• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

J. Kesulitan Penelitian

1. Karateristik responden

Hasil penelitian ini didapatkan dari pengisian kuesioner dan wawancara langsung yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini. Sebelum mengisi kuisioner, terlebih dahulu responden mengisiinformed consentsebagai pernyataan kebersediaan untuk ikut serta dalam penelitian ini. Pada informed consent,

responden akan mengisi data diri yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah pengunjung apotek yang bersedia memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk menjadi subyek penelitian ini. Selain itu, data tersebut dapat digunakan untuk melihat gambaran karateristik responden. Oleh sebab itu, sebelum membahas jawaban hasil pengisian kuisioner dan wawancara responden, peneliti akan mendeskripsikan karateristik responden dalam penelitian ini.

Pada bagian pembahasan karateristik responden yang akan dibahas antara lain mengenai usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, frekuensi menggunakan sediaan sachet serbuk oral, frekuensi pembelian obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito, dan pernah atau tidaknya responden berkonsultasi dengan apoteker.

a. Usia responden

Gambar 6.Persentase Kelompok Usia Responden dalam Penelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito

Pada penelitian ini, usia responden termasuk dalam kriteria inklusi yang harus dipenuhi oleh pengunjung apotek untuk dijadikan responden. Usia responden

yang menjadi kriteria inklusi minimal berumur 17 tahun. Dilakukan pengelompokkan usia yang bertujuan untuk mengetahui distribusi persentase jumlah responden berdasarkan usia. Pengelompokkan dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi supaya didapatkan interval kelas, kemudian untuk batas bawah kelas pertama menggunakan data usia responden minimal.

Dilihat dari data yang dikumpulkan dari hasil kuisioner responden, usia responden termuda berusia 18 tahun sedangkan yang tertua berusia 75 tahun. Setelah itu, data tersebut dihitung menggunakan rumus frekuensi distribusi seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, yang mana didapatkan interval kelasnya adalah 9. Hasil pengelompokkan usia responden dapat dilihat pada gambar 7.

Pada gambar 7, menunjukkan rentang usia 27-34 tahun merupakan persentase jumlah responden terbesar yang selanjutnya diikuti oleh rentang usia 18-26 tahun dan 43-50 tahun. Hasil ini menunjukkan pada rentang usia 18-50 tahun paling banyak menggunakan sediaan sachet serbuk oral dibandingkan responden yang usianya lebih dari 50 tahun.

b. Jenis kelamin

Selain usia responden, yang termasuk kriteria inklusi lainnya adalah jenis kelamin. Penggolongan pada kriteria ini yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan merupakan kriteria inklusi untuk menjadi responden pada penelitian ini. Peneliti tidak membatasi pada kriteria jenis kelamin hanya pada laki-laki atau perempuan saja karena penggunaan sediaan sachet serbuk oral dapat digunakan

oleh pasien yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Gambar di bawah ini merupakan persentase kelompok jenis kelamin responden:

Gambar 7.Persentase Kelompok Jenis Kelamin Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek

Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

Dilihat dari gambar di atas yang lebih banyak menggunakan sediaan sachet serbuk oral adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki. Besarnya persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki dalam penggunaan sediaan sachet serbuk oral dibandingkan responden perempuan karena berdasarkan hasil wawancara responden laki-laki lebih banyak menyatakan bahwa pernah menggunakan suplemen makanan yang bentuk sediaannya sachet serbuk oral. c. Tingkat pendidikan

Pendidikan responden pada penelitian ini bervariasi diantaranya adalah SD, SLTP, SLTA, Diploma dan Sarjana. Melihat beragamnya tingkat pendidikan responden maka dalam penelitian ini tidak terdapat responden yang tidak mendapatkan pendidikan sama sekali. Hal ini berarti dengan mendapatkan pendidikan secara formal pada salah satu jenjang pendidikan SD hingga sarjana maka berpengaruh pada daya tangkap dan pemahaman akan pengetahuan, sikap

dan tindakan terhadap informasi terkait penggunaan sediaan sachet serbuk oral. Tetapi pada penelitian ini tidak bertujuan untuk menghubungan antara tinggkat pendidikan dan penggunaan sediaan sachet serbuk oral secara langsung.

Gambar 8.Persentase Tingkat Pendidikan Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek

Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

Dilihat dari hasil penelitian pada gambar di atas, menyatakan bahwa pada tingkat pendidikan SLTA merupakan persentase jumlah responden terbesar, selanjutnya diikuti oleh tingkat pendidikan sarjana. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi DIY tahun 2007 menyatakan bahwa persentase pendidikan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta yang paling tinggi adalah pada tingkat pendidikan SLTA sebesar 20,7%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan hasil RISKESDAS Provinsi DIY tahun 2007 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008).

d. Pekerjaan

Responden pada penelitian ini memimiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Peneliti tidak membatasi kriteria inklusi pada jenis pekerjaan tertentu dari

pengunjung apotek karena pada penelitian ini tidak bertujuan untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan sediaan sachet serbuk dengan suatu jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan yang didata oleh peneliti pada penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan distribusi pekerjaan responden.

Dari hasil kuisioner 48 responden, didapatkan data jenis pekerjaan responden yang beragam. Persentase dari keragaman jenis pekerjaan responden pada penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 9.Persentase Pekerjaan Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet

Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

Pada gambar di atas, terlihat beragam pekerjaan responden. Persentase pekerjaan yang terbesar adalah swasta, selanjutnya diikuti oleh ibu rumah tangga. Pada kelompok pekerjaan swasta meliputi beberapa pekerjaan yang oleh peneliti dikelompokkan ke dalam kelompok swasta yaitu dosen, guru, karyawan, tukang bersih-bersih, dan freelance.

Dari kedua kelompok pekerjaan responden yang persentasenya lebih besar dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya dapat dipahamai bahwa lebih banyak aktivitas yang membutuhkan kondisi tubuh yang fit dan energi tubuh yang mencukupi. Banyaknya aktivitas tersebut dapat menyebabkan responden mengalami kelelahan yang memudahkan tubuh terserang penyakit karena daya tahan tubuh menurun. Oleh karena itu, pada kelompok pekerjaan responden yang persentasenya besar, lebih banyak melakukan upaya pengobatan yang terlihat dari banyaknya jumlah responden yang menggunakan sediaan sachet serbuk oral. e. Frekuensi menggunakan sediaan sachet serbuk oral

Frekuensi penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung apotek di lihat dari baru pertama atau sudah berulang kali menggunaakan sediaan sachet serbuk oral. Melihat frekuensi penggunaan ini dapat diprediksikan jika responden sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral, diharapkan responden mengetahui dengan tepat dan jelas terkait penggunaan sediaan sachet serbuk oral. Hal ini tidak menjamin akan ketepatan dalam menggunakan sediaan sachet serbuk oral, sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut dengan menggunakan kuisioner dan wawancara untuk melakukan cross-chek terhadap penyataan dari responden.

Pada hasil penelitian didapatkan data frekuensi pengunaan sediaan sachet serbuk oral yang dilihat dari pernyataan responden mengenai baru pertama kali atau sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral. Persentase frekuensi penggunaan sediaan sachet serbuk oral dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 10.Persentase Frekuensi Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral oleh Responden Penelitian Evaluasi

Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito

Pada gambar di atas terlihat besarnya persentase responden yang sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral menunjukkan bahwa hampir semua responden sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral.

f. Frekuensi pembelian obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito Untuk mengetahui frekuensi pembelian obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito oleh responden dikelompokkan menjadi dua yaitu baru pertama kali atau sering membeli obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Hasil penelitian yang didapatkan adalah persentase kelompok responden yang sering membeli obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan responden yang baru pertama kali membeli obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito telah memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik dan dipercaya sehingga memiliki banyak pelanggan. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 11.Persentase Frekuensi Pembelian Obat oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan

Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

g. Pernah atau tidaknya responden berkonsultasi dengan apoteker

Gambar 12.Persentase Pernah atau tidaknya respondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. SardjitoBerkonsultasi dengan

Apoteker

Pada gambar di atas, didapatkan persentase responden yang tidak pernah berkonsultasi obat di apotek lebih besar dibandingkan persentase responden yang pernah berkonsultasi obat. Hasil ini menunjukkan bahwa banyaknya responden yang tidak pernah berkonsultasi lebih dari setengah jumlah responden.

Beberapa pendapat yang dinyatakan oleh responden yang tidak pernah berkonsultasi obat di apotek melalui wawancara antara lain: responden tidak bertanya karena sudah ada etiket yang tertera sehingga responden meyakini bahwa sumber informasi tentang obat yang tertera di etiket sudah lebih dari cukup, dapat dibaca dan dipahami sendiri oleh responden; responden membeli obat dalam kondisi tergesa-gesa sehingga merasa tidak perlu berkonsultasi tentang obat di apotek; kurangnya pengetahuan responden terhadap profesi apoteker sehingga seringkali responden lebih percaya atau yakin untuk melakukan konsultasi obat dengan dokter, mantri atau bidan; tidak adanya seragam khusus yang

menunjukkan seorang apoteker sehingga responden tidak dapat membedakan petugas apotek dengan apoteker; dan pemahaman responden tentang profesi apoteker adalah pertugas apotek yang hanya menyiapkan dan menyerahkan obat yang telah diresepkan oleh dokter.

Melihat dari beberapa pendapat yang diungkapkan oleh responden pada paragraf diatas maka dapat menjadi alasan dari besarnya persentase responden yang tidak pernah berkonsultasi obat di apotek.

2. Hasil kuisioner dan wawancara responden mengenai penggunaan

Dokumen terkait