• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik responden pada penelitian ini dibagi dalam beberapa kategori yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pengetahuan, pengalaman yang berhubungan dengan kukang jawa, dan keadaan kerja yang dimiliki responden. Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai karakteristik responden.

Usia

Berikut ini disajikan data jumlah dan persentase responden berdasarkan usia di Desa Cipaganti.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kelompok usia

Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa responden yang berusia 35 tahun sampai 54 tahun lebih banyak daripada responden yang berusia kurang dari 34 tahun dan usia lebih dari 54 tahun.

Jenis Kelamin

Untuk jenis kelamin, dapat dilihat dari data yang telah disajikan pada tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin yaitu responden laki-laki dalam penelitian ini lebih banyak daripada jumlah dan persentase responden perempuan.

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan yang rendah yaitu tamat dan tidak tamat SD, namun masih ada juga beberapa responden yang memiliki tingkat pendidikan hingga SLTP dan SLTA.

Kelompok Usia Jumlah (orang) Persen (%)

< 34 tahun 2 5.7

35 - 54 tahun 22 62.9

> 54 tahun 11 31.4

Total 35 100.0

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persen (%)

Laki-laki 25 71.4

Perempuan 10 28.6

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Jenis Pekerjaan

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden memiliki pekerjaan sebagai petani dan buruh tani. Namun demikian ternyata masih ada juga beberapa responden yang tidak bekerja karena mereka baru lulus dari SLTP dan SLTA yang belum mendapatkan pekerjaan.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan

Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Kukang jawa

Kukang jawa atau Muka (dalam bahasa masyarakat lokal) yang diketahui oleh masyarakat lokal adalah berjumlah 2 jenis yaitu Muka Brahma dan Muka Geni. Umumnya mereka yang lebih banyak tahu akan kukang jawa ini karena memang sudah pernah melihat sendiri ataupun berinteraksi secara langsung di kebun mereka atau sekitar hutan dekat dengan habitat kukang jawa. Namun, tidak semua masyarakat yang tahu keberadaan kukang jawa di desa mereka, sudah pernah melihat atau bertemu langsung dengan kukang jawa. Mereka hanya mendengar kabar dan cerita yang berasal dari orang lain yang sudah melihat atau berinteraksi langsung dengan kukang jawa.

Salah satu warga di Desa Cipaganti yang menjadi orang yang dipercaya dalam menangani kukang jawa yaitu Pak Rak yang bekerja di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat, Polhut di Seksi Wilayah Konservasi Wilayah V Garut, Resot Papandayan. Pada awalnya, ia menganggap bahwa di Desa Cipaganti tidak terdapat kukang jawa, namun ia baru mengetahui dan menyadari adanya kukang jawa yaitu sekitar 2 tahun yang lalu. Tidak sedikit masyarakat yang baru menemukan kukang jawa di kebun milik warga atau bahkan di sekitar rumah, menangkap dan memberikan kepada Pak Rak. Hal ini karena masih banyaknya warga yang belum mengetahui cara penanganan terhadap kukang jawa apabila mereka menemukannya. Seperti yang dikatakan oleh Pak Rak sebagai berikut:

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)

Tamat dan tidak tamat SD dan sederajat 26 74.3

Tamat SLTP sederajat 6 17.1

Tamat SLTA sederajat dan lebih dari

SLTA 3 8.6

Total 35 100.0

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persen (%)

Wiraswasta 5 14.3 Pegawai Swasta 4 11.4 Petani 11 31.4 Buruh tani 12 34.3 Tidak Bekerja 3 8.6 Total 35 100.0

Banyak masyarakat awalnya belum pernah melihat dan menemukan kukang jawa. Lalu sewaktu melihat dan mendapati Mukasedang ada di lingkungan rumah atau di kebun mereka, mereka bingung harus bagaimana cara menanganinya. Dari situlah saya meminta kepada masyarakat untuk tidak mengganggu, membunuh, dan mengembalikan Muka tersebut ke habitat asalnya” (Pak Rak)

Adanya sosialisasi terhadap kukang jawa yang dilakukan oleh peneliti- peneliti dan dari Pemerintah Daerah di Desa Cipaganti membuat masyarakat yang awalnya tidak mengetahui kukang jawa bahwa merupakan satwa yang dilindungi dan saat ini keadaannya sudah terancam punah, menjadi tahu akan informasi tersebut.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang lingkungan yang disukai oleh kukang jawa

Mengenai lingkungan yang disukai oleh kukang jawa (tabel 12) dapat diketahui bahwa hampir semua responden sudah mengetahui dengan benar lingkungan yang disukainya yaitu hutan bambu. Sementara itu, responden yang lain tahu bahwa lingkungan yang disukai hewan itu adalah pohon Kaliandra merah (Calliandra haematocephala) dan pohon Jengjen (Albazia falcataria), lingkungan yang banyak sayur-sayurannya seperti wortel, kol, kacang-kacangan, dan jenis sayuran lain.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang makanan yang disukai oleh kukang jawa

Pada tabel 13 telah didapatkan hasil bahwa sebanyak 74.3 persen responden yang sudah mengetahui dengan benar makanan yang disukai kukang jawa yaitu semua jenis serangga, diantaranya belalang, capung, kupu-kupu, ulat, dan jenis serangga lainnya. Sementara itu, sisanya mengetahui makanan yang disukainya yaitu bunga dari pohon Kaliandra merah (Calliandra haematocephala) dan getah

Lingkungan yang disukai oleh kukang jawa Jumlah (orang) Persen (%)

Lingkungan yang banyak buah-buahan 0 0.0

Lingkungan yang banyak sayur-sayuran 1 2.9

Lingkungan hutan bambu 32 91.5

Pohon jengjen dan pohon kaliandra 2 5.7

Total 35 100.0

Makanan yang disukai oleh kukang jawa Jumlah (orang) Persen (%)

Biji-bijian 0 0.0

Buah-buahan 0 0.0

Serangga 26 74.3

Pucuk bunga kaliandra 1 2.9

Getah jengjen 1 2.9

Tidak tahu 7 20.0

dari pohon Jengjen (Albazia falcataria), dan masih ada juga responden yang tidak tahu tentang makanan kesukaan kukang jawa.

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang waktu aktif kehidupan kukang jawa

Tabel 14 menunjukkan bahwa hampir semua responden mengetahui dengan benar bahwa waktu kehidupan kukang jawa memang aktif di malam hari (nokturnal). Namun masih ada beberapa responden yang belum tahu waktu aktif dari kehidupan hewan tersebut. Mereka menjelaskan kukang jawa adalah hewan nokturnal dan mereka jarang sekali bisa melihatnya di siang hari. Seperti yang dijelaskan salah satu responden sebagai berikut:

kukang jawa hidupnya mah di malam hari. Kalau siang susah untuk cari atau lihat kukang jawa. Kalaupun bisa lihat kukang jawa di siang, pasti sedang diam atau tidur” (Pak DR)

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang cara hidup kukang jawa

Mengenai cara hidupnya (tabel 15), didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui dengan benar bahwa kukang jawa hidup dengan cara sendiri-sendiri. Sementara itu, masih ada 31.4 persen responden yang berpendapat dengan cara berkelompok kecil yaitu sebanyak dua sampai tiga ekor dalam satu kelompok. Umumnya mereka berpendapat bahwa kelompok kecil ini terdiri dari sepasang kukang jawa serta anaknya, mereka juga berpendapat bahwa jumlahnya di alam masih banyak dan belum mengalami kepunahan yang serius. Pendapat responden ini ternyata dapat berdampak pada adanya perburuan dan penurunan populasi di alam.

Tabel 16 menunjukkan hasil mengenai kapan waktu kukang jawa datang ke desa. Sebanyak 74.3 persen responden sudah mengetahui dengan benar bahwa kukang jawa bisa datang kapan saja tidak tergantung pada musim. Sementara itu, sisanya menjawab bahwa hewan tersebut datang ke desa pada saat musim hujan dan musim kemarau, serta masih ada 5.7 persen responden yang tidak tahu waktu datang ke desa.

Waktu aktif kehidupan kukang jawa Jumlah (orang) Persen (%)

Di malam hari (nokturnal) 31 88.6

Di siang hari 4 11.4

Total 35 100.0

Cara hidup kukang jawa Jumlah (orang) Persen (%)

Sendiri-sendiri 24 68.6

Berkelompok kecil (2-3 ekor) 11 31.4

Berkelompok besar (lebih dari 3 ekor) 0 0.0

Lainnya 0 0.0

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang waktu kukang jawa saat masuk ke desa

Pada tabel 17, ditemukan terdapat sebanyak 57.1 persen responden sudah mengetahui dengan benar jumlah anak kukang jawa dalam sekali beranak yaitu satu ekor. Meskipun sudah banyak responden yang tahu, namun masih ada 42.9 persen responden yang belum mengetahui jumlah anak dari hewan ini.

Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang jumlah anak kukang jawa dalam sekali beranak

Berdasarkan tabel 18, diketahui terdapat 34.3 persen responden yang mengetahui dengan benar bahaya kukang jawa yaitu dapat menggigit atau mencakar manusia dan mengandung racun yang dihasilkan oleh air liurnya. Sementara itu, masih ada sebanyak 65.7 persen responden belum mengetahui bahaya kukang jawa pada manusia.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang bahaya kukang jawa pada manusia

Pada tabel 19, dapat diketahui bahwa sebanyak 77.1 persen responden sudah mengetahui bahwa kukang jawa adalah hewan yang tidak merugikan bagi Waktu kukang jawa saat masuk ke desa Jumlah (orang) Persen (%)

Musim kemarau 6 17.1

Musim hujan 1 2.9

Musim pancaroba 0 0.0

Semua musim/tidak bermusim 26 74.3

Tidak tahu 2 5.7

Total 35 100.0

Jumlah anak kukang jawa dalam sekali beranak Jumlah (orang) Persen (%)

1 ekor 20 57.1

2 ekor 2 5.7

3 ekor 1 2.9

Tidak tahu 12 34.3

Total 35 100.0

Bahaya kukang jawa bagi manusia Jumlah (orang) Persen (%) Kukang jawa dapat menggigit/mencakar

manusia 12 34.3

Kukang jawa dapat membawa penyakit

bagi manusia 0 0.0

Kukang jawa mengandung racun 11 31.4

Tidak berbahaya 9 25.7

Tidak tahu 3 8.6

produksi pertanian. Sementara itu, masih ada sebanyak 22.9 persen responden yang belum mengetahui bahaya kukang jawa pada produksi pertanian.

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang bahaya/kerugian yang ditimbulkan dari kukang jawa pada produksi pertanian

Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang apa saja yang dapat diserang oleh kukang jawa

Mengenai apa saja yang dapat diserang oleh kukang jawa (tabel 20), dapat diketahui bahwa sebanyak 71.4 persen responden sudah mengetahui dengan benar bahwa kukang jawa dapat menyerang serangga misalnya ulat, kupu-kupu, dan jenis serangga yang lainnya. Sementara itu, masih ada sebanyak 28.6 persen responden yang belum mengetahui apa saja yang dapat diserang kukang jawa. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang

manfaat yang ditimbulkan dari kukang jawa Bahaya/kerugian yang ditimbulkan kukang

jawa pada produksi pertanian Jumlah (orang) Persen (%) Kukang jawa dapat membuat

daun/batang/buah/bunga busuk 0 0.0

Kukang jawa dapat memakan

daun/batang/buah/bunga 1 2.9

Kukang jawa dapat merusak lahan pertanian 5 14.3

Kukang jawa tidak merugikan 27 77.1

Tidak tahu 2 5.7

Total 35 100.0

Yang dapat diserang oleh kukang jawa Jumlah (orang) Persen (%)

Manusia 0 0.0

Hewan kecil/besar 3 8.6

Serangga 25 71.4

Menyerang apa saja 1 2.9

Tidak menyerang 2 5.7

Tidak tahu 4 11.4

Total 35 100.0

Manfaat yang ditimbulkan dari kukang jawa Jumlah (orang) Persen (%)

Membantu menyuburkan bunga 1 2.9

Mengurangi jumlah serangan serangga di

pertanian 25 71.4

Kukang jawa dapat dijual dan dijadikan

sumber penghasilan 2 5.7

Kukang jawa tidak memiliki manfaat 1 2.9

Tidak tahu 6 17.1

Tabel 21 menyajikan hasil bahwa sebanyak 71.4 persen responden sudah mengetahui yang benar bahwa kukang jawa dapat mengurangi jumlah serangan serangga yang ada di lahan pertanian. Meskipun sebagian responden sudah tahu tentang manfaatnya, namun masih ada responden yang menjawab kukang jawa dapat membantu menyuburkan bunga, dan ada yang menjawab dapat dijual untuk sumber penghasilan mereka. Selain itu ada 2.9 persen responden menjawab hewan tersebut dirasa tidak memiliki manfaat, serta masih banyak responden yang belum mengetahui yang benar tentang manfaat kukang jawa.

Tabel 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang alasan kukang jawa dapat menyerang manusia

Dari tabel 22 dapat diketahui bahwa sebanyak 77.1 persen responden mengetahui dengan benar kukang jawa merasa terganggu bila manusia melakukan aktivitas di dekatnya, memegangnya, atau menangkapnya. Sementara itu, masih ada 22.9 persen reponden belum mengetahui hewan ini dapat menyerang manusia. Tabel 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengetahuan

terhadap kukang jawa

Berdasarkan tabel 23 dapat terlihat bahwa sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kukang jawa (74.3 %). Pengetahuan yang dimiliki oleh responden meliputi perilakunya, makanannya, habitatnya, manfaatnya, bahayanya, nilai ekonominya, serta mitos atau kepercayaan lokal yang ada disana. Sementara itu, masih ada 25.7 persen responden yang masih belum tahu jumlah anak dalam sekali bereproduksi dan cara hidupnya. Mereka menjawab bahwa kukang jawa dalam sekali bereproduksi dapat menghasilkan anak sebanyak lebih dari satu ekor. Selain itu, mereka berpendapat bahwa kukang jawa hidup dalam kelompok kecil yaitu berjumlah dua sampai tiga ekor yang terdiri dari sepasang kukang jawa dan anaknya. Informasi ini mereka dapatkan bukan dari hasil pengamatan langsung mereka, melainkan berasal dari pendapat orang lain.

Pengalaman Masyarakat terhadap Kukang jawa

Tabel 24 mengenai jumlah dan presentase responden berdasarkan pengalamannya terhadap kukang jawa, dimana didapat hasil bahwa responden Alasan kukang jawa dapat menyerang manusia Jumlah (orang) Persen (%)

Kukang jawa merasa terganggu 27 77.1

Kukang jawa sedang lapar 0 0.0

Habitat kukang jawa dirusak oleh manusia 1 2.9

Kukang jawa tidak akan menyerang 4 11.4

Tidak tahu 3 8.6

Total 35 100.0

Tingkat Pengetahuan Responden Jumlah Persen (%)

Tinggi 26 74.3

Rendah 9 25.7

yang memiliki pengalaman rendah lebih banyak dibanding yang memiliki pengalaman tinggi. Pengalaman responden ini dapat diketahui dari seberapa sering mereka bertemu, berapa kali bertemu, kapan terakhir bertemu dalam 6 bulan terakhir, berapa banyak tempat pada saat bertemu, sumber informasi, dan apakah responden pernah diserang, serta apakah hewan tersebut pernah masuk ke pekarangan rumah mereka atau tidak.

Tabel 24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengalaman terhadap kukang jawa

Pada gambar 3 didapat hasil bahwa sebanyak 40 persen responden bertemu kukang jawa pada bulan Juni. Adapun responden yang menjawab bertemu terakhir kali pada bulan Januari, seperti yang disampaikan oleh salah satu responden (Pak DR) sebagai berikut:

Saya terakhir bertemu Muka (kukang jawa) sekitar 6 bulan yang lalu atau pada bulan Januari. Pada bulan Januari biasanya adalah bulan yang tidak bermusim pada sayur-sayuran yang di tanamnya. Namun, di bulan Januari biasanya sedang musim hujan dan angin besar. Jika musim buah, biasanya musim alpukat” (Pak DR)

Gambar 3 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang waktu terakhir bertemu dengan kukang jawa

Gambar 4 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang asal mengetahui kukang jawa 6% 29% 11% 8% 3% 3% 40% Tidak pernah Januari Februari Maret April Mei Juni 19% 73% 8% tahu sendiri

tahu dari orang lain

tahu dari tv/radio/majalah Tingkat pengalaman responden terhadap

kukang jawa Jumlah (orang) Persen (%)

Rendah 32 91.4

Tinggi 3 8.6

Berdasarkan gambar 4, dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden mengetahui dari orang lain. Mereka menjelaskan bahwa sebelum mereka melihatnya sendiri, mereka telah mendengar atau mengetahui informasi mengenai satwa tersebut dari warga yang lain sebelum mereka bertemu langsung. Selain itu, ada responden yang tahu kukang jawa sendiri serta tahu dari tv/radio/majalah. Responden yang mengetahui sendiri menjelaskan sebelum ada sosialisasi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti kukang jawa dan BKSDA Kabupaten Garut yang ada di desa tersebut, mereka sudah melihat atau bertemu langsung dengan hewan tersebut. Namun awalnya mereka mengira bahwa satwa yang mereka lihat itu adalah sejenis monyet dan belum mengetahui nama dari satwa yang mereka lihat itu. Setelah adanya sosialisasi, mereka akhirnya mengetahui bahwa satwa yang pernah mereka lihat itu adalah kukang jawa.

Gambar 5 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang perilaku kukang jawa

Hasil dari gambar 5 menjelaskan bahwa sebagian responden melihat kukang jawa yang sedang diam atau karena sedang merasa takut saat melihat manusia, seperti yang dijelaskan oleh salah satu responden sebagai berikut:

Kukang jawa itu hidup liarnya di malam hari, saat manusia pada tidur. Jadi kalau bertemu manusia di siang hari, kukang jawa itu akan malu atau takut, yaaa ngumpat gitu. Takut diganggu sama manusia” (Pak Ol)

Gambar 6 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang tempat bertemu dengan kukang jawa

2% 2% 16% 53% 2% 6% 19% makan tanaman merusak tanaman memakan serangga diam saja menyerang orang

menyerang kukang jawa

berjalan di pohon kaliandra merah dan pohon jengjen

17% 5% 42% 9% 9% 18% kebun sayur kebun buah hutan bambu halaman rumah pasar hewan

pohon kaliandra dan pohon jengjen

Dilihat dari gambar 6, terdapat 42 persen responden yang bekerja di hutan bambu dan mereka menemukan kukang jawa, sedangkan 17 persen responden yang bekerja di kebun sayur juga menemukan hewan tersebut. Responden menjelaskan saat hewan tersebut ditemukan, kegiatannya ada yang sedang mencari serangga di kebun sayur, di pohon Kaliandra dan pohon Jengjen, serta ada juga yang sedang diam. Keberadaan habitat kukang jawa terletak di sekitar hutan yang dekat dengan kebun warga sehingga membuat hewan tersebut kerap kali datang ke lahan pertanian untuk mencari makan. Makanan yang dicari yaitu semua jenis serangga, burung kecil, kadal, mamalia kecil, telur burung, sari bunga Kaliandra, dan getah pohon Jengjen.

Gambar 7 Persentase responden berdasarkan pengalaman diserang kukang jawa Berdasarkan gambar 7, dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden (94%) menjawab belum pernah diserang kukang jawa. Sementara itu, mereka mengetahui hewan ini tidak akan menyerang manusia apabila tidak diganggu. Adapun responden yang menjawab pernah diserang kukang jawa berpendapat bahwa ia belum mengetahui informasi tersebut, dan sebelum diserang, ia memegang hewan tersebut saat sedang bekerja di hutan bambu.

Gambar 8 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang kukang jawa masuk ke lahan pertanian responden

Berdasarkan gambar 8, dapat diketahui sebanyak 40 persen responden menjawab bahwa kukang jawa pernah masuk ke lahan pertanian mereka, hal ini karena lahan pertanian mereka berada di sekitar hutan bambu. Pada umumnya mereka memiliki kebun sayur seperti kol, wortel, tomat, kacang, dan jenis sayuran lain. Selain itu, responden yang lainnya menjawab kukang jawa tidak pernah datang ke lahan pertanian mereka karena letaknya cukup jauh dari hutan bambu.

Gambar 9 menunjukkan bahwa hampir semua responden (91%) menjawab kukang jawa belum pernah masuk ke pekarangan mereka. Selain itu, sisanya

6% 94% pernah belum pernah 40% 60% pernah belum pernah

menjawab pernah masuk ke pekarangan mereka. Salah satu responden berpendapat bahwa ia melihat kukang jawa berada dalam karung di pekarangannya dan keadaan terikat karena mungkin ada seseorang yang ingin memburu hewan tersebut.

Gambar 9 Persentase responden berdasarkan pengalaman tentang kukang jawa masuk ke pekarangan responden

Keadaan Kerja

Desa Cipaganti merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Garut yang terletak tidak jauh dari Gunung Papandayan, Gunung Cikuray, dan Gunung Puntang. Keadaan lahan di desa tersebut umumnya telah dipadati oleh pemukiman warga yang tidak sedikit mereka gunakan sebagai tempat usaha. Selain pemukiman warga yang padat, di desa tersebut juga memiliki luas penggunaan lahan yang terdiri dari luas lahan persawahan, kebun sayur, kebun buah, dan jenis tanaman lainnya.

Para petani umumnya memiliki lahan garapan dengan macam-macam jenis hasil pertanian. Tidak sedikit warga yang tidak memiliki lahan pertanian, bekerja sebagai petani dan bekerja sebagai buruh tani. Hasil pertanian yang diproduksi, digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari atau dijual kepada para tengkulak. Untuk satu jenis lahan pertanian yang ditanam oleh petani biasanya berkisar antara 1 tumbak atau sebesar 16 meter sampai 3 tumbak. Petani yang menanam berbagai macam hasil pertanian, biasanya memiliki lahan pertanian tersebut lebih dari 3 tumbak. Seperti yang dijelaskan ibu MR (70 tahun) yang berprofesi sebagai petani sekaligus pemilik lahan sebagai berikut:

Saya punya lahan produksi dengan jumlah total sebesar 340 tumbak yaitu beberapa jenis sayur dan kebun teh (Bu MR)

Keberadaan kukang jawa di Desa Cipaganti memang sudah lama diketahui oleh masyarakat, terlebih lagi karena habitat kukang jawa seperti hutan bambu yang letaknya tidak jauh dengan lahan pertanian warga, membuat hewan tersebut kerap kali datang untuk mencari makan berupa serangga, burung kecil, telur burung, getah pohon Jengjen (Albazia falcataria), dan sari bunga dari pohon Kaliandra merah (Calliandra haematocephala), atau untuk melakukan aktivitas lain. Lahan pertanian yang difungsikan oleh warga setempat pada umumnya dijadikan sebagai sumber mata pencaharian ini antara lain kebun sayuran seperti wortel, labu, kol, capcai, cabai, tomat, kacang-kacangan, teh, serta perkebunan tidak sedikit juga buah-buahan seperti jambu, jeruk, pisang, kesemek, dan lainnya.

9%

91%

pernah belum pernah

Selain hutan bambu, ada juga pohon-pohonan yang digunakan oleh kukang jawa untuk melintas, makan, istirahat, dan melakukan aktivitas lainnya yaitu seperti Calliandra haematocephala atau yang dikenal pohon Kaliandra merah, Toona sureni atau yang dikenal dengan sebutan pohon Suren, Melaleuca leucadendra atau yang dikenal dengan pohon Kayu Putih, dan Albazia falcataria yang masyarakat desa biasa menyebutnya dengan sebutan pohon Jengjen atau pohon Sengon.

PERSEPSI MASYARAKAT DESA CIPAGANTI TENTANG

Dokumen terkait