• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral pada pengunjung apotek pelengkap kimia farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Juni-Juli 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral pada pengunjung apotek pelengkap kimia farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Juni-Juli 2010 - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Sartika Indriyani Salouw NIM : 078114016

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)

In Faculty of Pharmacy

By:

Sartika Indriyani Salouw NIM: 078114016

FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)

iii

PELENGKAP KIMIA FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE JUNI-JULI 2010

Skripsi yang diajukan oleh : Sartika Indriyani Salouw

NIM: 078114016

telah disetujui oleh:

(4)
(5)

v

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN

( Yeremia 17:7)

“Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah mendendam, tak pernah membalas dendam. Dimana ada

cinta di situ ada kehidupan; manakalah kebencian membawa kepada kemusnahan” (Mahatma Ghandi)

(6)
(7)
(8)

viii

berkat dan rahmatNya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni-Juli 2010”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami permasalahan, kesulitan, suka dam duka. Namun dengan adanya dukungan, perhatian dan semangat dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Manager Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito dan Manager Apotek Kimia Farma Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito dan membantu dalam proses penelitian ini

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini.

3. Rita Suhadi, M.Si., Apt. sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberi dukungan, perhatian, semangat dan bimbingan dalam mengarahkan penulis dari awal hingga selesai pembuatan skripsi ini.

(9)

ix

Dharma yang telah memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan melalui materi kuliah kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

7. Ibu Dian Shintari, S.Si, Apt; Ibu Gina Arifah S.Farm, Apt; Ibu Sari Rahmawati, S.Farm, Apt, selaku apoteker yang bertugas dan seluruh staf Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito yang telah memberikan dukungan dan bekerja sama selama penelitian berlangsung.

8. Semua pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito periode Juni – Juli 2010 yang telah bersedia kerjasama dengan peneliti sebagai subyek penelitian.

9. Orang tuaku tercinta Bapak Johanis Onisimus Salouw dan Ibu Afliana Bertha Nange, SH yang telah memberikan kasih sayang, cinta, dukungan dan perhatian yang tak kunjung henti hingga penulis bisa mnyelesaikan skripsi ini.

10. Adikku Lucky Mario Salouw tercinta yang telah memberikan dukungan dan perhatian bagi penulis.

11. Yohanes Dipo Noto, yang selalu memberikan semangat, inspirasi, dukungan, dan selalu setia menemani peneliti selama penelitian serta membuat hidupku menjadi lebih berwarna.

(10)

x

– Denpasar, Bali angkatan 2004, yang terus memberikan semangat bagi penulis selama menyelesaikan skripsi.

15. Bapak dan ibu kost serta teman-teman kosku, Feby, Tika, Indah dan Anis yang memberikan bantuan, saran, perhatian dan semangat selama penelitian. 16. Teman – teman senasib dan seperjuangan selama penelitian, Ayu “Amink”,

Ayu “ Tegal”, Diana dan Linda, atas perhatian, bantuan, semangat, dan kerjasama dari awal hingga akhir penelitian.

17. Teman – temanku, Tresa, Titin, Vero, Cefry, Tommy, Eko, Elfrid, Ano, Rifa, Ita, Kak Yono, Mba Dita, Mba Fina, Kak Nanto, atas bantuan dan semangat bagi penulis saat penelitian.

18. Teman - teman PERKURAY dan Kos Brojonoto, atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

19. Teman-teman di kelas FKK A 2007, yang telah memberikan saran dan semangat untuk skripsi ini.

20. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007 atas kebersamaan dan dukungan selama ini.

(11)

xi pembaca.

(12)

xii

HALAMAN PENGESAHAN……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN……… HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN MEDIS... vi vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… viii

PRAKATA………. ix

DAFTAR ISI……….. xiii

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvii

INTISARI………... xviii

ABSTRACT………. xix

BAB I PENGANTAR……… 1

A. Latar Belakang………. 1

1. Permasalahan……… 4

2. Keaslian penelitian……… 4

3. Manfaat penelitian……… 5

B. Tujuan penelitian……….. 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……… 7

A. Serbuk………... 7

B. Sachet Serbuk………... 7

C. Penggolongan Obat, Jamu, dan Suplemen Berdasarkan Kode Nomor Pendaftaran ………... 9

D. Apotek……….. 12

E. Apoteker………... 13

F. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) ……… 15

G. Pelayanan Informasi Obat……….. 16

H. Perilaku Kesehatan………. 18

I. Keterangan Empiris………. 19

BAB III METODE PENELITIAN……… 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………... 20

B. Kedudukan Penelitian……….. 20

C. Definisi Operasional………. 22

D. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 24

E. Subyek Penelitian ……… 24

F. Bahan Penelitian………... 27

G. Instrumen Penelitian………. 27

H. Jalannya Penelitian………... 28

I. Tata Cara Analisis Hasil………... 34

(13)

xiii

B. Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan Hasil Kuisioner dan Wawancara kepada Responden……….. 1. Karateristik responden……….. 2. Hasil kuisioner dan wawancara responden mengenai

penggunaan sediaan sachet serbuk oral……….

43 43 53 C. Profil Informasi yang Diberikan oleh Apoteker kapada Pengunjung

Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito………... 1. Durasi pemberian informasi obat kepada pengunjung apotek 2. Sumber informasi yang digunakan dalam pemberian informasi

kepada pengunjung apotek……….. 3. Tempat pemberian informasi obat dan informasi apa saja yang

diberikan kepada pengunjung apotek………... 4. Teknik pemberian informasi………. 5. Kendala yang sering terjadi dalam memberikan informasi obat

kepada pengunjung apotek………

65 65 67 68 69 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 71

A. Kesimpulan………... 71

B. Saran………. 72

DAFTAR PUSTAKA……… 73

LAMPIRAN………... 76

(14)

xiv

RSUP Dr. Sardjito……… 21

Gambar 3. Bagan Cara Kerja Pengambilan Subjek Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito..…... 25 Gambar 4. Bagan Kerja Tahap Pra Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan

Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…... 32 Gambar 5 Persentase Kelompok Sediaan Sahet Serbuk Oral Berdasarkan Kelas

Efek Farmakologi... 43 Gambar 6 Persentase Kelompok Usia Responden dalam Penelitian Evaluasi

Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito... 44 Gambar 7 Persentase Kelompok Jenis Kelamin Responden Penelitian Evaluasi

Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito... 46 Gambar 8 Persentase Tingkat Pendidikan Responden Penelitian Evaluasi

Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito... 47 Gambar 9 Persentase Pekerjaan Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan

dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito... 48 Gambar 10 Persentase Frekuensi Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral oleh

Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito………... 50

(15)

xv

Gambar 13 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Pengatahuan oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito………. 54

Gambar 14 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Sikap oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito………. 59

Gambar 15 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Tindakan oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito………. 62

Gambar 16 Persentase Hasil Kuisioner untuk Setiap Aspek oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

(16)

xvi

Lampiran 4. Kuisioner...………... 82

Lampiran 5. Panduan Wawancara untuk Responden dan Apoteker …….. 85

Lampiran 6 Hasil Wawancara Terhadap Apoteker yang Bertugas... 86

Lampiran 7 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Pengetahuan... 90

Lampiran 8 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Sikap... 91

Lampiran 9 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Tindakan... 92

Lampiran 10 Gambaran Karateristik Responden... 93

Lampiran 11 Daftar Sediaan Sachet Serbuk Oral yang ada di Apotek Pelengkap KF Dr. Sardjito... 95

(17)

xvii

karena itu, telah dilakukan mengenai Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito.

Jenis penelitian survei observasional dengan rancangan penelitian deskriptif prospektif melalui pendekatan kualitatif melalui kuisioner dan wawancara. Metode pengambilan sampling subyek dengan kuota sampling non acak. Data penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan sachet serbuk oral yang tersedia di apotek berdasarkan kode nomor pendaftaran, persentase terbesar adalah SI (23,5%), DBL (17,6%), diikuti TR, SD, dan DKI (11,8%); berdasarkan kelas farmakologi yaitu sistem gastrointestinal dan hepatobilier (41,2%), sistem musculoskeletal (5,9%), antiinfeksi (sistemik) (5,9%), nutrisi (41,2%), dan antidotum dan zat detoksifikasi untuk terapi ketergantungan (5,9%). Penggunaan sachet serbuk oral yang benar oleh pengunjung apotek berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara adalah aspek pengetahuan (82,1%), aspek sikap (76,0%), aspek tindakan (83,5%). Profil informasi yang diberikan apoteker terkait penggunaan sachet serbuk oral dari hasil wawancara adalah aturan pakai, tempat penyimpanan, dan banyaknya air yang digunakan untuk melarutkan serbuk.

(18)

xviii

evaluation about the availability and behaviour usage of oral powder sachets at Dr. Sardjito Hospital Kimia Farma Pharmacy Customers.

This research applies qualitative approach through an observational survey designs to prospective descriptive study. The instruments in gathering the data are questionneries and interviews by the non-randomly-sampling method. The data is analyzed with descriptive statistics.

This research finds available in pharmacy is grouped into two types. First, drug type based on regiatration number SI (23,5%), DBL (17,6%), and TR, SD, DKI (11,8%). Second, pharmacology class including gastrointestianal system (41,2%), musculoskeletal system (5,9%), anti-infective (systemic) (5,9%), nutrition (41,2%), and antidotes, detoxifying agents and drugs used in substance dependence (5,9%). The propper use of oral powder sachet by customer based on questionneries and interviews occupies the knowledege aspect, attitude aspects, and action aspect, information profile provided by the pharmaciest inrelation to the use of oral powder sachet from interviews are the use direction, storage, the ammount of water to dissolve the powder.

(19)

1

A. Latar Belakang

Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, sehingga obat harus tersedia pada saat diperlukan oleh pasien dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik. Oleh karena itu, pengendalian ketersediaan obat di apotek menjadi hal yang penting (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2002).

Sistem pelayanan kesehatan masyarakat baik di rumah sakit dan apotek dapat menyediakan obat bermutu tinggi tetapi jika obat yang digunakan oleh pasien tidak tepat, maka pasien mengabaikan manfaat atau bahkan menimbulkan efek merugikan. Pemberian informasi obat yang dilakukan dengan baik tidak menjamin penggunaan obat yang tepat, tetapi yang patut diperhatikan adalah informasi yang diberikan adalah tepat dan akurat (Siregar dan Amalia, 2004).

(20)

Informasi obat terkait penggunaan sediaan sachet serbuk yang patut diperhatikan saat pemberian informasi yaitu pada banyaknya air yang digunakan untuk melarutkan serbuk dan aturan pakai sachet serbuk secara tepat karena tidak semua jenis sediaan sachet serbuk oral digunakan dengan aturan satu kali penggunaan untuk satu sachet. Penggunaan lebih dari satu kali untuk satu sachet serbuk oral akan berhubungan langsung dengan ketepatan dalam memilih tempat penyimpanan sachet serbuk oral. Mengingat hal ini disebabkan kelembapan di Indonesia yang tinggi sehingga dengan mudah dapat merusak bentuk fisik serbuk jika penyimpanannya tidak tepat.

Sebagai apoteker di apotek diharapkan peran dan tanggung jawabnya dalam mengontrol penggunaan obat yang rasional bagi pasien dengan resep dokter maupun tanpa resep dokter atau pengobatan mandiri dalam pelayanan infromasi dan konsultasi obat di apotek. Selain itu, salah faktor untuk menarik minat pengunjung apotek terhadap pembelian obat di apotek adalah dengan mengontrol ketersediaan obat-obat dengan jaminan kualitas obat yang bermutu (Andayani, Satibi, dan Handayani, 2004).

(21)

Upaya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat oleh rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Aspek pelayanan kesehatan di bidang farmasi merupakan salah satu aspek yang perlu ditingkatkan kualitasnya memperhatikan kelengkapan apotek penunjang dalam menyediakan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang berkualitas (Stefanus, 2000).

Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Sardjito merupakan rumah sakit yang menyediakan apotek pelengkap dalam pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian. Apotek Pelengkap Kimia Farma (Apotek Pelengkap KF) adalah salah satu apotek penunjang pelayanan medik yang berada di RSUP Dr. Sardjito di bawah tanggung jawab PT. Kimia Farma Apotek. Secara keseluruhan Apotek Pelengkap KF memiliki 5 loket yang tersebar di RSUP Dr. Sardjito. Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito digunakan sebagai tempat penelitian karena dilihat dari jumlah pengunjung rata-rata perhari untuk tiap loket sebanyak 40-50 orang, sedangkan di Loket Unit Gawat Darurat yang pelayanannya 24 jam rata-rata perhari sebanyak 130 orang.

(22)

1. Permasalahan

a. Berapa persentase ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito?

b. Bagaimana perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuisioner dan wawancara?

c. Seperti apakah profil informasi sediaan sachet serbuk oral yang diberikan oleh apoteker kepada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito?

2. Keaslian penelitian

Penelitian terkait penggunaan sediaan sachet serbuk pernah dilakukan

yaitu: “Profil dan Tinjauan Penggunaan Obat Generik di Rumah Sakit Umum

Daerah Prof.dr. W. Z. Johanes Kupang tahun 2007 (Kajian pada Peresepan di Apotek)” oleh Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008); dan “Evaluasi Pelayanan Informasi Obat di Apotek-apotek Besar di Kota Yogyakarta tahun 2004” oleh Andayani, Satibi, dan Handayani (2004).

(23)

Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008), rancangan penelitian yang digunakan adalah retrospective observasional karena menggunakan data yang sudah ada melalui resep.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani, Satibi, dan Handayani (2004) adalah tidak dilakukan analisis data secara deskriptif analitik menggunakan uji khi-kuadrat menggunakan program SPSS untuk mengetahui pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker di apotek, karena penelitian ini menggunakan analisis data secara statistik deskriptif mendapatkan persentase rata-rata. Perbedaan lainnya adalah pada metode pengambilan jumlah sampel konsumen menggunakan metode proportional sampling sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuota sampling non acak.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi mengenai ketersediaan dan penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan.

b. Manfaat praktis

(24)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan mengevaluasi ketersediaan serta penggunaan sachet serbuk oral pada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

2. Tujuan khusus

Secara khusus, tujuan dari penelitian ini:

a. Untuk mengetahui persentase ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

b. Untuk mengetahui perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuesioner dan wawancara.

(25)

7

A. Serbuk

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk yang ditujukan untuk pemakaian oral disebut serbuk oral dan yang ditujukkan untuk pemakain luar disebut serbuk tabur. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau tidak terbagi (Pulvis) (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995).

Pada umumnya, serbuk terbagi (Pulveres) dibungkus dengan kertas perkamen. Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari pengaruh lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan atau sampul polietilene. Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995).

B. Sachet Serbuk

(26)

Sachet dapat dibuat dari 1 lembar kertas atau plastik pelindung yang dilipat menjadi dua bagian dan penyegelan pada 3 atau 4 sisi atau menggunakan 2 lembar kertas atau plastik pelindung dengan penyegelan 4 sisi. Dimana pada tiap – tiap sisi dapat disegel secara horizontal atau vertikal dengan menggunakan alat penyegel yang menggunakan silinder panas atau kawat penggulung atau kombinasi keduanya. Cara lain yang dapat digunakan untuk penyegelan dikembangkan menjadi kemasan sachet strip. Penyegel pada sachet dapat juga dibuat untuk kemudahan dalam membuka kemasan sachet. Bagi kemasan sachet yang sulit dibuka atau disobek maka disediakan potongan atau V-notch yang berfungsi sebagai penunjuk untuk memudahkan penyobekan sachet.

Gambar 1. Contoh Sediaan Sachet Serbuk Oral

(27)

C. Penggolongan Obat, Jamu, dan Suplemen BerdasarkanKodeNomor Pendaftaran

Menurut PerMenKes RI Nomor 949/Menkes/VI/2000, definisi obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi dan kontrasepsi, yang siap digunakan untuk mempengaruhi dan menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

Obat yang beredar harus memiliki kode nomor pendaftaran atau registrasi yang terdiri dari 15 digit yaitu 3 (tiga) digit pertama berupa huruf, dan 12 (duabelas) digit berikutnya berupa angka. 3 (tiga) digit pertama berupa huruf memiliki artinya sebagai berikut:

1. Digit ke-1 menunjukkan jenis atau kategori obat,seperti : D berarti Obat dengan merek dagang (Paten) G berarti obat dengan nama generik

2. Digit ke-2 menunjukkan golongan obat, seperti : B berarti golongan obat bebas

T berarti golongan obat bebas terbatas K berarti golongan obat keras

P berarti golongan obat Psikotropika N berarti golongan obat Narkotika

(28)

L berarti obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi.

I berarti obat diproduksi di luar negeri atau obat impor.

X berarti obat yang dibuat dengan tujuan khusus atau program khusus,misalnya obat-obat untuk program keluarga berencana (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

Menurut PerMenKes RI Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional dan pendaftaran obat tradisional, definisi obat tradisional atau jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990).

Obat tradisional yang akan diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia maupun diekspor terlebih dahulu harus didaftarkan pada Depkes RI (sekarang Badan POM) dan mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Aturan nomor pendaftaran obat tradisional terdiri dari 11 digit yaitu 2 (dua) digit pertama berupa huruf dan 9 (sembilan) digit kedua berupa angka. Pada 2 (dua) digit pertama memiliki 2 arti yaitu pada digit ke-1 menunjukkan obat tradisional yaitu dilambangkan dengan huruf T (Tradisional), sedangkan digit ke-2 menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990).

(29)

2. TL obat tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi.

3. TI obat tradisional produksi luar negeri atau impor (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

Di Indonesia suplemen dimasukkan dalam golongan makanan bukan obat. Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/Menkes/Per/X2/1976 menyatakan, makanan sebagai barang yang untuk dimakan dan diminum tetapi bukan sebagai obat. Sehingga beberapa suplemen obat yang beredar memiliki nomor pendaftaran makanan dan minuman terdiri dari 14 digit yaitu 2 (dua) digit pertama berupa huruf sedangkan 12 digit berikutnya berupa angka. Huruf pada digit pertama menunjukkan makanan atau minuman dan dilambangkan dengan huruf M, sedangkan huruf pada digit ke-2 menunjukkan lokasi makanan atau minuman tersebut diproduksi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1976) .

Contoh kode nomor pendaftaran makanan atau minuman sebagai berikut : 1. MD makanan atau minuman produksi dalam negeri atau lisensi.

2. ML makanan atau minuman produksi luar negeri atau impor (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

(30)

gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004).

Kode nomor pendaftaran untuk suplemen makanan yang beredar menurut PerMenKes RI Nomor 949/Menkes/VI/2000 terdiri dari 11 digit yaitu 2 (dua) digit pertama berupa huruf dan 9 (sembilan) digit kedua berupa angka. Pada 2 (dua) digit pertama memiliki 2 arti yaitu pada digit ke-1 menunjukkan obat tradisional yaitu dilambangkan dengan huruf S (Suplemen), sedangkan digit ke-2 menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

Berikut ini adalah kode nomor pendaftaran untuk suplemen makanan: 1. SD Suplemen makanan produksi dalam negeri

2. SL Suplemen makanan produksi dalam negeri dengan lisensi

3. SI Suplemen makanan produksi luar negeri atau impor (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

D. Apotek

(31)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehaan, yang bertanggung jawab dalam mengelola apotek adalah seorang apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA) (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).

Adapun tugas dan fungsi apotek bagi masyarakat meliputi :

a. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan;

b. Sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat;

c. Menjadi sarana untuk menyalurkan perbekalan farmasi kepada masyarakat secara meluas dan merata (Hartini dan Sulasmono, 2007).

E. Apoteker

Menurut Kepmenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002, definisi apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2002).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

(32)

apotek menyatakan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Dalam pengelolaan apotek, apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).

Dalam hal membantu masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, maka apoteker di apotek harus senantiasa hadir dan siap untuk melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, yaitu melakukan konseling, pemberian informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang obat yang diterimanya. Peran apoteker di apotek yang tidak kalah penting adalah sebagai manajer yaitu mengelola sumber daya yang ada di apotek dengan maksimal agar apotek dapat berkembang dengan baik. Kedua peran tersebut harus dimiliki oleh seorang apoteker dan harus dilaksanakan secara beriringan (Hartini dan Sulasmono, 2007).

(33)

praktiknya, tetapi luas dan tingkat dari spesialisasi dalam pengembangan ini akan beragam, bergantung pada tingkat keterlibatan klinik langsung apoteker rumah sakit dengan pasien dan dokter penulis resep atau order (Siregar dan Amalia, 2004).

F. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care)

Pelayanan kefarmasian ataupharmaceutical careadalah suatu bentu praktek yang dilakukan oleh farmasis yang bertanggung jawab terhadap keperluan pasien dalam mengatasi masalah terkait obat (Drug Related Problem) dan menunjukkan tanggung jawabnya dalam memberikan jaminan atas kebutuhan pengobatan pasien yaitu dengan mencapai outcome yang nyata ke arah peningkatan kualitas hidup pasien (Cipolle, 1998).

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).

Dalam memberikan perlindungan terhadap pasien, pelayanan kefarmasian berfungsi sebagai berikut:

(34)

memantau efek samping obat, dan menentukan metode penggunaan obat.

2. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat. 3. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi yang

berlawanan, keracunan dan jika perlu memberikan saran untuk memodifikasi pengobatan.

4. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan kepada pasien.

5. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian pengobatan bagi pasien penyakit kronis.

6. Berpartisipasi dlam pengelolaan obat-obatan untuk pelayanan gawat darurat.

7. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi masyarakat. 8. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan.

9. Menyediakan pendidikan mengenai obat-obatan untuk tenaga kesehatan. (Bahfen, 2006).

G. Pelayanan Informasi Obat

(35)

pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan”.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyatakan bahwa informasi obat adalahaApoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, 2004).

Definisi pelayanan informasi obat adalah pengumpulan, pengkajian, pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan, pendistribusian, penyebaran, serta penyampaian informasi tentang obat dalam berbagai bentuk dan berbagai metode kepada pengguna nyata.

Informasi lisan sebaiknya juga ditunjang oleh informasi tertulis (misalnya brosur) atau peragaan (contoh: bagaimana cara menggunakan inhaler), Selain komunikasi verbal, digunakan juga komunikasi non-verbal yang dapat mendukung penyampaian informasi dan edukasi, demikian pula komunikasi non-verbal yang ditunjukkan oleh pasiena harus diperhatikan untuk menangkap pesan tersembunyi yang tidak terucap (Siregar dan Amalia, 2004).

(36)

informasi yang diberikan oleh apoteker sewaktu penyerahan obatnya. Informasi obat yang diberikan pada umumnya mencakup cara penggunaan obat, jangka waktu penggunaan, pengaruh makanan pada obat, penggunaan obat bebas dikaitkan dengan obat resep (Siregar dan Amalia, 2004).

H. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2002), berpendapat bahwa perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau suatu objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Perilaku manusia terbagi kedalam 3 ranah, yaitu : 1. Pengetahuan (knowledge)

(37)

2. Sikap (attitude)

Sikap mencakup 4 tingkatan yaitu menerima (receiving), merespon (responding), mengharagai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 2002).

3. Praktik atau tindakan (practice)

Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu persepsi (perception), respon terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), adopsi (adoption) (Notoatmodjo, 2002).

I. Keterangan Empiris

(38)

20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian observasional, yang didesain untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang atau sementara berlangsung (Sevilla, Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993). Jenis penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan sifat suatu keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan, dan menyelidiki penyebab dari suatu gejala tertentu(Sevilla, Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini dilihat dari setting waktu termasuk penelitian deskriptif prospektif. Dilihat dari cara pengambilan sampel, penelitian desktiptif ini merupakan penelitiancross sectional.

Metode pengambilan sampling subyek yang digunakan adalah kuota sampling non random. Alat penelitian yang digunakan adalah kuisioner dan wawancara terstruktur.

B. Kedudukan Penelitian

(39)

“Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Obat oleh Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito”.

Pada penelitian ini, terdiri dari 5 pokok bahasan dan 5 penelitian sosial, dimana semua penelitian tersebut dilakukan bersama-sama oleh 5 orang peneliti yang berbeda-beda untuk tiap penelitiannya. Pada bagan di bawah ini, judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam skripsi ini berada pada judul ke-3 yang ditandai dengan warna garis yang berbeda dari judul yang lain.

Gambar 2. Bagan Kedudukan Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito

Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Obat pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,

RSUP Dr. Sardjito

Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,

RSUP Dr. Sardjito

Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Tetes Mata pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,

RSUP Dr. Sardjito

Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Tetes Telinga pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,

RSUP Dr. Sardjito

Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sendok Takar Sediaan Cair Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,

RSUP Dr. Sardjito

Evaluasi Ketersediaan dan PenggunaanCupUkur Sediaan Cair Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,

(40)

C. Definisi Operasional 1. Ketersediaan terdiri dari :

a. Ketersediaan informasi adalah informasi yang diberikan oleh apoteker dan informasi yang didapatkan oleh pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk.

b. Ketersediaan barang merupakan jumlah item sediaan sachet serbuk yang tersedia di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

2. Cara penggunaan adalah penggunaan sachet serbuk untuk pemakaian oral meliputi cara mencampur serbuk dengan air, lama pemakaian, dan cara menyimpan obat.

3. Sediaan sachet serbuk adalah sediaan serbuk yang dikemas dalam sachet dengan cara penggunaan dilarutkan terlebih dahulu untuk penggunaan secara oral, termasuk yang penggunaannya menggunakan alat bantu seperti feeding tube.

4. Loket Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan loket yang dibawah kepemilikan Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Pada loket ini melayani penerimaan resep dari pasien rawat inap, rawat jalan, resep umum dari luar RSUP Dr. Sardjito. serta menerima pembelian obat tanpa resep oleh pengunjung umum. Loket ini memiliki jam kerja selama 24 jam sehingga dapat memberikan pelayanan kefarmasian bagi pengunjung apotek yang membutuhkan obat kapan saja mereka inginkan.

(41)

yang datang ke Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito, untuk pembelian obat dengan resep maupun tanpa resep dokter selama penelitian berlangsung yang memenuhi kriteria inklusi.

6. Teknik pemberian informasi adalah metode dalam pemberian informasi terkait obat oleh apoteker kepada pengunjung apotek pada saat penyerahan obat di loket Unit Gawat Darurat. Teknik pasif dan aktif merupakan teknik informasi yang digunakan oleh apoteker.

7. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah sakit dan berobat ke rumah sakit ketika ada keluhan tertentu secara berkala datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan.

8. Apoteker adalah Apoteker Pendamping yang sedang bertugas di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito saat penelitian berlangsung.

9. Aspek Pengetahuan adalah segala seuatu yang diketahui oleh pengunjung apotek sebagai responden mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral secara tepat, dimana hal tersebut dipastikan sebagai pengetahuan yang mereka dapatkan dari berbagai sumber. Kebenaran akan pengetahuan yang mereka miliki akan dilihat dari hasil kuisioner dan wawancara yang dilakukan secara langsung oleh peneliti.

(42)

11. Aspek tindakan adalah hal-hal yang dilakukan oleh responden terkait penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang dinilai dengan pemberian kuesioner dan wawancara secara langsung.

12. Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan dikatakan baik jika skor jawaban responden >75% dimana responden mengetahui jawaban sebagian besar atau seluruh nya; dikatakan sedang (cukup baik) jika skor jawaban responden 40%-75% dimana responden mengetahui sebagian jawaban, dikatakan kurang baik jika skor jawaban responden <40% dimana responden mengetahui sebagian kecil jawaban (Pratomocit., Ganie, 2009).

13. Periode Juni-Juli 2010 dalam penelitian ini yaitu tanggal 14 Juni–10 Juli 2010 lamanya penelitian berlangsung.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito untuk kegiatan wawancara dan pengisian kuisioner berlokasi di Loket Unit Gawat Darurat. Wawancara apoteker dilakukan disesuaikan dengan jam dan tempat kerja apoteker yang bertugas. Penelitian dimulai pada tanggal 14 Juni-10 Juni 2010 dan dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu pada pukul 08.00-15.00 WIB.

E. Subyek Penelitian

(43)

berusia minimal 17 tahun keatas; jenis kelamin pria atau wanita; pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito untuk periode Juni–Juli 2010 yang mengetahui atau sudah pernah menggunaan sediaan sachet serbuk; dan apoteker yang bersedia bekerja sama berdasarkan informed concent. Kriteria eksklusi subyek adalah pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito yang tidak bersedia bekerja sama untuk memberikan informasi dalam penelitian.

Gambar 3. Bagan Cara Kerja Pengambilan Subyek Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap

KF RSUP Dr. Sardjito

Populasi pembeli sediaan sachet serbuk oral rata-rata dalam 1 bulan adalah 47 orang

Diseleksi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi

Subyek Penelitian sebanyak 47 orang ditambah dengan antisipasi adanya drop out 20% sehingga subyek penelitian 50 responden

Pengumpulan data pada bulan Juni–Juli 2010 di Apotek Pelengkap KF

43 responden berhasil diwawancara

5 responden tidak berhasil diwawancara

48 responden selesai selesai mengisi kuisioner

1 orang tidak memenuhi kriteria inklusi (usia < 17 tahun)

Sebanyak 2 respondendropped out

1 orang terburu-buru

Populasi pembeli sediaan sachet serbuk oral rata-rata dalam 1 bulan adalah 47 orang

Diseleksi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi

Subyek Penelitian sebanyak 47 orang ditambah dengan antisipasi adanya drop out 20% sehingga subyek penelitian 50 responden

(44)

Metode sampling yang digunakan adalah dengan pengambilan kuota sampling non random.Subyek yang dijadikan sampel diambil secara non random dan dapat diasumsikan bahwa sampel-sampel tersebut sesuai dengan kuota yang telah ditentukan(Sevilla, Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993).

Penetapan jumlah sampel yang akan diteliti, untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 menurut Notoadmojo (2005), didapatkan dengan rumus 1.

N n =

---1 + N (d)2

Keterangan : N = besar populasi; n = besar sampel;

d = tingkat kepercayaan atau ketepatanyang diinginkan (0.05) (Sevilla, dkk, 1993).

Rumus 1. Besar sampel yang akan dijadikan sampel penelitian

Perhitungan besarnya sampel yang diambil dari besarnya populasi penggunaan sediaan sachet serbuk bulan Maret 2010 pada loket UGD (N = 47orang) yang dapat digunakan dalam penelitian: n = 47 / 1 + 47 (0,05)2 =

42,06 orang ≈ 42 orang.

(45)

Dari perhitungan besarnya sampel didapatkan 42 orang, kemudian ditambahkan 20% dari jumlah sampel tersebut sehingga jumlah sampel pada penelitian sejumlah 50 orang. Penambahan jumlah sampel sebanyak 20% bertujuan untuk mengantisipasi adanyadrop out yang dapat menyebabkan jumlah sampel tidak sesuai dengan jumlah pengunjung apotek yang menggunakan sediaan sachet serbuk yang telah disurvei pada bulan Maret 2010.

Pada penelitian klinis biasanya drop out sebanyak 5-10% dianggap masih tidak mengganggu hasil penelitian sedangkan untuk penelitian komunitas angka 15-20% masih dapat diterima (Sastroasmoro dan Ismael, 2010).

F. Bahan Penelitian

Pada penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan adalah data pengunjung apotek yang diperoleh dari hasil wawancara awal yang terangakum dalam informed consent yang telah ditandantangani oleh pengunjung apotek sebagai persetujuan untuk diikutsertakan dalam penelitian ini sebagai responden.

G. Instrumen Penelitian

(46)

Dr. Sardjito, dan pernah atau tidaknya berkonsultasi obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

Setelah itu data yang didapatkan dari hasil mengisi pernyataan yang dijawab dengan memberi tanda jawaban benar atau salah. Pada kuisioner terdapat 30 pernyataan yang dikelompokkan kedalam 3 aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan yang masing-masing aspek terdapat 10 pernyataan. Selain itu, responden dan apoteker diwawancara dengan pertanyaan wawancara terstruktur oleh peneliti.

H. Jalannya Penelitian

Penelitian ini terdiri dari serangkaian penelitian yang dilakukan untuk

mengevaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada

Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Cara kerja yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, secara umum dibagi menjadi 3 tahap

yaitu:

1. Tahap pra penelitian

Pada tahap penelitian ini meliputi: a. Perijinan

Peneliti melakukan perijinan dengan mitra, yaitu Manager Apotek Kimia Farma Wilayah Yogyakarta dan Manager Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito yang berlangsung selama kurang lebih 1 bulan.

Surat permohonan perijinan penelitian diberikan pada bulan Februari

(47)

b. Analisis situasi

Analisis situasi yang dilakukan oleh peneliti berlangsung selama 2 bulan yaitu dari bulan Maret hingga April 2010 dan kegiatan yang dilakukan meliputi studi pustaka,pengamatan situasi di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito khususnya di Loket Unit Gawat Darurat, dan

berdiskusi dengan pihak mitra terkait pengunjung apotek dan penggunaan

sediaan sachet serbuk oral.

Melalui tahap analisis situasi ini, peneliti dapat memperkirakan

jumlah subyek yang akan diikutsertakan dalam penelitian ini. Perkiraan jumlah subyek yang akan terlibat dalam penelitian ini didapatkan dari hasil survei langsung jumlah pengunjung apotek pada bulan Maret 2010 yang menggunakan produk sediaan sachet serbuk oral. Selain itu, peneliti juga melakukan survei terhadap jumlah produk sediaan sachet serbuk oral yang tersedia di apotek.

c. Pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur

(48)

Pernyataan pada kuisioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu jenis favourable danunfavourable. Membedakan pernyataan kedalam dua jenis ini bertujuan untuk menghindari stereotype jawaban. Pernyataan favourable merupakan suatu pernyataan yang berisi hal-hal positif mengenai suatu objek. Pernyataan unfavourable merupakan pernyataan yang berisi hal-hal negatif mengenai suatu objek. Peneliti menggunakan bentuk pertanyaan dalam kuisioner ini adalah variasidischotomous choice,

dimana dalam pertanyaan ada dua jawaban atau alternatif seperti

pernah/tidak pernah atau ya/tidak atau setuju/tidak setuju (Notoatmodjo,

2005). Dua jawaban yang disediakan oleh peneliti dalam kuisioner ini

adalah benar atau salah.

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan banyaknya arahan dan pembatasan yang dapat ditentukan oleh situasi wawancara(Sevilla, Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993).

Wawancara terstruktur dilakukan di awal mengenai pernah tidaknya

menggunakan sediaan obat untuk menetapkan apakah pengunjung apotek

memenuhi kriteria inklusi. Wawancara terstruktur juga dilakukan di akhir untuk mengevaluasi pemahaman terkait penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang dibuat dengan 5 pertanyaan yang menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

(49)

apoteker yang bertugas terkait pemberian informasi kepada pengunjung apotek mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral.

d. Penyusunaninformed consent

Penyusunan informed consent bertujuan sebagai bukti pengunjung apotek ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden. Pada informed consent, responden akan mengisi data yang dapat digunakan untuk disesuaikan dengan ktiteria inklusi dalam penelitian ini.

e. Uji bahasa kuisioner

(50)

Gambar 4. Bagan Kerja Tahap Pra PenelitianEvaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito

2. Tahap pengumpulan data

Tahap penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung melalui wawancara terstruktur terhadap apoteker dan pengunjung apotek serta pengisian kuisioner oleh pengunjung apotek. Kegiatan ini diawali dengan mengumpulkan data pengunjung apotek untuk mengetahui kesesuaian dengan kriteria inklusi. Jumlah responden dalam penelitian ini harus memenuhi kuota sampel yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu sebnyak 50 orang. Sebelumnya responden diminta mengisi informed consent sebagai tanda persetujuan mengikuti penelitian. Informed consent ditanda tangani oleh subyek penelitian.

Pembuatan pertanyaan wawancara terstruktur untuk responden dan apoteker

Uji bahasa

Penyusunaninformed consent Pembuatan kuisioner dan

wawancara terstruktur

Pembuatan 30 pertanyaan yang

mengandung aspek pengetahuan, sikap dan tindakan

Analisis situasi (pra penelitian)

Analsis situasi

(51)

Jika dalam pengisian kuisioner responden mengalami kesulitan dalam hal

membaca maka peneliti bersedia untuk membacakan pernyataan kuisioner

untuk dijawab oleh responden. Setelah kuisioner yang telah diisi, selanjutnya

dilakukan wawancara untuk mengetahui penggunaan sachet serbuk oral oleh

responden. Dari 48 responden yang selesai mengisi kuisioner, 5 orang

diantaranya tidak dilakukan wawancara diakhir pengisian kuisioner karena

keterbatasan waktu yang diberikan oleh responden. Mengingat waktu yang

disediakan responden untuk mengisi kuisioner adalah singkat, maka saat

membacakan pernyataan oleh peneliti diselingi dengan beberapa pertanyaan

untuk wawancara terstruktur.

Pengumpulan data untuk mengetahui ketersediaan sachet serbuk oral,

dilakukan pendaftaran obat-obat yang termasuk sachet serbuk oral yang

tersedia di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Pengumpulan data

dilakukan dimulai tanggal 26 Juni-10 Juli 2010 bertempat di 5 loket Apotek

Pelengkap KF yang tersebar di RSUP Dr. Sardjito meliputi loket Unit Gawat

Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Poli, Bangsal dan Induk.

Pengumpulan data mengenai pemberian informasi oleh apoteker kepada

pengunjung apotek, diperoleh melalui wawancara secara mendalam pada

apoteker yang bertugas di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

Wawancara dilakukan oleh peneliti pada waktu yang telah ditentukan oleh

(52)

3. Tahap pengolahan data

Dari penelitian ini, data yang diperoleh adalah hasil pengisian kuisioner oleh responden, wawancara terstruktur kepada responden dan apoteker serta ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

Pada hasil pengisian kuisioner responden, selain mengolah data jawaban akan pernyataan sebelumnya akan diolah data mengenai gambaran karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan; serta persentase dan daftar ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram pie. Tabulasi data jawaban kuisioner responden dihitung dengan mengelompokan masing-masing jawaban ke

dalam jawaban benar dan salah untuk masing-masing aspek serta menghitung

presentasenya. Data hasil wawancara terstruktur terhadap apoteker disajikan

dengan deskripsi atau diceritakan tanpa menggunakan perhitungan.

I. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang diperoleh dari penelitian dibahas secara deskriptif dan diolah menggunakan statistik deskriptif dengan mendapatkan presentase rata-rata dan SD. Hasil wawancara dipaparkan secara deskriptif. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar (Pratiknya, 1993).

1. Ketersediaan Sachet Serbuk Oral

(53)

di ApotekPelengkap KFRSUP Dr. Sardjito,kemudian dihitung persentasenya dengna cara di bawah ini:

2. Hasil Kuisioner Responden Mengenai Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral.

Dibagi mnejadi 2 bagian yaitu:

a. Analisis data karakteristik responden

Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, frekuansi penggunaan sachet serbuk oral, frekuensi pembelian di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito dan konsultasi obat yang pernah dilakukan. Semua data ditampilkan dengan bentuk persentase dan disajikan dalam grafik dan diagram pie.

1) Usia responden

Penggolongan usia dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi Strurgess:

M = 1+3,3 log N

dengan M adalah jumlah kelas dan N adalah jumlah data populasi (Sugiyono, 2006). Pengelompokkan usia dilakukan dengan mencari interval kelas yang dihitung dengan rumus:

(54)

2) Jenis kelamin

Pengelompokkan jenis kelamin dilakukan dengan perhitungan di bawah ini:

N merupakan jumlah total seluruh responden yaitu 48 orang. 3) Tingkat pendidikan

Terdapat 5 tingkatan pendidikan akhir responden yaitu, SD, SLTP, SLTA, Diploma, dan Sarjana. Pengelompokkan awal dilakukan berdasarkan jumlah responden pada masing-masing tingkat pendidikan akhir yang, dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

4) Pekerjaan

Pengelompokkan keragaman pekerjaan responden menjadi 6 kelompok meliputi tidak bekerja atau pensiunan, ibu rumah tangga, Pegawai Negeri Sipil dan POLRI, wiraswasta, swasta dan pelajar atau mahasiswa. Perhitungan yang dilakukan adalah jumlah responden pada masing-masing kelompok pekerjaan yang dimiliki oleh responden, dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

5) Frekuensi menggunakan sediaan sachet serbuk oral

(55)

6) Responden yang membeli obat di Loket Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

Perhitungan dilakukan dengan jumlah responden yang membeli obat di Loket Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

7) Pernah atau tidaknya responden berkonsultasi obat dengan apoteker di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

Tujuannya adalah untuk mengetahui persentase responden yang pernah berkonsultasi obat dengan apoteker di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Perhitungan yang dilakukan adalah jumlah responden yang pernah berkonsultasi obat dengan apoteker di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

b. Pengolahan hasil jawaban kuisioner responden

Pengolahan hasil jawaban kuisioner pada masing-masing aspek

pengetahuan, sikap dan tindakan dengan perhitungan sebagai berikut:

Hasil keseluruhan dari masing-masing aspek dirata-rata untuk

mendapatkan total rata-rata.

4. Hasil wawancara apoteker

Hasil penelitian ini dilakukan dengan memaparkan jawaban wawancara

apoteker saat penelitian dalam pembahasan dan diketik untuk dilampirkan

(56)

J. Kesulitan Penelitian

Beberapa kesulitan yang dialami oleh peneliti selama penelitian berlangsung antara lain:

1. Mencari subyek penelitian pada tahap pengambilan data dirasakan sulit karena ketidakbersediaan pengunjung apotek untuk diikutsertakan menjadi responden dalam penelitian karena sedang sakit dan tidak bisa menyediakan waktu untuk diwawancarai oleh peneliti atau dalam kondisi tergesa-gesa. 2. Kurangnya pemahaman akan kalimat yang tertulis pada kuisioner sehingga

penulis harus membantu dengan memberikan penjelasan menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah untuk dipahami.

3. Kurangnya waktu yang diberikan oleh responden yang sedang menunggu pengambilan obat di loket untuk mengisi kuisioner dan wawancara. Sehingga pada saat responden sedang mengisi kuisioner dan diwawancarai, obat yang sedang ditunggu telah diterima, responden pergi begitu saja dan tidak menyelesaikan pengisian kuisioner.

4. Bagi responden yang tergolong usia lanjut yang mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan, membutuhkan bantuan peneliti untuk selama mengisi kuisioner.

(57)

39

A. Ketersediaan Sachet Serbuk Oral di Apotek Pelangkap KF RSUP Dr. Sardjito

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persentase ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti, secara keseluruhan terdapat 17 item sediaan sachet serbuk oral di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. 17 item sediaan sachet serbuk oral ini dikelompokkan berdasarkan nomor registrasi yang tercantum pada kemasan dan kelas efek farmakologi obat. 1. Berdasarkankodenomor pendaftaran

(58)

keras, diproduksi dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi), DKI (Obat dengan merek dagang atau paten, golongan obat keras, diproduksi di luar negeri atau obat impor).

Pada hasil pengelompokkan sediaan sachet serbuk pada di bawah, terlihat kelompok kode nomor pendaftaran untuk suplemen makanan dan makanan produksi luar negeri yaitu SI memiliki persentase yang paling besar dan selanjutnya diikuti oleh obat bebas (DBL), suplemen makanan produk dalam negeri yaitu SD, obat keras impor (DKI), dan obat tradisional atau jamu (TR). Ketersediaan kelompok nomor registrasi suplemen makanan (SI dan SD), dan obat bebas (DBL) di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito memiliki persentase yang besar, yaitu masing-masing sebesar 23,5% (SI), 11,8% (SD) dan 17,6% (DBL). Hal ini disebabkan pelayanan pembelian obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito khususnya pada Loket Unit Gawat Darurat tidak hanya menerima pembelian obat dengan resep dokter, tetapi juga melayani pembelian obat oleh pengunjung apotek tanpa resep dokter. Oleh karena itu, pihak apotek harus mengendalikan ketersediaan sachet serbuk oral untuk kelompok suplemen makanan, dan obat bebas di apotek untuk memenuhi kebutuhan pengunjung apotek.

(59)

Tabel I. Pengelompokkan Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan Kode Nomor Pendaftaran yang Tercantum pada Kemasan

Nama Obat Nomor Registrasi Jumlah Persentase

Ketersediaan (%)

Biolife AHFC® TR 042240341 2 11,8

Carica papayaextr ,Curcuma domestica rhizomaextr ,Psidium guajavaextr (Dehaf®)

TR 092202791

Tyndallized lyophilisate, lactobacillus acidophilus (Dialac®)

SI 0442161731 4 23,5

Glycyrrhizinic acid, malic acid (Viusid®)

SI 044210011 Protein(casein, arginine, glutamine),

karbohidrat(dextrin dan fructose) dan nutrisi lainnya (Neo-Mune®)

SI 034204231

Lactobacillus casei,Lactobacillus rhamnosus(Protexin infant®)

SI 0544221451 D-ribose dan L-carnitine fumarate

(Enercore®)

SD 071232791 2 11,8

Malic acid, glucosamine HCl (Aviter®)

SD 071233351 Lactobacillus acidophilus,

Bifidobacterium longun,

Streptococcus faecium(Lacto-B®)

ML 81081001081 1 5,9

Oralit (Pharolit®) DBL 0233506323A1 3 17,6

Dioctahedral Smectite (Smecta®) DBL 91041128223A1 Psyllium hydrophilic mucilloid

(Mulax®)

DBL 9331504423A1

Oralit (generik) GBL 9712515723A1 1 5,9

Zn sulfate heptahydrate (Orezinc®) DTL 0933520723A1 1 5,9

L-omithine-L-aspartate (Hepa-Merz®)

DKI 069300222A1 2 11,8

Azithromycin dehydrate (Zithromax SD®)

DKI 0607701293A1

(60)

Pengendalian ketersediaan kelompok suplemen makanan, obat bebas, dan obat bebas terbatas menjadi hal yang penting dan harus diperhatikan sehingga pada saat dibutuhkan oleh pengunjung apotek tetap memiliki persediaan stok suplemen makanan dan obat yang dibutuhkan. Terpenuhinya kebutuhan pengunjung apotek, maka apotek telah melakukan pelayanan kefarmasian yang baik bagi pengunjung apotek.

Menurut Holt dan Edwin (1986), menyatakan bahwa untuk melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat-obat yang tergolong OTC yaitu termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, tetapi hanya terbatas untuk obat modern saja. Melihat besarnya persentase ketersediaan suplemen makanan obat bebas, dan obat bebas terbatas yang besar menunjukkan bahwa penggunaan sediaan sachet serbuk oral digunakan untuk pengobatan mandiri dengan membeli obat tanpa resep oleh responden.

(61)

2. Berdasarkan kelas efek farmakologi

Gambar 5.Kelompok Sediaan Sahet Serbuk Oral Berdasarkan Kelas Efek Farmakologi

Berdasarkan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi (2009), pengelompokkan sediaan sachet serbuk oral berdasarkan efek farmakologi khususnya dilihat dari kelas farmakologi. Hasil dari pengelompokkan ini dapat dilihat pada gambar di atas. Untuk kelas farmakologi terbanyak adalah pada kelompok nutrisi dan sistem gastrointestinal dan hepatobilier (MIMS Pharmacy Guide, 2009).

B. Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan Hasil Kuisioner dan Wawancara kepada Responden

1. Karateristik responden

(62)

responden akan mengisi data diri yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah pengunjung apotek yang bersedia memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk menjadi subyek penelitian ini. Selain itu, data tersebut dapat digunakan untuk melihat gambaran karateristik responden. Oleh sebab itu, sebelum membahas jawaban hasil pengisian kuisioner dan wawancara responden, peneliti akan mendeskripsikan karateristik responden dalam penelitian ini.

Pada bagian pembahasan karateristik responden yang akan dibahas antara lain mengenai usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, frekuensi menggunakan sediaan sachet serbuk oral, frekuensi pembelian obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito, dan pernah atau tidaknya responden berkonsultasi dengan apoteker.

a. Usia responden

Gambar 6.Persentase Kelompok Usia Responden dalam Penelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito

(63)

yang menjadi kriteria inklusi minimal berumur 17 tahun. Dilakukan pengelompokkan usia yang bertujuan untuk mengetahui distribusi persentase jumlah responden berdasarkan usia. Pengelompokkan dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi supaya didapatkan interval kelas, kemudian untuk batas bawah kelas pertama menggunakan data usia responden minimal.

Dilihat dari data yang dikumpulkan dari hasil kuisioner responden, usia responden termuda berusia 18 tahun sedangkan yang tertua berusia 75 tahun. Setelah itu, data tersebut dihitung menggunakan rumus frekuensi distribusi seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, yang mana didapatkan interval kelasnya adalah 9. Hasil pengelompokkan usia responden dapat dilihat pada gambar 7.

Pada gambar 7, menunjukkan rentang usia 27-34 tahun merupakan persentase jumlah responden terbesar yang selanjutnya diikuti oleh rentang usia 18-26 tahun dan 43-50 tahun. Hasil ini menunjukkan pada rentang usia 18-50 tahun paling banyak menggunakan sediaan sachet serbuk oral dibandingkan responden yang usianya lebih dari 50 tahun.

b. Jenis kelamin

(64)

oleh pasien yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Gambar di bawah ini merupakan persentase kelompok jenis kelamin responden:

Gambar 7.Persentase Kelompok Jenis Kelamin Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek

Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

Dilihat dari gambar di atas yang lebih banyak menggunakan sediaan sachet serbuk oral adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki. Besarnya persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki dalam penggunaan sediaan sachet serbuk oral dibandingkan responden perempuan karena berdasarkan hasil wawancara responden laki-laki lebih banyak menyatakan bahwa pernah menggunakan suplemen makanan yang bentuk sediaannya sachet serbuk oral. c. Tingkat pendidikan

(65)

dan tindakan terhadap informasi terkait penggunaan sediaan sachet serbuk oral. Tetapi pada penelitian ini tidak bertujuan untuk menghubungan antara tinggkat pendidikan dan penggunaan sediaan sachet serbuk oral secara langsung.

Gambar 8.Persentase Tingkat Pendidikan Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek

Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

Dilihat dari hasil penelitian pada gambar di atas, menyatakan bahwa pada tingkat pendidikan SLTA merupakan persentase jumlah responden terbesar, selanjutnya diikuti oleh tingkat pendidikan sarjana. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi DIY tahun 2007 menyatakan bahwa persentase pendidikan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta yang paling tinggi adalah pada tingkat pendidikan SLTA sebesar 20,7%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan hasil RISKESDAS Provinsi DIY tahun 2007 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008).

d. Pekerjaan

(66)

pengunjung apotek karena pada penelitian ini tidak bertujuan untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan sediaan sachet serbuk dengan suatu jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan yang didata oleh peneliti pada penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan distribusi pekerjaan responden.

Dari hasil kuisioner 48 responden, didapatkan data jenis pekerjaan responden yang beragam. Persentase dari keragaman jenis pekerjaan responden pada penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 9.Persentase Pekerjaan Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet

Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

(67)

Dari kedua kelompok pekerjaan responden yang persentasenya lebih besar dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya dapat dipahamai bahwa lebih banyak aktivitas yang membutuhkan kondisi tubuh yang fit dan energi tubuh yang mencukupi. Banyaknya aktivitas tersebut dapat menyebabkan responden mengalami kelelahan yang memudahkan tubuh terserang penyakit karena daya tahan tubuh menurun. Oleh karena itu, pada kelompok pekerjaan responden yang persentasenya besar, lebih banyak melakukan upaya pengobatan yang terlihat dari banyaknya jumlah responden yang menggunakan sediaan sachet serbuk oral. e. Frekuensi menggunakan sediaan sachet serbuk oral

Frekuensi penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung apotek di lihat dari baru pertama atau sudah berulang kali menggunaakan sediaan sachet serbuk oral. Melihat frekuensi penggunaan ini dapat diprediksikan jika responden sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral, diharapkan responden mengetahui dengan tepat dan jelas terkait penggunaan sediaan sachet serbuk oral. Hal ini tidak menjamin akan ketepatan dalam menggunakan sediaan sachet serbuk oral, sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut dengan menggunakan kuisioner dan wawancara untuk melakukan cross-chek terhadap penyataan dari responden.

(68)

Gambar 10.Persentase Frekuensi Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral oleh Responden Penelitian Evaluasi

Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

RSUP Dr. Sardjito

Pada gambar di atas terlihat besarnya persentase responden yang sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral menunjukkan bahwa hampir semua responden sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral.

(69)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito telah memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik dan dipercaya sehingga memiliki banyak pelanggan. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 11.Persentase Frekuensi Pembelian Obat oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan

(70)

g. Pernah atau tidaknya responden berkonsultasi dengan apoteker

Gambar 12.Persentase Pernah atau tidaknya respondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. SardjitoBerkonsultasi dengan

Apoteker

Pada gambar di atas, didapatkan persentase responden yang tidak pernah berkonsultasi obat di apotek lebih besar dibandingkan persentase responden yang pernah berkonsultasi obat. Hasil ini menunjukkan bahwa banyaknya responden yang tidak pernah berkonsultasi lebih dari setengah jumlah responden.

(71)

menunjukkan seorang apoteker sehingga responden tidak dapat membedakan petugas apotek dengan apoteker; dan pemahaman responden tentang profesi apoteker adalah pertugas apotek yang hanya menyiapkan dan menyerahkan obat yang telah diresepkan oleh dokter.

Melihat dari beberapa pendapat yang diungkapkan oleh responden pada paragraf diatas maka dapat menjadi alasan dari besarnya persentase responden yang tidak pernah berkonsultasi obat di apotek.

2. Hasil kuisioner dan wawancara responden mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral

(72)

a. Aspek pengetahuan

Pada hasil kuisioner di bawah ini, dilihat dari tiap pernyataan kuisioner yang diisi oleh 48 responden, tidak ada pernyataan yang mutlak dijawab benar atau salah oleh 48 responden. Artinya dari tiap pernyataan, ada yang dijawab benar dan salah. Hal ini ditunjukkan pada persentase jawaban benar atau salah dari masing-masing pernyataan tidak ada yang 100% menjawab benar atau salah. Gambar dibawah ini merupakan hasil dari pengisian kuisioner oleh responden :

Gambar 13. Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Pengatahuan oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet

Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito

(73)

Persentase responden lainnya menyatakan bahwa semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan responden untuk membedakan aturan penggunaan jenis obat yang harus digunakan sampai habis seperti antibiotik dan dapat dihentikkan jika gejala atau penyakit telah sembuh. Melihat hasil penelitian ini, maka dibutuhkan peran apoteker dalam memberi informasi penggunaan jenis obat seperti antibiotik dan jenis obat lainnya terkait aturan pakainya sehingga dapat membantu meningkatkan pengetahuan pengunjung apotek dalam melakukan pengobatan yang tepat. Oleh karena itu, pengetahuan responden akan pernyataan semua jenis obat harus digunakan sampai habis tergolong cukup baik.

(74)

Terkait tempat penyimpanan sediaan sachet serbuk oral, sebagian besar responden yang mengetahui dengan benar penyimpanan sediaan sachet serbuk oral yaitu harus disimpan di suhu kamar dan tempat yang kering. Beberapa tempat penyimpanan obat yang dipilih oleh responden antara lain kulkas atau lemari es, almari, di atas meja, di lemari kaca bagian atas, lemari makan, toples, kotak obat, rak, tempat obat yang ada didalam kulkas, di dalam kantong dan digantung pada dinding rumah. Alasan responden memilih tempat penyimpanan seperti yang telah disebutkan adalah menghindari udara lembab yang dapat merusak serbuk obat, mudah untuk dijangkau, dan terlindung dari cahaya.

Responden lainnya memberikan pernyataan bahwa tidak pernah menyimpan obat sachet serbuk karena setelah membeli obat di apotek responden langsung meminum obat tersebut mengingat jumlah yang dibeli 1 sachet dan aturan pakainya hanya untuk sekali pakai 1 sachet. Selain itu ada juga responden yang menyatakan tidak mengetahui dengan pasti penyimpanan pada suhu berapa untuk suhu kamar dan sejuk, sehingga terkadang responden ragu dan takut untuk menyimpan sisa serbuk obat.

(75)

Pada hasil kuisioner no. 4 dapat dilihat kecilnya persentase responden yang menjawab benar dibandingkan dengan persentase pernyataan lainnya yaitu kurang dri 40% dan tergolong kurang baik. Hasil ini menunjukkan masalah yang dihadapi responden yaitu kurangnya pengetahuan akan penggunaan sachet serbuk oral untuk digunakan lebih dari 1 kali untuk 1 sachet dalam kondisi tertentu. Dimaksud dengan kondisi tertentu adalah untuk kelompok usia balita dan anak-anak. Sebagian besar responden mengetahui bahwa pemakaian sachet serbuk oral tidak boleh lebih dari 1 kali untuk kondisi tertentu.

Dari hasil wawancara, alasan yang dinyatakan oleh responden yang memilih jawaban salah antara lain belum pernah menggunakan sachet serbuk lebih dari 1 kali karena kurangnya pengetahuan akan adanya sediaan sachet serbuk oral yang untuk 1 sachet dapat dipakai berkali-kali, kebanyakan sediaan sachet serbuk oral yang dijumpai di pasaran termasuk kelompok suplemen makanan yang penggunaannya hanya ditujukkan untuk orang dewasa yang aturan pakainya 1 kali pakai 1 sachet, dan jika sachet telah dibuka harus langsung digunakan sampai habis karena kalau disimpan dapat merusak serbuk obat yang kontak langsung dengan udara luar.

(76)

Alasan responden yang tidak memilih penggunaan air minum bersih untuk melarutkan serbuk obat adalah berdasarkan pengalaman pernah menggunakan sediaan sachet serbuk oral khusus kelompok suplemen makanan dengan tidak dilarutkan dengan air minum bersih tetapi digunakan bersamaan buah pisang.

Selain memperhatikan penggunaan dan aturan pakai sachet serbuk oral, sebelum menggunakan sediaan sachet serbuk oral juga harus memperhatikan sifat fisik dari sediaan meskipun belum kadaluwarsa. Pada gambar di atas, sebagian besar responden menyatakan harus selalu memperhatikan sebelum menggunakan karena terkadang tanggal kadaluwarsa tidak menjamin obat tersebut masih dapat digunakan. Selain itu, dapat dipengaruhi oleh tempat penyimpanan yang tidak sesuai misalnya disimpan di tempat yang udaranya lembab bisa menyebabkan bentuk serbuk menjadi menggump

Gambar

Gambar 1. Contoh Sediaan Sachet Serbuk Oral
Gambar 2. Bagan Kedudukan Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan PenggunaanSediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr
Gambar 3. Bagan Cara Kerja Pengambilan Subyek Penelitian Evaluasi Ketersediaandan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek PelengkapKF RSUP Dr
Gambar 4. Bagan Kerja Tahap Pra Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rincian Perhitungan Biaya per Kegiatan (Form 1.5), menggambarkan rincian anggaran secara mendetail. Pilih Tahun Anggaran. Akan tampil kode dan uraian satker yang ada dalam

Hasil Wawancara di Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang tentang Aplikasi pasal 122 Kompilasi Hukum Islam tentang larangan menceraikan istri dalam keadaan haid atau talak

Setiap pengembangan BUMP seluas 10.000 hektar akan menambah produksi padi nasional sebesar 30.000 ton per tahun. Penambahan produksi padi tersebut akan meningkatkan permintaan

Urutan unsur- unsur tersebut dari paling kecil sifat pereduksinya ke yang paling besar ialah

yang telah diungkap oleh Estaswara bahwa komunikasi pemasaran haruslah merupakan sebuah proses bisnis yang strategis, in- tegrasi vertikal menunjukkan bahwa sasa- ran pemasaran

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis

44 KABUPATEN SIMALUNGUN 63 KOTA MAGELANG 45 KABUPATEN SINJAI 64 KABUPATEN BATU BARA 46 KABUPATEN SOLOK 65 KABUPATEN PATI 47 KABUPATEN SOLOK SELATAN 66 KOTA PALEMBANG 48 KABUPATEN

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka rumusan masalah yang akan diungkap pada penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk tes piktorialyang digunakan