• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Kontekstual Kata دين /Dῑnun/ Dan ملةّ /Millatun/ Dalam Al-Qur’an Al-Karim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Makna Kontekstual Kata دين /Dῑnun/ Dan ملةّ /Millatun/ Dalam Al-Qur’an Al-Karim"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA KONTEKSTUAL KATA

ﻦﻳﺩ

/DῑNUN/

DAN

ﺔّﻠﻣ

/MILLATUN/ DALAM AL-QUR’AN AL-KARIM

SKRIPSI SARJANA

O

L

E

H

Hidayati

080704020

DEPARTEMEN SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS MAKNA KATA

ﻦﻳﺩ

/DῑNUN/DAN

ﺔّﻠﻣ

/MILLATUN/ DALAM AL-QUR’AN AL-KARIM

SKRIPSI SARJANA

O L E H

HIDAYATI 080704020 Pembimbing I

U

Drs. Aminullah, MA., Ph.D. NIP. 196111101993031001

Pembimbing II

U

Drs. Bahrum Saleh, M.Ag. NIP. 196209191990031003

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN

(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Ketua,

NIP.19621204 198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc.Sc,Ph.D.

Sekretaris,

(4)

PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:

Tanggal : 29 Agustus 2015 Hari : Sabtu

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP. 19511013 197603 1001 Dr. Syahron Lubis, M.A

No. Nama Tanda Tangan

Panitia Ujian

1. Dra. Pujiati, M.Soc.Sc, Ph.D. (...)

2. Dra. Fauziah, M.A. (...)

3. Drs. Aminullah, MA., Ph.D. (...)

4. Drs. Bahrum Saleh, M.Ag (...)

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Agustus 2015

Hidayati

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulil lahi Rabbi al-‘ālamīn, segala puja-puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam atas segala karunia dan rahmat-Nya kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.

Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada manusia pilihan, kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi segenap umat.

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, maka penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul Analisisﻦﻳﺩ /dῑnun/danﺔّﻠﻣ /millatun/.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh pengetahuan dan kemampuan serta pemahaman penulis yang sangat terbatas.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2015

Hidayati

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada peneliti, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan dengan sepenuhnya.

Shalawat teriring salam peneliti hadiahkan keharibaan junjungan nabi besar kita

Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi umat manusia menuju jalan yang

dirhidoi Allah SWT.

Dalam kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Teristimewa kepada Ibunda Hasnida dan Ayahanda tercinta Warna Jami’ yang setiap saat mencurahkan kasih berupa dukungan moril serta materiil dan kasih

sayang serta doa restu kepada peneliti selama menjalankan studi dari awal hingga

akhir penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta Bapak Dr. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Samsul Tarigan

selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

Bapak Drs. Yuddi Adrian M., M.A. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta Ibu Dra. Fauziah M.A.

selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

4. Ustadz Drs. Aminullah, MA., Ph.D. selaku dosen pembimbing I dan Ustadz Bahrum Saleh, M.Ag. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

membimbing peneliti serta memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi.

(8)

5. Ustadz Bahrum Saleh, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan kesempatannya untuk membimbing peneliti dan

memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar di Departemen Sastra Arab, Fakutas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara yang telah menambah wawasan peneliti selama masa

perkuliahan serta Abang Andika sebagai staf tata usaha di Departemen Sastra

Arab.

7. Dan teristimewa juga buat saudara-saudara tersayang yang telah memberikan dukungan moril maupun mteril selama ini Abanganda Taufiq Haswar dan

Kakanda Lia Fitriana Abanganda Muhsin, Adinda Fatmi Husna, Akmal Nurdin,

Mahmud Hanifah.

8. Saudari tersayang Novri Santy, dan Abanganda Heri Surikno.

9. Sahabat - sahabat terbaik, Nurul Ummi , Nurul Saragih , Ratu Bulan Haspina , Saidah Farhana , Chairunnisa Panjaitan , Desi Mustikasari, Lya Fitri daud Lubis,

Rimta Andalusia.

10. Terimakasih Kepada Seluruh Kawan-kawan Angkatan 2008 , Ibnu sina Lubis , Ahmad Zukhri Siregar, Sutan Gembira , Aman Syahputra dan Taufik Hdayat

atas segala dukungan dan canda tawanya .

11. Adinda Tersayang Nursyazwani Mahfuzah Yusuf , Nurul Hidayah, Hidayah Suwita Army, Emelda Asmika yang senentiasa Menyemangati peneliti dalam

penulisan skripsi ini.

12. Teman – teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi telah memberikan bantuan yang tidak terhingga kepada peneliti. Terima kasih untuk segalanya.

(9)

Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan semoga Allah SWT akan

membalas semua kebaikan yang telah dilakukan.

Medan, Agustus 2015 Peneliti

Hidayati

NIM: 080704020

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... V DAFTAR SINGKATAN... ... Vii ABSTRAK ... Vii PEDOMAN TRANSLITERASI ... X BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumus Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Metode Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kajian Terdahulu ... 5

2.2 Pengertian Semantik ... 6

2.3 Pengertian Makna dan Pembagiannya ... 7

2.4 Makna Kata ﻦﻳﺩ /dnun/ dan ﺔّﻠﻣ /millatun/ ... 13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

3.1 Jumlah Kata ﻦﻳﺩ /dnun/ dan ﺔّﻠﻣ /millatun/ ... 16

3.2 Pembahasan ... 16

(11)

BAB IV PENUTUP ... 52

4.1 Kesimpulan ... 52

4.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(12)

DAFTAR SINGKATAN

1. CD : Compact Disc

2. IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab 3. FIB : Fakultas Ilmu Budaya

4. Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 5. No. : Nomor

6. Q.s : Qisah surat

7. RI : Republik Indonesia

8. SAW. : Sallallahu ̒ Alaihi Wassalam 9. SKB : Surat Keputusan Bersama 10. SWT. : Subahana Wa Ta ̒ ala 11. USU : Universitas Sumatera Utara 12. T.t : Tanpa tahun

(13)

ﻮﺻ

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ةر

،ﱵﻳاﺪﻫ

2015 .

ﱘﺮﻜﻟا ناﺮﻘﻟا ﰲ ﺔّﻠﻣ ﻦﻳد ﺔﻤﻠﻛ ﲎﻌﻣ ﻞﻴﻠﲢ

.

ناﺪﻴﻣ

ﺔﻴﻠﻛ ﺔّﻴﺑﺮﻌﻟا ﺔﻐﻠﻟا ﻢﺴﻗ

:

ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟا ةﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ﺔﻓﺎﻘﺜﻟا و مﻮﻠﻌﻟا

.

ﺮﻘﻟا ﰲ ﺔّﻠﻣ و ﻦﻳد ﺔﻤﻠﻜﻟ ﻲﻗﺎﻴﺳ ﲎﻌﻣ لﻮﺣ ﺚﺤﺒﻟا اﺬﻫ روﺪﻳ

ﱘﺮﻜﻟا ن

.

قﺎﻴﺴﻟا ﰲ نﻮﻜﺗ ﱴّﻟا ﺔﻤﻠﻜﻟا ﲎﻌﻣ ﻮﻫ ﻲﻗﺎﻴﺴﻟا ﲎﻌﳌا

.

ﺮﻘﻟاا ﰲ ﺔّﻠﻣ و ﻦﻳد ﺔﻤﻠﻜﻟ ﻲﻗﺎﻴﺳ ﲎﻌﻣ ﺎﻣ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻟا اﺬﻬﺛﺪﺤﺘﻳو

ﱘﺮﻜﻟا ن

.

ﺮﻘﻟا ﰲ ﺔّﻠﻣ و ﻦﻳد ﺔﻤﻠﻜﻟ ﻲﻗﺎﻴﺳ ﲎﻌﻣ ﺔﻓﺮﻌﻣ ﺚﺤﺒﻟا اﺬﻫ ﻦﻣ فﺪﳍاو

ﱘﺮﻜﻟا ن

.

ﲑﳋاﺪﺒﻋ ﺔّﻳﺮﻈﻧ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟا ﺖﻣﺪﺨﺘﺳا

) Abdul Chaer (

ﺮﻘﻟا ﻒﺤﺼﻣ و

ﺔﲨﱰﺑ ﺖﻣﺎﻗ يﺬﻟا ن

ﺔّﻴﻧﺪﻟا نوﺆﺸﻟا ةرازو

.

ﺔّﻴﺒﺘﻜﳌا ﺔﺳارﺪﻟ ﺎﺑ ﺚﺤﺒﻟا نﻮﻜﻳ

(

library Research

)

(14)

ABSTRAK

Hidayati, 2015.Analisis Makna Kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/ dan ﺔّﻠﻣ/millatun/ Dalam Al-Qur’an Al-Karim. Medan: Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini membahas tentang makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/ dan ﺔّﻠﻣ/millatun/ Dalam Al-Qur’an Al-Karim.

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks.

Permasalahan yang diteliti mengenai makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/ dan ﺔّﻠﻣ/millatun/ di dalam Al-Qur’an Al-Karim.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/ dan ﺔّﻠﻣ/millatun/ di dalam Al-Qur’an Al-Karim.

Teori yang digunakan adalah teori Abdul Chaer dan Al-Qur’an dan terjemahan Departemen Agama RI.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan Metode Analisis Deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/

di dalam Al-Qur’an Al-Karim ditemukan sebanyak 5 makna yaitu: 1. Agama, 2.Ibadah, 3.Balasan, pembalasan, 4.Undang-undang, hukum, 5.Ketetapan agama, dan makna kontekstual kata ﺔّﻠﻣ/millatun/ ditemukan dalam Al-Qur’an Al-Karim sebanyak 3 makna yaitu: 1.Agama para Nabi, 2.Agama Yahudi/Nasrani, 3.Agama nenek moyang.

(15)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan

ﺏ Ba B Be

ﺕ Ta T Te

Sa es (dengan titik di atas)

ﺝ Jim J Je

Ha Ha (dengan titik di bawah)

ﺥ Kha Kh Ka dan ha

ﺩ Dal D De

ﺫ Zal Ż Zet (dengan titik di atas)

ﺭ Ra R Er

ﺯ Zai Z Zet

ﺱ Sin S Es

ﺵ Syin Sy Es dan ye

Sad ṣ Es (dengan titik di bawah)

ﺽ Dad ḍ de (dengan titik dibawah)

ﻁ Ta ṭ te (dengan titik di bawah)

Za ẓ zet (dengan titik di bawah)

(16)

ﻉ `ain ‘ Koma terbalik (di atas)

ﻍ Gain G Ge

ﻑ Fa F Ef

ﻕ Qaf Q Ki

ﻙ Kaf K Ka

ﻝ Lam L El

ﻡ Mim M Em

ﻥ Nun N En

ﻭ Waw W We

ﻩ Ha H Ha

ء Hamzah ` Apostrof

Ya Y Ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh:ﺔﻤﻠﺴﻣditulis Musallamah.

C. Tā`marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

Contoh :ﺔﻴﻣﻼﺳﺇ ditulis Islāmiyyah.

2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh :ﺔﻣﺮﻜﻤﻟﺍ ﺔﻜﻣ ditulis Makkatul Mukarrmah.

(17)

D. Vokal Pendek

fathah ditulis a, contoh : ﺐﻨﻛ ditulis kataba kasrah ditulis i, contoh : ﺐﺴﺣ ditulis ḥasiba

dammah ditulis u, contoh : ﻦﺴﺣ ditulis ḥasuna

E. Vokal Panjang

a panjang ditulis ā, contoh : ءﺎﺟ ditulis ja ā

i pajang ditulis ī, contoh : ﻢﻴﻠﻋ ditulis ‘al īmun

u panjang ditulis ū, contoh : ﺏﻮﻴﻋ ditulis ‘uy ūbun

F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap ﻱ (Fathah dan ya) ditulis aiContoh :ﺔﻠﻴﻟ ditulis lailatun

Vokal rangkap ﻭ (Fathah dan waw) ditulis auContoh :ﻥﻮﻟ ditulis launun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata

Dipisah dengan apostrof (`)ﺖﻧﺃﺃﻡ ditulis a`antum H. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ di tulis Al-kitābu

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.ﺓﺩﺎﻬﺷﻟﺍ ditulis asy-syahādah

I. Huruf Besar

Penelitian huruf besar disesuaikan dengan EYD.

J. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.

Contoh :ﻡﻼﺳﻹﺍ ﺦﻴﺷditulis Syaikh al-Islām atau Syaikhul-Islam

(18)

ABSTRAK

Hidayati, 2015.Analisis Makna Kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/ dan ﺔّﻠﻣ/millatun/ Dalam Al-Qur’an Al-Karim. Medan: Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini membahas tentang makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/ dan ﺔّﻠﻣ/millatun/ Dalam Al-Qur’an Al-Karim.

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks.

Permasalahan yang diteliti mengenai makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/ dan ﺔّﻠﻣ/millatun/ di dalam Al-Qur’an Al-Karim.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/ dan ﺔّﻠﻣ/millatun/ di dalam Al-Qur’an Al-Karim.

Teori yang digunakan adalah teori Abdul Chaer dan Al-Qur’an dan terjemahan Departemen Agama RI.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan Metode Analisis Deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ

/d

ῑnun/

di dalam Al-Qur’an Al-Karim ditemukan sebanyak 5 makna yaitu: 1. Agama, 2.Ibadah, 3.Balasan, pembalasan, 4.Undang-undang, hukum, 5.Ketetapan agama, dan makna kontekstual kata ﺔّﻠﻣ/millatun/ ditemukan dalam Al-Qur’an Al-Karim sebanyak 3 makna yaitu: 1.Agama para Nabi, 2.Agama Yahudi/Nasrani, 3.Agama nenek moyang.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Arab merupakan bahasa wahyu dan mendapat kemuliaan karenawahyu Allah yang ada di dalam kitab suci Al-Qur’an diterima manusia dengan menggunakan bahasa Arab, sebagai yang tertera dalam firman Allah SWT (Q.S. 12:2) sebagai berikut:

َﻥ ْﻭُﻠِﻘْﻌَﺗ ْﻡُﻛﱠﻠَﻌَﻟ ﺎًﻳِﺑَﺭَﻋ ﺎًﻧﺁْﺭُﻗ ُﻩﺎَﻧْﻟَﺯْﻧَﺃ ﺂﱠﻧِﺇ

/`innā anzalnāhu qur`ānan ‘arabiyyan la’allakum ta’qilūna/ “Sesungguhnya Kami

menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, agar kamu mengerti”

Al-Ghulayayni (2007: 7), memberikan batasan bahasa Arab sebagai berikut:

ْﻡِﻬ ِﺿﺍَﺭْﻏَﺃ ْﻥَﻋ ُﺏَﺭَﻌﻟﺍ ﺎَﻬِﺑ ُﺭﱢﺑَﻌُﻳ ﻰِﺗﱠﻟﺍ ُﺕﺎَﻣِﻠَﻛﻟﺍ َﻲِﻫ ُﺔﱠﻳِﺑَﺭَﻌﻟﺍ ُﺔَﻐﱡﻠﻟﺍ

/al-lugatu al-‘arabiyyah hiya al-kalimātu al-latī yu’abbiru bihā al-‘arabu ‘an

agrāḍihim/ “Bahasa Arab adalah kata-kata yang dipakai orang Arab untuk menyampaikan maksud mereka”.

Gramatika bahasa Arab memiliki banyak cabang ilmu. Al-Ghulayayni (2007: 7), menyatakan bahwa bahasa Arab memiliki 13 cabang ilmu yaitu Nahwu,

Sharaf, Rasm, Ma’ani, Bayan, Badi’, ‘Arudh, Qawafiy, Qardhu Syi’r, Insya`,

Khithabah, Tarikh Adab, dan Matan Adab. Salah satunya adalah ilmu ad-Dilalah

yang mempelajari makna yang dalam istilah linguistik disebut dengan semantik.Semantik adalah suatu kajian dalam ilmu linguistik tentang makna.

Makna mempunyai kaitan erat dengan bahasa, membahas suatu bahasa berarti membahas pula tentang maknanya.Karena maknaadalah bagian dari bahasa.Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jikakata digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu. Dengan kata lain bahasa memiliki makna atau arti yang dipahami si pemakai bahasa.

(20)

Chaer (2007:68-81) di dalam bukunya Kajian Bahasa, membagi makna bahasa yaitu makna leksikal, makna gramatikal dan makna kontekstual.

Makna leksikal secara sederhana dapat dipahami sebagai makna yang secara lahiriah dimiliki oleh kata-kata dalam suatu bahasa.Contoh dalam bahasa Arab, kata ﺏﺮﺿ /ḍaraba/ memiliki makna lahiriah atau leksikal ‘memukul’.

Makna gramatikal secara sederhana dapat dipahami sebagai makna yang timbul akibat proses gramatik atau tata bahasa yang menimpa kata-kata dalam suatu bahasa. Contohnya, kata ﺏﺮﺿ /ḍaraba/ dalam kalimat ﻂﻘﻟﺍ ﺪﻳﺯ ﺏﺮﺿ/ḍaraba zaidun 'al-qiṭṭa/ ‘zaid memukul kucing itu’yang secara leksikal bermakna ‘memukul’,

namun dalam konteks lain karena berhubungan dengan kata lain dapat memiliki makna gramatikal ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﻲﻓ ﻼﺜﻣ ﷲ ﺏﺮﺿ/ḍaraba 'allāhu maṡalan filqur'ān/‘mengumpamakan’.

Dan makna kontekstual adalahpertamamakna penggunaan sebuah kata (atau gabungan kata) dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu.

Sebagai contoh, dapat diperhatikan makna kata jatuh dalam kalimat-kalimat berikut:

1. Kakakjatuh dari sepeda

2. Dia jatuh dalam ujian tahun lalu

3. Sekarang harga beras lagi mahal, kalau harganya jatuh lagi kita akan rugi.

Pada kalimat (1) di atas, kata jatuh mengandung makna yang sebenarnya yaitu sesuatu yang berada di atas jatuh kebawah’. Sedangkan kata jatuh pada kalimat (2) mengandung makna ‘ seseorang yang gagal dalam mengikuti ujian’, dan yang terakhir pada kalimat (3), kata jatuh mengandung makna ‘harga beras murah’.

Adapun yang ingin diteliti peneliti makna kontekstual.Peneliti ingin mencoba meneliti makna kontektual kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/.Kata
(21)

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ adalah dua kata yang memiliki persamaan makna atau sinonim dalam bahasa Arab disebut

ﻑﺩﺮﻣ

/muradifun/. Dua kata ini memiliki makna yang sama yakni ‘agama’. Kedua kata ini banyak ditemukan dalam ayat di dalam Alqur’an.

Dalam Alqur’an, peneliti mendapati kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ digunakan dalam ayat-ayat yang berbeda. Di beberapa ayat Allah swt menggunakan kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan di beberapa ayat yang lain pula menggunakan

kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/. Perbedaan pemakaian kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dalam Al-Qur’an menjadi bukti bahwa setidaknya ada perbedaan makna di antara kedua kata bersinonim tersebut.Hal ini mendorong keingintahuan peneliti untuk mendalami tentang makna dari kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/.

Adapun yang mendorong peneliti untuk mengangkat masalah ini dalam sebuah tulisan ilmiah adalah selain masalah ini belum pernah diangkat dan diteliti sebelumnya di Departemen Sastra Arab USU, juga karena didorong rasa keingintahuan peneliti akan makna dan perbedaan dari kedua kata yang bersinonim yaitu

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dan

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ tersebut di atas sehingga dipakai

dalam konteks yang berbeda di dalam Alqur’an dengan harapan hasil penelitian ini dapat membuka dan menambah khazanah akan kekayaan dan keistimewaan bahasa Al-qur’an yaitu bahasa Arab.

1.2 Rumus Masalah

Agar penelitian ini dapat terfokus sehingga mencapai tujuannya, masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

“Apa makna kontekstual pada kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ yang terdapat dalam Alqur’an?”

1.3 Tujuan Penelitian

Secara khusus penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:

“Untuk mengetahui makna kontekstualdari kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ yang
(22)

terdapat dalam Alqur’an.”

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat penelitian anatara lain adalah :

1. Menambah pengetahuan peneliti dan pembaca dalam memahami makna kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ yang terdapat dalam Alqur’an.

2. Menambah referensi bagi penelitian selanjutnya

3. Menambah daftar referensi bacaan perpustakaan Departemen Sastra Arab USU

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Library Research (Studi Kepustakaan) dan penelitian ini akan disajikan dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang hal yang diteliti menggunakan metode distribusial yaitu metode yang mana alat penentunya bagian dari bahasa itu sendiri. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Qur’an Al-Karim,Kamus Al-Munawwir. Peneliti berpedoman pada buku tafsir Alqur’an yang ditulis Al-Maragi ditunjang oleh referensi lain yang memiliki kaitan dengan penelitian.

Tahap-tahap yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: a. Membaca berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan

b. Mengumpulkan data yang berupa ayat yang terdapat kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dengan menggunakan software Al-Qur’an digitalhy

c. Mempelajari dan mengklasifikasi data yang telah diperoleh

d. Data yang telah diklasifikasi kemudian dianalisis dengan menggunakan teori Untuk tahap akhir, data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk skripsi.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Penelitian mengenai makna dalam Al-Qur’an sudah pernah diteliti

sebelumnya dan memiliki kaitan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Ishaq Daulay (2001), menjelaskan tidak ditemukan secara pasti alasan para

penerjemah yang keberatan menerjemahkan kata Rabb dan Ilah / dengan kata Tuhan, menurut analisa penulis, ada beberapa faktor yang menyebabkan yaitu: adanya kekhawatiran tidak terpenuhi makna yang terkandung dalam kata Rabb dan Ilah bila diterjemahkan dengan kata “Tuhan”. Kata “Tuhan” bersifat umum yaitu digunakan oleh semua penganut agama di Indonesia. Kata Rabb / kurang cocok diterjemahkan dengan kata “Tuhan” karena mengandung pengertian yang berbeda. Karena kata Ilah dan kata “Tuhan” mengandung pengertian yang identik maka kata Ilah cocok bila diterjemahkan dengan kata “Tuhan”.

2. Halomoan Noor Lubis (1999) menjelaskan terjemahan kata farada, kataba dan kutiba sebaiknya diterjemahkan dengan mengutamakan makna leksikal guna menghindarkan kemungkinan kesalahpahaman dan kebingungan para pembaca yang awam. Terjemahan dari sudut makna gramatikal dapat dipahami apabila hal itu memberikan pengertian yang lebih jelas dan mudah dipahami akan maksud dan pesan yang dikandung dari sudut ayat.

3. Helwati (2004) menjelaskan kata Ad-dinu. Kata Ad-dinu apabila berdiri sendiri memiliki makna agama akan tetapi apabila kata tersebut dirangkai dengan kata lain seperti yaumu,mukhlisina lahu dan lain-lain maka kata tersebut akan mengalami perubahan makna, bentuk seperti ini disebut komposisi dan dinamakan dengan makna gramatikal.

Sementara penelitian tentang makna kontekstual dalam Al-Qur’an juga pernah diteliti sebelumnya antara lain sebagai berikut:

(24)

1. Andi Pratama Lubis (2003) meneliti makna leksikal dan kontekstual kata

ﺔﻨﺘﻓ /fitnatun/ dalam Al-Qur’an. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kata ﺔﻨﺘﻓ /fitnatun/ ditemukan sebanyak 34 ayat dalam 23 surat, dan 24 kata

ﺔﻨﺘﻓ/fitnatun/ yang mengandung makna kontekstual,dari 24 kata tersebut

terdapat 9 makna yaitu: cobaan; kekacauan; ujian; ‘azab; syirik; kesesatan; bencana; siksaan; murtad.

2. Zikri Mahyar (2003), meneliti tentang makna kata ﺮﻛﺫ /żikrun/. Ia menerangkan bahwa kata ﺮﻛﺫ /żikrun/ ditemukan 37 kata yang mengandung makna kontekstual ditemukan sebanyak delapan makna yaitu Al-Qur’an; pelajaran; Kitab; kemuliaan;menerangkan; wahyu; lauhul mahfuzh; dan cerita; tersebar dalam 18 surah dan 35 ayat.

Adapun perbedaan yang akan peneliti uraikan dalam kajian ini yaitu peneliti menitikberatkan pada teori kontekstual Abdul Chaer dalam bukunya

Linguistik Umum yang mengatakan bahwa makna kontekstual juga dapat

berhubungan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa juga membandingkan makna kontekstual antara kata ﺔﻠﻣ /millatun/ dan kata

ﻦﻳﺩ /dīnun/ sehingga terlihat alasan penggunaan kedua kata tersebut dalam Al-qur’an.

2.2 Pengertian Semantik

Semantik berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani sema (nomina) ‘tanda’ : atau dari verba samaino ‘menanda’, ‘berarti’. Secara umum semantik lazim diartikan sebagai kajian mengenai makna bahasa. Karena selain makna bahasa, dalam kehidupan kita banyak makna-makna yang tidak berkaitan dengan bahasa, melainkan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang lain, seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda-tanda kejadian alam, lambang-lambang Negara, simbol-simbol budaya, simbol-simbol keagamaan, dan lambang atau simbol lainnya (Chaer, 2003: 267).

Sementara dalam bahasa Arab, semantik disebut dengan ﺔﻟﻻﺪﻟﺍ ﻢﻠﻋ /’ilmu

ad-dilālati/. Menurut ‘Umar (1998: 11) mendefinisikan ﺔﻟﻻﺪﻟﺍ ﻢﻠﻋ /’ilmu ad-dilālati/ sebagai berikut:

(25)

ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﻦﻣ ﻉﺮﻔﻟﺍ ﻚﻟﺫ ﻭﺃ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺱﺭﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻭﺃ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩ ﻪﻧﺄﺑ ﻢﻬﻀﻌﺑ ﻪﻓﺮﻌﻳ

ﺰﻣﺮﻟﺍ ﻰﻓ ﺎﻫﺮﻓﺍﻮﺗ ﺐﺟﺍﻮﻟﺍ ﻁﻭﺮﺸﻟﺍ ﺱﺭﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻉﺮﻔﻟﺍ ﻚﻟﺫ ﻭﺃ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻝﻭﺎﻨﺘﻳ ﻱﺬﻟﺍ

ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﻞﻤﺣ ﻰﻠﻋ ﺍﺭﺩﺎﻗ ﻥﻮﻜﻳ ﻰﺘﺣ

/ya’rifuhu ba’ḍahum bi `annahu dirāsatu al-ma’nā aw al-‘ilmu allażĪ yadrusu al-ma’nā aw żālika al-far’u min ‘ilmi al-lugati allażĪ yatanāwalu naẓriyyata al-ma’nā aw żālika al-far’u allażĪ yadrusu asy-syurūṭa al-wājiba tuwāfiruhā fĪ ar-ramzi ḥattā yakūna qādiran ‘alā ḥamli al-ma’nā/ “Sebahagian mereka (ahli bahasa) mendefinisikan ia (‘Ilmu Dilalah) adalah kajian tentang makna, atau ilmu yang membahas tentang makna, atau cabang yang mengkaji teori makna, atau cabang yang mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengungkap lambang-lambang bunyi sehingga mempunyai makna.”

Al-Khuli (1982: 251) mengatakan semantik di dalam bahasa Arab adalah:

ﻩﺎﻨﻌﻣﻭ ﻱﻮﻐﻠﻟﺍ ﺰﻣﺮﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺔﻗﻼﻌﻟﺍ ﺱﺭﺪﻳ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﻦﻣ ﻉﺮﻓ

:

ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻢﻠﻋ

.

ﺔﻟﻻﺪﻟﺍ ﻢﻠﻋ

ﺕﺎﻤﻠﻛ ﻦﻴﺑ ﺕﺎﻗﻼﻌﻟﺍﻭ ﻱﻮﻐﻠﻟﺍ ﺯﺎﺠﻤﻟﺍﻭ ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻉﻮﻨﺗﻭ ﺎﻴﺨﻳﺭﺎﺗ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﺭﻮﻄﺗ ﺱﺭﺪﻳﻭ

.

ﺔﻐﻠﻟﺍ

/’Ilmu ad-dilālati. ‘Ilmu al-ma’āni: far’u min ‘ilmi al-lugati yadrusu al-‘alāqata

bayna ar-ramzi al-lugawiyi wa ma’nahu wa yadrusu taṭawwura ma’āniya al

-kalimāti tārīkhiyyan wa tanawwu’a al-ma’ānī wa al-majāza al-lugawiyya wa al-‘alāqāti bayna al-kalimāti al-lugati/ “Ilmu semantik. Ilmu tentang makna: cabang

dari ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara lambing bahasa dan maknanya serta mempelajari perkembangan makna kata dari waktu ke waktu dan macam-macam makna serta gaya bahasa dan hubungan kata dalam bahasa.”

2.3 Pengertian Makna dan Pembagiannya

Al-Khuli (1982: 166) mengatakan makna di dalam bahasa Arab adalah:

.

ﻞﻤﺠﻟﺍ ﻭﺃ ﺕﺍﺭﺎﺒﻌﻟﺍ ﻭﺃ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻦﻣ ﺺﺨﺸﻟﺍ ﻪﻤﻬﻔﻳ ﺎﻣ

:

ﻲﻨﻌﻣ

/Ma’nā: mā yafhamuhu asy-syakhṣu min al-kalimāti aw al-‘ibarāti aw al-jumali/

“Makna adalah apa yang dapat dipahami seseorang dari suatu kata ungkapan atau kalimat”.

Menurut Djajasudarma (1993: 34) makna adalah hubungan yang ada di antara suatu bahasa.Sedangkan pengertian makna dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah (1) Arti, (2) Maksud pembicara dan penulis (KBBI, 1995: 619).

Chaer (2003: 269) menerangkan bahwa untuk dapat memahami makna sebuah ujaran banyak yang perlu diperhatikan seperti psikologi, dan budaya dan dalam

(26)

studi faktor-faktor itu tercermin pada apa yang disebut tingkatan makna, yakni makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kontekstual.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti meneliti makna kontekstual dari kata

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dalam Al-Qur’an. Oleh karena kedua kata tersebut (

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/) merupakan dua kata yang dimaknai sama yaitu agama maka peneliti menganggap penting untuk meneliti sekilas tentang makna leksikal dari kedua kata tersebut.

Memahami makna leksikal setiap butir kata yang digunakan dalam sebuah ujaran merupakan tahap pertama dalam memahami makna ujaran itu.Namun, menurut Chaer (2003: 270) persoalannya tidak sesederhana itu sebab ada sejumlah kasus di dalam studi yang menyangkut makna leksikal itu. Kasus-kasus itu adalah: (1) kasus kesamaan makna atau kesinoniman; (2) kasus kebalikan makna atau keantoniman; (3) kasus ketercakupan makna atau kehiponiman dan kebalikannya kehiperniman; dan (4) kasus kesamaan bentuk dan keberbedaan makna atau kehomoniman.

Kasus-kasus di atas perlu pemahaman yang mendalam karena sering ditemukan dan menjadi kendala sehingga menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan makna sebuah ujaran. Dalam penelitian ini, peneliti memilih kasus kesamaan makna atau kesinoniman dari empat kasus di atas untuk menganalisis kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ yang terdapat dalam Al-Qur’an karena seperti yang peneliti ungkapkan sebelumnya bahwa kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dimaknai sama yaitu ‘agama’.

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Arab, seringkali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasinya antara sebuah kata dengan kata lainnya.Salah satu bentuk relasi tersebut yaitu dapat berupa kesamaan makna yang disebut sinonim.Menurut (Chaer, 1989:82) Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harfiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara Verhar (1978) dalam Chaer (1989: 82) mendefinisikan sebagai ungkapan

(27)

(bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.

Sementara Djajasudarma (1993: 36) sinonim digunakan untuk menyatakan

sameness of meaning’ kesamaan arti. Hal tersebut dilihat dari kenyataan bahwa

para penyusun kamus menunjukkan sejumlah perangkat kata yang memiliki makna sama; semua bersifat sinonim, atau satu sama lain sama makna, atau hubungan di antara kata-kata yang mirip (dianggap mirip) maknanya.

Dalam bahasa Arab, sinonim disebut dengan ﻑﺩﺍﺮﺘﻟﺍ /at-tarādufu/. ‘Umar (1998: 145) mendefinisikan ﻑﺩﺍﺮﺘﻟﺍ /at-tarādufu/ sebagai berikut:

ﺪﺣﺍﻭ ﻰﻨﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻆﻔﻟ ﻦﻣ ﺮﺜﻛﺃ ﻝﺪﻳ ﻥﺃ ﻮﻫ ﻑﺩﺍﺮﺘﻟﺍ

/at-tarādufu huwa `an yadulla `akṡara min lafẓin ‘alā ma’nā wāḥidin/ “Sinonim

adalah banyak lafaz tapi satu arti”

Contoh kata-kata yang bersinonim dalam bahasa Arab antara lain:

ﻖﻠﺧ

/khalaqa/ dan

ﻊﻨﺻ

/ṣana’a/ memiliki makna ‘membuat, menciptakan’;

ﺮﻈﻧ

/naẓara/,

ﻯﺃﺭ

/ra`ā/ dan

ﺮﺼﺑﺃ

/abṣara/ ‘melihat’;

ﺕﺎﻣ

/māta/,

ﻲّﻓﻮﺗ

/tuwuffiya/,

dan

ﺄﻔﻁ

/ṭafa`a/ memiliki makna ‘mati, meninggal, wafat, padam’;

ﻥﺎّﻛﺩ

/dukkānun/,

ﺕﻮﻧﺎﻫ

/hānūtun/ memiliki makna ‘kedai, warung’; dan lain-lain.

Pada definisi Verhaar di atas dikatakan “maknanya kurang lebih sama”. Ini berarti dua buah kata yang bersinonim itu, kesamaannya tidak seratus persen, hanya kurang lebih saja (Chaer, 1989: 82) Menurut Zgusta (1971: 89) dan Ullman (1972: 141) seperti yang terdapat dalam Chaer (1989: 82) kesamaannya tidak bersifat mutlak karena ada prinsip umum semantik yang mengatakan apabila bentuk berbeda maka maknapun akan berbeda, walaupun perbedaannya hanya sedikit.

Jadi makna kata

ﻖﻠﺧ

/khalaqa/ dan

ﻊﻨﺻ

/ṣana’a/ tidak persis sama, andaikata makna kedua kata tersebut persis sama, tentu kita dapat mengganti kata

ﻖﻠﺧ

/khalaqa/ dalam kalimat

ﺽﺭﻷﺍﻭ ﺕﺍﻭﺎﻤﺴﻟﺍ ُﷲ ﻖﻠﺧ

/khalaqa allahu

as-samāwāti wal arḍa/ ‘Allah menciptakan langit dan bumi’ menjadi

ﷲ ﻊﻨﺻ

(28)

ﺽﺭﻷﺍﻭ ﺕﺍﻭﺎﻤﺴﻟﺍ

/ṣana’a allahu as-samāwāti wal arḍa/ ‘Allah membuat langit

dan bumi’. Ternyata penggantian tidak dapat dilakukan karena membuat efek rusaknya makna keseluruhan sehingga menjadi bukti jelas bahwa kata-kata yang bersinonim tidak memiliki makna yang persis sama.

Menurut Chaer (1989:85) ketidakmungkinan untuk menukar sebuah kata dengan lain yang bersinonim banyak sebabnya. Antara lain, karena :

1. Faktor waktu

2. Faktor tempat atau daerah 3. Faktor sosial

4. Faktor bidang kegiatan 5. Faktor nuansa makna

Perbedaan-perbedaan di atas menjadikan kata-kata yang bersinonim tidak mudah begitu saja dipertukarkan dalam konteks kalimat. Menurut Chaer (1989: 85) mengutip teori Verhaar bahwa yang sama pada kata-kata yang bersinonim adalah informasinya, padahal informasi ini bukan makna karena informasi bersifat ekstralingual sedangkan makna bersifat intralingual.

Contoh:

1) Sekarang dia tinggal di Manado Kini dia tinggal di Manado 2) Istrinya yang sekarang orang Medan

*kini

Kata sekarang dan kini yang terdapat pada dua kalimat di atas adalah dua buah kata yang bersinonim sehingga kata sekarang dapat diganti dengan kata kini seperti terlihat pada contoh (1).Tetapi dalam kalimat (2) kata sekarang tidak dapat diganti dengan kata kini.

Lebih lanjut menurut Chaer (1989: 114) kalau kita mengikuti teori komponen makna yang mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut.Maka yang sama dari kata-kata yang bersinonim tersebut adalah bagian atau unsur tertentu itu saja dari makna itu yang sama.

(29)

Contoh kata

ﺕﺎﻣ

/māta/ dan

ﻲّﻓﻮﺗ

/tuwuffiya/. Kata

ﺕﺎﻣ

/māta/ memiliki komponen makna (1) tidak bernyawa (2) dapat dikenakan terhadap apa saja (manusia, binatang, pohon, dsb). Sedangkan

ﻲّﻓﻮﺗ

/tuwuffiya/ memiliki komponen makna (1) tidak bernyawa (2) hanya dikenakan pada manusia. Dengan demikian kata

ﺕﺎﻣ

/māta/ dan

ﻲّﻓﻮﺗ

/tuwuffiya/ hanya bersinonim pada komponen makna (1) tidak bernyawa.

Selanjutnya menurut Chaer (1994: 290) makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam suatu konteks. Sementara menurut Al-Khuli (1982: 57) di dalam bahasa Arab makna kontekstual disebut

ﻰﻨﻌﻣ

ﻲﻗﺎﻴﺳ

/ma’nā siyāqiyyun/.

Selanjutnya Chaer (2003: 285) mengatakan bahwa memahami makna leksikal dan makna gramatikal saja belum cukup untuk memahami makna suatu ujaran, sebab untuk dapat memahami makna suatu ujaran harus pula diketahui konteks dari terjadinya ujaran itu, atau tempat terjadinya ujaran itu.Konteks ujaran ini dapat berupa konteks intrakalimat, antarkalimat, bidang ujaran, atau juga situasi ujaran.

Sudah menjadi asumsi umum bahwa makna sebuah kata tergantung pada kedudukannya di dalam kalimat, baik menurut letak posisinya di dalam kalimat maupun menurut kata-kata lain yang berada di depan maupun di belakangnya (Chaer, 2003:285). Inilah yang dimaksud dengan konteks intrakalimat. Contohnya kata dalam dan lagi pada kalimat-kalimat berikut:

3) Sungai itu dalam sekali 4) Dalam sungai itu 20 meter

5) Adik lagi makan 6) Adik makan lagi

Makna kata dalam pada kalimat (3) dan (4) menjadi tidak sama karena letak posisinya yang tidak sama. Kata dalam pada kalimat (3) bermakna lawan dari kata

dangkal, sementara kata dalam pada kalimat (4) bermakna jarak atau kedalaman.

Begitu pula dengan kata lagi pada kalimat (5) dan (6), maknanya menjadi berbeda karena letak posisinya yang tidak sama. Kata lagi pada kalimat (5) bermakna

(30)

‘sedang’, sementara kata lagi pada kalimat (6) bermakna ‘kembali atau untuk kali kedua’.

Chaer (2003: 286) menyatakan bahwa banyak ujaran dalam bentuk kalimat yang baru bisa dipahami maknanya berdasarkan hubungannya dengan makna-makna kalimat sebelum atau kalimat-kalimat sesudahnya seperti contoh berikut:

7) Meskipun persiapan telah dilakukan dengan seksama, tetapi operasi itu tidak jadi dilakukan. Menurut keterangan tim medis hal itu karena tiba-tiba si pasien mengalami komplikasi.

8) Meskipun persiapan telah dilakukan dengan seksama, tetapi operasi tidak jadi dilakukan. Hal ini karena rencana operasi itu telah bocor, sehingga tak sebuah becak pun yang keluar.

Kata operasi pada contoh (7) bermakna ‘pembedahan’, sedangkan pada contoh (8) bermakna penertiban.Kedua makna kata operasi itu bisa dipahami adalah karena kalimat yang mengikutinya.

Selanjutnya Chaer (2003: 286-287) memaparkan bahwa yang dimaksud dengan konteks situasi adalah kapan, di mana, dan dalam suasana apa ujaran itu diucapkan. Contoh kalimat tanya yang berbunyi, “Tiga kali empat berapa?”, bila diucapkan oleh seorang guru di kelas tiga SD, tentu member jawaban “dua belas”. Namun, bila diucapkan oleh seseorang ditujukan pada tukang afdruk foto, maka jawabannya mungkin “seribu rupiah” ataupun “seribu dua ratus rupiah”.

Teori-teori yang telah dikemukakan di atas menjadi landasan penulis untuk kemudian meneliti dua kata yang bersinonim dalam bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dan

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/. Selanjutnya kedua kata

tersebut akan penulis coba teliti seberapa jauh kesamaan makna di antara keduanya dengan menganalisis makna leksikal ditinjau dari kesinoniman dan mencari kemungkinan kasus keantoniman dari

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dan

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/, dan

makna kontekstual kedua kata tersebut ditinjau dari sudut konteks intrakalimat, konteks antarkalimat, dan konteks situasi.

(31)

2.4 Makna Kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dan

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/

Dalam Al-Munawwir (1997:437, 1360) kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dimaknai dengan

ﻦﻳﺪﻟﺍ

/ad-dῑnu/ ‘agama’ atau

ﻦﻳﺪﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻌﻳﺮﺸﻟﺍ

/asy-syarῑ’atu fῑ ad-dῑni/

‘syari’at agama’. Sementara

ﺔﻌﻳﺮﺸﻟﺍ

/asy-syarī’atu/dimaknai dalam Al-Munawwir (1997: 711-712) dengan

ﻥﻮﻧﺎﻘﻟﺍ

/al-qānūnu/ ‘peraturan, undang-undang’ dan

ﺎﻣ

ﻡﺎﻜﺣﻷﺍﻭ ﻦﻨﺴﻟﺍ ﻦﻣ ﷲ ﻪﻋﺮﺷ

/mā syara’ahu allāhu min as-sunani wa al-aḥkāmi/ ‘sesuatu yang Allah atur dari tatanan perilaku dan hukum-hukum’. Jadi,

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ sedikitnya memiliki lima makna yaitu ‘agama, peraturan dan undang-undang, pengaturan, tingkah laku, dan hukum’.

Kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/, sedikitnya memiliki tujuh belas makna yaitu

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ ‘agama’;

ﺪﻘﺘﻌﻤﻟﺍ

/al-mu’taqadu/ ‘keyakinan’;

ﺪﻴﺣﻮﺘﻟﺍ

/at-tawḥῑdu/ ‘keesaan’;

ﺓﺩﺎﺒﻌﻟﺍ

/al-‘ibādatu/ ‘ibadah’;

ﻯﻮﻘﺘﻟﺍﻭ ﻉﺭﻮﻟﺍ

/al-wara’u wa at-taqwā/ ‘kesalehan dan ketakwaan’;

ﺔﻋﺎﻄﻟﺍ

/aṭ-ṭā’atu/ ‘ketaatan’;

ﻩﺍﺮﻛﻹﺍ

/al-`ikrāhu/ ‘paksaan’;

ﺮﻬﻘﻟﺍ

ﺔﺒﻠﻐﻟﺍﻭ

/al-qahru wa al-galabatu/ ‘kemenangan’;

ﺏﺎﺴﺤﻟﺍ

/al-ḥisābu/ ‘perhitungan’;

ﺓﺄﻓﺎﻜﻤﻟﺍﻭ ءﺍﺰﺠﻟﺍ

/al-jazā`u wa al-mukāfa`atu/ ‘pembalasan’;

ءﺎﻀﻘﻟﺍ

/al-qaḍā`u/ ‘putusan, keputusan’;

ﻢﻜﺤﻟﺍﻭ ﻥﺎﻄﻠﺴﻟﺍ

/as-sulṭānu wa al-ḥukmu/ ‘kekuasaan dan

hukum’;

ﺮﻴﺑﺪﺘﻟﺍ

/at-tadbīru/ ‘pengurusan, pengaturan’;

ﺓﺮﻴﺴﻟﺍ

/as-sīratu/ ‘tingkah laku’;

ﺓﺩﺎﻌﻟﺍ

/al-‘ādatu/ ‘adat, kebiasaan’;

ﻝﺎﺤﻟﺍ

/al-ḥālu/ ‘keadaan’;

ﻥﺄﺸﻟﺍ

/asy-sya`nu/ ‘perkara, urusan’;

ﻥﻮﻧﺎﻘﻟﺍ

/al-qānūnu/ ‘peraturan, undang-undang’ (Al-Munawwir, 1997: 1360).

Diantara komponen-komponen makna dari kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dan

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ di atas, kedua kata tersebut memiliki kesamaan makna yaitu ‘agama,

tauhid, keyakinan, ibadah, peraturan dan undang-undang, ketaatan, tingkah laku, dan hukum. Keberbedaan makna antara

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dan

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ perlu kajian

lebih mendalam ditinjau dari makna kontekstual.

Sementara itu, kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ ditemukan terdapat dalam satu ayat di dalam Al-Qur’an seperti yang ditemukan dalam surah Al-An’am ayat
(32)

161 dan Al-Hajj ayat 78. Selain itu adapula kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ pada satu ayat

kemudian disambung kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ pada ayat berikutnya seperti yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 132 dan 135.

Salah satu contoh kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dalam Qur’an terdapat pada surah

Al-Baqarah ayat 132 sebagai berikut:

ْﻢُﻜَﻟ ﻰَﻔَﻄْﺻﺍ َﷲ ﱠﻥِﺇ ﱠﻲِﻨَﺑﺎَﻳ ُﺏْﻮُﻘْﻌَﻳﻭ ِﻪْﻴِﻨَﺑ ُﻢْﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ﺎَﻬِﺑ ﻰﱠﺻَﻭَﻭ

َﻦْﻳﱢﺪﻟﺍ

َﻥْﻮُﻤِﻠْﺴُﻣ ْﻢُﺘْﻧَﺃَﻭ ﱠﻻِﺇ ﱠﻦُﺗْﻮُﻤَﺗ َﻼَﻓ

/wa waṣṣā biḥā `ibrāhĪmu banĪhi wa ya’qūbu yā baniyya `inna allaha `iṣṭafā

lakum ad-dĪna falā tamūtunna `illā wa `antum muslimūna/ ‘Dan Ibrahim

mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim’.

Al-Maragi (1993: 404) mengatakan bahwa ayat ini menerangkan tentang wasiat Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ya’qub a.s kepada anak-anaknya agar memeluk agama Islam dan memelihara agama Islam ini agar jangan sampai meninggal dalam keadaan tidak memeluk Islam.

Pada ayat ini kata

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ bermakna agama Islam. Makna ini muncul

ditinjau dari konteks antarkalimat berdasarkan hubungannya dengan makna-makna kalimat sesudahnya yaitu

َﻥْﻮُﻤِﻠْﺴُﻣ ْﻢُﺘْﻧَﺃَﻭ ﱠﻻِﺇ ﱠﻦُﺗْﻮُﻤَﺗ َﻼَﻓ

/falā tamūtunna `illā

wa `antum muslimūna/ “maka janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim”. Kata muslim memperjelas makna dari kata

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ menjadi khusus yaitu agama Islam.

Salah satu contoh kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dalam Al-Qur’an terdapat pada ayat sebelumnya yaitu surah Al-Baqarah: 130 yaitu sebagai berikut:

ْﻦَﻋ ُﺐَﻏْﺮَﻳ ْﻦَﻣَﻭ

ِﺔﱠﻠِﻣ

َﻦِﻤَﻟ ِﺓَﺮِﺧ ْﻵﺍ ﻰِﻓ ُﻪﱠﻧِﺇَﻭ ﺎَﻴْﻧﱡﺪﻟﺍ ﻰﻓ ُﻩﺎَﻨْﻴَﻔَﻄْﺻﺍ ْﺪَﻘَﻟَﻭ ُﻪَﺴْﻔَﻧ َﻪِﻔَﺳ ْﻦَﻣ َ ّﻻِﺇ َﻢْﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ

}

َﻦْﻴِﺤِﻟﺎﱠﺼﻟﺍ

۱۳۰

{

/wa man yargabu ‘an millati `ibrāhĪma `illa man safiha nafsahu wa laqad `iṣṭafaynāhu fĪ ad-dunya wa `innahu fĪ al-`ākhirati liman aṣ-ṣāliḥĪna/ ‘Dan orang

yang membenci agama Ibrahim hanyalah orang yang membodohi dirinya sendiri. Dan sungguh kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang yang shaleh’

(33)

Al-Maragi (1993: 401) mengatakan bahwa pada ayat ini Allah SWT menjelaskan millah yang diserukan Ibrahim yakni mengajak kepada ajaran Tauhid dan Islam (menyerahkan diri) kepada Allah di dalam melaksanakan perbuatan.Tidak sepantasnya seseorang berpaling dari ajaran tersebut terkecuali bagi orang-orang yang sengaja menjerumuskan diri ke jurang kehinaan.

Kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ pada ayat ini dimaknai sebagai agama yang dinisbahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan dengan kata-kata yang berada di depannya yaitu kata

ﻢْﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ

/`ibrāhīm/ ‘Nabi Ibrahim a.s’. Sehingga kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ tersebut di ayat ini dapat dipahami sebagai agama Ibrahim.
(34)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Jumlah Kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dan

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dalam Al-Qur’an

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan melalui dan buku

Fathurrahman karya Faidullah yang diterbitkan oleh Maktabah Dahlan maka

ditemukan kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ sebanyak 81 ayat yang tersebar dalam 39surah dan kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ sebanyak 15 ayat yang tersebar dalam 11surah di dalam Al-Qur’an, diuraikan dalam tabel sebagai berikut:

3.1. 1 Tabel Data Kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dalam Al-Qur’an

No Surah Ayat Jumlah

1. Al-Fatihah 4 1 2. Al-Baqarah 132, 193, 217, 256 4 3. Al-‘Imran 19, 24, 73, 83, 85 5 4. An-Nisa` 46, 146, 125,171 4 5. Al-Ma`idah 3, 54, 57, 77 4 6. Al-An’am 70, 137, 159, 161 4 7. Al-A’raf 29,51 2 8. Al-Anfal 39, 49, 72 3 9. At-Taubah 11, 12, 29, 33, 36, 122 6 10. Yunus 22, 104, 105 3 11. Yusuf 40, 76 2

12. An-Nahl 52 1

13. Al-Hajj 78 1

14. Asy-Syu’ara 82 1 15. An-Nur 2, 25, 55 3 16. Al-Ankabut 65 1 17. Ar-Ruum 30, 32 2

18. Luqman 32 1

19. Al-Ahzab 5 1

(35)

20. Ash-Shaffat 20 1

21. Ash-Shad 78 1

22. Az-Zumar 2, 3, 11, 14 4 23 Al-Gafir 14, 26, 65 3 24. Asy-Syura` 13, 21 2

25. Al-Fath 28 1

26. Al-Hujurat 16 1 27. Adz-Dzariyat 6, 12 2 28. Al-Waqi’ah 86, 56 2 29. Al-Mudatstsir 46 1 30. Al-Mumtahanah 8, 9 2 31. Al-Mutaffifin 11 1

32. Ash-Shaff 9 1

33 Al-Ma’araj 26 1 34. Al-Infithar 9, 15, 17, 18 4

35. At-Tiin 7 1

36. Al-Bayyinah 5 1

37. Al-Ma’un 1 1

38. Al-Kafirun 6 1

39. An-Nashr 2 1

Total 81

3.1.2 Tabel Data Kata

ﺔّﻠﻣ

/millatun/ dalam Al-Qur’an

No Surah Ayat Jumlah

1. Al-Baqarah (2) 120, 130, 135 3 2. Al-‘Imran (3) 95 1 3. An-Nahl (16) 123 1 4. An-Nisaa` (4) 125 1 5. Al-An’am (6) 161 1 6. Al-A’raf (7) 88, 89 2 7. Yusuf (12) 37, 38 2

(36)

3.2. Makna Kontekstual Kata

ﻦﻳﺩ

/dῑnun/ dalam Al-Qur’an

Makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ /dῑnun/ dalam Al-Qur’an ditemukan sebanyak

lima makna yaitu: 1. Agama

2. Ibadah, ketaatan 3. Balasan, pembalasam 4. Undang-undang, hukum 5. Ketetapan agama

Untuk lebih jelas dapat di lihat dari uraian berikut:

3.2.1 Kata ﻦﻳﺩ yang bermakna Agama

1. Surah Al-Baqarah ayat 217 :

















8. Al-Kahfi (18) 20 1 9. Al-Hajj (22) 78 1 10. Ibrahim (14) 13 1 11. Shadd (38) 7 1 Total 15

(37)

















/wayas'alūnaka ‘ani asy-syahri al-harāmi qitālin fīhi qul qitālun fīhi kabīrun waṣaddun ‘an sabīlillāhi wakufrunbihī wa al-masjidi al-harāmi waikhrāju ahlihī minhu akbaru ‘inda Allah wa alfitnatu akbaru mina alqatli walā yażālūna yuqātilūnakum hattā yaruddūkum ‘an dīnikum in astaṭāū wamanyartadid

minkum ‘an dīnihī fayamut wahuwa kāfirun faulāika habiṭat ‘amāluhum fī ad -dunyā wa al-akhirati wa ulāika aṣhābu annāri hum fīhā khālidūna/ “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar.Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah.Sedangkan fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari

agamamu, jika mereka sanggup. Barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di

dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Menurut Al-Maragi (1993: 255) mengatakan bahwa pada ayat ini Allah swt menjelaskan tentang fitnah-fitnah yang dilancarkan kaum kafir untuk mengembalikan umat Islam kepada kekufuran.Kemudian Allah swt mengingatkan umat Islam untuk menjaga keimanan mereka agar tidak sampai murtad (keluar dari agama Islam) karena balasannya adalah sia-sia amalnya di dunia azab neraka yang kekal di akhirat.

Kata

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ pada ayat ini dimaknai dengan “agama Islam”. Makna ini
(38)

beriman’ dan kata ganti yang menunjukkan kepemilikan untuk orang ketiga tunggal yaitu

/hu/ “Dia (laki-laki)” yang disandarkan (ditujukan) kepada Allahu ‘Allah swt’. Oleh karena itu dapat dipahami makna

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ pada ayat ini adalah agama Islam.

2. Surah Al- Imran ayat 24 :









/żālika bi'annahum qālū lan tamassanā annāru illā 'ayyāmān ma‘dūdātin wagarrahum fī dīnihim mā kānū yaftarūna/ “hal itu adalah karena mereka berkata,“api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.”Mereka terpedaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan.”

Al-Maragi (1993: 221) menerangkan bahwa asbābun nuzūl (sebab-sebab turun) dari ayat ini adalah seperti yang terkandung dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah menghadiri majelis Yahudi yang mempelajari Taurat untuk golongan mereka, Lalu Nu’aim ibnu Amar dan Al-Harits ibnu Zaid bertanya “wahai Muhammad, engkau beragama apa?” Rasulullah menjawab “agama dan millah Ibrahim.”Mereka menjawab “Ibrahim adalah orang Yahudi.” Lalu Rasulullah bersabda “Jika memang demikian, marilah kita lihat kitab Taurat yang kini ada di antara kita.” Kemudian turunlah surah Al-‘Imran ayat 23-25.

(39)

ﻢﻫ

/hum/ ‘mereka (laki-laki)’ yang kembali kepada kalimat

ﻦﻣ ﺎﺒﺒﺼﻧ ﻮﺗﻭﺃ

ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

/`ūtū naṣīban min al-kitābi/ ‘orang-orang yang telah diberi bagian dari

Alkitab (Taurat)’ yang terdapat pada ayat sebelumnya.

1. Surah Al-Maidah ayat 3 :







































/ḥurrimat ‘alaykumu almaytatu wa ad-damu walaḥmu al-khinzīri wamā 'uhilla ligayri 'allāhibihī wa 'al-munkhaniqatu wa 'al-mauqūżatu wa al-mawtaradiyyatu wa an-naṭīḥatu wamā 'akala 'as-subu‘u 'illā mā żakkaytum wamā żubiha ‘alā 'an-nuṣubi wa 'an tastaqsimū bi 'al-'azlāmi żālikum fiskun 'al-yauma ya'isa 'al-lażīna kafarū min dīnikum falā takhsyawhum wakhsyawni 'al-yauma 'akmaltu lakum

(40)

dīnakum wa'aṡmamtu ‘alaykum ni‘matī waraḍītu lakumu 'al-islāma dīnān famani'aḍ-ṭurra fī makhmaṣatin gayra mutajānifin li'iṡmin fa'inna allāha gafūrun rahīmun/ “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala.Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik.Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.Pada hari ini telah Aku sempurnakan

agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku

ridai Islam sebagai agamamu.Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Menurut Al-Maragi (1993: 96) secara ijmal, arti ayat ini adalah: Pada hari ini, putuslah sudah harapan orang-orang musyrik untuk membatalkan agamamu dangan mengembalikan kamu darinya, setelah mereka saksikan, ternyata Allah lebih mengutamakan kalian. Setelah nyata janji Allah benar-benar Dia penuhi dan memenangkan Islam atas seluruh agama-agama yang lain.

Pada ayat ini terdapat tiga kata

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ antara lain:

(1)

ﻢﻜﻨﻳﺩ

ﻦﻣ ﺍﻭﺮﻔﻛ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﺲﺌﻳ ﻡﻮﻴﻟﺍ

/alyawma ya`isa allażīna kafarū min dīnikum/ “Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa (mengalahkan) agamamu”

(2)

ﻢﻜﻨﻳﺩ

ﻢﻜﻟ ﺖﻠﻤﻛﺃ ﻡﻮﻴﻟﺍ

/alyawma akmaltu lakum dīnakum/ “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu”

(3)

ﺎﻨﻳﺩ

ﻡﻼﺳﻹﺍ ﻢﻜﻟ ﺖﻴﺿﺭ

/raḍītu lakum al-`islāma dīnan/ “Telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”
(41)

hukum yang berkaitan dengan halal dan haram.Oleh karena itu makna kontekstual kata

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ yang kedua yang kedua adalah syariat.Kata

ﻦﻳﺩ

/dīnun/ yang ketiga dimaknai utuh yaitu ‘agama’ sebagai penjelas kata

ﻡﻼﺳﻹﺍ

/al-`islāmu/ ‘Islam’ yang terletak sebelumnya.

2. Surah Al-An’am ayat 70 :























/ważari 'allażīna 'ittakhażū dīnahum la‘ibān walahwān wa garrathumu 'al-hayātu 'ad-dunyā wa żakkirbihī 'an tubsala nafsun bimā kasabat laysa lahā min dūni allāhi waliyyun walā syafī‘un wa'in ta‘dil kulla ‘adlin lā yu'khaż minhā 'ulā'ika 'allażīna 'ubsilū bimā kasabū lahum syarābun minḥāmīmin wa ‘ażābun 'alīmun bimā kānū yakfurūna/ “tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur’an agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka), kerena perbuatannya sendiri.Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apapun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (kedalam neraka), disebabkan

(42)

perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.”









/waqātilūhum hattā lā takūna fitnatun wayakūna 'ad-dīnu kulluhu lillāhi fa'inintahau fa'inna 'allāha bimā ya‘malūna baṣīrun/ “dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata.Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah hMaha Melihat apa yang mereka kerjakan.”

3. Surah At-Taubah ayat 11 :











/fa'in tābū wa'aqāmū 'aṣ-ṣalāta wa'ātū 'az-zakāta fa'ikhwānukum fī 'ad-dīni

wanufaṣṣillu 'al-'āyāti liqaumin ya‘malūna/ “dan jika mereka bertobat,

melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, maka (berarti mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”

4. Surah Yunus ayat 104 :















(43)

/qul yā'ayyuhā an-nāsu 'inkuntu fī syakkin min dīnī falā 'a‘ budu 'allażīna ta‘budūna min dūni allāhi walākin 'a‘ budu 'allāha 'allżī yatawaffākum wa'umirtu 'an'akūna mina 'al-mu'minīna/ “katakanlah (Muhammad), “wahai manusia! Jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah akan mematikan kamu dan aku telah diperintah agar termasuk orang yang beriman.”

5. Surah An-Nur ayat 55 :























/wa‘ada 'allāhu 'allażīna 'āmanū minkum wa‘amilū 'aṣ-ṣāliḥāti layasytakhlifannahum fī 'al-'arḍi kamā 'istakhlafa 'allażīna min qablihim walayumakkinanna lahum dīnahumu 'allażī 'irtḍā lahum walayubaddi lannahum min ba‘di khaufihim 'amnān ya‘budū nanī lā yusyrikūna bī syay'ān wa man kafara ba‘da żālika fa'ulā'ika humu 'al-fāsikūna/ “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agamayang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketekutan menjadi aman sentosa.Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan sesuatu pun.Tetepi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

6. Surah Al-Ahzab ayat 5 :

(44)

















/'ad‘ūhum li'abā'ihim huwa 'aqsaṭu ‘inda 'allāhi fa'in lam ta‘lamū 'ābā'ahum fa'ikhwānukum fī 'ad-dīni wa mawālīkum walaysa ‘alaykum junāḥun fīmā 'akhṭa'tumbihi walakin mā ta‘ammadat qulūbukum wa kāna 'allāhu gafūrān raḥīmān/ “panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu

seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf

tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

7. Surah Asy-Syura’ ayat 13 :





















/syara‘a lakum mina 'ad-dīni mā waṣṣābihi nūhā wallażī 'auḥaynā 'ilayka wamā waṣṣaynābihi 'ibrāhīma wa mūsā wa ‘īsā 'an 'aqīmū 'ad-dīna walā tatafaraqū fīhi kubara ‘alā 'al-musyrikīna mā tad‘ūhum 'ilayhi 'allāhu yajtabī 'ilayhi man yasyā'u wa yahdī 'ilayhi man yunību/ Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama

(45)

yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka.Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).”

<

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengelolaan air limbah domestic di Kabupaten Pulau Morotai belum tertata / dikelolah dengan benar, pengelolaan limbah rumah tangga black water masih dilakukan

Kondisi pembibitan sapi potong saat ini sangat beragam dan sebagian besar (95%) dikelola dan dikembangkan pada peternakan rakyat dengan pola produksi induk-anak dalam

• The Common Core State Standards (CCSS) requires a shift in focus from high school completion to college and career readiness for all students.. • The CCSS will radically

Dari pembahasan dan uraian tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa dalam posisi Pemerintah sebagai stimulator pembangunan, maka masyarakat akan berpartisipasi

Dokter dan dokter gigi sebagai subjek hukum dalam melakukan praktik kedokteran tunduk pada ketentuan yang ada di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang- Undang Nomor 36

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

Dari analisis data diperoleh hasil: (1) terdapat hubungan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat tinggi gaya flop mahasiswa program studi pendidikan olahraga dengan