PERGERAKAN MAHASISWA dr. Franz Sinatra Yoga
II. Seni berbicara di depan publik (Public speaking) Bagaimana menyampaikan gagasan kita di depan publik
3. Monitoring dan Evaluasi
Apakah tujuan tercapai? Bagaimana respon publik?
Apa respon publik sesuai dengan rencana pembuat opini publik?
Susun ulang rencana untuk menguatkan opini publik yang kita gulirkan pertama atau buat opini yang bisa membawa masyarakat mengerti jalur pikiran kita.
75 4.1 Apa dan mengapa
Asal-usul kata propaganda sulit ditentukan secara pasti, tetapi ada suatu sumber yang menyatakan bahwa kata itu mulai digunakan pada tahun 1622, ketika Paus Gregory XV mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Congregatio de Propaganda Fide. Organisasi itu bertugas untuk menyebarkan agama Kristen Katolik di kalangan masyarakat non-Kristen. Dalam konteks pengertian ini, propaganda diartikan sebagai organisasi yang mengirimkan pesan-pesan. Setelah tahun 1622 propaganda tidak hanya diartikan sebagai organisasi, tetapi juga sebagai pesan yang disebarkan oleh organisasi. Dalam perkembangan, pengertian propaganda juga berkaitan dengan teknik yang digunakan untuk menyampaikan pesan, sebagai contoh: iklan, film dan televisi.
Berdasarkan tujuannya, propaganda juga diartikan sebagai komunikasi yang ditujukan untuk menyebarluaskan tujuan yang diinginkan (sering bersifat subversif dan jahat) terhadap para pemirsa, dan dilakukan dengan cara-cara yang berpengaruh. Pada umumnya, propaganda yang memberikan isu-isu kontroversial lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Di Indonesia, kata propaganda dipakai sistem pemerintahan Jepang untuk menjajah Ibu pertiwi. Buktinya, sistem pemerintahan Jepang membentuk departemen propaganda (sendenbu) di bawah pemerintah militer Jepang dengan berpegang dua prinsip utama yaitu bagaiamana menarik hati rakyat dan bagaimana mengindoktrinisasi dan menjinakkan mereka. Tujuannya memobilisasi seluruh rakyat guna mendukung kepentingan perang dan untuk merubah mentalitas mereka secara keseluruhan. Bagi Jepang, Indonesia memiliki posisi geografis, ekonomis dan politis yang strategis untuk mendukung kepentingan perangnya melawan kolonialisme Barat yang ketika itu masih meluas di Asia. Rakyat Indonesia, yang ketika itu masih dalam belenggu penjajahan Belanda, menjadi salah satu faktor akselerasi terbentuknya kekuasaan militer Jepang. Dengan memanfaatkan kondisi rakyat yang ingin segera terbebas dari penindasan kekuasaan Belanda itu, Jepang mempersiapkan propaganda secaara sistematis, intensif dan kontrol yang ketat dengan pemberlakuan undang-undang yang sangat mengikat kebebasan arus komunikasi di negeri ini.
Sistem propaganda dipersiapkan secara solid dan hasilnya banyak materi propaganda dikemas dalam bentuk kesenian, seperti puisi, prosa, nyanyian, film dan sandiwara. Pengemasan propaganda dalam bentuk kesenian sangat diutamakan oleh Jepang, karena kesenian dengan nilai entertaining-nya dapat mengurangi kesadaran khalayak bahwa mereka telah diindoktrinasi.
Kita melihat dan paham bahwa propaganda menjadi satu alat yang bisa menaklukkan negara. Itu bisa dilakukan jika kita memahami teori dan
76
menerapkannya. Propaganda merupakan alat yang ampuh dalam kegiatan berkomunikasi dan seringkali kita mempersepsikan propaganda sebagai alat ―cuci otak‖. Menurut Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler, mengatakan: Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya. Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang dirubah sedikit saja. Begitu ampuhnya peran propaganda sehingga kita harus berhati-hati dalam menerima dan mengartikan segala informasi menjadi sebuah pemikiran maupun sikap bersama.
4.2 Elemen
Santosa Sastropoetro menyatakan elemen-elemen atau ciri-ciri propaganda sebagai berikut:
1. Komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan tertentu.
2. Komunikan atau penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator. 3. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang
hendak dicapai.
4. Pesan tertentu yang telah di-encode atau dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuannya yang efektif.
5. Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan.
6. Teknik yang seefektif mungkin, yang dapat memberikan pengaruh yang setepatnya dan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
7. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
4.3 Cara
Dalam buku The Fine Art of Prapaganda, yang ditulis Alfred McClung Lee & Alizabeth Briant Lee pada tahun 1939, menguraikan teknik propaganda yaitu: 1. Name Calling, teknik memberikan label buruk pada sesuatu
gagasan/orang/lembaga supaya sasaran tidak menyukai atau menolaknya. Contoh: fasis, rasis, pesakitan dan lain-lain.
2. The glittering generalities, (lawan dari Name Calling), adalah menggunakan kata-kata kebajikan atau label positif seperti demokrasi, patriotisme, nasionalisme, ―blusukan‖ dan lain-lain
77
Kedua teknik berikutnya adalah propaganda dengan menggunakan hubungan yang salah,
3. The transfer (Pengalihan), merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu ke suatu pihak. Sebagai contoh : para politikus memajang fotonya ketika sedang bersalaman dengan presiden di ruang kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk memindahkan wibawa yang dimiliki presiden ke dalam dirinya
4. Testimoni (kesaksian/pengutipan), teknik memberi kesempatan pada orang-orang yang mengagumi atau membenci untuk mengatakan bahwa sebuah gagasan atau program atau produk atau seseorang itu baik atau buruk untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya sendiri.
Contoh: Seorang pejabat negara yang menjadi bintang iklan dan memberikan testimoni suatu produk kesehatan sehingga mempengaruhi pendapat masyarakat bahwa produk kesehatan tersebut baik dan terpercaya.
Untuk poin 5, 6 dan 7 menggunakan pesan yang istimewa,
5. Plain Folks, teknik propaganda yang dipakai pembicara propaganda dalam upaya meyakinkan sasaran bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah bagus karena mereka adalah bagian dari ‗rakyat‘. Contoh: Salah seorang calon presiden menggunakan becak untuk berkampanye.
6. Fear, menggunakan pesan jika suatu ide/organisasi/orang akan melakukan sesuatu maka akan timbul akibat yang buruk. Contoh: Saat menjadi staf saja sudah arogan apalagi saat menjadi presiden.
7. Bandwagon, teknik ini digunakan dalam rangka meyakinkan kepada sasaran bahwa semua anggota suatu kelompok (di mana sasaran menjadi anggotanya) menerima programnya, dan oleh karena itu sasaran harus mengikuti kelompok dan segera menggabungkan diri pada kelompok. ―Orang lain melakukan maka kamu juga harus mengikutinya‖.
Dua teknik terakhir menggunakan logika yang salah,
8. Bad Logic, teknik ini menggunakan pesan yang tidak logis. Cara ini memanipulasi logika untuk memicu sebuah penyebab. Contoh: Senator X ingin menguasai industri minyak bumi. Semua pemerintah negara komunis menguasai industri minyak bumi. Senator X adalah seorang komunis.
78
9. Unwarranted extrapolation, membuat prediksi tentang masa depan berdasarkan fakta-fakta kecil yang sedikit jumlahya. Contoh: jika WHO FCTC diratifikasi Indonesia akan membunuh petani tembakau dan industri rokok dalam negeri.
V. Kesimpulan
Komunikasi menjadi alat penting dalam menentukan kesuskesan hidup. Komunikasi efektif merupakan tujuan setiap kegiatan komunikasi.
Kegiatan komunikasi punya berbagai macam bentuk seperti berbicara di depan publik (public speaking), tulisan berbentuk opini publik maupun propaganda. Komunikasi yang efektif disertai kebenaran dan manfaat yang jelas, tanpa keduanya
komunikasi hanya menjadi alat yang membual ataupun menyebarkan kebohongan.
“Communicating well is the heart of the leadership. Every great leader has had not only a great vision but an ability to communicate is properly”