HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2. Makna Kontekstual Kata ﻦﻳﺩ /dῑ nun/ dalam Al-Qur’an
3.2.1 Kata ﻦﻳﺩ yang bermakna Agama
1. Surah Al-Baqarah ayat 217 :
8. Al-Kahfi (18) 20 1 9. Al-Hajj (22) 78 1 10. Ibrahim (14) 13 1 11. Shadd (38) 7 1 Total 15 18
/wayas'alūnaka ‘ani asy-syahri al-harāmi qitālin fīhi qul qitālun fīhi kabīrun waṣaddun ‘an sabīlillāhi wakufrunbihī wa al-masjidi al-harāmi waikhrāju ahlihī minhu akbaru ‘inda Allah wa alfitnatu akbaru mina alqatli walā yażālūna yuqātilūnakum hattā yaruddūkum ‘an dīnikum in astaṭā‘ū wamanyartadid minkum ‘an dīnihī fayamut wahuwa kāfirun faulāika habiṭat ‘amāluhum fī ad -dunyā wa al-akhirati wa ulāika aṣhābu annāri hum fīhā khālidūna/ “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar.Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah.Sedangkan fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari
agamamu, jika mereka sanggup. Barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di
dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Menurut Al-Maragi (1993: 255) mengatakan bahwa pada ayat ini Allah swt menjelaskan tentang fitnah-fitnah yang dilancarkan kaum kafir untuk mengembalikan umat Islam kepada kekufuran.Kemudian Allah swt mengingatkan umat Islam untuk menjaga keimanan mereka agar tidak sampai murtad (keluar dari agama Islam) karena balasannya adalah sia-sia amalnya di dunia azab neraka yang kekal di akhirat.
Kata
ﻦﻳﺩ
/dīnun/ pada ayat ini dimaknai dengan “agama Islam”. Makna inidipahami dari sudut intrakalimat dengan memperhatikan kata yang terletak sesudah dua kata
ﻦﻳﺩ
/dīnun/ yang terdapat pada ayat ini yaitu ḍamīr(kata ganti) yang menunjukkan kepemilikan untuk orang kedua jama’ (banyak) yaituﻢﻛ
/kum/ ‘kalian’ yang ditujukan (disandarkan) kepada kata mu`minūn ‘orang-orang yangberiman’ dan kata ganti yang menunjukkan kepemilikan untuk orang ketiga tunggal yaitu
ﻩ
/hu/ “Dia (laki-laki)” yang disandarkan (ditujukan) kepada Allahu ‘Allah swt’. Oleh karena itu dapat dipahami maknaﻦﻳﺩ
/dīnun/ pada ayat ini adalah agama Islam.2. Surah Al- Imran ayat 24 :
/żālika bi'annahum qālū lan tamassanā annāru illā 'ayyāmān ma‘dūdātin wagarrahum fī dīnihim mā kānū yaftarūna/ “hal itu adalah karena mereka berkata,“api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.”Mereka terpedaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan.”
Al-Maragi (1993: 221) menerangkan bahwa asbābun nuzūl (sebab-sebab turun) dari ayat ini adalah seperti yang terkandung dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah menghadiri majelis Yahudi yang mempelajari Taurat untuk golongan mereka, Lalu Nu’aim ibnu Amar dan Al-Harits ibnu Zaid bertanya “wahai Muhammad, engkau beragama apa?” Rasulullah menjawab “agama dan millah Ibrahim.”Mereka menjawab “Ibrahim adalah orang Yahudi.” Lalu Rasulullah bersabda “Jika memang demikian, marilah kita lihat kitab Taurat yang kini ada di antara kita.” Kemudian turunlah surah Al-‘Imran ayat 23-25.
Kata
ﻦﻳﺩ
/dīnun pada ayat ini mengandung makna ‘agama Yahudi’. Makna ini muncul ditinjau dari sudut konteks intrakalimat dengan memperhatikan kata yang terletak sesudahnya yaitu kata ganti orang ketiga jama` (banyak) yakniﻢﻫ
/hum/ ‘mereka (laki-laki)’ yang kembali kepada kalimatﻦﻣ ﺎﺒﺒﺼﻧ ﻮﺗﻭﺃ
ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ
/`ūtū naṣīban min al-kitābi/ ‘orang-orang yang telah diberi bagian dariAlkitab (Taurat)’ yang terdapat pada ayat sebelumnya.
1. Surah Al-Maidah ayat 3 :
/ḥurrimat ‘alaykumu almaytatu wa ad-damu walaḥmu al-khinzīri wamā 'uhilla ligayri 'allāhibihī wa 'al-munkhaniqatu wa 'al-mauqūżatu wa al-mawtaradiyyatu wa an-naṭīḥatu wamā 'akala 'as-subu‘u 'illā mā żakkaytum wamā żubiha ‘alā 'an-nuṣubi wa 'an tastaqsimū bi 'al-'azlāmi żālikum fiskun 'al-yauma ya'isa 'al-lażīna kafarū min dīnikum falā takhsyawhum wakhsyawni 'al-yauma 'akmaltu lakum
dīnakum wa'aṡmamtu ‘alaykum ni‘matī waraḍītu lakumu 'al-islāma dīnān famani'aḍ-ṭurra fī makhmaṣatin gayra mutajānifin li'iṡmin fa'inna allāha gafūrun rahīmun/ “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala.Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik.Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.Pada hari ini telah Aku sempurnakan
agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku
ridai Islam sebagai agamamu.Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Menurut Al-Maragi (1993: 96) secara ijmal, arti ayat ini adalah: Pada hari ini, putuslah sudah harapan orang-orang musyrik untuk membatalkan agamamu dangan mengembalikan kamu darinya, setelah mereka saksikan, ternyata Allah lebih mengutamakan kalian. Setelah nyata janji Allah benar-benar Dia penuhi dan memenangkan Islam atas seluruh agama-agama yang lain.
Pada ayat ini terdapat tiga kata
ﻦﻳﺩ
/dīnun/ antara lain:(1)
ﻢﻜﻨﻳﺩ ﻦﻣ ﺍﻭﺮﻔﻛ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﺲﺌﻳ ﻡﻮﻴﻟﺍ
/alyawma ya`isa allażīna kafarū min dīnikum/ “Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa (mengalahkan) agamamu”(2)
ﻢﻜﻨﻳﺩ ﻢﻜﻟ ﺖﻠﻤﻛﺃ ﻡﻮﻴﻟﺍ
/alyawma akmaltu lakum dīnakum/ “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu”(3)
ﺎﻨﻳﺩ ﻡﻼﺳﻹﺍ ﻢﻜﻟ ﺖﻴﺿﺭ
/raḍītu lakum al-`islāma dīnan/ “Telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”Kata
ﻦﻳﺩ
/dīnun/ yang pertama bermakna “agama Islam” ditinjau dari konteks intrakalimat terlihat pada kata yang terletak sesudahnya yaitu kata ganti orang kedua jama’ (banyak)ﻢﻛ
/kum/ ‘kalian (laki-laki)’ yang kembali (menunjukkan) kepada orang-orang mukmin dan dari sudut konteks antarkalimat terlihat pada kalimat sesudahnya yaitu “telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”. Sementara kataﻦﻳﺩ
/dīnun/ yang kedua mengandung makna syariat atau hukum-hukum.Makna ini muncul ditinjau dari sudut konteks antarkalimat bila diperhatikan kalimat-kalimat sebelumnya yang mengandung arti perkara-perkarahukum yang berkaitan dengan halal dan haram.Oleh karena itu makna kontekstual kata
ﻦﻳﺩ
/dīnun/ yang kedua yang kedua adalah syariat.Kataﻦﻳﺩ
/dīnun/ yang ketiga dimaknai utuh yaitu ‘agama’ sebagai penjelas kataﻡﻼﺳﻹﺍ
/al-`islāmu/ ‘Islam’ yang terletak sebelumnya.2. Surah Al-An’am ayat 70 :
/ważari 'allażīna 'ittakhażū dīnahum la‘ibān walahwān wa garrathumu 'al-hayātu 'ad-dunyā wa żakkirbihī 'an tubsala nafsun bimā kasabat laysa lahā min dūni allāhi waliyyun walā syafī‘un wa'in ta‘dil kulla ‘adlin lā yu'khaż minhā 'ulā'ika 'allażīna 'ubsilū bimā kasabū lahum syarābun minḥāmīmin wa ‘ażābun 'alīmun bimā kānū yakfurūna/ “tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur’an agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka), kerena perbuatannya sendiri.Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apapun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (kedalam neraka), disebabkan
perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.”
/waqātilūhum hattā lā takūna fitnatun wayakūna 'ad-dīnu kulluhu lillāhi fa'inintahau fa'inna 'allāha bimā ya‘malūna baṣīrun/ “dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata.Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah hMaha Melihat apa yang mereka kerjakan.”
3. Surah At-Taubah ayat 11 :
/fa'in tābū wa'aqāmū 'aṣ-ṣalāta wa'ātū 'az-zakāta fa'ikhwānukum fī 'ad-dīni
wanufaṣṣillu 'al-'āyāti liqaumin ya‘malūna/ “dan jika mereka bertobat,
melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, maka (berarti mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”
4. Surah Yunus ayat 104 :
23/qul yā'ayyuhā an-nāsu 'inkuntu fī syakkin min dīnī falā 'a‘ budu 'allażīna ta‘budūna min dūni allāhi walākin 'a‘ budu 'allāha 'allżī yatawaffākum wa'umirtu 'an'akūna mina 'al-mu'minīna/ “katakanlah (Muhammad), “wahai manusia! Jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah akan mematikan kamu dan aku telah diperintah agar termasuk orang yang beriman.”
5. Surah An-Nur ayat 55 :
/wa‘ada 'allāhu 'allażīna 'āmanū minkum wa‘amilū 'aṣ-ṣāliḥāti layasytakhlifannahum fī 'al-'arḍi kamā 'istakhlafa 'allażīna min qablihim walayumakkinanna lahum dīnahumu 'allażī 'irtḍā lahum walayubaddi lannahum min ba‘di khaufihim 'amnān ya‘budū nanī lā yusyrikūna bī syay'ān wa man kafara ba‘da żālika fa'ulā'ika humu 'al-fāsikūna/ “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agamayang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketekutan menjadi aman sentosa.Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan sesuatu pun.Tetepi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
6. Surah Al-Ahzab ayat 5 :
/'ad‘ūhum li'abā'ihim huwa 'aqsaṭu ‘inda 'allāhi fa'in lam ta‘lamū 'ābā'ahum fa'ikhwānukum fī 'ad-dīni wa mawālīkum walaysa ‘alaykum junāḥun fīmā 'akhṭa'tumbihi walakin mā ta‘ammadat qulūbukum wa kāna 'allāhu gafūrān raḥīmān/ “panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu
seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf
tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
7. Surah Asy-Syura’ ayat 13 :
/syara‘a lakum mina 'ad-dīni mā waṣṣābihi nūhā wallażī 'auḥaynā 'ilayka wamā waṣṣaynābihi 'ibrāhīma wa mūsā wa ‘īsā 'an 'aqīmū 'ad-dīna walā tatafaraqū fīhi kubara ‘alā 'al-musyrikīna mā tad‘ūhum 'ilayhi 'allāhu yajtabī 'ilayhi man yasyā'u wa yahdī 'ilayhi man yunību/ Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka.Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).”
8. Surah Al-Fath ayat 28
/huwa 'allażī 'arsala rasūlahu bilhudā wa dīni 'al-haqqi liyuẓhirahu ‘alā 'ad-dīni kullihi wa kafā billāhi syahīdān/ “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunuk dan agama yang benar, agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.”