• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.6. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar berusia 6 sampai dengan 12 tahun. Pada usia tersebut siswa berada pada tahap operasional kongkret. Selama tahap ini siswa mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda kongkret untuk

menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu digunakan media-media nyata dengan model pembelajaran sesuai sehingga siswa mudah memahami materi dan mudah dalam aplikasi materi karena siswa merasakan sendiri alur pengetahuan yang dikemas dalam materi pelajaran IPA tersebut.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya. Karena anak yang berada di sekolah dasar masih tergolong anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan masa bagian pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru. Setiap individu berkembang menuju kedewasaaan dan mengalami adaptasi dengan lingkungannya. Perkembangan yang terjadi pada masing-masing individu berlangsung terus-menerus dengan diimbangi perubahan daya pikir dan kekuatan mental, individu yang berbeda usia akan berbeda pula cara pikir dan juga kekuatan mentalnya. Begitu pula hubungannya dengan motivasi dan aktivitas belajarnya. Tentunya setiap siswa juga memiliki motivasi dan aktivitas belajar yang berbeda. Karena masing-masing siswa memiliki ciri khas, yang menunjukan keunikan-kenunikan dari masing-masing individu. Menurut Sumantri (2005) dalam Susanto (2013: 71) pentingnya mempelajari perkembangan peserta didik bagi guru, sebagai berikut:

(2) Pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu pada seorang anak.

(3) Pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.

(4) Dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri.

Peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar tergantung pada tahap perkembangannya. Peserta didik yang berbeda usia akan berbeda pula cara pikir dan juga kekuatan mentalnya. Piaget dalam Isjoni (2010: 36) membagi perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap yaitu: (1) Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), (2) Tahap pra-operasional (umur 2-7 tahun), (3) Tahap operasional konkret (umur 7-12 tahun), (4) Tahap operasional formal (umur 12-18 tahun).

Dilihat dari tahap perkembangan kognitif yang diutarakan Piaget, siswa sekolah dasar termasuk dalam tahap operasional konkret. Dalam tahap operasional konkret anak-anak mampu berpikir operasional. Mereka dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya.

Rifa’i dan Anni (2011: 68) menyebutkan ciri-ciri usia sekolah dasar yaitu, orang tua menyebut masa ini sebagai usia yang menyulitkan karena anak pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya sehingga sulit bahkan tidak mau lagi menuruti perintah orang

tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan terhadap pakaian dan benda-benda miliknya, sehingga orang tua menyebutnya usia tidak rapi. Anak tidak terlalu memperdulikan penampilannya. Mereka cenderung ceroboh, semaunya, dan tidak rapi dalam memelihara kamar dan barang-barangnya. Pada masa ini, anak juga sering kelihatan saling mengejek dan bertengkar dengan saudara-saudaranya sehingga orang tua menyebutnya sebagai usia bertengkar.

Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai usia kritis dalam dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi membentuk kebiasaan pada anak untuk mencapai sukses ini cenderung menetap hingga dewasa.

Psikolog perkembangan anak memberi sebutan anak pada masa ini sebagai usia berkelompok. Pada usia ini perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena itu, anak ingin dan berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang disepakati dan berlaku dalam kelompok sehingga masa anak ini disebut juga usia penyesuaian diri. Anak berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang berlaku dalam kelompok, misalnya dalam berbicara, penampilan dan berpakaian, dan berperilaku. Periode ini juga disebut usia kreatif sebagai kelanjutan dan penyempurnaan perilaku kreatif yang mulai terbentuk pada masa anak awal.

Kecenderungan kreatif ini perlu mendapat bimbingan dan dukungan dari guru maupun orang tua sehingga bekembang menjadi tindakan kreatif yang positif dan orisinal, tidak negatif dan sekedar meniru tindakan kreatif orang atau anak yang lain.

Karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu; (1) senang bermain, (2) senang bergerak, (3) senang bekerja dalam kelompok, (4) senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Karakteristik yang pertama yaitu senang bermain, hal ini menuntut guru sekolah dasar untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan, terutama para siswa kelas rendah. Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, maka guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Karakteristik yang ketiga ialah anak senang bekerja dalam kelompok. Dalam begaul dengan teman sebayanya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti belajar menemui aturan kelompok, belajar setiakawan, belajar untuk tidak bergantung pada orang dewasa, belajar bekerjasama, belajar menerima tanggung jawab, dll. Dengan karakteristik tersebut, seharusnya seorang guru merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Karakteristik yang keempat adalah senang merasakan sesuatu atau memperagakan sesuatu secara langsung. bagi anak usia sekolah dasar, penjelasan guru tentang materi pelajaran kan lebih dipahami jika anak melaksanakan atau merasakan sendiri. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang

memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Perilaku atau sikap adalah aspek yang paling dominan dalam diri anak. Dengan memahami karakteristik siswa diatas, guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat. Dalam penelitian ini memfokuskan pada karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bekerja dalam kelompok, senang melakukan secara langsung. Wynne Harlen (1987) dalam Hendro dan Jenny (1993: 7) juga menjelaskan salah satu sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia sekolah dasar adalah cooperation (kerjasama), sehingga model pembelajaran yang digunakan harus dapat mengembangkan sikap kerjasama siswa yang satu dengan siswa yang lain. Dari pernyataan tersebut guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan karakater siswa yang suka bekerja kelompok dan melakukan pengamatan secara langsung. Dalam hal ini model Group Investigation sangat sesuai untuk pengembangan sikap tersebut karena dalam pelaksanaannya siswa belajar sambil bermain dan melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman sekelompoknya dan menemukan sendiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Dokumen terkait