• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

7.1. Karakteristik Umum Responden

Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh pembiayaan dengan alokasi kebutuhan sektor agribisnis. Adapun jumlah responden adalah sebanyak 40 orang yang berasal dari tiga wilayah, yaitu Kecamatan Dramaga, Taman Sari, dan Rumpin. Responden dibagi menjadi dua jenis usaha, yaitu on-farm dan off-farm. Jenis usaha on-farm terdiri dari petani sebanyak 26 orang (65 persen) dan peternak sebanyak 6 orang (15 persen), sedangkan jenis usaha off-farm terdiri dari pedagang sebanyak 7 orang (17,5 persen), dan 1 orang pelaku industri rumah tangga (2,5 persen).

Responden dengan jenis usahatani mayoritas menanam padi, jagung, umbi-umbian, dan sayur-mayur seperti bayam dan kangkung, sedangkan peternak umumnya memiliki ternak pembesaran kambing dan budidaya ikan yaitu ikan gurame, ikan bawal, dan ikan mas. Adapun responden dengan usaha dagang memiliki usaha penjualan daging ayam segar dan sayur-mayur, sedangkan responden dengan usaha industri rumah tangga memiliki usaha pembuatan dan penjualan kripik singkong.

Tabel 12. Jumlah dan Proporsi Responden KBI Menurut Jenis Usaha Tahun 2012 Jenis Usaha Jumlah Responden

(orang) Proporsi (%)

On-farm Petani 26 65,0

Peternak 6 15,0

Off-farm Pedagang 7 17,5

Industri Rumah Tangga 1 2,5

Total 40 100,0

Adapun beberapa karakteristik umum responden lainnya meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Usia anggota yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara 19 tahun hingga 66 tahun. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berada pada usia 26-36 tahun yaitu sebanyak 20 orang (50 persen), sedangkan responden

dalam rentang usia 37-47 tahun berjumlah 11 orang (27,5 persen). Proporsi responden terkecil adalah responden dengan usia 48-66 yaitu hanya berjumlah 4 orang (10 persen).

Tabel 13. Jumlah dan Proporsi Responden KBI Menurut Usia Tahun 2012 Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%)

19-25 5 12,5

26-36 20 50,0

37-47 11 27,5

48-66 4 10,0

Total 40 100,0

Jenis kelamin responden seluruhnya adalah wanita sesuai dengan ketentuan yang dimiliki oleh Koperasi Baytul Ikhtiar. Hal tersebut dikarenakan sistem Grameen Bank yang memang memiliki sasaran anggota layanan berjenis kelamin wanita. Oleh karena itu, anggota layanan Koperasi Baytul Ikhtiar tidak ada yang berjenis kelamin pria. Selain usia dan jenis kelamin, terdapat pula karakteristik umum responden lainnya yaitu tingkat pendidikan. Berdasarkan Tabel 14, tingkat pendidikan responden terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tidak tamat SD, SD, dan SLTP/sederajat. Responden yang tidak menamatkan pendidikan SD berjumlah 13 orang (32,5 persen), sedangkan responden yang mendominasi adalah responden yang berpendidikan sampai dengan SD/sederajat dengan jumlah 23 orang (57,5 persen), dan sisanya adalah responden yang telah menempuh pendidikan hingga tingkat SLTP/sederajat sebanyak 4 orang (10 persen).

Tabel 14. Jumlah dan Proporsi Responden KBI Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%)

Tidak Tamat SD 13 32,5

SD/sederajat 23 57,5

SLTP/sederajat 4 10,0

Total 40 100,0

67  7.2. Karakteristik Pembiayaan Responden Sektor Agribisnis

Berdasarkan hasil penelitian terhadap anggota Koperasi Baytul Ikhtiar, diperoleh karakteristik pembiayaan responden sektor agribisnis. Karakteristik anggota koperasi diidentifikasi melalui beberapa variabel yang dimiliki oleh masing-masing responden. Variabel-variabel tersebut meliputi lama keanggotaan, aset anggota, omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, frekuensi pembiayaan, jumlah pengajuan pembiayaan, dan jenis usaha. Karakteristik responden tersebut akan diterangkan pada Tabel 15 dengan pembagian perhitungan berdasarkan jenis usaha yang dijalankan.

Tabel 15. Analisis Parameter yang Mempengaruhi Pembiayaan Sektor Agribisnis KBI Tahun 2012

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 15, dapat dilihat beberapa karakteristik rata-rata yang dapat dideskripsikan dari variabel lama keanggotaan, aset anggota, omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, frekuensi pembiayaan, jumlah pengajuan pembiayaan, jenis usaha, dan jumlah pembiayaan yang diterima anggota. Oleh karena itu, data tersebut dapat menunjukkan adanya kecenderungan dari setiap jenis usaha agribisnis tersebut.

Hasil rataan di atas dapat menunjukkan adanya keterkaitan antara lama keanggotaan dengan frekuensi pembiayaan responden. Frekuensi pembiayaan responden untuk jenis usaha on-farm adalah 2,75 kali dalam 3 tahun dan untuk usaha off-farm adalah 2,12 kali dalam 1,88 tahun keanggotaan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin lama keanggotan responden, maka semakin tinggi pula frekuensi pembiayaan yang diterima. Hal ini pun sesuai dengan ketentuan Variabel On-Farm (N=32) Off-Farm (N=8) Rata-Rata

Lama Keanggotan (Thn) 3 1.88 2.28

Aset Anggota (Rp) 111.275.141 83.326.875 97.301.008 Omset Usaha (Rp/Tahun) 8.981.031 178.362.500 93.671.766 Pendapatan Bersih (Rp/Tahun) 3.735.206 26.739.000 15.237.103

Frekuensi Pembiayaan (Kali) 2,75 2,125 2,44

Jumlah Pengajuan Pembiayaan (Rp) 996.875 1.062.500 1.029.688 Jumlah Pembiayaan yang Diterima (Rp) 903.125 975.000 939.063

koperasi yang memberikan jangka waktu angsuran selama 50 pekan, yang artinya setiap satu tahun sekali anggota dapat mengajukan pembiayaan kepada koperasi.

Berdasarkan jumlah rata-rata aset responden, jenis usaha on-farm memiliki nilai rata-rata aset yang lebih besar daripada responden yang menjalankan usaha off-farm. Hal tersebut disebabkan responden sektor pertanian sebagian besar memiliki lahan usaha, sehingga nilai aset umumnya didominasi oleh nilai lahan tersebut. Adapun nilai lahan per meter persegi berkisar antara Rp 30.000,- hingga Rp 45.000,- di daerah Rumpin, sedangkan di daerah Taman Sari dan Dramaga mencapai Rp 50.000,- hingga Rp 75.000,- per meter persegi.

Berdasarkan data luas lahan pada Tabel 16, terdapat 22 responden yang memiliki lahan milik dari total 30 responden yang mengusahakan lahan pertanian. Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden pertanian memiliki lahan milik sebagai aset responden.

Tabel 16. Jumlah dan Proporsi Luas Lahan Milik dan Non Milik Responden Sektor Pertanian KBI Tahun 2012

Status Lahan Luas Lahan (m2) Jumlah Responden (Orang) Proporsi (%)

Milik <500 5 16,67 500-5000 14 46,67 5001-10000 2 6,67 >10000 1 3,33 Non Milik <500 1 3,33 500-5000 4 13,33 5001-10000 3 10,00 >10000 0 0,00 Total 30 100

Berkaitan dengan omset usaha, responden usaha on-farm memiliki nilai omset usaha yang lebih rendah daripada usaha off-farm per tahunnya. Rendahnya nilai omset tersebut disebabkan oleh perputaran modal usaha on-farm yang membutuhkan waktu hingga hitungan bulan, sehingga penjualan komoditi hanya dapat dilakukan dalam beberapa kali dalam satu tahun. Berbeda halnya dengan rata-rata omset yang diterima oleh responden usaha off-farm, dimana perputaran modal terjadi setiap hari sehingga total penjualan per tahun tergolong tinggi.

69  Nilai pendapatan bersih responden bergantung pada jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden. Pendapatan rumah tangga responden umumnya berasal dari keuntungan usahatani, perdagangan, upah sebagai buruh tani, gaji suami, hingga bantuan dari anak, sedangkan pengeluaran rumah tangga responden berkisar antara biaya dapur, biaya listrik, pulsa, kredit, arisan, bahan bakar kendaraan, renovasi rumah, dan lain sebagainya. Berdasarkan data tersebut, nilai pendapatan bersih per tahun yang diperoleh responden jenis usaha on-farm lebih kecil daripada jenis usaha off-farm. Hal ini disebabkan oleh responden usaha off-farm yang dapat memperoleh pendapatan usaha setiap hari karena adanya perputaran penjualan produk secara cepat, sedangkan rensponden usaha on-farm hanya memperoleh pendapatan usaha pada saat panen dan pada waktu penjualan komoditi berlangsung.

Jumlah pengajuan pembiayaan responden pada penelitian kali ini berkisar antara Rp 500.000,- sampai dengan Rp 3.000.000,-. Rata-rata jumlah pengajuan pembiayaan responden jenis usaha on-farm bernilai Rp 996.875,- sedangkan responden usaha off-farm memiliki rata-rata Rp 1.062.500,-. Pada umumnya, responden usaha on-farm mengajukan pembiayaan dengan peruntukan modal investasi pengadaan alat-alat pertanian dan modal tani, mulai dari bibit, pupuk, obat, sewa kerbau, dan upah tenaga kerja, sedangkan responden usaha off-farm memiliki peruntukan untuk modal pembelian komoditi yang akan diperdagangkan. Pada dasarnya, jumlah pengajuan ini bergantung pada kebutuhan tiap usaha responden. Selisih rata-rata jumlah pengajuan pembiayaan antara kedua jenis usaha pun tidak terlalu besar, walau responden dengan usaha off-farm memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi.

Jumlah pembiayaan yang diterima responden pun beragam sesuai dengan kisaran jumlah yang diajukan. Realisasi pembiayaan yang tertinggi adalah sebesar yaitu Rp 3.000.000,- dan pembiayaan terendah yang diterima adalah senilai Rp 500.000,-. Adapun nilai rata-rata yang diterima responden usaha on-farm bernilai Rp 903.125,- sedangkan responden dengan usaha off-farm memiliki rata-rata Rp 975.000,- artinya nilai rata-rata yang diterima responden off-farm lebih besar daripada responden dengan usaha on-farm.

Dokumen terkait