• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Masa pendudukan Belanda Tahun 1939-1941

A.2. Kasunanan Surakarta

Kerajaan Surakarta Hadiningrat merupakan negeri dengan pemerintahan sendiri (Zelfbesturende Landshcappen) atas dasar politik kontrak jangka panjang

(Lang politiek Contract), sebagaimana tersebut dalam stbl. No.614 jo. No. 671. Tetangga Kerajaan Surakarta Hadiningrat, yaitu Kadipaten Mangkunegaran

22

merupakan daerah yang juga berpemerintahan sendiri/asli berdasarkan politik kontrak sebagaimana tersebut dalam stbl.1940 No. 543. 23

Makna dari berpemerintahan asli ini adalah bahwa untuk negeri dan daerah tersebut berlaku peraturan, tatacara, dan adat istiadat asli yang sejak dulu telah berlaku dan berkembang, tanpa harus mengadopsi peraturan dan tata cara yang dibuat dan diberlakukan di daerah-daerah lain oleh Belanda. Jadi di Surakarta Hadiningrat dan daerah Mangkunegaran dapat dikatakan sebagai negeri dan daerah ”istimewa” mengingat keistimewaannya akan peraturan, tatacara, dan adat istiadat asli yang berlaku dan berbeda dengan adat wilayah lain.

Ketika Pemerintahan Hindia Belanda mengadakan Bestuurs-hervorming, daerah kerajaan tersebut dijadikan pemerintahan atau Governement yang semata-mata berdasarkan atas pertimbangan penghargaan (uit picteits-overwegingen).

Namun pada hakekatnya daerah Surakarta Hadiningrat dan daerah Mangkunegaran tetap merupakan negeri dan daerah istimewa seperti sebelum dijadikan governement.24

Kontrak Politik yang disebutkan di atas juga mengatur hubungan antara Pemerintahan Hindia Belanda, Belanda dengan:

1. Seri Paduka Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan. 2. Pakubuwono (Sri Paduka Susuhunan).

3. Seri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro (Sri Paduka Mangkunegoro) selaku penguasa kerajaan Surakarta

23

Sri Juari Santoso,Suara Nurani Keraton Surakarta,Peran Keraton Surakarta dalam mendukung dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia,Cetakan ke V 2006,Penerbit Komunitas Studi Didaktika,Yogyakarta,halm.29

24 Ibid

Hadiningrat, dan daerah Mangkunegaran, termasuk mengatur luas daerah kekuasaan daerah kedua Seri Paduka tersebut. 25

Namun demikian, ada juga kekuasaan dan urusan yang tidak diberikan kepada kedua negeri dan daerah istimewa dan tetap dipegang oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui jawatan-jawatan yang mereka dirikan. Dengan demikian, di wilayah Surakarta terdapat negeri dan daerah istimewa dan wakil Pemerintahan Hindia Belanda yang masing-masing mempunyai lapangan kekuasaan sendiri-sendiri. Di samping itu, wakil pemerintah Hindia Belanda juga bertugas mengawasi kedua pemerintahan negeri dan daerah istimewa yang ada di wilayah Surakarta dengan maksud agar peraturan yang dijalankan sesuai dengan yang digariskan dalam politik kontrak dapat berjalan dengan serasi.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka wilayah Surakarta secara politik merupakan daerah yang bersifat istimewa meskipun dalam kenyataannya pemerintahan di wilayah Surakarta merasa berat membiayai anggaran belanjanya. Kewajiban-kewajiban berat yang dibebankan pada Negeri Surakarta Hadiningrat itu, misalnya biaya perbelanjaan yang sangat besar untuk instansi-instansi daerah, belum lagi ditambah biaya belanja bagi keperluan istana ( hofbounding).

1.2. Sistem Perundangan Desentralisasi Hindia Belanda

Perubahan tata pemerintahan daerah sejak 1922 juga mempunyai latar belakang yang sama. Walaupun dinyatakan bahwa perubahan itu dimaksudkan untuk memberikan politieke schooling atau pembelajaran tentang sejarah politik

25 Ibid

kepada bangsa Indonesia. Dengan bestuurshervorming itu diberikan lebih banyak kekuasaan kepada pejabat-pejabat pusat Belanda yang disebut: Administrative dan financiele descentralisatie.26

Pemerintah Daerah Hindia Belanda disamping melaksanakan tugas dekonsentrasi, juga memberikan tugas desentralisasi sesuai dengan Undang-undang Desentralisasi tahun 1903. 27 Peraturan pelaksanaan dari Undang-undang desentralisasi tahun 1903 ialah peraturan pemerintah ialah peraturan pemerintah tentang Desentralisasi tahun 1905 dan Ordonansi (Ordonantie) tahun 1905 tentang Dewan Daerah 1905.28 Kemudian tahun 1922 Pemerintah Negeri Hindia Belanda mengeluarkan Undang-undang tentang reorganisasi pemerintahan yang disebut Undang-undang tentang perubahan susunan pemerintahan, di mana Undang-undang ini memeperjelas hak otonomi dan tugas pembantuan (madebewind).29

Beberapa pokok tentang Undang-undang reorganisasi pemerintahan tahun 1922, yang memberi kewenangan kepada:

1. Gubernur beserta pejabat-pejabat orang Belanda (Europese bestuurs-ambtenaren ) sebagai alat Pusat Pemerintahan Hindia Belanda, juga diberi wewenang menjalankan tugas desentralisai, atau yang telah disebut diatas

“administratief en Financiele decentraliesatie”.

26

The Ling Gie,op cit.,halm.29

27

Soewarno Handayaningrat, Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional, 1982,cetakan pertama,penerbit: PT.Gunung Agung , anggota IKAPI, Jakarta, tertera dalam Decentralisatiewet 1903, S.1903-320,halm.212

28 Ibid 29

2. Pejabat-pejabat seperti Bupati Walikotamadya beserta para penjabat pribumi/pangreh praja diberi kelonggaran kewenangan, disamping melaksanakan tugas dekonsentralisi, juga menjalankan tugas desentralisasi.

3. Mengikut-sertakan semua unsur dalam pemerintahan daerah secara intensif di bidang desentralisasi.30

Seperti pada semua daerah pada pemerintahan Hindia Belanda, daerah pemerintahan di daerah jawa juga diberlakukan sama, namun ada beberapa pertimbangan antara daerah kerajaan dan bukan kerajaan, seperti pada Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Kedua wilayah ini merupakan daerah-daerah kerajaan asli pribumi yang pada waktu masa pendudukan Belanda telah diikat dengan kontrak-kontrak politik. Dalam kontrak-kontrak politik tersebut Pemerintah Belanda masih mengakui eksistensi kerajaan-kerajaan tersebut dan hak-haknya untuk menjalankan pemerintahan daerahnya sendiri dengan nama Zelfbeturende landschappen. Kontrak politik tersebut terdiri dari dua macam yaitu Lang contract dan Korte verkiaring. Lang contract mengatur satu persatu kekuasaan Belanda atas hubungannya dengan kerajaan asli, sedangkan Korte verklaring

hanya berisi pernyataan kerajaan asli untuk mengakui kekuasaan Belanda dan berjanji akan mentaati peraturan yang akan ditetapkan. 31

30

Ibid.,halm.213

31

Kedudukan kerajaan dengan Lang contract memiliki kedudukan yang lebih tinggi pada kerajaan dengan korte verklaring. Kerajaan asli yang memiliki

kontrak politik berupa Lang contract adalah Kasunanan Surakarta.32

Secara keseluruhan daerah pemerintahan dalam Sistem perundangan desentralisasi Hindia Belanda di Kasunanan Surakarta yakni tugas wewenang Swapraja. Swapraja adalah daerah pemerintahan asli yang berkedudukan hukumnya pertama-tama berdasarkan atas hukum asli pula, tetapi kemudian sebagian statusnya tercantum dalam suatu Politiek Contract dengan pemerintahan pusat.33

B. Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945

Dokumen terkait