• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KONFLIK

A. Kastratisasi Pengertian

Kastrat merupakan akronim dari Kajian Strategis. Menurut kamus besar bahasa indonesia, kajian merupakan hasil mengkaji; mengkaji memiliki arti sebagai kegiatan belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan (mempertimbangkan dsb); menguji; menelaah: ~ baik buruk suatu perkara. Strategis berarti berhubungan, bertalian, berdasar strategi; atau baik letaknya. strategi sendiri adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Sehingga bila kedua kata ini diartikan secara satu kesatuan yang kerap kita sebut kastrat, maka definisinya adalah ―suatu aktivitas menelaah-menganalisis suatu hal dan menjadikannya sebagai landasan untuk merencanakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan‖. Kata kata yang dibuat lebih tebal merupakan inti dari kajian strategis.Bidang Kastrat adalah bagian dari organisasi kemahasiswaan yang turut berkontribusi dalam pergerakan mahasiswa dengan peran dan fungsi kastrat dalam ranah kesehatan.

Mahasiswa sebagai bagian virtual society, masyarakat semu dalam kehidupan kampus dengan kemiripan kompleksitas masalah dan struktur sosial yang menuntut pemenuhan aspek identitas yang harus dimiliki mahasiswa, yaitu aspek akademis (critical thinking dan clinical reasoning), organisasional (soft skill), dan sosial-politik (melihat, mengetahui, sadar, dan merasakan, serta dapat memberikan solusi aplikatif). Posisi mahasiswa yang strategis tersebut menjadi urgensi kastratisasi.

Kastratisasi adalah proses pengadaan dan pengembangan bidang kastrat dalam sebuah organisasi. Kastratisasi membahas tentang pergerakan mahasiswa, meliputi pengertian, urgensi, wilayah gerak, tugas pokok, dan fungsi Kastrat. Bidang kastrat yang akan mewadahi kastrat dengan aktivitasnya menalaah-menganalisis suatu hal dan menjadikannya landasan untuk bergerak mencapai sasaran. Tradisi kastrat adalah

42

membaca, menulis, dan berdikusi. Kastrat ada untuk menampung ketidakpuasan pemikiran dari trias tradisi terhadap respon sosial. Kepekaan terhadap lingkungan dalam pemikiran yang kritis, ilmial, kreatif dan solutif itu perlu dituangkan, maka dituangkanlah dalam tulisan (kajian). Namun kastrat tidak hanya berpikir sampai di situ, kajian itu landasan untuk bergerak, menggerakkan rasa yang belum puas dengan keadaan yang ada. Kastrat tidak menyerah begitu saja, maka kastrat perlu bergerak.

Tugas Pokok

Tugas pokok bidang kastrat adalah mengkaji atau menelaah isu baik itu internal maupun eksternal sehingga isu yang dianalisis tersebut bisa menjadi poros gerakan mahasiswa dalam menunjukkan langkah nyata bisa berupa propaganda (pencerdasan) kepada publik (artikel, opini, sosialisasi), pemilik kepentingan (aliansi), dan stakeholder (petisi, audiensi, demonstrasi, mediasi, negosiasi). Serta melakukan sistim pengawalan yang berkesinambungan dan terkoordinasi terhadap keterlaksanaan hasil kajian dan penindaklanjutan hasil pengkajian oleh pihak-pihak yang terkait.

Ranah isu yang dikaji utamanya adalah kesehatan, non–pendidikan dokter (pendidikan dokter masuk ranahnya pendpro), dan kebijakan di ranah politik nilai (nilai ideal, kebenaran, intelektualitas, humanisme, dll.). Bidang pendidikan profesi (pendpro) yang mengkaji masalah pendidikan dokter, sedangkan Kastrat membahas isu-isu kesehatan seperti Sistim Kesehatan Nasional (SKN), Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan polemik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), ASEAN Free Trade Area (AFTA), Millennium Development Goals (MDGs), Sustainable Development Goals (SDGs), dsb.

Fungsi

 Sebagai motor pengkajian dalam membangun pemikiran kritis mahasiswa terhadap isu-isu strategis, kebijakan publik, dan fenomena sosial-politik.

 Sebagai ujung tombak pencerdasan mahasiswa terhadap isu-isu strategis, kebijakan publik, dan fenomena sosial-politik.

43

 Sebagai motor pengawalan keterlaksanaan hasil kajian dan penindaklanjutan hasil pengkajian oleh pihak-pihak yang terkait.

Arah Gerak

Mahasiswa dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang mereka miliki, berperan penting dalam setiap perubahan zaman. Peran penting ini tercipta karena mahasiswa bergerak. Pola pergerakan mahasiswa senantiasa terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan dinamika perpolitikan yang terjadi di Indonesia. Dalam buku ―Gerakan Mahasiswa, Pilar ke 5 demokrasi‖, Hariman siregar menjelaskan ciri gerakan mahasiswa, yaitu:

 Bersifat Spontanitas

Partisipasi mahasiswa dalam gerakan merupakan respon spontan atas situasi sosial yang tidak sehat, bukan ideologi tertentu, melainkan atas nilai-nilai ideal. Namun hal ini bukan berarti tidak ada pendidikan publik di kalangan mahasiswa.

 Bercorak nonstruktural

Gerakan mahasiswa tidak dikendalikan oleh suatu organisasi tunggal, termasuk kepemimpinan komando, melainkan bercorak organisasi cair, dimana otonomi masing-masing basis kampus sangat besar. Agenda aksi dibicarakan secara terbuka dan diputuskan serta diorganisasikan secara kolektif

 Bukan agen politik di luar kampus

Gerakan mahasiswa bersifat independen dari kelompok kepentingan tertentu, tetapi tidak menutup kemungkinan ada langkah bersama. Ini bisa terjadi lantaran sifat gerakan mahasiswa itu sendiri yang merupakan reartikulator kepentingan rakyat atau gerakan moral.

 Mempunyai jejaring yang luas

Mengingat otonomi masing masing kampus begitu tinggi, pola pergerakan mahasiswa terletak pada jaringan yang dibinanya. Bentuk jaringan menjadi salah satu ciri dari pengorganisasian gerakan mahasiswa. Jaringan yang terbentuk biasanya luwes, sehingga memudahkan untuk bermanuver serta tidak mudah untuk di kooptasi oleh

44

kelompok kepentingan yang bertentangan dengan gerakan moral, termasuk pemerintah.

Situasi dan kondisi selalu dinamis. Sehingga para aktivis pergerakan harus selalu up date terhadap info dan wacana yang berkembang. Dalam pencarian informasipun hendaknya berasal dari sumber yang validitasnya tinggi. Hingga pada tahap ―gerakan‖ mahasiswa dapat merumuskan dan menentukan formulasi aksi yang sesuai dengan permasalahan yang ada.

Gerakan yang Dilakukan oleh Kastrat

Gerakan kastrat memang tak hanya di bidang Kastrat, tapi semua bidang bisa mempunyai fungsi seperti kastrat. Kastrat itu fungsinya, wadahnya adalah bidang Kastrat yang bergerak konstruktif. Bidang kastrat menjadi wadah peran aktif pemuda. Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional (UU 40 tahun 2009 pasal 16 tentang kepemudaan). Untuk memfasilitasi itu semua, maka perlu adanya bidang Kastrat. Dilema sekarang adalah bagaimana untuk membangun bidang Kastrat dan setelah terbangun bidang tersebut maka dilemma selanjutnya adalah bagaimana untuk mengembangkan dan menjaga keeksistensian bidang Kastrat. Dilema itu akan dijawab dalam kastratisasi. Perlu adanya penguatan sistim dan tokoh untuk menggerakkannya. Di mana sistim yang bagus di dalamnya ada tokoh yang tangguh. Kastratisasi akan membantu dalam melahirkan dan melangsungkan hidup Kastrat.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa sifat gerakan mahasiswa terkadang menjadi hal yang diperdebatkan di lingkungan internal mahasiswa sendiri. Perdebatan gerakan mahasiswa adalah gerakan politik atau gerakan moral telah menjadi permasalahan klasik yang seyogyanya tetap diamati oleh para agen pergerakan disetiap zaman. Jangan sampai perdebatan ini menjadi ajang menguras tenaga yang sia-sia, mengingat banyak hal lain yang lebih membutuhkan energi kita untuk segera dituntaskan. Disamping itu, perdebatan yang tidak cerdas kerapkali menimbulkan perpecahan dalam tubuh pergerakan itu sendiri. Buku ―risalah pergerakan mahasiswa‖ indra kesuma memberikan ilustrasi, gerakan mahasiswa akan tampak seperti koboy pahlawan yang datang ke kota untuk memberantas

45

bandit-bandit dan penjahat. Setelah bandit-bandit itu kalah, Sang Koboy kembali pulang ke padang rumput. Mahasiswa akan turun ketika menyaksikan rakyat terdzalimi oleh bandit-bandit penguasa dan kembali ke kampus untuk belajar setelah rezim itu ―dihajar‖ dan diberi pelajaran. Lalu, bagaimana sesudah itu? Siapa yang akan memimpin kota sepeninggal sang Koboy? Siapa yang akan memimpin negeri setelah Sang diktator turun?. Di sinilah rumitnya. Yang pasti itu bukan tugas sang Koboy muda, ia masih harus belajar sehingga suatu saat nanti sampai masanya dia memimpin kota. Itu bukan tugas gerakan mahasiswa, ia masih punya tugas akademis dan pembelajaran kaderisasi kepemimpinan di kampus yang menjadikannya siap untuk suatu saat menjadi para pemimpin masyarakat yang memiliki konsistensi idealisme seperti ketika masih di kampus.

Masalah kekuasaan lebih merupakan tugas partai politik. Gerakan mahasiswa hanya bertanggung jawab mengontrol dan mengawal transisi dan developmentasi demokrasi supaya tetap pada relnya, terlepas dari siapa yang berkuasa. Dalam pelaksanaannya bukan merupakan hal yang tidak mungkin untuk berkordinasi dengan partai politik, LSM dll ketika lembaga-lembaga tersebut menjunjung nilai-nilai moral universal seperti gerakan mahasiswa.

Gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral dipersepsikan sebagai sebuah gerakan yang memihak pada nilai-nilai moral universal, yakni nilai kebenaran, keadilan, demokratisasi, hak asasi manusia, dan sebagainya. Sebuah gerakan moral biasanya tidak masuk dalam wilayah kepentingan politik praktis dengan saling dukung-mendukung terhadap kekuatan kelompok tertentu (power block). gerakan yang mendukung untuk memperjuangkan nilai-nilai dengan ukuran moralitas tertentu.

Gerakan politik sesungguhnya ada dua, yaitu gerakan politik nilai dan gerakan politik kekuasaan. Gerakan Politik Nilai (value political movement) adalah gerakan yang berorientasi terciptanya nilai-nilai ideal kebenaran, keadilan, humanisme (kemanusiaan), profesionalitas dan intelektualitas dalam seluruh aspek pengelolaan negara. Sedangkan gerakan politik kekuasaan (power political movement) merupakan gerakan politik untuk mencapai kekuasaan seperti yang dilakukan oleh partai-partai politik. Dan gerakan mahasiswa apabila kita telaah memiliki unsur gerakan politik nilai.

46

Gerakan mahasiswa sebagai gerakan Politik Nilai (value political movement) ini tidak mempedulikan siapa yang berkuasa, karena siapa pun yang berkuasa akan menjadi sasaran tembak ketika melakukan penyimpangan. Ia tidak berkepentingan mendukung seseorang untuk menjadi penguasa, tapi siapa pun penguasa yang otoriter akan berhadapan dengan gerakan mahasiswa. Hal tersebut jelas berbeda dengan ketika gerakan mahasiswa menjadi gerakan politik kekuasaan (power political movement), karena ia sangat mempedulikan siapa yang berkuasa dan senantiasa berusaha merebut kekuasaan itu, atau berusaha terus mempertahankan kekuasaan itu ketika ia menjadi penguasa atau membela organisasi/partai yang menjadi patronnya ketika menjadi penguasa.Gerakan politik nilai mahasiwa bersifat independen, tidak mendukung calon penguasa dan tidak masuk ke dalam sistem pemerintahan atas nama pergerakan mahasiswa, karena dengan demikian fungsi kontrolnya hilang, selain itu ada tugas utama mahasiswa yang akan terbengkalai, yakni belajar.

Gerakan mahasiswa sebagai politik nilai pun harus dipahami sebagai gerakan intelektual. Gerakan intelektual dilandasi oleh trias tradition yaitu diskusi, menulis dan membaca. Orang – orang intelektual-lah yang melaksanakan gerakan dan bagian dari orang – orang intelektual itu adalah mahasiswa. Inilah dua nilai gerakan yang dihidupi oleh mahasiswa kedokteran khususnya, yang selalu dijunjung tinggi dalam melakukan segala aktivitas kemahasiswaannya. Seperti aksi yang merusak, menjarah, merugikan banyak pihak termasuk masyarakat sudah harus kita gerus dengan mengedepankan intelektual yang kita miliki. Kedua bentuk gerakan tersebut dibungkus dengan nilai integritas. Selarasnya pikiran, hati dan perbuatan menunjukkan bahwa memang mahasiswalah yang pantas membawa kepentingan masyarakat atau rakyat umum dalam bergerak.

47 Ruang Lingkup

Dokumen terkait