• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan pengertian tersebut tampak bahwa pendidikan tidak hanya mencerdaskan secara kognitif (pengetahuan) tetapi juga secara afektif (sikap) yang membentuk kepribadian serta psikomotor (keterampilan) yang diperlukan dalam hidup siswa. Ahmadi, H. Abu. dan Nur Uhbiyati (2003: 70), pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. Uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pemerintah atau warga masyarakat dalam suatu bangsa guna menghasilkan generasi yang sadar, terdidik, dan berkarakter demi kemajuan bangsa itu sendiri.

Sedangkan tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekertinya. Sehingga dia dapat mencapai puncak kesempurnaannya dan berbahagia hidupnya lahir batin. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, sebab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat, sekolah, dan pemerintah. Orang tua dan masyarakat juga berperan dalam membimbing anak menuju kedewasaan dan menjadi manusia seutuhnya. 2.1.2. Pengertian Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran

Kegiatan belajar, mengajar, dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh. Ketiga kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Berikut ini merupakan penjabaran tentang belajar, mengajar, dan pembelajaran.

2.1.2.1. Belajar

Belajar merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berbagai pendapat untuk menjelaskan pengertian belajar telah dilontarkan para ahli. Cronbach dalam Suprijono (2013: 2), Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.

Maknanya bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Gagne dalam Siregar dan Nara (2014: 4) Learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.

Robbins dalam Trianto (2012: 15) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Makna belajar di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari

dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Menurut Slameto (2013: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan seseorang sehingga mengalami perubahan sebagai hasil pengalaman interaksinya dengan lingkungan yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar menurut Slameto (2013: 3-5) yaitu sebagai berikut:

(1) Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

(2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar selanjutnya.

(3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

(4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, dan bersin tidak dapat digolongkan

sebagai perubahan dalam belajar. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan menetap.

(5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

(6) Perubahan mencakup seluruh aspek perilaku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

2.1.2.2. Mengajar

Menurut Howard dalam Slameto (2012: 32) mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations

(penghargaan) dan knowledge, sedangkan menurut Dequeliy dan Gazali dalam Slameto (2012: 30) mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Beberapa pengertian tentang mengajar, dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk membantu orang lain mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2.1.2.3. Pembelajaran

Belajar erat kaitannya dengan pembelajaran. Trianto (2012: 17) menjelaskan pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah suatu usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Winkel (1991) dalam Siregar dan Nara (2014: 12) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Senada dengan pengertian pembelajaran tersebut Briggs (1992)

dalam Rifa’i dan Ani (2011: 193) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah

seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi yang dilakukan secara verbal (lisan) dan nonverbal, seperti penggunaan media pembelajaran. Komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran memudahkan proses belajar siswa. Komunikasi tersebut memberikan sejumlah informasi yang diperlukan siswa dalam belajar yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.

Rifa’i dan Anni (2011: 194) menjelaskan pembelajaran dalam prosesnya

akan melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut, antara lain: (1) tujuan, (2) subjek belajar, (3) materi pelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) media pembelajaran, (6) penunjang, dan (7) evaluasi. Komponen-komponen tersebut membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran siswa sebagai subjek belajar sekaligus objek belajar mendapat bimbingan dari guru. Pembelajaran ini harus mempunyai tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan kurikulum sekolah.

Pembelajaran memerlukan perencanaan sebelum dilaksanakannya pembelajaran. Perencanaan pembelajaran itu meliputi tujuan yang hendak dicapai, materi pelajaran yang akan disampaikan, strategi pembelajaran yang tepat agar tujuan dapat tercapai, media pembelajaran yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, dan penunjang pembelajaran berupa fasilitas belajar yang berfungsi sebagai pelengkap serta mempermudah proses pembelajaran. Pemilihan alat evaluasi yang tepat juga menjadi hal penting dalam pembelajaran. Evaluasi dapat diberikan selama proses pembelajaran masih berlangsung untuk mengevaluasi proses pembelajaran maupun pada akhir pembelajaran untuk mengevaluasi hasil pembelajaran.

Dokumen terkait