• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Karakteristik Sosial

Responden yang dipilih pada penelitian ini adalah wisatwan yang melakukan aktivitas di pantai sanur. Responden diplih dengan purposive sampling. Responden dipilih secara sengaja dengan objek adalah wisatawan yang berasosiasi dengan lamun baik itu berenang, snorkeling, memancing ataupun

55

sekedar bermain disekitar padang lamun. Jumlah responden ini ditentukan dengan memakai rumus dari Yulianda et al (2010). Dari survei dan informasi yang didapat, jumlah pengunjung pada lokasi wisata itu berjumlah 1500 orang dan sekitar 135 orang yang beraktivitas di pantai. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 40 orang.

Dari responden ini beberapa data akan dianalisa sehubungan denganpengelolaan ekosistem lamun yang ada di pantai sanur. Selain data pribadi seperti umur, pendapatan, jumlah kunjungan, dan waktu kunjungan responden juga akan dinilai mengenai pengetahuan akan ekosistem lamun, apresiasi wiasatawan terhadap objek wisata yang ada, nilai estetika dari lamun, dan kesadaran akan konservasi ekosistem lamun.

Responden ini terdiri dari wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik. Usia rata-rata dari respoden berkisar 30 tahun dengan usia responden termuda 17 tahun dan tertua adalah 50 tahun. Jumlah keluarga yang datang kelokasi ini rata-rata berjumlah 4 orang, dengan pengeluaran rata-rata wisatawan perorang mencapai Rp 2.576.500. Pengeluaran ini terdiri dari transportasi, penginapan, makanan, tiket masuk, sewa sarana hiburan, dan lain-lain. Willingness to pay (WTP) seseorang terhadap suatu kawasan wisata dapat diestimasi berdasarkan total pengeluaran yang ia dihabiskan untuk mengunjungi kawasan wisata tersebut. Pengeluaran ekonomi tersebut mencerminkan “harga” (secara implisit) dari barang dan jasa yang disediakan oleh lokasi wilayah tersebut. Pengeluaran tersebut mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari biaya transportasi, tiket masuk lokasi wisata, penginapan, makanan dan minuman, dan lain – lain (Lipton DW et al 1995).

Walaupun mengeluarkan uang sebanyak itu wisatawan masih memiliki antusias yag tinggi untuk datang berkunjung ke lokasi ini, hal ini diperlihatkan dari data rata-rata jumlah kunjungan yang mencapai dua kali per tahun dengan waktu kungjungan rata-rata selama 5 hari sampai 1 minggu.

G am ba r 13. P et a S eb ar an L am un da n S eba ran B iot a di P ant ai S anur

57

Apresiasi yang tinggi juga diperlihatkan wisatawan pada lokasi ini dengan perbandingan pengeluaran untuk biaya akomodasi ke tempat ini dibandingkan tempat lain. Sebelumnya telah diketahui bahwa pengeluaran rata-rata perorang untuk ada di kawasan pantai sanur adalah Rp 2.576.500, jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk berkunjung ke tampat lain rata-rata sebesar Rp 566.250, maka hal ini menggambarkan bahwa wisatawan rela mengeluarkan uang dengan jumlah besar hanya untuk menikmati keindahan pantai ini, hal serupa daada juga dari beberapa responden mengatakan bahwa tidak ada tempat lain yang dapat menayamakan situasi dan kondisi pantai sanur, kalaupun ada kunjungan ke tempat lain itu hanya sekali dalam setahun.

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method/TCM) merupakan metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi (recreational value) dari suatu lokasi atau objek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar (non market good or service). Teknik ini mengasumsikan bahwa pengunjung pada suatu tempat wisata menimbulkan atau menanggung biaya ekonomi, dalam bentuk pengeluaran perjalanan dan waktu untuk mengunjungi suatu tempat (Lipton DW et al. 1995 dalam Hutabarat dkk 2009).

5.4.1 Pendapatan wisatawan

Pendapatan wisatawan pada lokasi penelitian bervariasi dari Rp 500.000- Rp 1.000.000 per bulan, sampai diatas Rp 5.000.000. Untuk mempermudah intepretasi pendapatan wisatawan ini dikelompokan kedalam beberapa kelas. Jumlah responden tertinggi adalah wisatwan dengan total pendapatan Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 perbulan (42,5%) diikuti Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 perbulan (22,55%), Rp 500.000 - Rp 1.000.000 perbulan (22,55%), Rp 4.000.000 – Rp 5.000.000 perbulan (7,5%), dan yang terendah adalah wisatawan dengan pendapatan diatas Rp 5.000.000 (5%). Bervariasinya pendapatan wisatawan tidak berpengaruh terhadap antusias wisatawan untuk datang ke Pantai Sanur. Gambar selanjutnya akan memperlihatkan diagram pendapatan wisatawan. Gambar 14 di bawah menunjukkan grafik pendapatan wisatawan di pantai Sanur.

5.4.2 Persepsi wisatawan terhadap Pantai Sanur dan Ekosistem Lamun

Penilaian wisatwan terhadap objek wisata pantai sanur (gambar 15) dianalisa melalui wawancara dengan responden yang dipilih. 77,5% responden memiliki nilai yang posistif terhadap pantai sanur. Pantai sanur dikatakan sebagai pantai dengan panorama pantai terindah saat matahari mulai bersinar. Keindahan ini banyak dispresiasikan wisatawan dengan mengambil gambar saat sun rise, akan tetapi tidak semua wisatawan yang bernanggapan demikian karena 17,5% responden mengaanggap keindahan pantai sanur netral dalam pandangannya, dan 5% dari responden memiliki pandangan yang negatif terhadap pantai sanur. Alasan mereka memberi penilaian netral dan negatif dikarenakan kurang baiknya pengelolaan kawasan yang belum optimal. Berserakannya sampah dan hewan peliharaan seperti anjing, kucing, dan ayam, serta minimnya kebersihan WC dan kamar mandi membuat sebagian wisatawan memberikan penilaian yang kurang baik. Gambar berkut akan memperlihatkan tanggapan wisatawan terhadap kawasan wisata pantai sanur.

Gambar 14. Pendapatan wisatawan Pantai Sanur

59

Gambar diatas (gambar 16) menunjukan bagaimana tanggapan wisatawan terhadap ekosistem lamun yang ada di pantai sanur. 55% responden memiliki tanggapan yang positif terhadap nilai estetika padang ekosistem lamun. Beberapa responden yang memilik pengetahuan akan fungsi lamun kebanyakan memiliki apresiasi yang tinggi terhadap ekosistem ini, akan tetapi ada juga wisatwan yang memiliki pandangan lain terhadap ekosistem ini. 10% wisatwan mengatakan lamun adalah ekosistem yang biasa-biasa saja dan 35% mengatakn bahwa lamun hanya membawa tidak memiliki nilai estetika. Selanjutnya mengenai tanggapan responden tentang kehadiran lamun 65% merasa tidak terganggu dengan kehadiran lamun sedangkan 35%merasa terganggu dengan kehadiran lamun. Kebanyakan wisatawan mengeluhkan kehadiran lamun saat berenang karena dapat mengganggu penglihatan dan dapat mengakibatkan alergi. Selain itu saat air surut pada ekosistem ini banyak terlihat sampah yang berasal dari daratan. Gambar selanjutnya akan memperlihatkan tanggapan wisatawan terhadap kehadiran lamun pada daerah wisata ini (Gambar 17).

Gambar.16 Persepsi Wisatawan Terhadap Nilai Estetika Padang Lamun

5.4.3 Persepsi Wisatawan Terhadap Fungsi Ekosistem lamun

Pada gambar selanjutnya (gambar 18) menggambarkan pengetahuan wisatawan terhadap fungsi dari ekosistem lamun. 57% dari responden ternyata sudah mengtahui fungsi ekosistem lamun walaupun tidak semua fungsi yang mereka ketahui. Kebanyakan dari responden mengaangap lamun adalah tempat tinggal ikan dan biota lainnya, sedangkan untuk fungsi fisik dan kimia wisatawan secara umum kurang memahaminya. Hanya 42,5% responden yang tidak memahami fungsi lamun. Kebanyakan responden ini menganggap lamun adalah pengganti ilalang yang ada didaratan yang keberadaannya hanya mengganggu dan kurang memiliki nilai tambah.

%

- %

5.4.4 Persepsi Wisatawan Terhadap Konservasi Lamun

Wisatawan dengan pengetahuan yang baik akan ekosistem padang lamun kebanyakan memilih untuk melakukan upaya konservasi terhadap ekosistem ini. Masyarakat mulai akan arti penting dari kehadiran ekosistem ini. Bahkan beberapa responden menyarankan agar adanya biaya konservasi khusus dari karcis masuk kawasan ini, atapun pajak khusus konservasi. Akan tetapi beberapa reaponden memiliki pandangan yang berbeda, 25% responden menagtakan bahwa upaya konservasi terhadap ekosistem lamun adalah tindakan yang tidak diperlukan mengingat ekosistem ini tidak memiliki nilai ekonomi ataupun estetika (gambar 19). Pandangan yang berbeda ini biasanya adalah tanggapan dari responden yang belum mengetahui akan fungsi ekosistem lamun. Dengan informasi mengenai ekosistem ini mendatang diharapkan pandangan dan pengetahuan orang akan fungsi lamun terus membaik agar ekosistem masih bisa tumbuh dan berkembang semestinya.

61

%

%