• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata dan Pilihan Kata

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 30-39)

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kajian Teori

3. Kata dan Pilihan Kata

Diksi berasal dari bahasa Inggris diction yang sebenarnya bermakna sebagai cara mengucap kata-kata. Jadi diksi itu, soal penggunaan kata, terutama pada kebenaran, kejelasan, atau efektivitas. Pada dasarnya kata adalah suatu tanda untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan, konsep, dan makna. Konsep itu bisa berupa benda, gerak, sikap, keadaan, cita rasa, perasaan, dan banyak lagi (Wojowasito melalui Dewabrata, 2006:155).

Diksi dalam wahana komunikasi dan interaksi profesional bertautan erat dengan kemampuan menemukan bentuk-bentuk kebahasaan yang sungguh sesuai, cocok, pas, dan tepat dengan nilai rasa, dengan etitas nuansa, dan dengan pertimbangan konteks situasi dan konteks sosial budaya yang juga harus pas dan tepat (Rahardi, 2007: 21).

Menurut Gorys Keraf (1987: 24), diksi tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Gaya bahasa merupakan bagian dari diksi yang berhubungan dengan ungkapan-ungkapan yang memiliki karekateristik nilai artistik yang tinggi. Mereka yang memiliki kosakata yang luas akan mampu memilih kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Sebaliknya, orang yang miskin kosakata akan sulit menemukan kata yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa (1) pilihan kata atau diksi mencakup kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya bahasa yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. (2) diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki masyarakat. (3) diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh pengusaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. sedangkan yang dimaksud dengan pembendaharaan kata atau kosakata adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa (Keraf, 1987:24).

Gorys Keraf juga berpendapat bahwa untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus, kata ilmiah dan kata populer (1987: 89-93). Kata umum adalah kata yang mengacu kepada suatu hal atau

kelompok yang luas bidang lingkupnya. Kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang ksusus dan konkret. Kata ilmiah adalah kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar. Kata populer adalah kata-kata yang dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat.

Selain itu, menurut Soedjito (1988) kosakata dapat diartikan sebagai berikut: 1) Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa.

2) Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis. 3) Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.

4) Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

Pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok. Pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan. Kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam menggunakan kata tadi (Sumadiria, 2011: 34). Terdapat beberapa macam pilihan kata yang umum digunakan dalam media komunikasi. Dalam kaitannya dengan pilihan kata (diksi), Soedjito (1988, 39-47) menggolongkan macam-macam pilihan kata itu sebagai berikut.

a. Jenis Pilihan Kata

1) Kata Abstrak dan Kata Konkret (Soedjito, 1988: 39-40)

Kata abstrak adalah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/pengertian, sedangkan kata konkret ialah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh pancaindra.

Contoh:

Abstrak Konkret

Kemakmuran sandang, pangan, rumah Kerajinan bekerja, belajar, membaca

2) Kata Umum dan Kata Khusus (Soedjito, 1988: 41-42)

Kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan kata khusus ialah kata yang sempit/terbatas ruang lingkupnya.

Contoh:

Umum : Darto menggendong adiknya sambil membawa buku dan sepatu. Khusus : Darto menggendong adiknya sambil mengempit buku dan menjinjing

sepatu.

3) Kata Populer dan Kata Kajian (Soedjito, 1988: 43)

Kata populer ialah kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian ialah kata

yang dikenal dan dipakai oleh para ilmuan/kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah.

Contoh:

Populer : Otak adalah bagian badan yang paling penting. Kajian : Kata adalah unsur bahasa yang berperan penting.

4) Kata Asli dan Kata Serapan (Soedjito, 1988: 47)

Kata asli ialah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri, sedangkan kata serapan ialah kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau asing.

Kata-kata serapan ini sudah lama masuk ke dalam bahasa Indonesia, sehingga tidak terasa lagi asingnya, misalnya: bahasa, pribadi, karena, jiwa, serta,

masyarakat, dan sebagainya.

Adapula kata-kata serapan yang masih terasa asingnya, misalnya: strategis,

sosial, sarana, wawasan, dan sebagainya.

5) Sinonim (Soedjito, 1988: 76)

Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Contohnya,

a) Yang sama maknanya: Sudah – telah

Sebab – karena Amat – sangat

b) Yang hampir sama maknanya: Untuk – bagi – buat – guna Cinta – kasih – sayang

Mati – meninggal – wafat – gugur

6) Antonim (Soedjito, 1988: 83)

Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya. Contohnya, Besar x kecil

Tinggi x rendah Bujang x gadis

b. Makna Kata

Makna kata ialah hubungan antara bentuk dan barang (hal) yang diacunya (Soedjito, 1988: 51). Ada bermacam-macam makna diantaranya:

1) Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frasa, klausa, atau kalimat). Misalnya, kata rumah diartikan sebagai bangunan untuk tempat tinggal manusia. Makna gramatikal ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan/pengulangan/pemajemukan). Misalnya, berumah yang artinya adalah mempunyai rumah.

2) Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna denotatif ialah makna yang menunjuk langsung pada acuan atau makna dasarnya. Contohnya, kata merah „warna seperti warna darah‟. Makna

konotatif ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya berupa nilai rasa atau gambaran tertentu. Misalnya kata merah yang berarti warna (makna dasar), sedangkan makna tambahannya merah berarti berani.

3) Makna Lugas (sebenarnya) dan Makna Kiasan

Makna lugas (sebenarnya) ialah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang bersangkutan. Misalnya,

Kaki : Kaki si Didik Kaki kucing

Makna kiasan (figuratif) ialah makna yang referennya (yang diacunya) tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan. Misalnya, kaki gunung, kaki meja, kaki langit, mulut gua, mulut sungai, mulut gunung.

4) Makna Kontekstual

Makna kontekstual ialah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya. Contoh:

Didik sedang belajar.

Sedang saya belajar, dia datang.

Kehidupan mereka sedang saja. Dia mendapat nilai sedang.

Ada berbagai jenis makna di dalam bahasa. Heatherington mengatakan bahwa makna dapat dibagi atas makna leksikal dan makna leksikostrukural. Makna leksikal dibagi lagi menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Denotasi adalah batasan kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan daripada konotasi-konotasinya atau makna-makna yang ada kaitannya dengan itu. konotasi adalah kesan-kesan atau

asosiasi-asosiasi yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya (Heatherington melalui Tarigan, 1885: 59).

Leech (melalui Chaer 2009: 59-77), mengemukakan tujuh tipe makna. Makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan. Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Chaer, 2009:60).

Makna referensial dan nonreferensial. Makna referensial adalah sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Makna nonreferensial adalah kelas kata tugas seperti preposisi dan konjungsi (Chaer, 2009:63).

Makna Denotatif dan konotatif. Makna konotatif adalah kata yang mempunyai nilai rasa baik positif maupun negatif. Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya (Chaer, 2009:65).

Makna kata dan makna istilah. Makna kata adalah makna yang secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan, dapat menjadi bersifat umum. Makna istilah adalah makna yang tetap dan pasti walaupun masih bersifat umum (Chaer, 2009:70).

Makna konseptual dan makna asosiatif. Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa (Chaer, 2009:72).

Makna idiomatikal dan peribahasa. Makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frasa, atau kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Peribahasa adalah makna yang memperbandingkan atau mengumpamakan sesuatu menggunakan kata-kata seperti,

bagai, bak, laksana, dan umpama (Chaer, 2009:74).

Makna kias. Makna kias adalah bentuk bahasa yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Bentuk-bentuk seperti putri malam dalam arti „bulan‟, raja siang dalam arti „matahari‟, daki dunia dalam arti „harta, uang‟, semuanya mempunyai arti kiasan (Chaer, 2009:77).

Konotasi pun ada yang bersifat individual dan bersifat kolektif. Konotasi individual adalah nilai rasa yang hanya menonjolkan diri bagi orang perseorangan. Konotasi kolektif adalah nilai rasa yang berlaku untuk para anggota suatu golongan atau masyarakat (Tarigan. 1985: 59).

4. Iklan dan Penggolongannya

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 30-39)

Dokumen terkait