GEN INFASE (Solusi Gas Metana (CH4) “Integrated Farming Sistem”) UNTUK KESEJAHTERAAN UMAT BERBASIS “Zero Waste”
Disusun Oleh:
Nama NPM Angkatan
Nur Suwito 14741048 2014
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN
1. Judul Kegiatan : Gen Infase(Solusi Gas Metana
“Integrated Farming Sistem” Untuk Kesejahteraan Umat Berbasis “Zero Waste”
2. Kegiatan : Seleksi Mahasiswa Berprestasi
3. Pengusul Kegiatan
a. Nama Lengkap : Nur Suwito
b. NPM : 14741048
c. Jurusan : Peternakan
d. Universitas/Institut/Politeknik : Politeknik Negeri Lampung e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl.Soekarno Hatta No. 10
Rajabassa Bandar Lampung HP. 0858_4117_0667
f. Alamat E-mail : nurswito95@gmail.com
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :Agung Adi Candra, S.K.h, M.Si.
b. NIDN : 002118102
Alamat Rumah dan No Tel/HP : Jln Bayangkara Gg cenderawasih Lk I RT 08 Rajabasa Raya,
Rajabasa, Bandar Lampung.
Bandar Lampung, 02 Maret 2016 Mengetahui,
Dosen Pendamping Penulis
Agung Adi Candra, S.K.h., M.Si. Nur Suwito
NIDN. 198110212003121002 NIM 14741048
Menyetujui Ketua Program Study
Riko Noviadi, S.Pt,. M.P
NIDN. 19711110199903004
Lembar Pengesahan...ii
Daftar Isi...iii
Abstark ...iv
Bab 1. Pendahuluan ...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Luaran yang diharapkan...3
Bab II. Tinjauan Pustaka...4
2.1 Kondisi Lingkungan...4
2.2 Masyarakat...4
2.3 Populasi Ternak...5
2.4 Permasalahan...5
BAB III Metoda Pelaksanaan...6
3.1 Alternatif Solusi...6
3.2 Rencana Kegiatan Pemacahan Permasalahan...6
3.3. Partisipasi Mitra/Lingkungan...6
3.4 Pelaksanaan...7
BAB IV Hasil dan Pembahasan...8
4.1 Hasil Alternatif Solusi...8
4.2 Integrated Farming Sistem...8
BAB V Kesimpulan dan Saran...10
5.1 Kesimpulan...10
5.2 Saran...10
Daftar Pustaka... Lampiran-Lampiran...
GEN INFASE (Solusi Gas Metana (CH4) “Integrated Farming Sistem”) UNTUK KESEJAHTERAAN UMAT BERBASIS “Zero Waste”
Nur Suwito, 14741048, Produksi Ternak
Jurusan Peternakan, Progam Study Produksi Ternak, Politeknik Negri Lampung. Jln. Soekarno Hatta No. 10 Rajabasa Bandar Lampung.
e-mail : nurswito95@gmail.com
Abstrak
Biogas yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik seperti limbah domestik dan alam dari beternak hewan . Untuk pemanfaatan feses yang belum termanfaatkan secara maksimal menimbulkan pencemaran lingkungan terhadap bau tidak sedap, sebab amoniak tinggi pada limbah cair dan padat pada sapi yaitu “feses”. Feses ini diambil gasnya dengan metoda fermentasi biogas dimanfaatkan untuk memasak. Biogas tersebut ternyata menghasilkan limbah buangan lanjutan yang dikenal dengan “Sludge”. Sludge di olah menjadi pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk tersebut diaplikasikan terhadap tanaman jagung dan rumput pemeliharaan khusus pakan ternak, ternyata hasilnya sangat baik. Khususnya jagung yang di tanam dengan keluasan lahan mampu memenuhi kebutuhan ternak, buah jagung di kosumsi sedangkan batangnya dapat digunakan untuk pakan ternak yang melimbah dapat memenuhi kebutuhaan ternak selama masa pemaliharaan jagung kembali sampai panen dengan teknologi tepat guna yang di kaji pada matakuliah HMT dan Ransum Ternak yaitu dengan pembuatan “silase”. Dengan pakan tersedia secara kontinue maka pertumbuhan sapi meningkat menghasilkan feses lagi maka layak di sebut “Integrated Farming Sistem” berbasis “Zero Waste”.
GEN INFASE (Solution Methane (CH4) "Integrated Farming Systems") FOR THE WELFARE OF THE PEOPLE BASED "Zero Waste"
Nur Suwito, 14741048, Animal Production
Department of Animal Husbandry, Livestock Production Study Program, Lampung State Polytechnic. Jln. Soekarno Hatta No. 10 Rajabasa Bandar
Lampung. e-mail: nurswito95@gmail.com
Abstract
Biogas produced from the fermentation of organic material such as domestic waste and nature of raising animals. For the use of faecal untapped maximally cause environmental pollution against odor, because high ammonia in liquid and solid waste in cattle is "feces". Stool gas is taken to the method of fermentation biogas is used for cooking. The biogas effluent it produces advanced, known as "Sludge". Sludge process into liquid fertilizer and solid fertilizer. The fertilizer applied to corn crops and forage grasses special maintenance, but the result is very good. Particularly corn planted by the vastness of the land to meet the needs of livestock, fruit corn in kosumsi while the trunk can be used for animal feed which
melimbah can meet kebutuhaan cattle during a maintenance period the corn back to the harvest with appropriate technologies in the review on the subject HMT and Rations Livestock namely the making of "silage". With available continuously feed the cows increased growth produces more feces it can be called "Integrated Farming Systems" based "Zero Waste".
Keywords: stool, biogas, "integrated farming system", "zero waste"
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan komponen penting untuk menunjang aktivitas dan usaha produktif di rumah tangga maupun dalam menghasilkan barang dan jasa. Sumber energi dapat berasal dari energi fosil, energi matahari, air, angin atau energi dari sumber daya hayati (bioenergi). Sumber energi terbesar saat ini yang digunakan manusia adalah energi fosil yang lebih dikenal dengan bahan bakar minyak (BBM). Seiring perkembangan jaman, penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak) menjadi sangat tinggi dan menimbulkan ketergantungan sehingga dikhawatirkan jika penggunaananya tidak bijaksana akan menghabiskan jumlah sumber energi fosil yang sangat terbatas.
Penggunaan energi di Indonesia masih didominasi dari sumber energi fosil. Di Indonesia setidaknya sampai pada tahun 2008, energi fosil berkontribusi sekitar 96% dengan perincian minyak bumi 48%, gas bumi 29%, batubara 19%, sementara Energi Baru dan Terbarukan (EBT) berkontribusi sekitar 4% (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2009). Harga keekonomian dari energi fosil yang cenderung di atas kemampuan masyarakat Indonesia merupakan salah satu alasan pemerintah melakukan kebijakan subsidi yang memberatkan keuangan negara. Oleh karena itu, terobosan baru penggunaan sumber-sumber energi alam (bioenergi) adalah jawaban kegundahan ini. Bioenergi dapat dihasilkan dari bagian-bagian tanaman, minyak nabati, atau limbah pertanian. Jenis energi yang dihasilkan berupa energi dalam bentuk gas (biogas), padat (biomass) atau cair (biofuel). Energi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan panas (kalor), gerak (mekanik), dan listrik tergantung pada alat yang digunakan dan kebutuhan dari pengguna.
kotoran/feses belum banyak dimanfaatkan. Karena itu kami memperkenalkan teknologi sederhana dalam mengatasi permasalahan energi dengan menggunakan kotoran sapi yang disebut ‘Biogas’.
1.2 Rumusan Masalah
Gambar 1.1 Diagram Alir Permasalahan lingkungan dan tahap hasil penelitian yang akan di capai.
Tabel 1. Rekapitulasi kondisi lingkungan kandang Peternakan Polinela.
No. Aspek Kondisi
1 Limbah feses Feses sapi belum digunakan masih menumpuk
dikandang dan mencemari lingkungan
Lingkungan yang belum terkordinir Potensi penggunaan feses belum optimal
2 Pencemaran
lingkungan Polusi bau mengganggu kesehatan lingkunganKotoran yang menumpuk menimbulkan lalat
Kotoran menyebabkan masalah kesehatan mahasiswa
jurusan peternakan praktek, Polinela. 3 Teknologi pengelolaan
limbah ternak
Limbah feses dijadikan bioteknologi “Biogas”
Baru kurang lebih 5 % feses di gunakan untuk pukuk
kompos dengan cara di taburkan begitu saja
4 Aplikasi biogas Biogas digunakan untuk keperluan anak kandang yang
tinggal di “Mes”
Anak kandang “Mes” tidak lagi bergantung pada gas
elpiji dan kayu bakar untuk kebutuhan (memasak)
Kepentingan instalasi biogas perlu penelitian lanjutan Limbah ternak yang
melimpah, mencemari lingkungan, serta sarang dari berbagai penyakit.
Limbah yang tidak ramah lingkungan Untuk diproses melalui pengelolaan kotoran sapi menjadi bioteknologi serta mendisain “Zero Waste”
Perlu inisiasi pembuatan
Mengonsep “Zero Waste”
dan kontrol secara kontinue
5 Pemanfaatan sludge Sludge (limbah biogas) dimanfaatkan lebih lanjut Sludge diolah untuk dijadikan pupuk cair dan pupuk
padat untuk menambahkan income Mahasiswa. Tabel 2. Hasil analisis SWOT
Strength (Kekuatan)
Bahan baku biogas dan kompos
tersedia melimpah, sebagian besar merupakan limbah sapi jurusan peternakan.
Biogas digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan kompor anak kandang “mes”
Mengorganisasi anak kandang
tersendiri
Usaha pengolahan limbah ternak
maupun sludge digester biogas sangat prospek di lampung, karena lampung merupakan komoditas hortikultura.
Weakness (Kelemahan)
SDM belum terarah terhadap Go
Organik.
Tingkat pendapatan yang masih rendah
masih mengandalkan kiriman orang tua maupun beaseswa yang diperoleh.
Masih dibutuhkan pengembangan Pengembangan/pengolahan limbah
ternak sebagai energi listrik untuk mendukung pembuatan pupuk granul dan pupuk cair dari limbah ternak maupun sludge digester biogas belum dilakukan secara kontrol.
Opportunity (Peluang)
Peluang mahasiswa menghasilkan
income dan kemandirian sofe skill.
Kebutuhan pupuk organik cukup
tinggi karena naiknya harga pupuk anorganik.
Usaha pengolahan limbah ternak
menjadi pupuk granul dan pupuk cair akan memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan penghasilan mahasiswa.
Usaha pengolahan limbah ternak
untuk energi alternatif dan pupuk organik (integrated farming system).
Threat (Ancaman)
Produk pupuk organik sejenis dari
luar wilayah.
Harga pupuk anorganik yang
murah
Pemahaman masyarakat tentang
kegunaan masyarakat masih kurang karena pendidikan rendah
Berdasarkan kondisi pada Tabel 1 tersebut, selanjutnya dilakukan analisis SWOT (Tabel 2), sehingga dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan kondisi krisis lingkungan yang dihadapi masyarakat peternak adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman anggota kelompok tani tentang proses pengolahan kotoran sapi menjadi Biogas, pupuk organik cair dan pupuk organik padat, tentang nilai tambah dari pengolahan kotoran sapi, tentang dampak negatif dari pencemaran lingkungan akibat kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik.
1.3 Luaran yang Diharapkan
1. Pembangunan dan instalasi biogas berbasis ramah lingkungan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Wilayah
Lampung sebagai provinsi penyangga ibukota merupakan lumbung sapi penopang kebutuhan ibu kota. Lampung dalam beberapa tahun terakhir adalah pemasok terbesar sapi utuk wilayah Jawa dan Sumatera. Populasi sapi di Lampung tahun 2005 sebanyak 417.129 ekor, dan tahun 2006 sebanyak 430.103 ekor. Sedang jumlah kambing tahun 2005 sebanyak 927.736 ekor, dan tahun 2006 sekitar 1.098.765 ekor (antara, 2012).
2.2 Masyarakat
Kondisi krisis lingkungan yang dihadapi masyarakat peternak adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman anggota kelompok tani tentang proses pengolahan kotoran sapi menjadi Biogas, pupuk organik cair dan pupuk organik padat, tentang nilai tambah dari pengolahan kotoran sapi, tentang dampak negatif dari pencemaran lingkungan akibat kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik. Saat ini Biogas belum banyak dikembangkan di Lampung, hal ini disebabkan oleh:
1. Persepsi masyarakat bahwa menggunakan biogas secara ekonomis kurang menguntungkan dan dibutuhkan waktu pemeliharaan yang lama,
2. Adanya keterbatasan modal untuk pembuatan instalasi, 3. Adanya persepsi menggunakan biogas berbahaya,
4. Inisiasi dari pemerintah masih kurang sehingga masyarakat enggan menggunakan biogas,
5. Masyarakat/kelompok masyarakat belum dilibatkan dalam perencanaan program sehingga salah sasaran atau salah lokasi,
6. Masyarakat perlu dimobilisasi dalam bentuk hibah instalasi biogas,
7. Masyarakat belum memiliki kemampuan dalam pemeliharaan sehingga program biogas belum berhasil sempurna,
8. Perlu fasilitator dalam penerapan biogas agar mkasyarakat menjadi yakin dan mau mengisi instalasi biogas secara kontinyu,
9. Perlu mobilisasi kelompok tani dan tenaga penyuluh pertanian/.peternakan dalam memasyarakatkan biogas,
2.3 Populasi Ternak
Tabel 3. Populasi ternak sapi di Provinsi Lampung per kab/kota tahun 1996 - 2005 (Ekor) 2 1997 9,312 24,391 53,374 - 314,733 64,284 - 67,998 888 - 534,980 3 1998 9,719 20,199 57,202 - 258,508 40,091 - 56,313 1,012 - 443,044 4 1999 13,063 8,956 56,962 50,118 126,516 29,240 32,098 53,448 991 609 372,001 5 2000 8,349 7,557 63,044 40,880 134,809 29,868 35,355 48,988 2,200 971 372,021
r(1996-2.15 - (4.69) - (17.16) (33.22) - - 19.22 - (8.10) 2000)
6 2001 12,524 6,610 76,649 44,558 134,313 21,230 25,068 49,901 1,045 1,636 373,534 7 2002 13,513 6,032 83,049 45,571 134,888 20,430 25,154 50,272 1,160 1,865 381,934 8 2003 14,348 7,316 77,083 49,357 136,298 22,144 25,180 52,422 1,214 1,988 387,350 9 2004 14,902 6,916 77,483 50,250 137,797 22,704 25,494 52,986 1,208 2,106 391,846 10 2005 14,904 7,678 83,084 51,323 139,451 27,740 25,850 63,941 1,156 2,002 417,129 r(2001-2005) 4.45 3.82 2.04 3.60 0.94 6.92 0.77 6.39 2.56 5.18 2.80 r(1996-2005) 7.67 - 0.94 - (7.68) (17.11) - - 0.67 - (2.45)
2.4 Permasalahan
Limbah ternak merupakan potensi besar yang dimiliki Lampung. Dengan perhitungan matematis dengan jumlah populasi ternak sapi sebanyak 400.000 ekor, Apabila seekor sapi mampu menghasilkan kotoran padat dan cair sebanyak 23,6 kg/hari dan 9,1 kg/hari (Tauscher et al. sitasi Setiawan, 2002), maka akan menghasilkan 9.440.000 kg feses sapi dan 3.640.000 kg kotoran cair.
Limbah ternak yang melimpah tersebut, dan belum dapat dimanfaatkan secara maksimal penggunaannya. Kotoran ini hanya disebarkan di sawah atau kebun tanpa pengolahan. Ini adalah potensi yang sangat besar bila dimanfaatkan, misalnya menjadi biogas sebagai Energi alternatif.
Pengaruh negatif karena kurangnya pengolahan limbah ini adalah akan menurunkan kualitas lingkungan bila dibiarkan begitu saja. Polusi bau dan pencemaran lingkungan dimungkinkan terjadi bila penanganann limbah tidak tepat. Belum lagi kualitas kesehatan yang menurun akibat adanya limbah tersebut.
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Alternatif Solusi
Berdasarkan hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan kondisi krisis lingkungan yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman anak kandang “mes” dan mahasiswa yang sedang praktek tentang proses pengolahan kotoran sapi menjadi Biogas, pupuk organik cair dan pupuk organik padat, pemupuk tanaman jagung maupun rumput pemeliharaan untuk ternak untuk dipanen sebagai kesejahteraan ternak itu sendiri, serta meningkatkan nilai tambah dari pengolahan kotoran sapi, tentang dampak negatif dari pencemaran lingkungan akibat kotoran sapi jika dikelola dengan baik. Berdasarkan akar permasalahan tersebut maka alternatif solusi yang dapat ditempuh oleh dijabarkan dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Alternatif solusi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam pengolahan limbah ternak.
No Alternatif Solusi Prospek Solusi
1 Instalasi biogas untuk menghasilkan gas (CH4)
Mengatasi problematika masalah feses yang mengganggu kualitas lingkungan.
2 Penelitian pengolahan sludge biogas menjadi produk pupuk organik
Akan meningkatkan pengetahuan dan memotivasi anggota, terhadap pemanfaatan limbah feses ternak menjadi biogas, Pupuk Cair, Padat dan kompos 3 Pembentukan unit
produksi pupuk kompos
Akan meningkatkan penghasilan anggota organisasi dan sebagai ladang praktek mahasiswa peternakan.
3.2 Rencana Kegiatan pemecahan permasalahan
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan pembuatan instalasi biogas dengan kapasitas digester 1,5 meter kubik. Arah pemanfaatan biogas pada kelompok organisasi ini adalah pemanfaatan enegri dari biogas untuk memenuhi kebutuhan anak kandang dan sekitar lingkunganya. Rencana teknis pelaksanaan antara lain :
a. Modifikasi teknis biogas otomatis untuk keperluan peternak dengan jumlah ternak 8 ekor (skala kandang praktek mahasiswa).
b. Penelitian teknis pembuatan biogas dan pengolahan menjadi pupuk cair dan padat c. Penelitian teknis selama proses pembentukan gas metana
d. Evaluasi proses kegiatan dan meningkatkan kekurangan serta menganalisa kesalahan-kesalahan dalam penelitian untuk perkembangan yang berkelanjutan sehingga penelitian benar-benar maksimal.
3.3 Partisipasi Mitra/lingkungan
1. Proses pembuatan akan sepenuhnya dilakukan oleh mitra, peneliti bersifat pembimbingan teknis sehingga proses transfer teknologi lebih efektif
2. Pengisian feses otomatis harian di kontrol mitra, untuk menjamin fermentasi pembetukan methan CH4 terjadi sempurna
3. Mitra melakukan perawatan dan trouble shooting kerusakan dalam bimbingan teknis pelaksanaan.
3.4 Pelaksanaan
Secara garis besar kegiatan akan dilakukan dalam tiga bentuk evaluasi, yaitu evaluasi awal, evaluasi proses, dan evaluasi akhir kegiatan. Skema pelaksanaan evaluasi disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema kerangka evaluasi pemanfaatan feses sebagai biogas.
Evaluasi awal akan dilakukan di awal kegiatan, dengan maksud untuk memperoleh gambaran lengkap kondisi awal tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta kegiatan. Evaluasi proses akan dilakukan pada tahap pembentukan unit percontohan. Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada tahap tersebut. Indikator keberhasilannya adalah terinstalasi unit percontohan pengolahan dan pengelolaan limbah ternak sapi dengan teknologi filtrasi bertingkat dan fermentasi. Evaluasi akhir kegiatan dilakukan pada akhir program kegiatan, dengan maksud untuk mengetahui besarnya peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang berhasil dicapai. Indikator keberhasilannya adalah 100% unit pengolahan limbah ternak sapi berjalan berkelanjutan (integrated farming system).
Perumusan Masalah Solusi Hasil/Tujuan
Pengetahuan dan pemahaman anggota kelompok tentang pengolahan dan pengelolaan
kotoran sapi rendah Aplikasi teknologi baru dengan energi dari
biogas
Peningkatan penghasilan anggota kelompok organisasi Diversifikasi penggunaan energi
biogas belum dilakukan Limbah ternak yang dihasilkan di
kandang ternak Politeknik Negri Lampung melimpah
Evaluasi awal Evaluasi proses Evaluasi Keberhasilan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Alternatif Solusi
Berdasarkan hasil anlisis, dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan kondisi krisis lingkungan yang dihadapi dapat menambah pengetahuan, pemahaman mahasiswa dan untuk anak kandang “mes” serta mahasiswa yang sedang praktek bahwa pengolahan kotoran sapi dapat menjadi Biogas, pupuk organik cair dan pupuk organik padat, pemupuk tanaman jagung maupun rumput pemeliharaan untuk ternak untuk dipanen sebagai kesejahteraan ternak itu sendiri, serta tentang nilai tambah dari pengolahan kotoran sapi, mengurangi dampak negatif dari pencemaran lingkungan akibat kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan riset terhadap permasalahan tersebut hasil alternatif solusi yang dapat ditempuh dapat dijawab dijabarkan dalam Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Riset Alternatif solusi yang di capai.
No Alternatif “job” Prospek Solusi
1 Instalasi biogas terbangun
dan termanfaatkan Feses sapi telah menghasilkan gas yang efeknyasangat dirasakan oleh mahasiswa sebagai income.. 2 Mengemas Pupuk Cair dan
pupuk padat buangan dari biogas dan di ujicoba.
Dengan penanaman biogas mahasiswa telah mengetahui keterampilan biogas walaupun matakuliah biogas akan didapat pada semester Lima. 3 Terbukti tanaman yang
dipupuk pertumbuhan subur dan menghasilkan.
Dengan aneka keterampilan menghasilkan kemasan produck pupuk cair dan padat menghasilkan income dan beberapa menjadi monitoring kelompok tani.
4.2 Integrated Farming Sistem Pada Gambar 3 berikut
Sapi merupakan hewan ruminansia dimana menghasilkan gas yang dapat
di manfaatkan melalui fermentasi
Limbah yang tidak ramah lingkungan Untuk diproses melalui pengelolaan kotoran sapi menjadi Biogas sehingga
tercipta sekala industri
Dijadikan Pupuk Padat berupa “Granul” siap saji untuk pupuk hortikultura/pertanian lainya. Sehingga tercipta “Zero Waste”
TERNAK
Berdasarkan hasil penelitian dengan ujicoba terhadap kualitas pupuk organik tersebut. Telah di aplikasikan pada tanaman jagung dan rumput pemeliharaan yaitu rumput gajah kingres dan rumput gajah odot yang ada dilahan peraktik mahasiswa jurusan peternakan Politeknik Negri Lampung. Jagung yang di berikan pupuk sludge yang telah diolah terbukti sangat baik pertumbuhanya, seperti pada gambar berikut :
Gambar . 4. Hasil Parameter Penelitian
Dengan demikian diharapkan bahwa
jagung yang telah di panen akan tersisa batang
dengan demikian batang tersebut dapat dimanfaatkan untuk makan ternak dengan di Cover sedangkan jagungnya dapat untuk sumber penghasilan maupun untuk makanan dapat juga digunakan sebagai bahan campuran ransum pakan. Dengan pengenalan sistem aparatur pertanaian “Integrated Farming Sistem” maka secara tidak langsung akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa sebagai agen of change dituntut mampu mengatasi permasalahan yang ada dimasyarakat dan setidaknya lingkungan sekitarnya terlebih dahulu sehingga mampu membuat loka area percontohan untuk memberikan kepercayaan kepada maasyarakat sebagai tranformasi terhadap Riset-riset yang kompeten.
Metode “Inegrated Farming Sistem” ini jika di terapkan di seluruh industri peternakan di Indonesia maka dapat mengurangi pencemaran lingkungan, penyebaran sumber penyakit sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, kepercayaan masyarakat terhadap riset perguruan tinggi dapat di terima dengan mudah dan dapat meningkatkan sumber penghasilan bagi mahasiswa. Maka jika demikian secara empiris, perusahaan sekala industri “Zero Waste”.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ternak sapi pada umumnya hanya dimanfaatkan oleh masyarakat adalah daging, susu dan kulit. Sedangakan limbah sebagian sedikit yang dimanfaatkan. Sapi setiap harinya akan menghasilkan feses bayangpun berapa banyaknya feses sapi, jika di manfaatkan dengan teknologi dapat mensejahterakan masyarakat dan sebagai sumber pendapatan bagi yang memanfaatkanya. Salahsatu teknologi yang mudah dan ramah lingkungan dapat di pakai sekala rumah tangga maupun sekala industri salahsatunya yaitu “Biogas”
Biogas tidak selesai sampai di situ saja, namun biogas menghasilkan limbah yang dapat simanfaatkan lebih lanjut yang kita kenal dengan sebutan “Sludge”. Dimana seludge tersebut dapat di olah kembali menjadi pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk tersebut dapat pula di aplikasikan ke tanaman hortikultura sebagai contoh jagung. Jagung yang di berikan pupuk kompos ternyata pertumbuhanya bagus dan hasil jagungnya baik. Oleh karena itu batang jagung pun dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak dengan cara pengolahan teknologi seperti : Dibuat Hey , maupun Silase atau juga dapat di berikan langsung secara segar setelah di cover terlebih dahulu untuk mengefesiensikan pemberian pakan. Dengan demikian dapat dikatakan “Integrated Farming Sistem” maka terciptanya ramah lingkungan “Zero Waste”.
5.2 Saran
Kualitas biogas dan kontrol lokal area di area perkandangan serta mes mahasiswa Politeknik Negri Lampung perlu dijaga untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Penjagaan kualitas biogas adalah saat tiba musim hujan karena terlalu banyaknya air yang mengalir di selokan yang masuk pada mulut biogas perlu pengontrolan, penggunaan biogas dilakukan asecara hati-hati, jika terjadi kebocoran tabung penampung gas metana (CH4), sedangkan hasil sampingan seperti pupuk padat dan cair, untuk dikembangkan lebih
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Air Kencing Sapi jadi Pembasmi Hama. Artikel di Harian Suara Merdeka terbitan Kamis 19 Agustus 2004.
An, Bui Xuan; Thomas R Preston; and Frands Dolberg. 1997. The introduction of low-cost polyethylene tube biodigesters on small scale farms in Vietnam. Livestock
Research for Rural Development Volume 9, Number 2, May 1997.
Lingga, P.1993. Pupuk dan Cara Memupuk. Kanisius. Jakarta.
Rahman. 1989. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Bekasi.
Setiawan, A.I. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Cetakan ke tiga Penebar Swadaya. Jakarta.
Gambar 5 Menejemen selokan kandang menuju ke mulut biogas.
Gambar 7. Biogas aliran ke mes kandang tempat tinggal mahasiswa untuk memasak Gambar 8. Pemeliharaan secara rutin.
Gambar 9. Lokasi Praktek Mahasiswa Jurusan Peternakan Polinela di lingkungan kandang.