• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata yang bermakna agama para Nabi/yang disyariatkan oleh Allah swt

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kata yang bermakna agama para Nabi/yang disyariatkan oleh Allah swt

1. Surah Al-Baqarah ayat 130 :











/wa man yargabu‘an millati 'ibrāhīma 'illā man safiha nafsahu walaqadi 'iṣṭafaynāhu fī 'ad-dunyā wa' innahu fī 'al-'akhirati lamina 'aṣ-ṣāliḥīna/ “dan orang yang membenci agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini.Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang yang saleh.”

Al-Maragi (1993: 402) menuturkan bahwa pada ayat ini Allah menerangkan kedudukan syariat dan tuntunan hidup yang diajarkan Nabi Ibrahim memiliki kedudukan tinggi disisi Allah swt.Karena Nabi Ibrahim merupakan 38

manusia pilihan yang digelari khalilullah (kekasih Allah).Maka dari itu hanya orang-orang yang memperbodoh dirinya sendiri yang membenci agama Ibrahim.

Makna kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ pada ayat ini adalah agama para Nabi.Makna ini dipahami dari segi konteks intrakalimat dilihat dari kata yang terletak sesudahnya yakni

ﻡﻳﻫﺍﺭﺑﺍ

/`ibrāhīmu/ ‘Nabi Ibrahim a.s’. Konteks ayat ini menceritakan celaan Allah untuk orang-orang yang membenci millah Ibrahim sebagai orang-orang yang memperbodoh diri sendiri karena Ibrahim memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah dan agama yang dibawanya juga adalah agama yang diturunkan kepada Nabi-nabi selanjutnya hingga ke Nabi Muhammad saw. Dengan demikian makna kontekstual dari segi lingkungan pengguna bahasa kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ adalah agama para Nabi.

2. Surah Al-Baqarah ayat 135 :









/wa qālū kūnū hūdān 'au naṣārā tahtadū qul bal millata 'ibrāhī ma ḥanīfān wa mā kāna mina 'al-musyrikīna/ “dan mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah “(Tidak!) tetapi (kami mengikuti) agamaIbrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.”

Al-Maragi (1993: 411) mengatakan bahwa dalam ayat ini penganut agama Yahudi dan Nasrani sama-sama menganggap bahwa kitab dan Nabi mereka masing-masing adalah paling utama. Yahudi dengan kitab Taurat dan Nabi Musa a.s sedangkan Nasrani dengan kitab Injil dan Nabi Isa a.s. Karena itu mereka menyeru untuk masuk agama mereka agar mendapat petunjuk. Namun Allah membantah dengan memerintahkan kepada Nabi Muhammad bahwa Ia mengikuti

millah Ibrahim yang lurus dan tidak termasuk golongan orang-orang yang

musyrik sebagai sindiran untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani karena telah menyelewengkan ajaran agama dengan menyekutukan Allah.

Makna kata

ﺔﻠﻣ

/millatun/ yang terkandung dalam ayat ini adalah agama para Nabi. Makna ini dipahami dari segi konteks intrakalimat dilihat dari kata yang terletak sesudahnya yakni

ﻡﻳﻫﺍﺭﺑﺍ

/`ibrāhīmu/ ‘Nabi Ibrahim a.s’. Konteks ayat menceritakan tentang sanggahan Allah atas pendapat kaum Yahudi dan Nasrani yang menganggap agama mereka yang paling utama padahal mereka telah menyelewengkan isi kitab yang diturunkan kepada mereka. Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia adalah pengikut millah Ibrahim yang juga dibawa oleh Nabi-nabi berikutnya hingga sampai kepada Nabi Muhammad saw. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kontekstual dari kata

ﺔﻠﻣ

/millatun/ adalah agama para Nabi.

3. Surah Al-Imran ayat 95:







/qul ṣadaqa 'allāhu fāttabi‘ū millata 'ibrāhīma ḥanīfān wa mā kāna mina 'al -musyrikīna/ “katakanlah (Muhammad),”benarlah(segala yang difirmankan) Allah.” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia tidaklah termasuk orang yang musyrik.”

Al-Maragi (1993: 7-8) mengatakan bahwa ayat ini menerangkan bahwa Allah Maha Benar dengan segala yang diberitakannya kepada Nabi Muhammad yakni sanggahan terhadap tuduhan-tuduhan Yahudi bahwa Nabi Muhammad bukanlah pengikut Nabi Ibrahim karena beliau makan daging unta dan berkiblat ke arah Ka’bah. Karena itu ikutilah Millah Ibrahim yang lurus dan bukanlah Ia orang yang musyrik seperti orang-orang Yahudi yang menyelewengkan isi kitabnya.

Makna kata

ﺔﻠﻣ

/millatun/ yang terkandung dalam ayat ini adalah agama para Nabi. Makna ini dipahami dari segi konteks intrakalimat dilihat dari kata yang terletak sesudahnya yakni

ﻡﻳﻫﺍﺭﺑﺍ

/`ibrāhīmu/ ‘Nabi Ibrahim a.s’. Konteks ayat menceritakan tentang sanggahan Allah atas dua tuduhan kaum Yahudi yang menuduh Nabi Muhammad bukanlah pengikut Nabi Ibrahim karena ia memakan 40

daging unta yang menurut mereka diharamkan dalam Taurat, padahal sesungguhnya pada dasarnya segalanya dihalalkan Allah untuk Bani Israil namun diharamkan sebagai hukuman untuk mereka, kemudian berkiblat ke arah Ka’bah menurut mereka juga hal yang salah karena menurut Taurat yang telah mereka selewengkan tempat mulia adalah Baitul Maqdis namun Allah menyanggah bahwa Ka’bah adalah bangunan tempat Ibadah yang pertama. Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia adalah pengikut millah Ibrahim yang juga dibawa oleh Nabi-nabi berikutnya hingga sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kontekstual dari kata

ﺔﻠﻣ

/millatun/ adalah agama para Nabi.

4. Surah Al-A’raf ayat 89 :





















/qadiftaraynā ‘alā 'allāhi każibān 'in‘udnā f ī millatikum ba‘da 'iż najjānā 'allāhu wamā yakūnu lanā 'an na‘ūda fihā 'illā 'an yasyā'a 'allāhu rabbunā wasi‘a rabbunā kulla syay'in ‘ilmān ‘alā 'allāhi tawakkalnā rabbanā 'iftah baynan wa bayna qauminā bilḥaqqi wa 'anta khayru 'al-fātiḥīna/ “Sungguh, kami telah mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, setelah Allah melepaskan kami darinya. Dan tidaklah pantas kami kembali kepadanya kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki.Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu.Hanya kepada Allah kami bertawakal.Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil).Engkaulah pemberi keputusan terbaik.”

Al-Maragi (1993:2) mengungkapkan bahwa pada ayat ini Nabi Syu’aib tidak mau kembali kepada agama para pemuka kaum Syu’aib yang kafir. Dan

bahwa tidak seorang pun dapat memaksa mereka merubah sikap selain Allah yang maha mampu melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya.

5. Surah Yusuf ayat 38 :















/wattaba‘tu millata 'ābā'ī 'ibrāh īma wa 'isḥāqa wa ya‘qūba mā kāna lanā 'an nusyrika billāhi min syai'in żālika min faḍli 'allāhi ‘alainā wa ‘alā 'an-nāsi wa

lakin 'akṡara 'an-nāsi lā yasykurūna/ “dan aku mengikuti agama nenek

moyangku: Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah.Itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”

Menurut Al-Maragi (1993: 276) mengungkapkan bahwa ayat ini menceritakan Nabi Yusuf a.s yang mengabarkan kepada kedua temannya di penjara bahwa Iamenganut agama Bapak-bapaknya yang telah menyeru kepada Tauhid yang murni. Yaitu, Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub. Pernyataan Yusuf seperti, merupakan penggembiraan (targhib) bagi kedua sahabatnya untuk beriman dan menganut tauhid, disamping keduanya berusaha agar mengingkari kemusyrikan dan kesesatan yang mereka anut selama ini.

Makna kata

ﺔﻠﻣ

/millatun/ yang terkandung dalam ayat ini adalah agama para Nabi.Makna ini dipahami dari segi konteks intrakalimat dilihat dari frase yang terletak sesudahnya yakni

ﻲﺋﺎﺑﺁ

/`ābā`ī/ ‘Bapak-bapakku’ yang dijelaskan lagi dengan kata-kata berikutnya yaitu

ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﺃ

/`ibrāhīmu/ ‘Nabi Ibrahim a.s’,

ﻕﺎﺤﺳﺇ

/`isḥāqu/ ‘Nabi Ishaq’, dan

ﻞﻴﻋﺎﻤﺳﺇ

/`ismā’īlu/ ‘Nabi Isma’il’.Sehingga dapat

dipahami makna kontekstual kata

ﺔﻠﻣ

/millatun/ pada ayat ini adalah agama para Nabi.









/ṡumma 'auḥaynā 'ilayka 'anittabi’ millata 'ibrāhīmaḥanīfān wamākāna mina

'almusyrikīna/”kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad),”ikutilah

agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.”

Menurut Al-Maragi (1993 : 288) mengatakan bahwa ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw. Di perintahkan untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim a.s dengan meniadakan kemusyrikan.

Makna kata

ﺔﻠﻣ

/millatun/ yang terkandung pada ayat ini adalah agama para Nabi. Makna ini dipahami dari segi konteks intrakalimat dilihat dari kata yang terletak sesudahnya yakni

ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﺃ

/`ibrāhīmu/ ‘Nabi Ibrahima.s’. konteks ayat menceritakan tentang Nabi Muhammad saw diperintah untuk mengikuti agama Nabi Ibrahin yang lurus, berserah diri kepada Allah, dan bersih dari penyembahan terhadap berhala.

Dokumen terkait