• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL DESA CIPAGANTI, KECAMATAN CISURUPAN, KABUPATEN GARUT

Gambaran Umum Lokasi Letak dan Luas Wilayah

Secara administratif, Desa Cipaganti merupakan salah satu Desa pada Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah sebesar ± 414.65 Ha. Adapun batas wilayah Desa Cipaganti menurut data sekunder dari dokumen Kantor Desa Cipaganti, sebagai berikut :

Tabel 1 Batas Wilayah Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011

Arah Batas Desa

Sebelah utara Berbatasan dengan Desa Pangauban Sebelah selatan Berbatasan dengan Desa Sirnajaya Sebelah barat Berbatasan dengan Desa Pamulihan

Sebelah timur Berbatasan dengan Kehutan Kabupaten Bandung

Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut

Desa Cipaganti memiliki jarak 7 km ke ibu kota kecamatan dengan waktu tempuh 34 menit menggunakan sepeda motor, 2 jam jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non motor. Jarak ke ibu kota kabupaten/kota sekitar 20 km, lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan menggunakan kendaraan bermotor yaitu 1 jam, sedangkan lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor yaitu 3 jam. Jarak dari Desa Cipaganti ke ibu kota provinsi yaitu 80 km dengan lama jarak 3 jam bila menggunakan sepeda motor dan lama jarak dengan tidak menggunakan motor atau berjalan kaki yaitu 13 jam.

Iklim

Keadaan iklim di lokasi penelitian menurut data sekunder dari Kantor Desa Cipaganti menyatakan bahwa Desa Cipaganti memiliki curah hujan 3540 milimeter per tahun. Temperatur udara rata-rata harian 18 derajat celcius. Desa Cipaganti memiliki jumlah bulan hujan yaitu 6 bulan pada bulan antara bulan Agustus sampai bulan Januari.

Luas Wilayah Menurut Pemanfaatannya

Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat menggunakan wilayah tegal/ladang yang ditanami ubi, jagung, dan sebagainya dengan tidak diari. Sebagian responden juga menggunakan wilayah di Desa Cipaganti sebagai tempat pemukiman. Letak pemukiman yang dibangun oleh warga memiliki jarak yang berdekatan bahkan tidak sedikit warga yang membangun rumahnya berdampingan dengan rumah warga yang lainnya. Pemukiman warga di desa ini pada umumnya masih berupa pemukiman tradisional dengan menggunakan bilik bambu sebagai dinding rumahnya, lantai yang tidak keramik, dan genteng berwarna merah yang masih tradisional, beberapa rumah juga terlihat masih

menggunakan wc tradisional yang berada di luar rumah tepatnya diatas kolam ikan serta masih menggunakan sumber mata air langsung dari gunung. Selain itu, perkebunan yang berada disana digunakan oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian mereka.

Tabel 2 Luas wilayah menurut pemanfaatan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011

Luas Hektar (Ha)

Kantor Desa Cipaganti 0.40

Bangunan sekolah/perguruan tinggi 0.54

Pemukiman 100.54 Pekarangan 37.00 Perkebunan 70.08 Tegal/ladang 178.28 Hutan lindung 7.78 Persawahan 10.62 Tanah Desa 9.41 Total luas 414.65

Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut

Tabel 3 Luas pemanfaatan lahan menurut komoditi tanaman pangan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011

Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat menggunakan lahan perkebunan untuk menanami wortel dan kentang, hal ini dapat dilihat juga dari suhu, tanah dan kelembaban di daerah Desa Cipaganti yang sesuai untuk ditanami wortel dan kentang yang dijadikan penghasilan bagi masyarakat.

Tabel 4 menunjukkan bahwa luas perkebunan buah yang hasilnya digunakan sebagai usaha yaitu jeruk, pisang dan jambu. Jeruk yang ditanaman di daerah ini diantaranya termasuk jeruk limau dan jeruk nipis sedangkan jambu yang ditanam di daerah ini diantaranya jambu air dan jambu klutuk.

Komoditi (Tanaman pangan) Hektar (Ha)

Kacang-kacangan 1.4 Padi ladang 1.6 Umbi-umbian 9.1 Jagung 0.5 Kentang 15.0 Wortel 20.0 Tumpang sari 7.0 Total 54.6

Tabel 4 Luas perkebunan buah-buahan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011

Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut

Keadaan Masyarakat Desa Cipaganti Demografi dan Kependudukan

Menurut data Kantor Desa Cipaganti pada tahun 2011, tingkat kepadatan penduduk di desa tersebut secara geografis cukup tinggi dengan jumlah penduduk sebanyak 4.336 orang. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan.

Tabel 5 Jumlah masyarakat berdasarkan jenis kelamin di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten 2011

Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut

Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011

Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat di Desa Cipaganti bekerja di bidang pertanian. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah masyarakat

Luas Hektar (Ha)

Jeruk 3.6 Alpukat 1.7 Mangga 0.1 Pepaya 0.7 Pisang 2.4 Jambu 2.4 Nangka 1.9 Nenas 0.1 Total 12.9

Jenis kelamin Jumlah (orang)

Laki-laki 2.188

Perempuan 2.148

Total 4.336

Jenis Pekerjaan Laki-laki (orang) Perempuan (orang)

Petani 421 75 Buruh tani 379 531 PNS 19 11 Swasta 25 16 Wiraswasta 63 54 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 4 1 Total 911 688

yang bekerja sebagai petani dan buruh tani. Hampir semua luas lahan disana merupakan lahan pesawahan kering, ladang, serta perkebunan yang digunakan untuk bekerja menanam sayur dan buat.

Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk usia 18 sampai 56 tahun berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Usia 18-56 tahun Jumlah penduduk

L P

Tidak tamat SD 293 340 633

Tamat SD 611 719 1330

Tidak tamat SLTP 15 - 15

Tamat SLTP 276 234 510

Tidak tamat SLTA 19 6 25

Tamat SLTA 221 126 347

Perguruan Tinggi 24 13 37

Total 2897

Sumber: Dokumen Kantor Desa Cipaganti, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut

Aspek lainnya yang dapat menggambarkan kondisi sosial Desa Cipaganti adalah tingkat pendidikan. Tabel 7 menunjukkan bahwa masyarakat Desa Cipaganti pada umumnya memiliki tingkat pendidikan rendah. Hal ini dapat terlihat dari keadaan sosial di desa tersebut yang masih menganggap bahwa bekerja menjadi petani atau buruh tani lebih penting dibandingkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Namun ternyata masih banyak juga responden yang memiliki tingkat pendidikan yang baik yaitu tingkat SLTP bahkan hingga ke tingkat SLTA.

Kukang jawa dan Instansi terkait di Desa Cipaganti

Kukang jawa merupakan salah satu hewan yang terdapat di Desa Cipaganti. Hewan yang dikenal masyarakat dengan nama Muka ini sudah ada sejak dulu bahkan warga yang dianggap sesepuh juga tidak tahu sejak kapan kukang jawa telah ada di desa tersebut. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada responden dan informan, ternyata tidak ada seorang pun yang tahu sejak kapan hewan ini ada di Desa Cipaganti, mereka mengenalnya pun dari sejak adanya tim peneliti kukang jawa yang datang dan dari sosialisasi yang dilakukan oleh tim peneliti tersebut dengan Pemerintah Daerah setempat. Semua responden yang tahu menjelaskan tentang awal mula mengetahui kukang jawa, pada umumnya mereka berpendapat sebelum adanya sosialisasi yang dilakukan, mereka sudah pernah melihat bentuknya, tapi tidak ada seorang pun yang tahu nama dari hewan tersebut. Namun sekarang mereka sudah mengetahui bahwa hewan yang dianggap mistis oleh mereka itu bernama kukang jawa.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tentang cara hidup kukang jawa di Desa Cipaganti, ternyata dapat diketahui bahwa kukang jawa jarang sekali terlihat sedang berjalan di tanah, semak, dan di area pesawahan. Umumnya peneliti melihatnya saat sedang berada di kebun bambu dan pepohonan

yang ada di daerah perkebunan warga. Kukang jawa memiliki pergerakan yang lambat seperti pada saat berjalan di batang pohon bambu, berjalan di pohon Kaliandra dan pohon Jengjen, namun bila sedang merasa terancam biasanya pergerakannya menjadi lebih cepat. Bila merasa terancam karena aktivitas manusia, tidak sedikit orang diserang dengan cara menggigit dan bahkan sampai mengeluarkan racun.

Keberadaan kukang jawa di Desa Cipaganti sekarang ini sudah semakin populer karena semakin banyak tim peneliti asing yang datang untuk meneliti bahkan melakukan sosialisasi tentang kukang jawa kepada masyarakat. Para informan yang berasal dari tim peneliti, aparat Desa, dan Polisi Hutan menjelaskan bahwa dengan adanya mitos, baik untuk mencegah adanya perburuan yang dilakukan oleh masyarakat, dengan tidak mengganggu disadari bahwa ternyata masyarakat setempat telah merasakan manfaat dengan adanya mitos tersebut yaitu membiarkan kukang jawa di alam karena dapat berfungsi sebagai pengontrol serangan serangga di lahan pertanian sehingga petani dapat mengasilkan produksi pertanian yang baik.

Populasi kukang jawa yang ada disana sekitar lebih dari 54 ekor namun yang sudah diteliti sebelumnya yaitu sebanyak 15 ekor. Tim peneliti yang berasal dari Nocturnal Primatae Research Group dari Oxford Brookes University sudah melaksanakan penelitian kukang sejak tahun 1993, namun tim tersebut baru menetap di Desa Cipaganti sekitar tahun 2011. Proyek ini merupakan proyek konservasi terpanjang di dunia kukang di bawah naungan penelitian Nocturnal Primatae Research Group dari Oxford Brookes University. Tujuan dari proyek ini yaitu untuk menyelamatkan kukang dari kepunahan melalui lebih banyak belajar tentang ekologi dan menggunakan informasi untuk mendidik masyarakat lokal dan aparat penegak hukum, yang mengarah empati serta pemberdayaan, dimana orang-orang di negara yang terdapat kukang dapat merasakan manfaat itu sendiri. Hal ini dilakukan melalui pendidikan, media dan lokakarya serta program kelas3.

Sosialisasi yang dilakukan di Desa Cipaganti ini sudah dilakukan proyek sebanyak lebih dari 5 kali, salah satunya yang dilakukan di Cikananga, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 15 sampai dengan 16 Januari 2013. Proyek ini juga bekerja sama dengan BKSDA Garut. Seperti yang dijelaskan oleh informan yang merupakan seorang Polisi Hutan di Gunung Papandayan, yaitu Bapak Rak sebagai berikut :

yang dilakukan BKSDA Garut yaitu sosialisasi dengan cara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dan anak- anak sekolahan SD, SMP” (Pak Rak)

BKSDA Garut merupakan Instansi Kementrian Kehutanan yang membidangi KSDA dan Ekosistemnya baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Hutan yang berada di Desa Cipaganti merupakan cagar alam Gunung Papandayan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 226/Kpts-II/ 1990 tanggal 8 Mei 1990, CA 6807 Ha TWA 225 Ha.

Flora yang terdapat di daerah tersebut umumnya didominasi oleh pohon Suagi (Vaccinium valium) dan Edelweis (Anaphalis javanica), sedangkan bentuk

3

vegetasi lainnya adalah Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanopsis argentea), Kihujan (Engelhardia spicata), Jamuju (Podocaspus imbricatus), Pasang (Quercus sp), Manglid (Magnolia glauca), pohon Kaliandra merah (Calliandra haematocephala), dan pohon Sengon (Albazia falcataria) yang masyarakat desa biasa menyebutnya dengan sebutan pohon Jengjen. Satwa liar yang terdapat di daerah ini diantaranya Babi Hutan, Anjing Hutan, Kucing Hutan, Trenggiling, Kijang, Lutung, Musang, Kukang jawa, Kutilang, dan lain-lain.

Dokumen terkait