengerti 96,86%; khasiat ik

ut yan iasa-b sa saj 95,31% klan obat

kla ang kurang jelas 97,65% dan slo

Menurut Covington (2

an yan rleb n 96,8 .

cetak (majalah, surat kabar dan

eni katan pengobatan mandiri yang

jukkan bahwa

ilakuk syarak . Data y g didapat

c. Minat beli obat bebas terbatas

Tabel XIII. Gambaran Jawaban Responden untuk Variabel Minat Beli Obat Bebas Terbatas di Media Cetak

Frekuensi (%) No Pernyataan

SS S TS STS

Kecenderungan (SS+S)/(TS+ST 1 Iklan tersebut membantu

memilih obat.

78,90 17,96 2,34 0,78 Setuju 2 Iklan obat yang menarik dan

membuat responden m mbeli obat tersebut.

20,31 77,34 0,78 1,56 Setuju e

3 Model atau artis dalam iklan buat responden membeli obat tersebut.

3,90 38,28 43,75 14,06 Tidak setuju

4 Obat yang diminum responden atas pilihan sendiri, tanpa pengaruh iklan.

0 0,78 8,59 90,62 Tidak setuju

5 Responden tidak membeli obat tersebut, meski iklannya

0,78 7,03 78,90 13,28 Tidak setuju menarik.

6 Iklan obat yang sering

responden membeli obat

1,56 0,78 53,12 44,53 Tidak setu muncul. tidak membuat

tersebut.

ju

7 klan yang mudah dimengerti,

membeli obat tersebut.

47,65 50 1,56 0,78 Setuju I

dan membuat responden

8 Model/artis tidak berpengaruh 18,75 51,56 27,34 2,34 Setuju pada minat beli.

9 Iklan yang menjanjikan

untuk membeli obat.

74,21 23,43 1,56 0,78 Setuju khasiat membuat keinginan

10 Iklan yang mudah dimengerti

obat tersebut.

0,78 0,78 26,56 71,87 Tidak setuju membuat responden membeli

11 Iklan yang sering muncul,

membeli obat tersebut.

65,62 32,81 0,78 0,78 Setuju membuat responden tertarik

12 Iklan obat yang menjanjikan

pembelian obat.

1,56 0,78 29,68 67,96 Tidak setuju khasiat, tidak mempengaruhi

Data yang didapat pada tabel X menunjukkan persentase yang besar terhadap

minat beli obat Woods® dan Ultraflu®. Pertanyaan terdiri dari dua komponen yaitu

favourable dan unfavourable. Responden cenderung menjawab setuju pada

pertanyaan favourable. Data ini menunjukkan iklan obat bebas terbatas yang

diwakili Woods® dan Ultraflu® dapat membantu memilih dan membeli obat tersebut

dengan persentase yang diperoleh 96,86%. Iklan obat yang menarik dapat

membuat responden membeli obat tersebut, hal ini dibuktikan dengan persentase

sebesar 97,65%. Selain itu iklan yang mudah dimengerti dapat membuat

responden membeli obat tersebut, ditunjukkan dengan persentase 97,65%. Iklan

yang menjanjikan khasiat membuat responden ingin membeli obat tersebut

gan persentase 97,64% dan iklan yang sering muncul, membuat

responde

Menurut 70,31% dari keseluruhan responden menyatakan bahwa model/artis

tidak berpengaruh pada minat beli. Hal ini bertolak belakang dengan tanggapan

Coulson (cit, Kasali, 1992) yang menyatakan bahwa model iklan yang menarik

dan popular bisa menambah keperca produk yang pada akhirnya mampu

menarik m li. Ha odel/artis tidak berpengaruh

pada minat beli merupakan pertanyaan favourable yaitu Keputusan Menteri

Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994 yang menyatakan cara penyajian

informasi tidak b masyarakat yang

mengakibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berdasarkan pada kebutuhan. ditunjukkan den

n tertarik membeli obat tersebut 98,43%.

yaan untuk

minat untuk embe l yang mendasari m

Hal ini

Obat Bebas Terbatas Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta

korelasi

T

juga didasari oleh Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 pasal 41 ayat

(2) tentang Kesehatan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik

Indonesia dinyatakan bahwa penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat

kesehatan harus memenuhi persyaratan obyektivitas dan kelengkapan serta tidak

menyesatkan. Model atau artis dalam iklan dapat menimbulkan persepsi khusus

kepada masyarakat, misalnya seseorang yang mengidolakan artis tersebut

mengkonsumsi obat yang dimaksud secara belebihan atau seseorang yang

mengidolakan model/artis yang mengiklankan obat membuat orang tersebut

meminum obat yang dimaksud padahal indikasi obat tersebut tidak tepat untuk

pengobatan penyakitnya.

Dokumen terkait