• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

F. Penyakit Ringan

Secara umum, penyakit ringan (minor ailments) mencakup kondisi yang

mensyaratkan intervensi medis yang kecil atau tidak sekali. Kebanyakan penyakit

ringan dapat diatasi secara sukses dengan obat tanpa resep. Beberapa contoh penyakit

ringan adalah konstipasi, batuk, diare, dispepsia, sakit telingan, demam, sakit kepala,

sariawan, sakit gigi, dan infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus

(Anonim, 2004). Berikut ini adalah beberapa penyakit ringan:

1. Sakit kepala

Menurut WHO (2000) sakit kepala merupakan gejala dari sejumlah kelainan

neurobiologis, mencakup sejumlah gejala yang umum dan ada di berbagai tempat.

Terminologi kelainan sakit kepala terkait dengan berbagai kondisi yang bervariasi

dalam keparahan, insidensi, dan durasi. Nyeri kepala merupakan keluhan yang umum

ke penyebab vaskuler dan psikogenik, sedangkan yang akut dan berat mungkin

mempunyai latar belakang yang lebih serius (Wibowo dan Gofir, 2001).

Penyembuhan bisa dengan istirahat atau tidur. Obat-obatan yang digunakan seperti

asetaminofen, diazepam dan lainnya (Walsh, 1997).

2. Flu

Salah satu infeksi saluran pernapasan atas adalah flu. Orang dengan daya

tahan tubuh yang tinggi biasanya sembuh sendiri tanpa obat. Pada anak-anak,

lanjut usia dan orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah lebih cenderung

menderita komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder. Flu ditularkan melalui

percikan udara pada saat batuk, bersin, dan tangan yang tidak dicuci setelah kontak

dengan cairan hidung/mulut (Anonim, 2006b). Pasien yang terkena flu dapat

melakukan penyembuhan dengan istirahat di tempat tidur dan mengurangi kelelahan

serta diet dengan makanan yang mengandung banyak cairan, maka mekanisme

pertahanan tubuh secara alami akan mengembalikan badan ke kondisi normal, kecuali

jika terdapat komplikasi atau infeksi sekunder. Obat flu biasanya mengandung

dekongestan, antihistamin, dan analgetika antipiretika (Tjay dan Raharja, 2002)

3. Batuk

Suatu mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan

membersihkan saluran pernafasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur

infeksi merupakan pengertian penyakit batuk. Refleks batuk dapat ditimbulkan karena

perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi seperti gas, bau, dan lain-lain

(Tjay dan Rahardja, 2002). Penyembuhan batuk bisa dengan berhenti merokok, menghirup uap air yang mendidih, memperlunakkan rangsangan batuk dengan

menggunakan emollient seperti gula-gula dan permen. Zat-zat yang boleh terkandung

pada obat batuk yaitu kodein, dekstrometrofan, ipeca guaikol, ambroksol,

dipenhidramin, bromheksin, guafenisin (Walsh, 1997).

4. Demam

Keadaan dimana suhu tubuh mejadi meningkat, namun masih bisa dikontrol

disebut demam. Suhu normal adalah 35,8o – 37,3oC (96,5o – 99,2oF). Suhu rektal

lebih tinggi sekitar 0,3o – 0,5oC (0,5o – 1o F). penyembuhan bisa dengan kompres es pada penderita. Obat-obat untuk demam antara lain aspirin, flurbiprofen, naproksen,

prednison, parasetamol (Walsh, 1997).

G. Obat Woods ®

Obat Woods® mempunyai dua jenis khasiat, yaitu sebagai antitusif untuk

mengobati batuk kering dan ekspektoran untuk mengobati batuk berdahak. Dalam

kategori obat bebas, perusahaan Kalbe Farma memiliki 15 merek utama yang kuat di

masing-masing kategori penyakit, salah satunya adalah obat batuk Woods®

(Soelaeman, 2005). Woods® antitusif mengandung dekstrometrofan HBr (7,5mg) dan

difenhidramin HCl (12,5mg), sedangkan Woods® ekspektoran mengandung

yang terbilang sukses di pasaran. Menurut Sarnianto, obat batuk yang diproduksi oleh

Kalbe Farma, seperti Woods®, Komix®, Mixadin® dan Mextril® menguasai 50%

pasar obat batuk (Sarnianto, 2006).

H. Obat Ultraflu

Obat ultraflu merupakan obat bebas terbatas yang berkhasiat meredakan flu,

demam, dan sakit kepala. Ultraflu mengandung asetaminofen (600mg),

fenilpropanolamin HCl (15mg) dan klorfeniramin maleat (2mg). Menurut Jonathan

(2005), dalam risetnya tentang pengukuran market share obat-obat bebas (OTC) pada

perusahaan riset B, mengatakan bahwa Obat Flu adalah market leader OTC. Berikut

adalah hasil yang memperkuat riset yang menyatakan ultraflu sebagai obat bebas

yang paling laris di pasaran:

Tabel I. Profil Pelanggan OTC di Indonesia

2006 2007 No Merek Total % No Merek Total % 1 Ultraflu® 17.7 1 Ultraflu® 23.0 2 Mixagrip® 14.5 2 Sanaflu® 14.6 3 Sanaflu® 13.7 3 Mixagrip® 13.8 4 Decolgen® 10.9 4 Neozep Forte® 10.8 5 Neozep Forte® 8.5 5 Decolgen® 8.7

I. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda

Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, pasal 3 ayat (1) dan (2),

menyatakan bahwa tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna hijau

dengan garis tepi berwarna hitam dan obat bebas terbatas lingkaran berwarna biru

dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2006a).

Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep,

yang dapat dibeli secara bebas (tanpa resep) di apotek dan toko obat berijin. Obat

bebas terbatas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

6355/Dir.Jen/SK/1969, harus dicantumkan tanda peringatan berwarna hitam pada

wadah atau kemasannya, dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm atau

disesuaikan kemasannya, dan memuat pemberitahuan dengan huruf berwarna putih.

Tabel II. Peringatan Obat Bebas Terbatas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dir.Jen/SK/1969

Peringatan Isi dan Contoh

P. no.1 Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam. Contoh: Procold®, Inza®

P. no. 2. Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine® kumur

P. no. 3 Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Betadine® untuk antiseptik lokal

P. no. 4 Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Rokok anti asma

P. no. 5 Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Supositoria Dulcolax®

P. no. 6 Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol®

Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Gambar 2. Tanda Obat

Obat bebas atau obat bebas terbatas secara keseluruhan dikenal sebagai obat

bebas (Over The Counter) atau OTR. Menurut Peraturan Menkes

No.919/MENKES/PER/X/1993 pasal 2, obat yang dapat diserahkan tanpa resep,

harus memenuhi kriteria:

Tabel III. Kriteria Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas pada Peraturan Menkes No.919/MENKES/PER/X/1993 (cit, Hartini dan Sulasmono, 2007)

No Kriteria

1. Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun.

2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.

3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.

5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Dokumen terkait