Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA
TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACAPELLA DANCE
TESIS
Diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Seni Konsentrasi Tari
Oleh
Dea Asri Pujiasti, S. Pd
1302649
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Oleh
Dea Asri Pujiasti
S.Pd. Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd)
pada Program Studi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana
© Dea Asri Pujiasti
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagiannya Dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin penulis
LEMBAR PENGESAHAN
DEA ASRI PUJIASTI
1302649
CIRI KHAS TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI SENGGOT DAN ACAPELLA DANCE
Telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing Tesis
Dr. Trianti Nugraheni, S.Sn. M.Si.
Nip. 197303161997022001
Mengetahui
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA Dr. Tri Karyono, M. Sn.
Nip. 196611071994021001
DISETUJUI OLEH PENGUJI
Penguji
Dr. Tri Karyono, M. Sn.
NIP. 196611071994021001
Penguji
Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M. Hum.
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penguji
Juju Masunah, M. Hum. Pd.D.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Perkembangan Tari Jaipong Gaya Gondo Dalam Karya Tari Senggot dan Acapella Dance”. Penelitian ini di laksanakan di Sanggar Klinik Gondo Art Production dengan nara sumber Agus Gandamanah (Gondo). Dari seluruh karya yang pernah Gondo ciptakan dari awal hingga saat ini, pasti terdapat sesuatu yang menjadi identitas atau ciri khas yang membedakan karya Gondo yang dulu dengan karyanya yang sekarang, baik ditilik dari segi gerak, kostum, tema tarian, musik pengiring atau tata riasnya, sehingga dapat terlihat bagaimana perjalanan kreativitas Gondo serta faktor yang mempengaruhinya dalam dunia seni tari, sehingga dapat diketahui perkembangan karya tari Jaipong Gaya Gondo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai perjalanan kreativitas serta perkembangan tari Jaipong gaya Gondo dalam dunia seni tari, struktur penyajian dan keunikan secara menyeluruh mengenai dua karya tari Jaipong gaya Gondo. Gambaran tersebut didapatkan melalui analisis mengenai latar belakang proses penciptaan, penyajian struktur gerak, serta tata rias dan busananya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang dikaji melalui teori 4P dan kajian Etnokoreologi. Adapun analisis gerak pada penelitian ini menggunakan notasi Laban. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kreativitas gondo dalam menciptakan kebaruan dalam tari Jaipong didasari oleh pengalaman dalam berkesenian serta peka terhadap segala perubahan zaman. Berdasarkan kajian Etnokoreologi, dapat disimpulkan bahwa tari Jaipong Senggot dan Acapella Dance didominasi oleh gerak puremovement. Rias busana pada kedua tarian ini mengacu pada corrective make up dan busana pertunjukan tari.
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
This research is entitled “The Development of Gondo’s Jaipong Dance Within Senggot and Acapella Creation Dance”. The research conducted in Sanggar Klinik Gondo Art Production with Agus Gandamanah as the resourch. From all of the creation by Gondo since the very beginning until now, there must be an identity of signature that differentiates old Gondo’s creation and the new one – whether it is from it’s movement, dance theme, musical accompaniment, or cosmetology. This research aimed at discovering the visualization of Gondo’s creativity development in the dance world, the presentation structure of two typical Gondo’s Jaipong dances and the uniqueness of both relatively. Based on the research, Gondo’s creativity in cheating the novelty of Jaipong dance is grounded by experience in art and aware of changing times. Based on etnocoreology study, it can be concluded that both Senggot and Acapella Jaipong Dance are dominated by puremovement. In those dance creation, the cosmetology and wardrobe is based on corrective make up and the standard of dance performance wardrobe.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR FOTO ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian... 14
D. Manfaat Penelitian... 14
E. Metode Penelitian ... 15
1. Lokasi Penelitian ... 16
2. Sumber Data ... 16
3. Teknik Pengumpulan Data ... 17
4. Teknik Analisis Data ... 17
F. Instrumen Penelitian ... 18
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21
A. Penelitian Yang Relevan ... 21
B. Landasan Teori ... 27
1. Kreativitas ... 27
A. Teori 4P ... 35
B. Etnokoreologi ... 40
C. Komposisi Tari ... 40
2. Struktur Penyajian Tari Jaipong Tradisi dan Kontemporer ... 41
BAB III PERJALANAN KREATIVITAS GONDO DALAM DUNIA SENI TARI ... 47
A. Karya Tari Jaipong Tradisi ... 49
B. Karya Tari Jaipong Kontemporer ... 53
BAB IV PEMBAHASAN ... 71
A. Struktur Penyajian Tari Jaipong Senggot ... 71
1. Struktur Koreografi Tari Jaipong Senggot ... 73
2. Analisis Gerak Tari Jaipong Senggot ... 86
3. Busana Tari Jaipong Senggot ... 89
4. Tata Rias Tari Jaipong Senggot ... 96
B. Keunikan Tari Jaipong Senggot ... 100
C. Struktur Penyajian Tari Jaipong Acapella Dance ... 101
1. Struktur Koreografi Tari Jaipong Acapella Dance ... 103
2. Analisis Gerak Tari Jaipong Acapella Dance ... 130
3. Busana Tari Jaipong Acapella Dance ... 134
4. Tata Rias Tari Jaipong Acapella Dance ... 139
D. Keunikan Tari Jaipong Acapella Dance... 143
A. Kesimpulan... 148
B. Saran ... 150
GLOSARIUM ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 155
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 157
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan struktur penyajian tari Jaipong tradisi dan
kontemporer ... 46
Tabel 4.1 Struktur koreografi tari Jaipong Senggot ... 73
Tabel 4.2 Analisis gerak tari Jaipong Senggot ... 86
Tabel 4.3 Struktur koreografi tari Jaipong Acapella Dance ... 103
DAFTAR FOTO
Halaman
Foto 3.1 Gondo menari Breakpong... 48
Foto 3.2 Tari Jaipong Senggot ... 50
Foto 3.3 Tari Jaipong Sekar Panggung ... 52
Foto 3.4 Tari Jaipong Wayang ... 53
Foto 3.5 Tari Jaipong Topeng Rehe ... 54
Foto 3.6 Gondo bersama penari Topeng Rehe ... 54
Foto 3.7 Tari Jaipong NIKU (Nini Kuat) ... 55
Foto 3.8 Tari Jaipong Techno Sancang Gugat ... 57
Foto 3.9 Tari Jaipong Techno Sancang Gugat ... 57
Foto 3.10 Tari Jaipong Ronggeng Nyentrik ... 57
Foto 3.11 Tari Jaipong Etnik Kreatif ... 58
Foto 3.12 Tari Jaipong Etnik Kreatif ... 58
Foto 3.13 Tari Jaipong Acapella Dance ... 60
Foto 3.14 Tari Jaipong Acapella Dance ... 60
Foto 3.15 Sandrina pada acara IMB ... 61
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Foto 3.17 Tari Jaipong Alewoh ... 63
Foto 4.1 Busana tari Jaipong Senggot ... 91
Foto 4.2 Tari Jaipong Senggot ... 93
Foto 4.3 Tari Jaipong Senggot ... 93
Foto 4.4 Rias wajah tari Jaipong Senggot... 96
Foto 4.5 Rias wajah tampak depan ... 98
Foto 4.6 Rias wajah tampak samping ... 98
Foto 4.7 Busana tari Jaipong Acapella Dance ... 136
Foto 4.8 Rias wajah tari Jaipong Acapella Dance ... 141
Foto 4.9 Rias wajah tampak depan ... 142
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Notasi Musik Iringan Tari Jaipong Senggot ... 157
Sibilius Iringan Tari Jaipong Acapella Dance ... 159
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Notasi Musik Iringan Tari Jaipong Senggot ... 157
Sibilius Tari Jaipong Acapella Dance ... 159
Notasi Laban ... 179
Instrumen Penelitian... 182
Kumpulan Foto ... 185
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan seni tari di Jawa Barat telah mengalami proses
perkembangan yang cukup menarik. Keunikan ini teramati dari beberapa rumpun
tari di Jawa Barat yang masing-masing memiliki kualitas penyajian yang mampu
menumbuhkan minat masyarakat untuk mengapresiasinya. Salah satu rumpun tari
yang dalam perkembangannya memiliki proses perjalanan yang dinamis dan
menarik yaitu tari Jaipongan.
Suatu perkembangan seni khususnya tari akan selalu didasari oleh
dorongan yang kuat, dimanapun dan kapanpun perkembangan itu terjadi.
Uniknya, dorongan atau faktor yang mempengaruhi atau yang menyebabkan suatu
perubahan dan perkembangan tersebut tidak selalu datang dari dunia seni itu
sendiri, bahkan dari faktor sosial budaya. Narawati (2003) dalam bukunya yang
berjudul “Wajah Tari Sunda Dari Masa Ke Masa”, mengatakan bahwa:
2
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpaling ke Priangan. Rupanya lingkungan budaya Tjetje Soemantri yang jauh dari istana yang penuh tatanan seperti yang terdapat di Jawa Tengah mengakibatkan keberaniannya dalam mencipta lebih besar daripada para koreografer Jawa Tengah. Bagong Kussudiardjo dan Wisnu Wardhana yang muncul sebagai koreografer atau pencipta tari pada akhir 1950-an, sangat mengagumi karya-karya Tjetje Soemantri dan pernah belajar kepadanya. Oleh karena Tjetje Soemantri tak terikat oleh tradisi tari istana yang sangat ketat, ia memiliki peluang sangat bebas dalam menggunakan perbendaharaan gerak tari topeng dari Cirebon, wayang wong Priangan dan tari Jawa, hingga menghadirkan bentuk karya yang khas Tjetje Soemantri, yang dalam perkembangannya lebih lanjut oleh kalangan seni pertunjukan Jawa Barat dikategorikan dalam kelompok Tari Sunda Klasik. (2003: 293)
Pada awal tahun 1960-an, daerah Jawa Barat diramaikan oleh munculnya
tarian baru yang kaya dengan nuansa dan warna gerak, yakni tari Ronggeng karya
Gugum Gumbira yang dikenal dengan sebutan Jaipongan. Caturwati yang
berjudul “Tari Di Tatar Sunda”, memaparkan mengenai sisi penikmat tari Jaipong
seperti berikut.
Apabila Tjetje Soemantri dalam tariannya mengambil unsur gerak tari yang biasa dibawakan oleh kalangan priyayi Jawa dan para menak Sunda, berbeda halnya dengan Gugum Gumbira. Pada pertengahan tahun 1970-an, seni pertunjukan yang menjadi cikal bakal tariannya adalah tarian dari kalangan kalangan rakyat, khususnya ibing pencak dan ketuk tilu. Dua kesenian olah gerak ini dirasakan Gugum memiliki sifat hero, demokratis, erotic dan akrobatik, khususnya dalam setiap unsur gerak ada kejelasan atau memiliki makna dan fungsi. Sebagai contoh setiap gerak memiliki fungsi atau makna menyerang atau diserang, bahkan mengandung makna (cerita). Kelebihan dari sumber gerak ibing pencak dan ketuk tilu, tidak dituntut karakter, akan tetapi lebih kepada keterampilan. (2007:133)
Ketuk tilu pada saat itu diangkat oleh Gugum Gumbira menjadi Jaipongan
yang penggemarnya sebagian dari kalangan menengah terpelajar di kota-kota,
maka pada tahun 2000-an, kedudukan Jaipongan bergeser masuk ke kategori seni
populer (popular art) dan mass art. Seperti yang terdapat dalam buku The
3
(2005), ada empat jenis kategori seni bila dilihat berdasarkan penikmatnya yaitu
seni kaum menak (High Art), seni rakyat (Folk Art), seni popular (Popular Art)
dan Mass Art. (2005:20)
Seiring dengan berubahnya zaman, tari Jaipong ini terus bergerak dan
berkembang, tidak hanya merebak di kalangan penikmat tari Jaipong saja, karena
saat ini Jaipong dipadukan dan dengan tari modern seperti penggabungan tari
Jaipong dengan breakdance, penggabungan iringan musik yang inovatif,
koreografi yang modern, dan lain-lain, sehingga tari Jaipong kini lebih digemari,
ditambah lagi dengan adanya media yang membantu dan berperan dalam
perkembangan tari Jaipong di era Globalisasi ini. Terbukti, Jaipongan mampu
menembus berbagai kalangan, karena dapat menjadi suatu hiburan serta pengikat
solidaritas masyarakat.
Dalam buku “Tari Di Tatar Sunda” yang ditulis oleh Endang Caturwati (2007: 234), dijelaskan bahwa Gugum merasa tidak cukup dengan sumber gerak
dari bentuk tarian itu saja. Maka penjelajahannya melebar pada seni gerak lainnya,
antara lain tari Topeng Cirebon, tari Tayub, tari Topeng Cisalak, tari Topeng
Banjet, dan berbagai kesenian rakyat lainnya, khususnya kliningan yang kemudian
masyarakat mengenal dengan sebutan Bajidoran di daerah Karawang. Hentakan
bunyi kendang yang sangat dinamis beserta iringan musik karawitannya yang
sangat harmonis membuat Gugum terpukau. Gugum yang gandrung dengan seni
dan olah gerak, jiwanya berdegup dan menghentak-hentak manakala menyaksikan
berbagai gerak para penari ronggeng, serta gerak-gerak unik para laki-laki
penikmat Bajidor yang larut ikut menari dalam suatu pertunjukan seni tari khas
Karawang Kliningan Bajidoran.
Sejak saat itu, seolah-olah Gugum menemukan “intan” yang terpendam
yang selama ini ia cari. Gugum sering memburu pertunjukan Bajidoran di mana
pun berada, khususnya daerah Karawang dan Subang. Tidak terhitung berapa
4
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
depan para Bajidor lainnya, Gugum tidak mau terkalahkan demi gengsi. Mulai
dari menguasai arena Bajidoran dengan mengalahkan para Bajidor lainnya,
hingga melarikan sinden telah ia alami. Setelah semakin hari dirasakan
petualangannya telah cukup, khususnya hartanya semakin habis terkuras hanya
untuk mengumbar kesenangannya, Gugum mulai tergerak untuk melakukan “sesuatu”. (Caturwati, 2000: 241).
Apa yang dilakukan Gugum merupakan implementasi dari proses yang
panjang. Kreativitasnya tumbuh bahkan dari kegelisahan, kekecewaan dan
semangat seorang pemuda yang memiliki latar belakang multi pengalaman yang
kontradiktif antara keinginan dan kenyataan. Di lingkungan rumahnya, apapun
yang dilihatnya sehari-harinya adalah ibing pencak dengan berbagai jurus yang
dominan menampilkan gerak-gerak silat yang terstruktur, misalnya gerak
menangkis, melawan dan melindungi, dengan iringan musik yang lebih
mendorong suatu kebebasan berekspresi yang bergerak sesuai dengan ekspresi
individual. Khususnya pada musik padungdung, di mana sang pengibing bebas
memperlihatkan keterampilannya.
Hal ini bertolak belakang dengan apa yang dialaminya sebagai pemuda
remaja pada tahun 1960-an pada umumnya. Saat itu, Gugum lebih banyak bergaul
dengan teman-teman sekolahnya yang mengekspresikan kegiatan seninya berupa
tarian pergaulan yang dikenal dengan sebutan modern dance. Namun, adanya
peraturan dari Presiden Soekarno, melarang berbagai kesenian yang berbau
kebarat-baratan, maka kegiatan berekspresinyapun secara serentak terhenti dengan
terpaksa. Gugum yang telah mahir dalam mengekspresikan berbagai gerak,
khususnya kreativitas gerakan tubuh dan step kaki dalam irama ChaCha,
Bosanova, Waltz, bahkan mendapatkan kepuasan tersendiri dalam
mengekspresikan kebolehannya, seakan apa yang menjadi miliknya terenggut
begitu saja. Untuk pelampiasannya kemudian ia sering mendatangi pertunjukan
Ketuk Tilu Bang Tilil yang mangkal di Stasiun Bandung setiap malam minggu,
5
mencari jati dirinya, hingga bergabung dengan bajidor di arena hiburan Kliningan
mencari sesuatu yang dirasakan hilang dari jiwanya. (Gugum Gumbira: 2006,
dalam Caturwati 2007:235).
Tari Sunda menurut Gugum sebagaimana kirata, Sunda berasal dari sun=
cahaya atau pintar, dan da= wanda, artinya sosok yang bercahaya dan pintar.
Sosok ini diambil dari tokoh perempuan Ronggeng Gunung yang berkembang di
daerah Ciamis, seorang perawan murni yang sangat cantik, pintar serta memiliki
ilmu silat yang tinggi. Sosok Ronggeng Gunung inilah yang kemudian dijadikan
konsep untuk membuat tarian perempuan dengan ekspresi yang berbeda dari
tarian yang berkembang sebelumnya yang justru diambil dari gerak-gerak yang
atraktif, dinamis, dan berkesan jalingkak (kelelaki-lelakian), yang kemudian
dikenal dengan sebutan Jaipongan (Caturwati: 2007: 137-138).
Jaipongan Gugum mempunyai kekhasan gerak, yakni: dituntut adanya
kebebasan, sikap tangan dengan posisi ke atas, banyak gerakan menendang, tejeh,
depok, emprak, serta pandangan mata yang cenderung lebih banyak melihat ke
arah penonton, hal tersebut menandakan kewaspadaan. Gerakan menendang yang
diambil dari tari pencak dirasakan suatu luapan emosi yang demokratis,
khususnya bagi anak muda yang jiwanya senang akan kebebasan.
Apa yang dilakukan Gugum dapat dikatakan sebagai kreativitas individual
yang muncul didasarkan kesadaran dan realitas. Suatu kreativitas yang
mengekspresikan keinginan bawah sadar dengan cara-cara yang bisa diterima oleh
masyarakat. Menurut Sternberg, keinginan ini berkaitan dengan kekuatan,
reputasi, kekayaan, kehormatan atau cinta. (Sternberg: 29 dalam Caturwati,
2007:141). Namun demikian, kreativitas Gugum tidak saja diciptakan untuk
kepentingan artistik semata, tetapi berkembang menjadi suatu eksistensi diri yang
mempunyai suatu tujuan tertentu. Arnold Hauser dalam bukunya yang berjudul
The Sociology Of Art (dalam Caturwati, 2007:141), memberikan komentar yang
6
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
The legitimacy of tendentiousness in art is based not only the constant involvement of artistic creativity in practice; it rest upon the fact that art never wants just to represent but always want to persuade at the same time. It is never entirely expression, but always address as well. (1979: 219).
Pendapat tersebut seperti halnya Gugum yang pada dasarnya kehadirannya
tidak semata-mata hanya sekedar ekspresi belaka. Akan tetapi memiliki tujuan,
khususnya menggali kekayaan tari rakyat yang dalam kurun waktu tertentu
seolah-olah tenggelam dari blantika seni pertunjukan di Jawa Barat, maka
terbukti, Gugum melahirkan banyak agen perubahan di Jaipongan, banyak
seniman tari Jaipong dan murid-muridnya yang melakukan inovasi dan
pembaruan tetapi gerak tari Jaipong khas Gugum tetap menjadi akar dalam
melakukan pembaruan tersebut. Murid-muridnya ini memiliki perangkat estetis
dan background yang berbeda-beda, misalnya ada yang menyukai breakdance,
pencak silat dan lain-lain. Maka dari itu, dalam mengembangkan tari Jaipong,
mereka berkembang masing-masing sesuai dengan kemampuannya tetapi tetap
gaya Gugum tetap ada dalam karya mereka.
Saat ini para pelaku seni tari Jaipong ini berusaha bertahan sendiri untuk
survive. Arus globalisasi yang kian deras membuat kesenian daerah banyak yang
sudah mulai punah satu persatu, karena minat kaum muda akan kesenian daerah
sangatlah kecil, mereka menganggap kesenian daerah bukanlah hal yang wajib
untuk dipelajari. Agar hal tersebut tidak terjadi, para seniman dan koreografer tari
Jaipong saling berlomba melakukan pembaruan dan inovasi terhadap tari Jaipong.
Seperti tari Bajidor Kahot misalnya, tarian tersebut menggabungkan musik
Jaipong dengan gamelan Bali. Itu merupakan suatu bentuk inovasi agar tetap
diapresasi oleh masyarakat. Kemudian mulai bermunculan nama-nama
koreografer tari Jaipong yang memperlihatkan kebaruan, kreativitas dan
inovasinya, seperti Wawan Hendrawan (bah Awan) yang koreografinya
7
karya yang ia ciptakanpun tidak jauh berbeda dengan karya Gugum. Kemudian,
Yanto yang mengusung 3G yaitu gitek, goyang dan geol. Buyung dengan gerak
tari Jaipong staccato serta menggunakan musik kontemporer sebagai pelengkap
karya tarinya, Gondo dan masih banyak lagi. Masing-masing memiliki
kekhasannya masing-masing sebagai identitas karyanya. Misalnya, dalam karya
tari Gondo memiliki ciri khas dalam koreografinya yang dinamakan gerak efek
dan paping.
Gerak efek merupakan gerak sebab akibat yang dilakukan dalam tari
rampak, saat melakukan gerak efek atatu gerak sebab akibat, selalu ada satu
penari yang menjadi center utama yang diletakkan terpisah dari penari lainnya,
hal ini semata-mata agar gerak efek atau gerak sebab akibat yang akan dilakukan
terlihat jelas dan lebih terlihat selaras, misalnya penari center melakukan gerak
yang mengarah ke penari lainnya dengan disertai hentakan yang kemudian
seolah-olah hentakan tersebut berakibat pada penari lainnya.
Adapun gerak paping merupakan gerak stakato yang terinspirasi dari gerak
breakdance. Gerak paping cenderung patah-patah, memakai tenaga dan seperti
kaku. Walaupun geraknya didominasi oleh gerak yang enerjik dan cepat,
pengolahan tenaga yang keras, volume geraknya terkadang luas, level yang selalu
berubah-ubah, koreografi tari karya Gondo secara keseluruhan cenderung
feminim, meskipun garis geraknya lurus dan kuat tetapi dalam garis lintasannya
selalu diselipkan kesan yang manis dengan penggunaan galieur (gerak kepala),
pandangan dan senyum yang manis. Rangkaian koreografi tari Jaipong karya
Gondo banyak melakukan patahan torso agar terlihat manis dan anggun walaupun
geraknya memakai tenaga yang kuat dan gerak paping serta stakato, tetapi selalu
diselipkan gerak bervolume gerak sempit dan tempo yang mengalun setelahnya.
Selain itu, Gondopun selalu berinovasi dari musik pengiring tariannya, dari mulai
penggabungan lagu dengan effect tertentu yang mendukung kebutuhan koreografi,
melakukan gebrakan baru dengan menggunakan acapella, dan lain-lain. Hal ini
8
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jaipongan. Inovasi Gondo dianggap unik dan lain dari pada yang lain. Hal
tersebut merupakan salah satu upaya Gondo agar dapat tetap survive di dunia seni
tari Jaipong pada jaman ini. Ia tidak pernah berhenti berinovasi dan selalu
menggali hal apa yang sedang membuming pada saat itu untuk dapat dijadikan
inspirasi dalam berkarya.
Seiring dengan perkembangan tari di Jawa Barat, Bandung sebagai ibu
kota pun turut andil dalam melaksanakan perkembangan tari. Dalam menjaga,
mempertahankan dan melestarikan aset budaya (tari Jaipong), banyak inisiatif dari
para seniman di Jawa Barat untuk mendirikan sanggar-sanggar tari sebagai salah
satu upaya dalam melestarikan seni budaya tradisional. Salah satu sanggar tari
tradisional yang berkembang di Bandung adalah Klinik Gondo Art Production.
Sanggar ini didalamnya mengelola pembelajaran tari, khususnya tari tradisi dan
kreasi baru yaitu tari jaipong. Klinik Gondo Art Production dipimpin oleh Agus
Gandamanah (Gondo), seorang seniman tari yang melestarikan dan
mengembangkan tari Jaipong.
Kreativitas merupakan salah satu langkah yang sudah sepantasnya
diperhatikan oleh para seniman atau koreografer dalam menciptakan suatu karya.
Untuk mengikuti perkembangan zaman di era globalisasi yang semakin kompleks,
tuntutan terhadap suatu karya yang inovatif merupakan tantangan bagi para
seniman. Manfaat dari pengembangan kreativitas tidak hanya dirasakan oleh
individu itu sendiri sebagai perwujudan diri pribadi, tetapi oleh lingkungannya
juga. Kreativitas bukan saja memberikan pemahaman tentang keterwujudannya
dalam seni, melainkan juga menciptakan kemungkinan untuk mengatasi berbagai
masalah masa depan yang pada hari ini belum dapat diantisipasi. Murgiyanto
mengungkapkan bahwa:
9
ide-ide baru sesuai dengan tuntutan dunia sekitar yang berubah. Di dalam kesenian, hal ini berarti bahwa orang harus memiliki kreativitas. (2004 : 3)
Dewasa ini, karya seni sering kali dijadikan sebagai sarana hiburan.
Melalui proses yang panjang, muncul beraneka jenis tari dimana masing-masing
tarian tersebut mempunyai fungsi tersendiri, seperti yang dipaparkan oleh
Caturwati (2007 : 66)
Dengan adanya perubahan dari hiburan ke pertunjukan, maka fungsi seni tari tersebut kemudian melepaskan diri sepenuhnya menjadi alat interaksi ke sosialisasi. Selanjutnya ketika kesadaran estetis manusia semakin intens, bentuk-bentuk dari seni tari tersebut kemudian menjadi sumber inspirasi bagi terciptanya karya-karya baru yang dikenal dengan sebutan tari kreasi.
Dalam buku Penciptaan Tari Sunda, Iyus Rusliana menjelaskan definisi
koreografer, yaitu:
Yang disebut dengan pencipta tari atau koreografer, yaitu seniman yang mampu menemukan ide – ide dan konsep garapan yang orisinal menjadi karya tari inovatif. Adapun karya tari inovatif berarti karya tari yang memiliki ciri khas tersendiri atau keunikan dan kebaruan yang bermakna sebagai respon positif dari kemampuannya untuk menunjukan eksistensi dan potensi sebagai pencipta tari yang bercitra. Kehadiran karya tari hasil dari perilaku yang kreatif ini, biasanya terdorong dari dalam batinnya sendiri atau adanya inspirasi dari kepekaan terhadap masalah yang dialaminya dan kepekaan merespon dari berbagai peristiwa alam dan kehidupan yang ada di sekeliling (2008 : 15).
Di Bandung, salah satu sanggar yang berkembang yaitu klinik Gondo Art
Production, sebuah wadah kreativitas tari Jaipongan dengan format sanggar seni
dengan berbekal pengalaman kreatif dan manajemen yang baik agar dapat tetap
eksis dalam berkreasi di tengah-tengah dinamika perkembangan industri seni.
Sanggar ini berdiri sejak tahun 2004 di bawah pimpinan Agus Gandamanah
(Gondo). Mengapa dinamakan klinik jaipong? Disinilah yang membedakan
10
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tempat orang berobat, periksa kandungan dan balita, atau tempat yang identik
dengan obat-obatan, jarum suntik dan kamar operasi atau ruang khitan anak
laki-laki. Bukan pula klinik tempat para dokter praktek dan mendiagnosa pasien yang
terkena penyakit. Ini adalah Klinik tempat dimana dokter ahli gerak (sebutan bagi
koreografer) dan perawat (sebutan bagi para asisten pelatih) yang merupakan
orang-orang kreatif dan berinteraksi dalam suatu proses olah tari khususnya tari
Jaipongan dengan segala kekhasannya. Dimana para Dokter dan Perawat akan
mendedikasikan keahliannya dalam menggali potensi dan bakat para pasien (calon
spesialis Jaipongan). Agus Gandamanah (Gondo) sebagai pimpinan Klinik
sekaligus sebagai dokter ahli gerak (koreografer) selalu menciptakan pembaruan
dalam karyanya, gerak-gerak dalam karya tarinya merupakan ragam gerak dari
gerak yang sudah ada, selain mengembangkan gerak, Gondo juga lihai dalam
memadukan dan mengolah elemen dasar tari yaitu ruang, tenaga dan waktu dalam
sebuah tarian, sehingga dapat terlihat keselarasan dan sajian tari yang estetis. Tari
Jaipong merupakan tari kreasi baru, maka dari itu sah-sah saja dibuat perubahan
dalam gerak atau musik pengiringnya.
Agak terdengar asing memang bila istilah-istilah medis atau kedokteran
diadopsi menjadi bahasa seni, tapi kiranya ini pun bukanlah sesuatu yang harus
jadi bahan polemik publik atau opini negatif bagi pihak manapun, kalaupun istilah
ini tidak tepat diadopsi, setidaknya tidak ada juga pihak yang dirugikan. Itu
merupakan salah satu bentuk kreatif dan inovatif yang dilakukan agar masyarakat
tertarik, serta sebagai pembeda dengan sanggar lain. Itulah Klinik Gondo Art
Production yang mempunyai tujuan market orientied with selling point dengan
motto Crossing the Border. (Wawancara Gondo, 2014).
Berdasarkan wawancara dengan pimpinan Klinik Gondo Art Production
pada 4 November 2014, Gondo Art Production ini selalu mengedepankan
nilai-nilai kearifan lokal dalam proses kreatifnya, menjunjung tinggi loyalitas,
profesional, familier, serta attitude dan disiplin. Nilai-nilai budaya kita, khususnya
11
penuh pembaruan yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, serta
dibangun dengan konstruksi manajemen yang profesional. Klinik Gondo Art
Production merupakan sebuah jawaban dari fenomena pergeseran nilai-nilai
budaya lokal oleh nilai-nilai budaya barat. Klinik Gondo Art Production
merupakan wadah kreatif dan eksplorasi untuk menghasilkan karya-karya yang
inovatif dengan kekuatan nilai-nilai tradisi yang dimiliki khususnya seni tari
Jaipongan yang merupakan icon Jawa Barat yang dimiliki Indonesia.
Agus Gandamanah (Gondo) sebagai pimpinan Klinik sekaligus sebagai
Dokter Ahli Gerak (koreografer) selalu menciptakan pembaruan dalam karyanya,
gerak-gerak dalam karya tarinya merupakan ragam gerak dari gerak yang sudah
ada, selain mengembangkan gerak, Gondo juga lihai dalam memadukan dan
mengolah elemen dasar tari yaitu ruang, tenaga dan waktu dalam sebuah tarian,
sehingga dapat terlihat keselarasan dan sajian tari yang estetis. Tari Jaipong
merupakan tari kreasi baru, maka dari itu sah-sah saja dibuat perubahan dalam
gerak atau musik pengiringnya.
Agus Gandamanah (Gondo) mulai membuat karya pada tahun 80-an. Pada
saat itu ia menciptakan karya berdasarkan pengalaman empirik, imajinasi,
rangsang audio dan pengaruh lingkungan sekitar serta pengalaman ia belajar pada
gurunya yaitu Gugum Gumbira. Setiap karya yang ia ciptakan selalu memiliki ciri
khas tertentu, baik dari segi gerak, tema tarian, musik pengiring dan lain
sebagainya. Tetapi dalam karyanya, Gondo tetap mengakar pada kekhasan gerak
gurunya, ia tetap memadukan gerak Pencak Silat dalam karya tarinya.
Dari tahun 80-an hingga saat ini, Gondo tidak pernah berhenti
menciptakan karya yang penuh pembaruan, ia berfikir bahwa bila zaman berubah,
maka berubah pula ketertarikan manusia terhadap hiburan. Maka dari itu Gondo
selalu menyesuaikan karyanya dengan zaman saat itu dan trend saat itu. Mulanya,
tari Jaipong karya Gondo memang belum sekompleks dan serumit karyanya yang
12
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tari Jaipong yang Gondo ciptakan masih dengan iringan yang sederhana dan tidak
menggunakan sound effect seperti karya yang sekarang, dari segi koreografipun
cenderung diulang-ulang dan ragam geraknya tidak rumit dan teknik yang
digunakanpun tidak begitu sulit, serta riasan cantik dan busananya seperti pada
umumnya saja. Contohnya tari Senggot, Pamayang, Kawitan, Sekar Panggung,
Makalangan, Bentang Panggung dan Kembang Bandung.
Seiring dengan perkembangan zaman, Gondo sadar bahwa seniman tari
Jaipong saling berlomba menciptakan pembaruan yang lebih kreatif agar dapat
terus bertahan di industri seni, maka dari itu Gondo terus menciptakan pembaruan
dalam karyanya pada setiap perjalanan kreativitasnya. Misalnya pada tahun 87-an,
breakdance sedang membuming saat itu, kemudian Gondo terfikir untuk
memadukan tari Jaipong dengan breakdance, maka terciptalah tari Jaipong
Breakpong karya Gondo. Di tahun 2000an, karyanya didominasi oleh gerak yang
bernuansa sedikit modern yaitu dengan menggabungkan gerak Jaipong dengan
gerak modern dance, kemudian di sekitar tahun 2007 masyarakat sedang
dihebohkan dengan pelawak-pelawak di Tv yang menyuguhkan guyonan
(candaan), saat itu Gondo terinspirasi untuk menciptakan karya yang bersifat
guyon, maka terciptalah karya tari Jaipong Topeng Rehe. Kemudian di tahun 2011
musik beatbox tengah menjamur di kalangan masyarakat, lagi-lagi Gondo
terinspirasi untuk menciptakan karya yang menggebrak, yaitu Acapella Dance.
Tari Jaipong yang diiringi oleh musik yang dihasilkan oleh vocal yang menirukan
suara gamelan, kendang, beatbox, dan suara audio effect . Dari awal ia
menciptakan tari Jaipong hingga saat ini, semuanya tidak lepas dari rangsang
audio dan sesuatu yang sedang berkembang di lingkungan sekitarnya, ia terus
melakukan pembaruan dan menyesuaikan dengan zaman.
Dari keseluruhan karya yang telah Gondo ciptakan, dapat dikategorikan ke
dalam dua kategori besar, yaitu kategori tari Jaipong tradisi dan kategori tari
Jaipong modern. Kategori tari Jaipong tradisi berisi karya tari Jaipong dengan
13
tilu dan pencak silat gaya Gugum Gumbira serta mengandung pakem tradisi baik
dari gerak atau tema tariannya contohnya tari Jaipong Senggot, Sekar Panggung,
tari Jaipong Wayang Subali Sugriwa, tari Jaipong Wayang Srikandi Mustakaweni,
tari Jaipong Wayang Wangsit Siliwangi dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk
kategori tari Jaipong modern adalah karya tari yang sudah penuh dengan inovasi
modern baik dari ragam gerak, tema tarian maupun musik iringannya, contohnya
tari Jaipong bertemakan komedi yaitu NIKU dan Topeng Rehe, tari Jaipong
Alewoh, tari Jaipong Etnik Kreatif, tari Jaipong Acapella Dance, tari Jaipong
Techno Sancang Gugat, tari Jaipong Ronggeng Nyentrik dan masih banyak lagi.
Karya tari dalam kategori ini cenderung berbeda dengan tari Jaipong pada
umumnya, selain ragam gerak yang unik, tema tarian serta iringan musiknya pun
sarat dengan sentuhan kreativitas, salah satunya dengan penggabungan sound
effect pada musik tarinya.
Dari paparan tersebut, saya rasa dari seluruh karya yang pernah Gondo
ciptakan dari awal hingga saat ini, pasti terdapat sesuatu yang menjadi identitas,
keunikan serta perkembangan yang terjadi pada karya Gondo yang dulu dengan
karyanya yang sekarang, baik ditilik dari segi gerak, kostum, tema tarian, musik
pengiring atau tata riasnya, maka dari itu dirasa perlu dilakukan penelitian
mengenai karya Gondo yang dulu dengan salah satu karya yang monumental
untuk kemudian diidentifikasi koreografi, tema tarian, musik pengiring, kostum
serta tata riasnya agar dapat terlihat bagaimana perjalanan kreativitas Gondo serta
faktor yang mempengaruhinya dalam dunia seni tari, sehingga dapat diketahui
bagaimana keunikan dan perkembangan Tari Jaipong Gaya Gondo.
Maka dari itu, peneliti mengambil dua sampel tarian dari masing-masing
jenis kategori karyanya. Dari kategori tari Jaipong Tradisi peneliti mengambil tari
Jaipong Senggot sebagai sampel analisis, karena tari Jaipong Senggot adalah
karya tari Jaipong Gondo yang pertama dan ragam geraknya masih sangat
sederhana. Adapun untuk kategori tari Jaipong modern, peneliti mengambil tari
14
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan Gondo, tarian tersebut merupakan tarian yang monumental bagi Gondo,
karena selain telah memenangkan banyak lomba, tari Jaipong Acapella Dance ini
menjadi tarian andalan Gondo dalam setiap event yang diikuti. Tarian ini
dianggap sebagai tarian yang unik dan berbeda karena baru kali ini tari Jaipong
yang iringan musiknya memakai musik vokal yang menyepertikan suara gamelan,
beatbox, rapp serta penggabungan sound effect. Selain itu, ragam geraknya pun
merupakan penggabungan tari Jaipong, modern dance, serta gerak kontemporer.
Berdasarkan paparan permasalahan di atas, maka dari itu peneliti mengangkat penelitian tesis berjudul “Perkembangan Tari Jaipong Gaya Gondo Dalam Karya Tari Jaipong Senggot Dan Acapella Dance”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan agar terfokusnya
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka rumusan masalah yang
akan dikemukakan adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perjalanan kreativitas Gondo dalam dunia seni tari?
2. Bagaimanakah struktur penyajian tari Senggot karya Gondo?
3. Bagaimanakah struktur penyajian tari Acapella Dance karya Gondo?
4. Apakah keunikan yang terdapat pada tari Jaipong Senggot dan Acapella
Dance?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perjalanan berkembangnya tari Jaipong.
2. Untuk mengetahui upaya Gondo dalam mempertahankan keunikan tari
Jaipong.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perkembanganan karya Gondo dari
15
4. Untuk menemukan ciri khas karya Gondo, baik dari segi koreografi, musik
pengiring, tata rias dan busananya.
5. Untuk menemukan keunikan dari tari Jaipong Senggot dan Acapella Dance.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermafaat secara teoretis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah pengetahuan mengenai seniman yang kreatif dan inovatif
dalam menciptakan karya.
b. Dapat menjadi bahan masukan bagi perkembangan tari Jaipong sebagai
tari kreasi yang dapat terus berkembang dengan kreativitas.
2. Manfaat Praktis
a. Memacu seniman untuk menciptakan karya tari jaipong yang lebih variatif,
unik dan kreatif.
b. Membantu dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian
serupa bagi peneliti selanjutnya.
c. Pengalaman terjun langsung ke lapangan dalam observasi lapangan.
d. Menambah bahan bacaan untuk mahasiswa.
E. Metode Penelitian
Penelitian yang mengangkat topik mengenai tari Jaipong karya Gondo ini
merupakan paradigma metode penelitian kualitatif dengan cara mendeskripsikan
dalam bentuk kata-kata dan bahasa yang alamiah. Paradigma kualitatif digunakan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai tari Jaipong karya Gondo.
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan alat pengumpul data utama dan
berhubungan langsung dengan responden dan objek lainnya. Teknik pengumpulan
data yang dipergunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Sasaran
16
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
no 4 Bandung. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar, kemudian
hasil analisis bersifat kualitatif dalam bentuk deskripsi atau uraian.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (1989:3),
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller
(1986:9) dalam Moleong (1989:3), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.
Dari berbagai tari Jaipong yang telah diciptakan Gondo dari awal ia
berkarya hingga saat ini, peneliti memilih tari Jaipong Senggot dan Acapella
Dance sebagai sample penelitian, karena berdasarkan observasi dan wawancara
dengan Gondo, dua tarian tersebut jelas berbeda struktur penyajiannya dan
mencerminkan perubahan karya Gondo dari karyanya yang dulu dan yang terbaru,
sehingga dapat dilihat kreativitas dan inovasi Gondo dalam menciptakan karya
tari. Tari Jaipong Senggot dengan koreografi yang sederhana dan tidak rumit,
sedangkan Acapella Dance merupakan karya terobosan baru dengan segala
kerumitan dan kekompleksan geraknya serta dianggap paling mewakili kekhasan
tari Jaipong karya Gondo. Acapella Dance pun merupakan salah satu karyanya
yang monumental dan menjadi andalannya dalam tiap penampilan, karena
memiliki keunikan dan daya Tarik yang tinggi. Ciri khas tari Jaipong karya
Gondo dalam tari Acapella Dance sangat terlihat, baik dari segi gerak, teknik
gerak, maupun iringan musiknya.
Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti menjadikan tari Jaipong Senggot dan
Acapella Dance sebagai sampel dalam kajian perjalanan kreativitas penciptaan
tari Jaipong karya Gondo ini.
17
Tempat atau Lokasi penelitian yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu
sanggar Klinik Gondo Art Production milik Agus Gandamanah (Gondo) yang
bertempat di Jalan Martanegara no 4 Buah Batu Bandung. Observasi awal
dilakukan pada tanggal 4 November 2014 di sanggar Klinik Gondo Art
Production.
2. Sumber Data
a. Narasumber
Narasumber merupakan orang yang dapat memberikan informasi
mengenai topik yang akan diteliti. Narasumber kunci dalam penelitian ini
adalah Agus Gandamanah (Gondo) sebagai pemilik, pendiri dan koreografer
sanggar Klinik Gondo Art Production. Kemudian peneliti juga
mengumpulkan informasi dari Indra yaitu Adik dari Gondo sekaligus
Managemen sanggar Klinik Gondo Art Production.
b. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu tari Jaipong kreatif dan inovatif gaya
Gondo.
c. Pustaka
Sumber pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah buku
mengenai kreativitas dan jurnal yang relevan dengan topik penelitian.
d. Dokumen
Sumber data yang digunakan adalah dokumen mengenai tari Jaipong karya
Gondo. Dokumen tersebut diperoleh dalam bentuk video.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk
mendapatkan data. Data yang diperlukan berupa beberapa informasi mengenai tari
Jaipong karya Gondo. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara
alamiah dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka
18
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Observasi
Peneliti melakukan observasi yang pertama pada hari Selasa tanggal 4
November 2014 dan 3 Februari 2015 di Klinik Gondo Art Production. Peneliti
menemui pimpinan Sanggar Klinik Gondo Art Production yaitu Agus
Gandamanah (Gondo) untuk melakukan wawancara dan melihat situasi latihan di
sanggar tersebut.
b. Wawancara
Untuk menggali informasi dan data yang diperlukan, peneliti melakukan
wawancara dengan pimpinan Sanggar Klinik Gondo Art Production (Gondo) yang
sekaligus seorang koreografer pembaruan Tari Jaipong.
c. Studi Pustaka
Peneliti melakukan studi pustaka dari beberapa sumber yaitu buku dan
artikel. Hal ini bertujuan untuk memperkuat teori dengan apa yang peneliti teliti.
d. Studi Dokumentasi
Pada saat observasi dan wawancara, peneliti melakukan studi dokumentasi
berupa foto dan melihat dokumentasi Sanggar Klinik Gondo Art Production baik
berupa foto, data, dan lain-lain.
4. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis data dengan cara mengidentifikasi
kedua tari Jaipong karya Gondo yaitu tari Senggot dan Acapella Dance, baik dari
segi koreografi, musik pengiring, tema, tata rias serta busananya. Keabsahan data
yang digunakan peneliti dari data hasil penelitian, akan dilakukan dengan
pengecekan data-data yang didapat.
F. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data mengenai seluruh karya yang telah diciptakan
oleh Gondo, maka peneliti menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut.
19
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini, memuat pedoman
atau pengamatan mengenai pengolahan ide-ide Gondo dalam menciptakan suatu
karya tari Jaipong, pengamatan karya yang telah ia ciptakan dari tahun 80-an
sampai sekarang dengan cara melihat rekaman video karyanya, serta identifikasi
struktur penyajian tariannya. Pedoman observasi yang saya lakukan terbagi
menjadi dua, yaitu
a. Tari Senggot
Pedoman ini berisi tentang urutan atau cara menganalisis segala aspek tari
mulai dari koreografi, tema, musik pengiring, tata rias, tata busana serta struktur
penyajiannya. Kemudian dicari keunikan serta ciri khas dari karya tari Senggot
ini.
b. Tari Acapella Dance.
Pedoman ini berisi tentang urutan atau cara menganalisis segala aspek tari
mulai dari koreografi, tema, musik pengiring, tata rias, tatabusana serta struktur
penyajiannya. Kemudian dicari keunikan serta ciri khas dari karya tari Acapella
Dance ini.
2. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan kepada nara sumber kunci yaitu Agus Gandamanah
(Gondo) dan kepada Managemen sanggar Klinik Gondo Art Production.
Pertanyaan yang peneliti ajukan untuk Gondo selaku koreografer dan pemilik
sanggar Klinik Gondo Art Production adalah sebagai berikut.
4 November 2014
1. Sejak kapan Gondo mulai menciptakan karya tari?
2. Bagaimana proses kreatif Gondo dalam menciptakan karya tari Jaipong?
3. Sudah berapa karya tari jaipong yang Gondo ciptakan?
4. Apa ciri khas tari Jaipong karya Gondo?
5. Apa dalam setiap karya tari, memiliki tema yang berbeda?
20
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 Februari 2015
1. Dari seluruh karya Gondo, bila diklasifikasikan ada beberapa kategori, apa
saja kategori tersebut?
2. Tari apa sajakah yang masuk dalam kategori-kategori tersebut?
3. Dari seluruh karya Gondo, tari apa sajakah yang masih bergaya tari Jaipong
ketuk tilu dan geraknya tidak kompleks dan rumit?
4. Tari apa sajakah yang dianggap fenomenal, penuh pembaruan dan
monumental untuk Gondo?
5. Mengapa tarian tersebut dianggap fenomenal dan monumental bagi Gondo?
Adapun beberapa pertanyaan yang peneliti ajukan kepada Management
sanggar Klinik Gondo Art Production yaitu:
1. Sejak kapan sanggar Klinik Gondo Art Production ini berdiri?
2. Mengapa dinamakan “klinik”?
3. Ada berapa jumlah siswa yang mengikuti pelatihan di sanggar Gondo Art
Production?
4. Bagaimana cara menarik minat masyarakat agar mau masuk ke dalam
sanggar Klinik Gondo Art Oroduction?
5. Materi tari apa saja yang diajarkan di sanggar Klinik Gondo Art Production?
21
Sistematika penulisan dalam penelitian yang berjudul “Perkembangan Tari Jaipong Gaya Gondo Dalam Karya Tari Jaipong Senggot Dan Acapella Dance”
adalah sebagai berikut.
BAB I
Bab I merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, setting penelitian, sumber data, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data serta sistematika penulisan laporan.
BAB II
Bab II merupakan bab kajian pustaka yang mengaitkan teori, konsep, dan
topik penelitian. Bab ini merupakan teori-teori kreativitas, teori 4P, teori
Etnokoreologi. Selain itu dalam bab ini dipaparkan pula mengenai penelitian
terdahulu yang relevan dengan topik penelitian.
BAB III
Bab III merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan
analisis hasil temuan serta analisis keterkaitan antara teori dan data hasil temuan
mengenai kreativitas Gondo dalam menciptakan tari Jaipong.
BAB IV
Bab IV merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan yang berisi
tentang analisis hasil temuan serta analisis keterkaitan antara teori, konsep dan
data hasil temuan mengenai ciri khas tari Jaipong gaya Gondo yang dipaparkan
dalam sampel satu tarian yang paling menonjol dari seluruh karya Gondo.
22
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab V merupakan bab simpulan dan saran yang berisi tentang kesimpulan
peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran peneliti untuk
BAB III
Perjalanan Kreativitas Gondo Dalam Dunia Seni Tari
Gondo yang memiliki nama asli Agus Gandamanah ini lahir di Bandung
pada tanggal 14 Juli 1969. Gondo mulai mencintai dunia seni tari sejak beliau
duduk di kelas 5 sekolah dasar, dimulai dari seringnya mengisi acara untuk
memperingati hari kemerdekaan Indonesia di lingkungannya, mengikuti
lomba-lomba tari di tingkat RT, dan tidak jarang pula beliau juara. Jiwa seni sangat
mengalir deras dalam diri Gondo, ia terlahir dari keluarga yang mencintai seni, tak
heran kini ia berbakat dalam bidang itu. Kemudian pamannya sadar bahwa
keponakannya ini memiliki bakat di bidang seni tari, oleh pamannya beliau diajak
mengikuti sanggar untuk mengasah lagi kemampuan yang dimilikinya. Sekitar
tahun 80-an beliau bergabung di sanggar Gema Manunggal dan dilatih oleh bapak
Asep Syafaat, yang merupakan anak dari pemilik sanggar Gema Manunggal.
Melihat potensi yang dimiliki Gondo, bapak Asep Syafaat langsung
menjadikannya asisten di sanggarnya.
Saat mulai menggeluti dunia seni tari, ia mendapat penolakan keras dari
ayahnya, sebab ayahnya mengharapkan ia bekerja di kantor atau di instansi
tertentu, sedangkan Gondo malah mendalami dunia seni tari. Walaupun ayahnya
seorang seniman, ia menginginkan anaknya bekerja di instansi tertentu. Berbeda
dengan ibu serta adik dan kakaknya yang terus mendukung Gondo dengan apapun
yang menjadi cita-citanya. Untuk membuktikan pada ayahnya bahwa ia amat
serius dalam seni tari, ia kerap kali tidak pulang ke rumah untuk mengikuti
berbagai perlombaan, dan begitu pulang ke rumah, ia membawa piala untuk
diperlihatkan pada ayahnya dengan tujuan meyakinkan beliau bahwa ia amat
mencintai seni dan ingin mendalaminya. Tetapi ayahnya tetap tidak mendukung
48
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Di mata Gondo, tari Jaipongan merupakan tarian yang atraktif, dinamis,
memicu semangat serta memiliki daya tarik yang begitu kuat, sehingga ia ingin
terus menggeluti dan memperdalam tari Jaipong. Beliau sempat menggeluti tarian
klasik yaitu tari Baksa dan Lenyepan, tetapi saat menarikannya, tidak “seenak”
menarikan tari Jaipong, karena ia berfikir bahwa saat ia menari Jaipong, disitu ia
dapat melakukan kebebasan dan tidak terpatok pada apapun, sehingga ada
tantangan tersendiri untuk menarikan tari Jaipong.
Pada tahun 1986, masyarakat sedang dihebohkan dengan tarian
Breakdance yang terkenal saat itu, Breakdance adalah tarian budaya barat yang
mengusung gerak patah-patah. Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh masyarakat
menyukai tarian yang sedang marak di Indonesia saat itu, termasuk Gondo yang
pada saat itu tengah duduk di bangku SMA. Bagaimanapun itu, kita sebagai
penikmat senipun tidak dapat menolak pengaruh budaya yang datang dari luar,
tetapi karena begitu cintanya dengan tari Jaipong dan tidak ingin tari Jaipong
tergeser oleh budaya barat yang masuk, Gondo berinisiatif untuk menggabungkan
tari Jaipong dan tarian Breakdance. Beliau menamakannya tari breakpong yaitu
Breakdance Jaipong. Itulah kali pertama ia menciptakan karya, yang ternyata
diterima dengan baik oleh lingkungannya, sehingga ia sering mengikuti lomba
maupun menampilkan breakpong dalam acara-acara tertentu.
Foto 3.1
49
Dari keseluruhan karya yang telah Gondo ciptakan, dapat dikategorikan ke
dalam dua kategori besar, yaitu kategori tari Jaipong tradisi dan kategori tari
Jaipong kontemporer. Kategori tari Jaipong tradisi berisi karya tari Jaipong
dengan gerak-gerak yang masih sangat sederhana dan masih berkiblat penuh pada
ketuk tilu dan pencak silat gaya Gugum Gumbira serta mengandung pakem
tradisi, baik dari gerak, atau tema tariannya contohnya tari Jaipong Senggot, Sekar
Panggung, tari Jaipong Wayang Subali Sugriwa, tari Jaipong Wayang Srikandi
Mustakaweni, tari Jaipong Wayang Wangsit Siliwangi dan masih banyak lagi.
Adapun untuk kategori tari Jaipong kontemporer adalah karya tari yang sudah
penuh dengan inovasi modern, baik dari ragam gerak, tema tarian, maupun musik
iringannya, contohnya tari Jaipong bertemakan komedi yaitu NIKU dan Topeng
Rehe, tari Jaipong Alewoh, tari Jaipong Etnik Kreatif, tari Jaipong Acapella
Dance, tari Jaipong Techno Sancang Gugat, tari Jaipong Ronggeng Nyentrik dan
masih banyak lagi. Karya tari dalam kategori ini cenderung berbeda dengan tari
Jaipong pada umumnya, selain ragam gerak yang unik, tema tarian serta iringan
musiknya pun sarat dengan sentuhan kreativitas, salah satunya dengan
penggabungan sound effect pada musik tarinya.
A. Karya Tari Jaipong Tradisi
Setelah Gondo menciptakan karya Breakpong pada tahun 80-an yang mendapat
respon baik di masyarakat, Gondo mencoba menciptakan karya lagi berdasarkan
pengalaman empirik, imajinasi, rangsang audio dan pengaruh lingkungan sekitar
serta pengalaman ia belajar pada gurunya. Dalam karyanya, Gondo tetap
mengakar pada kekhasan gerak gurunya, ia tetap memadukan gerak Pencak Silat
dalam karya tarinya. Setiap menciptakan karya, ia selalu meminta bantuan kepada
Ega Robot untuk membuatkan musik pengiringnya. Hal ini tidak lepas dari
kekagumannya pada sosok gurunya serta seniman Jaipong yang menginspirasinya
50
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gondo mulai mengenal sosok Gugum Gumbira pada tahun 1990, melalui
keterlibatannya sebagi peserta dalam acara Kirab Remaja Nasional, saat itu
Gugum Gumbira memberikan instruksi dan kepercayaan pada Gondo, hal itu
sontak membuat ia senang dan terharu. Hal tersebut berpengaruh besar terhadap
karya yang diciptakannya pada saat itu seperti tari Kembang Tanjung, Senggot,
Pamayang, Kawitan, Mojang Tandang dan Makalangan. Pada karya Senggot
khususnya, dalam tarian tersebut gerak yang ia ciptakan tidak lepas dari gaya
Gugum Gumbira yang mengusung 3G (Geol, Gitek dan Goyang) dan Pencak
Silat. Rangkaian geraknya didominasi oleh ragam gerak Jaipong pada umumnya
yaitu adeg-adeg, ukel, capangan, nyikung, mincid, keupat, balik ban dan lain
sebagainya. Contoh gerak Pencak Silat dalam tarian ini adalah sabet, sodok,
jambret, nahan, yang membuat penari terlihat sedikit gagah, karena dalam gerak
Pencak Silat ini penari memakai tenaga yang kuat serta ruang yang agak luas, hal
ini terlihat pada style pose saat gerak sabet, sodok, jambret dan nahan, penari
membuka kakinya lebar dan rengkuh, sehingga terlihat kuat pertahanannya,
ditambah dengan gerak tangan yang terlihat menangkis dan menahan serangan
lawan, ibaratnya.
Foto 3.2 Tari Jaipong Senggot (Dokumentasi Gondo, 2001)
Sekitar tahun 2004, Gondo mendirikan sebuah wadah pembelajaran tari
51
sanggar tari ini, tarian yang diberikan untuk kelas dasar adalah tari Senggot,
karena tarian ini dianggap paling mudah dan ragam geraknyapun tidak banyak,
hanya diulang-ulang, karena murid sanggar didominasi oleh anak kecil, maka
dipilihlah tarian ini untuk pemula dengan tujuan membentuk tubuh ke style
Jaipong dan membiasakan serta memperkenalkan gerak tari terlebih dahulu.
Kepercayaan dari Gugum Gumbira itu ia dapatkan kembali ketika dipercaya
sebagai penata tari dalam acara yang sama, tepatnya pada acara Pencak Kirab
Remaja Nasional bersama grup Jugala Bandung pada tahun 1995. Kepercayaan itu
adalah tantangan yang dianggap cukup besar, dimana acara tersebut
mengharuskan Gondo melibatkan 2,500 orang penari yang direkrut dari berbagai
sanggar tari dan perguruan tinggi se-Indonesia. Dalam event itu, koreo tari yang ia
ciptakan untuk acara tersebut masih berkiblat pada gaya Gugum Gumbira yaitu
3G dan Pencak Silat, namun yang membedakan disini yaitu Gondo bermain pada
keragaman ruang dan pola. Ia melibatkan ribuan orang dalam event ini, otomatis
Gondo sangat memikirkan cara agar tarian tersebut dapat terlihat menarik, selaras
dan tetap mengandung daya pikat estetika yang tinggi. Dengan menerapkan gerak
Canon pada salah satu rangkaian geraknya. Penari dengan jumlah tidak sedikit
pasti akan menemukan masalah pada kekompakan. Gondo menyiasati hal tersebut
dengan gerak Canon, yaitu gerak yang sambung menyambung dan bergiliran.
Menurut Suherman (2006), gerak Canon adalah gerak yang dilakukan berurutan
oleh kelompok penari dengan cara kelompok penari A melakukan gerak empat
hitungan hingga selesai, kemudian kelompok penari B melakukan gerakan yang
sama dengan hitungan dari awal empat hitungan dan seterusnya. Selain dapat
menyiasati ketidakkompakan, gerak Canon juga dapat menambah keselarasan bila
dilakukan dengan benar, dan tentunya akan terlihat menarik bagi yang menonton
dari depan. Selain itu, pengolahan ruang juga sangat diperlukan dalam menarikan
tarian yang penarinya tidak sedikit ini. Lahan yang luas sebagai arena
pertunjukanpun menjadikan Gondo berfikir untuk membuat koreo dengan ruang
52
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membuka kedua tangan dengan lebar serta langkah kaki yang besar pula
(Wawancara Gondo, 2015). Pengalaman dalam event ini menambah
pembendaharaan kreativitas Gondo dalam membuat formasi dalam suatu bentuk
tari dan pola serta pengolahan ruang yang lebih variatif. Kreativitas tersebut
tercermin dalam karya tari Sekar Panggung, yang pola serta pengolahan ruangnya
lebih variatif dibanding karya sebelumnya. Penggunaan level juga mulai diolah
sebagai penunjang keselarasan pada geraknya. Dalam tari Sekar Panggung,
Gondo mulai menciptakan gerak yang memiliki ruang yang luas dan level yang
berubah-ubah, contohnya pada beberapa ragam geraknya penari melakukan
gerakan dengan level sangat rendah yaitu duduk pada lantai bahkan sampai
berguling. Selain itu ragam gerak yang memakai ruang yang luaspun banyak
ditonjolkan seperti banyak gerak yang membuka kedua tangan, memutar penuh
kedua tangan sambil berputar, dan masih banyak lagi.
Foto 3.3
Tari Jaipong Sekar Panggung (Dokumentasi Gondo, 2004)
Pada tahun 2014, Gondo menciptakan kebaruan yang lain, yaitu dari tema
tariannya. Gondo menciptakan tari Jaipong yang bertema Wayang. Tari Jaipong
Wayang karya Gondo yaitu Subali Sugriwa, Wangsit Siliwangi dan Srikandi
Mustakaweni. Dinamakan tari Jaipong Wayang bukan berarti penarinya berbusana
seperti wayang tetapi hanya judul lagunya saja yang merupakan cerita wayang.
53
yaitu paping, stakato, robotik dan gerak efek. Dalam penyajian tariannya, ada satu
rangkaian gerak yang menceritakan sesuatu atau menyampaikan pesan pada
penonton. Sesuai dengan cerita wayangnya. Disinilah letak perbedaannya dengan
karya sebelumnya, Gondo menampilkan pesan dan cerita Wayang tersebut pada
rangkaian gerak tarinya. Sebagai contohnya pada karya tari Jaipong Srikandi
Mustakaweni, pada salah satu rangkaian geraknya, Gondo memperlihatkan
gerakan yang memiliki kesan penari satu dengan penari lainnya sedang perang,
baik pesan itu disampaikan melalui tatapan mata yang tajam, gerakan yang saling
mengisi dan merespon, serta gerak yang memperlihatkan kekuatan. Contoh
lainnya misalnya pada gerak yang menceritakan kesedihan, Gondo sampaikan
melalui gerak penari satu yang membungkuk dengan ekspresi sedih kemudian
dihampiri oleh penari lainnya dan menggunakan sampur sebagai penunjang
tariannya yang didekatkan pada pipi penari satu, dalam hal ini menyampaikan
bahwa si penari lain mengusap air mata penari satu dengan selendang.
Foto 3.4 Tari Jaipong Wayang (Dokumentasi Gondo, 2014)
B. Karya Tari Jaipong Modern
Kreativitas Gondo sebagai koreografer muda dan berbakat membawanya
semakin bersinar. Pada tahun 2000 ia bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
54
Dea Asri Pujiasti, 2015
PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kesenian ke Negara Malaysia, juga sebagai penata Rumpun Tari Jawa Barat ke
Singapura pada tahun 2001. Pribadinya yang humoris dan supel menarik simpati
seorang dalang kondang yaitu Asep Sunandar Sunarya. Bersama putranya Dadan
Sunandar Sunarya, Gondo dilibatkan pada sebuah acara yang berjudul Sasagon
yang pada waktu itu tayang di TVRI. Selain tampil di Tv daerah, Gondo juga aktif
pada beberapa program Tv Swasta seperti acara Ngedate Sareng Si Cepot yang
sebagai peserta pada program acara API (Akademi Pelawak Indonesia) di TPI
pada tahun 2005. Pada tahun 2006, Gondo bekerja sama dengan Ozenx
Percussion, melibatkan dirinya pada acara Jaka Baret di salah satu program
stasiun Tv Swasta Nasional. Pengalamannya mengikuti event tersebut
membawanya pada pemikiran untuk membuat pembaruan pada karyanya, saat itu
Gondo terinspirasi untuk menciptakan karya yang bersifat guyon, maka terciptalah
karya tari Jaipong Topeng Rehe dan NIKU (Nini Kuat) pada tahun 2009. Dalam
kedua karya Jaipong Komedi ini, memang gerak tari Jaipongnya tidak banyak dan
rumit seperti karya tari Jaipong sebelumnya. Tari Jaipong komedi ini cenderung
lebih banyak menampilkan sisi lucu pada gerakannya, tetap mengusung 3G yaitu
Gitek, Geol dan Goyang, tetapi gerakan tersebut dilakukan dengan guyonan.
Tarian yang berdurasi sekitar 4 menit ini didominasi oleh “hehereuyan” dan
beberapa kali terdapat komunikasi antara penari dan pangrawit yang berada di
belakang atau samping panggung. Salah satu dialog antara penari dan pangrawit
yaitu berisi ajakan untuk bergoyang atau meminta dipukulkan kendang untuk
mengisi gerak goyangan pinggulnya. Contohnya lainnya, gerak mincid yang
seharusnya dilakukan dengan centil dan ceria, dalam tarian ini penari
melakukannya dengan bergoyang sambil menggoda penari lainnya, sehingga
penari yang lainnya terjatuh dan penonton tertawa. Didukung dengan penggun