• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kreativitas Gondo sebagai koreografer muda dan berbakat membawanya semakin bersinar. Pada tahun 2000 ia bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Disbudpar Provinsi Jawa Barat dengan menjadi penata tari komedi dalam Misi

54

Dea Asri Pujiasti, 2015

PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesenian ke Negara Malaysia, juga sebagai penata Rumpun Tari Jawa Barat ke Singapura pada tahun 2001. Pribadinya yang humoris dan supel menarik simpati seorang dalang kondang yaitu Asep Sunandar Sunarya. Bersama putranya Dadan Sunandar Sunarya, Gondo dilibatkan pada sebuah acara yang berjudul Sasagon yang pada waktu itu tayang di TVRI. Selain tampil di Tv daerah, Gondo juga aktif pada beberapa program Tv Swasta seperti acara Ngedate Sareng Si Cepot yang sebagai peserta pada program acara API (Akademi Pelawak Indonesia) di TPI pada tahun 2005. Pada tahun 2006, Gondo bekerja sama dengan Ozenx Percussion, melibatkan dirinya pada acara Jaka Baret di salah satu program stasiun Tv Swasta Nasional. Pengalamannya mengikuti event tersebut membawanya pada pemikiran untuk membuat pembaruan pada karyanya, saat itu Gondo terinspirasi untuk menciptakan karya yang bersifat guyon, maka terciptalah karya tari Jaipong Topeng Rehe dan NIKU (Nini Kuat) pada tahun 2009. Dalam kedua karya Jaipong Komedi ini, memang gerak tari Jaipongnya tidak banyak dan rumit seperti karya tari Jaipong sebelumnya. Tari Jaipong komedi ini cenderung lebih banyak menampilkan sisi lucu pada gerakannya, tetap mengusung 3G yaitu Gitek, Geol dan Goyang, tetapi gerakan tersebut dilakukan dengan guyonan. Tarian yang berdurasi sekitar 4 menit ini didominasi oleh “hehereuyan” dan beberapa kali terdapat komunikasi antara penari dan pangrawit yang berada di belakang atau samping panggung. Salah satu dialog antara penari dan pangrawit yaitu berisi ajakan untuk bergoyang atau meminta dipukulkan kendang untuk mengisi gerak goyangan pinggulnya. Contohnya lainnya, gerak mincid yang seharusnya dilakukan dengan centil dan ceria, dalam tarian ini penari melakukannya dengan bergoyang sambil menggoda penari lainnya, sehingga penari yang lainnya terjatuh dan penonton tertawa. Didukung dengan penggunaan properti tari yaitu topeng yang berbentuk lucu dengan lidah menjulur, gigi ompong dan lain-lain. Musik pengiringnya adalah botol kecap, dalam lirik lagu tersebut terdapat penggalan lirik yang menyiratkan bahwa penarinya adalah gadis yang cantik, nyatanya para penari menggunakan topeng yang berwajah jelek. Musik menghentak-hentak cepat dan enerjik, sedangkan dari judul tariannya saja

55

yaitu “Rehe” memiliki arti sepi. Hal itu sengaja dilakukan Gondo agar terkesan terbolak-balik dan lucu, sehingga mengundang tawa yang melihatnya.

Foto 3.5 Foto 3.6

Tari Jaipong Topeng Rehe Gondo bersama penari Topeng Rehe (Dokumentasi Gondo, 2010) (Dokumentasi Gondo, 2010)

Begitupun dengan tarian NIKU (Nini Kuat), Tari Jaipong Niku diciptakan pada tahun 2009. Dalam tari Jaipong NIKU, penari diibaratkan sebagai seorang nenek-nenek tetapi dapat menari secara enerjik dan centil. Tarian ini hanya berdurasi 3-4 menit, dan didominasi oleh gerak yang mengandung candaan. Banyak rangkaian gerak yang menunjukan bahwa penari adalah nenek-nenek yang perkasa, hal itu diwujudkan dengan koreo yang enerjik sambil mengangkat tongkatnya, kemudian berlompat dan lain sebagainya. Ditambah dengan musik iringannya yang mendukung para penari untuk bergerak enerjik dan centil. Tetapi tetap saja, sisi nenek-neneknya ditonjolkan dengan membungkuk dan batuk-batuk, sesekali. Gondo menciptakan tari Jaipong Komedi atas dasar cerminan dari dirinya pribadi yang memang senang berguyon (bercanda).

Foto 3.7

Tari Jaipong NIKU (Nini Kuat) (Dokumentasi Gondo, 2013)

56

Dea Asri Pujiasti, 2015

PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain karya tari Jaipong yang bertemakan komedi, Gondo juga menciptakan karya tari Jaipong yang memadukan gerak tari Jaipong dengan ragam gerak modern dance. Pengalaman Gondo dalam membuat tari modern dance pernah dilakukan pada salah satu program TVRI Bandung yakni acara Kalangkang Bentang bersama Tati Saleh, Gondo dipercaya sebagai penari latar sekaligus koreografernya. Pada tahun 2000 pada acara ulang tahun PDI Perjuangan, Gondo oleh panitia PAC Banjaran dipercaya untuk membuat Oratorium Kolosal dengan judul karya Putri Sang Fajar, selanjutnya pada tahun 2006 dalam rangka hari jadi Kabupaten Bandung, Gondo terlibat sebagai konseptor, sutradara serta konsultan Tari Rakyat dan Pencak Silat, yang selanjutnya karya Gondo tersebut didokumentasikan dalam buku Karya Pembangunan Kabupaten Bandung oleh Disbudpar Kab Bandung. Dari pengalaman di atas, Gondo sadar bahwa seniman tari Jaipong saling berlomba menciptakan pembaruan yang lebih kreatif agar dapat bertahan di industri seni, maka dari itu Gondo terus menciptakan pembaruan dalam karyanya pada setiap perjalanan kreativitasnya. Sekitar tahun 2008, daya kreatif Gondo semakin berkembang, seiring dengan pengalaman dan faktor lingkungan dimana ia berada. Ia mulai terfikir untuk membuat karya tari Jaipong yang musik iringannya berbeda dari biasanya. Maka terciptalah karya tari Jaipong Techno Sangcang Gugat dan Ronggeng Nyentrik. Pada dua karya tersebut, Gondo membuat musik iringan tari dengan menggabungkan Sound Effect yang bemacam-macam. Selain ini jauh lebih menarik, sound effect juga dapat menunjang kebutuhan gerak yang kompleks dan rumit menjadi semakin dramatik. Ia tidak melakukan hal ini sendirian, ia bekerja sama dengan teman baiknya yaitu Ega Robot. Ega dikenal sebagai pemusik serba bisa, dan dalam hal menciptakan karya tari, Gondo selalu bekerja sama dengan Ega untuk membuatkan musik iringannya sesuai dengan apa yang Gondo inginkan. Sebagai contohnya, Gondo memadukan gerak Modern Dance yang lincah dengan sound effect yang menunjang, misalnya pada gerakan hentakan kaki yang lincah dan cepat, pada akhir hentakannya, musik terdengar

57

semakin keras dan diberi efek yang dramatis. Contoh lainnya misalnya pada tari Techno Sancang Gugat, Gondo memberikan gerak yang memperlihatkan penari seperti harimau, dengan memperlihatkan seluruh jari yang seperti hendak menerkam, disini didukung pula oleh sound effect berupa auman harimau. Hal tersebut didasari oleh pengalamannya pada saat membuat tari modern dance yang pernah ia lakukan pada salah satu program TVRI Bandung yakni acara Kalangkang Bentang bersama Tati Saleh.

Fot8 3.7 Foto3.9

Tari Jaipong Techno Sancang Gugat Tari Jaipong Techno Sancang Gugat (Dokumentasi Gondo, 2012) (Dokumentasi Gondo, 2012)

Foto 3.10

Tari Jaipong Ronggeng Nyentrik (Dokumentasi Gondo, 2008)

Pada tahun 2010, ia menciptakan tari Etnik Kreatif. Dimana tarian tersebut menyuguhkan gerak yang kompleks, rumit, dan pengolahan level yang beragam, sehingga membuat tarian tersebut terlihat sangat sulit untuk dilakukan. Jika karyanya di tahun 90an dan awal 2000an Gondo memadukan gerak tari Jaipong

58

Dea Asri Pujiasti, 2015

PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan pencak silat yang teknik geraknya kompleks, di tahun 2010 khususnya pada karya tari Etnik Kreatif, ia memadukan ragam gerak tari Jaipong, pencak silat, dan modern dance dan robotic. Geraknya cenderung sulit untuk dilakukan, karena memiliki tingkat kerumitan yang tinggi, sebagai contohnya pada gerak yang Gondo beri nama gerak etnik kreatif yaitu posisi badan rengkuh, kaki dibuka adeg-adeg, tangan kiri di atas dan ditekuk, tangan kanan menyentuh pundak dan pandangan lurus ke depan, lalu tangan kiri ditarik ke arah bawah dan disimpan di bahu kiri, kemudian tangan kanan turun ke bawah dan agak dibuka sejajar dengan pinggang, setelah itu tangan ditarik ke depan dengan lengan bawah saling menempel dan tangan kanan nangreu, tangan kiri rumbai, lalu tangan saling membuka dengan pergelangan tangan saling menempel, tangan kanan nangreu dan tangan kiri rumbai, kemudian tangan membalik, tangan kiri di atas nangreu dan tangan kanan di bawah rumbai. Gerakan tersebut dilakukan dengan hitungan cepat, dan setiap gerakan seperti ini, penonton yang melihat selalu memberikan tepuk tangan, karena selain hitungannya cepat, gerakannya rumit dan kompleks, musik yang mengiringinya pun menambah efek dramatik. Hal ini ia lakukan, karena pada saat itu sedang booming tarian yang mengusung gerak robotic khususnya pada modern dance. Gondo berfikir bahwa, mengapa tidak digabungkan saja Jaipong dan modern dance? Ini akan menjadikan karyanya berbeda dan lebih inovatif. Berbekal pengalamannya pada acara Kirab Remaja Nasional yang pada saat itu Gondo dipercaya oleh Gugum Gumbira sebagai asisten pelatih sektoral untuk melatih tarian Etnik Papua. Kemudian pada acara yang sama, Gondo melatih tari Etnik Sunda. Hal ini membuat Gondo semakin kaya pengetahuannya tentang gerakan etnis daerah. Sudah tentu pembendaharaan gerak Gondopun semakin berkembang. Maka diciptakanlah tari Etnik Kreatif. Respon masyarakat sangat baik, tari Jaipong Gondo yang berbeda ini dapat diterima masyarakat dan disukai, karena unik dan dikemas secara modern.

59

Foto 3.11 Foto 3.12 Tari Jaipong Etnik Kreatif Tari Jaipong Etnik Kreatif (Dokumentasi Gondo, 2013) ( Dokumentasi Gondo, 2013)

Memasuki tahun 2011, Gondo berfikir lagi untuk menciptakan kebaruan pada karyanya. Melihat karya yang sebelumnya yaitu tari Etnik Kreatif pada tahun 2010 mendapatkan respon positif dari masyarakat, Gondo ingin menciptakan kebaruan yang lebih unik dan berbeda lagi. Pada waktu itu, musik beatbox tengah menjamur di kalangan masyarakat, lagi-lagi Gondo terinspirasi untuk menciptakan karya yang menggebrak, yaitu Acapella Dance. Tari Jaipong yang diiringi oleh musik yang dihasilkan oleh mulut yang menirukan suara gamelan, kendang, beatbox, dan suara audio effect . Dari awal ia menciptakan tari Jaipong hingga saat ini, semuanya tidak lepas dari rangsang audio dan sesuatu yang sedang berkembang di lingkungan sekitarnya, ia terus melakukan pembaruan dan menyesuaikan dengan zaman. Tarian ini merupakan tarian andalan. Geraknya merupakan paduan antara tari Jaipong, paping, breakdance dan robotic. Geraknya sangat enerjik, ruang geraknya luas, bertenaga dan lincah. Salah satu gerakan yang menarik dalam tarian ini yaitu gerak efek robotic, dimana penari bergerak menirukan robot dengan cara menggeserkan tubuhnya dan menoleh secara kaku dan tanpa ekspresi, kemudian musik yang diberi efek seperti kaset yang rusak (musiknya berulang-ulang seperti rusak) membuat penari yang kaku seperti robotpun menunjukan gerak seperti robot yang rusak dengan mengikuti beat musiknya. Hal ini yang dianggap unik oleh penonton dan mengundang rasa penasaran untuk menunggu ada gerak apa lagi setelah ini yang menarik. Tari Jaipong ini dianggap berbeda dan unik, maka tarian Acapella Dance ini selalu

60

Dea Asri Pujiasti, 2015

PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diminta untuk ditampilkan di beberapa acara. Awalnya tari Jaipong Acapella meraih juara 1 dalam lomba RRI Tingkat Nasional yang kemudian perlahan masuk dunia broadcast. Tari Jaipong Acapella ini pernah ditampilkan di stasiun Tv diantaranya Net, TransTv, ANTV, SCTV, MNC, dan TVRI. Sejak saat itu Jaipong Acapella karya Gondo mulai dikenal masyarakat dan permintaan untuk tampil di event-event besarpun berdatangan, tari Jaipong Acapella ini dianggap berbeda dengan Jaipong pada umumnya, lain daripada yang lain serta unik. Baru kali ini tari Jaipong yang iringan musiknya memakai musik mulut yang menyepertikan suara gamelan, beatbox dan rapp. Itulah alasan mengapa tari Jaipong Acapella ini merupakan tari andalan Gondo dan menjadi tari paling monumental bagi Gondo.

Foto 3.13 Foto 3.14

Tari Jaipong Acapella Dance Tari Jaipong Acapella Dance (Dokumentasi Gondo, 2011) (Dokumentasi Gondo, 2011)

Menjadi kreator tari bukan perkara mudah. Bukan sekedar menciptakan rangkaian gerak kemudian ditampilkan dan selesai. Bagi Gondo, menciptakan sebuah karya itu sangat perlu dipikirkan dengan matang dan tidak bisa instan, karena apapun yang dibuat secara instan, akan berakhir dan menghilang secara instan pula. Gondo tidak menginginkan hal itu, ia ingin karya yang dihasilkannya memiliki “sesuatu”, entah itu manfaat untuk orang lain, inspirasi untuk orang lain, dan yang paling penting ia ingin selalu diingat oleh orang lain yaitu dengan menjadi “berbeda”. Gondo tidak menginginkan karyanya dibilang bagus, karena

61

bagi Gondo, bagus itu relatif dan karya yang bagus itu sangat banyak. Ia lebih senang jika karyanya dinilai “berbeda”, karena yang berbeda akan selalu diingat.

Salah satu tantangan yang pernah dilalui yaitu pada saat diminta untuk menjadi koreografer Sandrina dalam acara Indonesia Mencari Bakat di Trans Tv pada tahun 2013-1014. Seperti yang kita tahu, itu merupakan acara televisi yang merupakan konsumsi publik, dan Gondo berfikir bahwa penonton tidak mau tahu karya yang disuguhkan harus bagus dan menggebrak. Adapun dalam acara itu ia kerap kali diminta untuk membuat karya tari dalam waktu yang singkat, bahkan hanya beberapa jam.

Foto 3.15 Foto 3.16

Sandrina pada acara IMB Gondo bersama Sandrina pada acara IMB (Dokumentasi Gondo, 2013) (Dokumentasi Gondo, 2013)

Berdasarkan wawancara dengan Gondo pada tanggal 19 April 2015, langkah-langkah dalam menciptakan suatu karya tari dan berbagai hal yang harus difikirkan yaitu mempertimbangkan garapan agar sesuai dengan teknik dan keterampilan gerak yang harus dikuasai oleh penari untuk melakukan suatu tarian, karena itu merupakan faktor yang mempengaruhi menarik atau tidaknya sebuah pertunjukan. Sebuah tari yang terdiri atas gerakan-gerakan yang tidak membutuhkan keterampilan dan latihan-latihan sebelumnya, misalnya terdiri atas gerak keseharian yang dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak akan menarik untuk ditonton, walaupun boleh jadi menarik untuk dilakukan, kecuali jika diimbangi dengan penataan faktor-faktor koreografi lain, seperti komposisi ruang, pengaturan irama, dinamika, kostum, tata panggung dan tata lampu.

62

Dea Asri Pujiasti, 2015

PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di samping teknik dan keterampilan gerak, suatu tari pertunjukan menuntut perkembangan bentuk, yang dalam segala kaitannya berarti penataan atau pengaturan. Elemen-elemen sederhana seringkali dapat ditampilkan dengan cukup berdaya pikat dengan penataan dan penggarapan bentuk yang memadai. Gerak adalah bahan baku tari, oleh sebab itu seseorang yang hendak menyusun atau menata sebuah tari harus benar-benar memahami hukum-hukum dan unsur-unsur pembangun gerak. Tiga unsur-unsur utama pembangun gerak adalah ruang, waktu dan tenaga. Bagaimana penataan ketiganya secara cermat, sehingga memberikan hasil yang maksimal merupakan salah satu aspek koreografi yang harus dipahami benar-benar oleh seorang pencipta tari. Pengetahuan mengenai unsur-unsur ruang, waktu dan tenaga harus juga disertai dengan kepekaan penghayatan atas ketiganya. (Murgianto. 2004:62)

Koreografi merupakan proses pemilihan dan pengaturan gerakan-gerakan menjadi sebuah tari. Untuk pekerjaan tersebut, dibutuhkan kreativitas yaitu kemampuan seseorang menghasilkan komposisi, produk atau ide-ide baru yang sebelumnya tak dikenal oleh penciptanya sendiri. Komposisi merupakan usaha seorang seniman untuk memberikan wujud estetik terhadap perasaan atau pengalaman batin yang hendak diungkapkannya. Seorang yang menekuni dunia komposisi selalu berhadapan dengan memilih, menyusun, dan sekaligus mempertunjukan hasil tataannya kepada penonton, (Sal Murgiyanto, 2004: 68-69). Hal itu sesungguhnya bukanlah sebuah ilmu yang cukup hanyak dikuasai dengan dihafal, tetapi harus dikuasai lewat serangkaian latihan, percobaan dan pengalaman di lapangan.

Tapi ini adalah tantangan bagi Gondo, maka ia pun sangat memperhatikan segala hal yang menjadi dasar dalam menciptakan karya. Mulai dari ia mencari inspirasi dari hal yang sedang booming saat itu, saran dari rekan-rekannya, inspirasi dari gurunya, dan daya kreativitasnya. Semua yang ia fikirkan, ia ramu menjadi satu dan tertuang pada karyanya yang ia ciptakan pada saat itu. Pada saat itu musik hip hop, beat box dan gaya modern dance masih hits di dunia hiburan,

63

maka Gondo membuat suatu koreo yang menampilkan perpaduan dari semua aspek itu dan tentu saja tidak ketinggalan ia memasukan gaya robotic yang menjadi ciri khasnya. Terbukti, karya yang ia ciptakan untuk dibawakan oleh Sandrina membawanya menjadi juara pertama dalam acara tersebut, hal itupun membuat nama Gondo sebagai koreografer etnik kreatif semakin dikenal profesional. Terlihat pada karya Gondo selanjutnya yaitu tari Jaipong Alewoh. Tari Jaipong ini menarik, karena geraknya yang enerjik dan cenderung simetris dengan penggunaan tenaga yang kuat dan ditambah lagi dengan pola formasi yang rumit dan pengolahan level yang beragam, benar-benar mengundang decak kagum yang melihatnya. Pada karya Gondo sebelumnya, Gerak dengan penggunaan tenaga yang kuatpun tetap diberi kesan feminim misalnya dengan galieur setelahnya, atau gerak lambat dan mengalun setelah gerak cepat dan bertenaga. Pada tari Jaipong yang berdurasi sekitar 7 menit ini, dari awal hingga akhir tariannya, gerak benar-benar didominasi oleh gerakan yang cepat, kompleks, rumit, bertenaga dan simetris, ruang gerakannya luas, level yang digunakan amat beragam, pola lantainyapun amat banyak. Penggunaan gerak paping dan robotic pun amat banyak ragamnya dalam tarian ini. Tari Jaipong Alewoh ini pernah meraih juara pertama dalam acara Lawung Motekar yang diselenggarakan di Taman Budaya Bandung.

Foto 3.17 Tari Jaipong Alewoh (Dokumentasi Gondo, 2012)

Dea Asri Pujiasti, 2015

PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

Dokumen terkait