• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

D. Metode Analisa Data

4.1. Analisis fisik

4.1.2. Kata Kongkret

Untuk membangkitkan imajinasi (daya bayang) pembaca/pendengar maka kata-kata harus diperkongkret. Maksudnya bahwa kata-kata itu dapat menyarankan kepada yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajinasian kata yang di kongkret ini juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambing. Jika penyair mahir memperkongkret kata-kata itu maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlihat penuh secara batin ke dalam mantranya.

Jika imajinasi pembaca/pendengar merupakan akibat dari pengimajinasian yang diciptakan penyair maka kata kongkret ini merupakan syarat atau terjadinya pengimajinasian itu. Dengan kata yang dipeerkongret pembaca/pendengar dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang di lukiskan oleh penyair. Untuk memperkongkret gambaran tentang mantra pintu menggunakan kaata: aku ondak memintak damdam memagari nang kong ikat (mantra pintu, narasumber).

Kebencian yang begitu begitu kuat dalam penyair dapat dihayati lebih hidup dengan pengkongretan kata ini: durhaka engkau lebih-lebih kepada Allah bila hendak membinasakan rumah ku (mantra pintu, narasuber Budiman).

Demikianlah maksud pengkongretan kata itu. Setiap penyair berusaha mengkongkretkan hal yang ingin dikemukakan agar pembaca/pendengar membayangkan dengan lebih hidup apa yang dimaksudnya. Cara yang digunakan penyair yang satu berbeda dari cara yang digunakan oleh penyair yang lainnya.

4.1.3. Majas (gaya Bahasa)

Penyair menggunakan bahasa yang bersusun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif adalah gaya bahasa atau majas. Majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengungkapkan makna.

Sebahagian mantra pintu ini menggunakan majas personifikasi. Majas personifikasi yaitu keadaan atau peristiwa alam sering dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap sebagai manusia atau persona atau di

“personafikasi”kan. Hal ini digunakan untuk memperjelas gambaran peristiwa dan keadaan itu. Majas personafikasi dapat kita lihat pada mantra pintu di bawah ini:

Imat-imat ketemu itu Mitu mileon kate Allah To badanda berkata-kata

Tak hendak kau datang dan memijak halaman rumah ku!.

(mantra pintu, narasumber: Budiman)

4.1.4. Imajinasi

Ada hubungan erat antara diksi, imajinasi dan kata kongret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajinasian karena kata-kata itu menjadi lebih kongkret sebab dapat kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Imajinasi dapat dibatasi dengan pengertian : kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait mantra itu mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang tidak nampak (imaji visual) atau sesuatu yang dapat kita rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ungkapan perasaan penyair dijelma ke dalam gambaran kongkret mirip music atau gambaran cita rasa tertentu. Jika penyair menginginkan imaji pendengaran (auditif) maka pendengar menghayati mantra itu seolah-olah mendengarkan sesuatu. Jika penyair ingin ingin melukiskan imaji penglihatan (visual), maka mantra itu melukiskan sesuatu yang bergerak. Apabila imaji taktil yang ingin digambarkan maka pembaca/pendengar seolah-olah merasakan sentuhhan perasaan.

Pengimajinasiaan ditandai dengan penggunaan kata yang kongkret dan khas. Imaji yang ditimbulkan ada tiga macam yakni imaji visual, imaji auditif, dan imaji taktil (cita rasa). Ketiganya digambarkan atas bayangan kongret apa yang dapat kita hayati secara nyata.

Baris-baris mantra di bawah ini menunjukkan adannya pengimajinasian sehingga menimbulkan imajinasi visual:

Datanglah dari segala arah Ingin aku kau lupa

Dengan apa yang kau lihat Agar kau tak tau arah

(Mantra pintu , narasumber: Atok Oka Botol)

Nibung kering tulangku Berkat baginda Ali

Gentar bumi gentar langit

Tak ku hendaki kau memijak halaman rumahku (Mantra pintu, narasumber Atok Oka Botol)

Mantra penunduk (Atok Oke Botol yang ke 2) yang menimbulakan visual:

Bismillahirrahmanirahim Kata Allah aku nur

Kata Muhammad engkau syariat Sujudlah engkau seperti wau kepadaku Berkat la ilahaillallah

Bismillahirrahmanirahim

Allah humarahbana ma rahbana Ya kenabuldu ya kenastaid Ya fayum ya koyum

Ya azim ya rabball alamin

Imaji takil dapat kita hayati dalam mantra pintu (Narasumber Budiman):

Bismillahirrahmanirrahim Imat-imat ktemu itu Mitu melion kate Allah To badanda berkata-kata

Tak hendak kau datang dan memijak halaman rumah ku! Karena telah ade penjaga pintu

Berduhaka kau membisa rumahku Berkat kalimat laillahlah

Mantra pintu (narasumber Atok Oka Botol)

Bsmillahirrahmanirrahim Jagoan nabi-nabi

Empat puluh dua malaikat Seratus empat puluh dua ruh Yang berhadap-hadapan Tetapkan iman

Memagari nangkong ikat Datang dari segala arah Ingin aku kau lupa

Dengan apa yang kau lihat Agar kau tak tau arah

Imaji takil dan imaji visual:

Gempa ali gempa gemita Dang sari gajah berlenggang Sah aku anak harimau yang garang Batu congkol hhati ku

Nibung kering tulangku Berkat doa baginda ali Gentar bumi gentar langit

(Mantra pintu, narasumber: (Atok Oka Botol)

Mantra pintu (narasumber : Atok Oka Botol)

Bsmillahirrahmanirrahim Jagoan nabi-nabi

Empat puluh dua malaikat Seratus empat puluh dua ruh Yang berhadap-hadapan Tetapkan iman

Memagari nangkong ikat Datang dari segala arah Ingin aku kau lupa

Dengan apa yang kau lihat

Mantra pintu (narasumber : Budiman)

Bismillahirrahmanirrahim Imat-imat ktemu itu Mitu melion kate Allah To badanda berkata-kata

Tak hendak kau datang memijak halaman rumah ku Karena telah ade penjaga pintu

Berduhaka kau membisa rumahku Berkat kalimat laillahlah

Bayangan perasaan ngeri dan mencekam menghadapi musuh dapat lebih kuat kita rasakan melalui kata-kata dibawah ini :

Nibung kering tulangku Berkat baginda Ali

Gentar bumi gentar langit

Tak ku hendaki kau dan memijak halaman rumahku!!! (Mantra pintu, narasumber: (Atok Oka Botol)

Pengimajinasian disebut pula pencitraan, bahwa pengimajinasian dalam sajak dapat dijelaskan sebagai usaha penyair untuk menciptakan atau menggunggah timbulnya imajinasi dalam diri pembaca, sehingga pembaca tergugah untuk menggunakan mata hati tuk melihat benda-benda, warna, dengan telinga hati mendengar bunyi-bunyi, dan dengan perasaan hati kita meenyentuh kesejukan dan keindahan benda dan warna.

Bismillahirrahmanirrahim Imat-imat katemu itu Mitu melion kate Allah To badanda berkata-kata

Tak hendak kau datang dan memijak halaman rumah ku! Karena telah ade penjaga pintu

Berduka kau membinasa rumahku Berkat kalimat laillahlah

Mantra pintu (narasumber : Budiman)

Dari mantra di atas dapat kita merasakan suasana mencekam, seolah-olah kita merasakan diusir penjga pintu dan berduka jika memijak halaman rumah tersebut.

4.1.5. Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dalam sebuah puisi dikenal beberapa jenis rima antara lain : menurut posisinya dan menurut susunannya. Begitu juga pada mantra rima itu dapat dijumpai beberapa jenis antra lain:

a. Rima Awal :

Bismillahirrahmanirrahim Imat-imat katemu itu Mitu melion kate Allah To badanda berkata-kata

Tak hendak kau datang dan memijak halaman rumah ku! Karena telah ade penjaga pintu

Berduka kau membinasa rumahku Berkat kalimat laillahlah

Mantra pintu (narasumber : Budiman)

b. Rima Tengah :

Mantra pintu (narasumber : Atok Oka Botol)

Bismillahirrahmanirrahim Imat-imat katemu itu Mitu melion kate Allah To badanda berkata-kata

Tak hendak kau datang dan memijak halaman rumah ku! Karena telah ade penjaga pintu

Berduka kau membinasa rumahku Berkat kalimat laillahlah

Mantra pintu (narasumber : Budiman)

Gempa ali gempa gemita Dang sari gajah berlenggang Sah aku anak harimau yang garang Batu congkol hati ku

Nibung kering tulangku Berkat doa baginda ali Gentar bumi gentar langit

(Mantra pintu, narasumber: (Atok Oka Botol)

Menurut susunannya dlam mantra ini mempunyai rima berselang dengan rumus : ab ab. Ini dapat dilihat pada mantra di bawah ini :

Yatim aku mati tasauf kata Allah (3x) Roh kalam kawah kali-kali

Aku buang darah gemuruh Aku naik darah berani

(Mantra penunduk, narasumber :Atok Oka Botol)

Mantra di atas menggunakan kata-kata atau bunyi-bunyi yang berulang-ulang untuk menciptakan daya magis. Mantra adalah susunan kata yang mempunyai rima dan ritma dengan pemilihan kata-kata yang bersifat sublin sehingga memilikikekuatan gaib. Kata-kata yang tidak umum atau jarang digunakan merupakan kata-kata yang mempunyai kemungkinan untuk kekuatan gaib. Kata-kata yang tidak bermana diberi makna melalui pengembalian bunyi atau suku kata pada setiap baris.

4.1.6. Ritma

Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakan-gerakan air yang teratur, terus- menerus dan tidak putus- putus (megalir terus). Menurut Slamet muljana mengatakan bahwa : “ritma merupakan pertentangan bunyi : tinggi/rendah, panjang/pendek, kerasa/lemah, yang menglun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan”.

Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan degan pengulangan bunyi, kata, frsa dan kalimat. Ritma juga ada pada mantra. Dalam

Antra irama tersebut berupa pemotong baris-baris mantra secara berulang-ulang sehingga menimbulkan gelombang yang teratur.

Tiap penyair mempunyai perbedaan cara mengulang hal-hal yang di pandang membentuk ritma itu. Berkut ini contoh mantra:

Bismillahirrahmanirrahim Imat-imat katemu itu Mitu melion kate Allah To badanda berkata-kata

Tak hendak kau datang dan memijak halaman rumah ku! Karena telah ade penjaga pintu

Berduka kau membinasa rumahku Berkat kalimat laillahlah

Dalam mantra di atas kata-kata pengikat untuk ritmanya berupa kata penghubung, kata dan. Bunyi-bunyi di atas mengandung nilai magis sehingga jika kita membacanya dengan irama yang tepat kita akan merasakan kekuatan di luar kekuatan yang kita miliki.

Dokumen terkait