• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Turunan

Dalam dokumen Buku Eyd Lengkap (Halaman 50-54)

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN I.PEMAKAIAN HURUF

III. PENULISAN KATA 1. Kata Dasar

2. Kata Turunan

a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: mempermainkan

memperpanjang memaafkan berjalan perjalanan

b. Kalau bentuk dasarnya berupa gabunga kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai.

Contoh: memberitahukan

mempertanggungjawabkan melipatgandakan

c. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh: Pancasila prasarana swadaya prasyarat swalayan monoteisme dwiwarna purnawirawan mahasiswa saptakrida poligami dasawarsa tunagrahita pascasarjana Catatan:

(1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, antara unsur itu dituliskan tanda hubung (–).

Contoh: pan-Afrikanisme non-Israel

(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai kecuali jika diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar.

Contoh: Di dalam menjalankan pemerintahannya Sultan Agen Tirtoyoso dikenal raja yang “mahabijaksana”.

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita semua. Tuhan Maha Mengetahui segalanya.

Catatan:

Menurut EyD tahun 1980-an, Mahaesa ditulis serangkai, tetapi menurut EyD 1993 ditulis terpisah Maha Esa.

Karena maha merupakan bentuk terikat, maka gabungan itu seyogyanya tetap ditulis serangkai dengan menggunakan tanda hubung:

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha-Esa melindungi kita. Tuhan Maha-Mengetahui segalanya.

Sedangkan kata-kata dengan bentuk terikat maha- yang lain yang diikuti kata dasar ditulis serangkai.

Contoh: mahabesar, mahakuasa, mahasuci, mahaguru, mahasiswa dll. 3. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Contoh : kata-kata mata-mata

biri-biri lalu-lalang gerak-gerik sayur-mayur huru-hara tunggang-langgang kupu-kupu tukar-menukar lauk-pauk undang-undang layang-layang sia-sia modar-mandir terus-menerus 4. Gabungan Kata

a. Gabungan kata yang lazim disebut dengan kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya umum ditulis terpisah.

kambing hitam simpang lima kursi roda rumah sakit meja tulis kolam renang mata pelajaran rumah tangga

b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Contoh: anak-istri saya ampere-meter alat pandang-dengar dua-sendi

ibu-bapak kami buku sejarah-baru watt-jam mesin-hitung tangan

c. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Contoh: apalagi sentimeter

bagaimana manakala barangkali matahari bilamana peribahasa bumiputra padahal daripada paramasastra dukacita radioaktif darmawisata syahbandar halabihalal hulubalang kacamata olahraga 5. Kata Depan

Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Contoh: Murid duduk di bangku. Bapak pergi di bangku. Pama datang dari Medan. 6. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh: Surat itu dikirim oleh si pengirim dengan alamat yang jelas. Si Kumbang adalah harimau yang lincah.

Monyet itu marah sekali pada sang Kancil. 7. Kata ganti ku, kau, mu dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: Apa yang kumiliki dapat kauminta sekarang. Bajuku, bajumu dan bajunya tersimpan di lemari. 8. Partikel

a. Partikel –lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: Marilah kita pergi bersama-sama.

Siapakah yang menang dalam pertandingan kemarin? Siapakah gerangan dia?

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contoh: Apa pun yang dimitanya akan saya berikan.

Dia pun mengetahui persoalan itu.

Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap terpadu benar, ditulis serangkai: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sugguhpun.

Contoh: Adapun asal usulnya tidak diketahui.

Meskipun kaya, dia masih baik dengan sesama manusia.

Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut berdemontrasi.

Meskipun dia pandai, dia tak mau menyombongkan diri.

c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘setiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Contoh: Harga minyak tanah itu Rp 350,00 per liter. Mereka dipersilahkan masuk satu per satu.

Pegawai negeri akan mendapatkan kenaikan gaji per 1 April. 9. Angka dan Lambang Bilangan

a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Adam dan angka Romawi dalam pasal-pasal berikut ini:

Contoh: angka Arab : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C(100), D(500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000) b. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat dan isi, satuan

waktu dan nilai uang.

Contoh: 5 meter persegi 500 dolar Amerika

15 kilogram 50 yen

8 liter tahun 1945

pukul 08.00 Rp3.000,00

25 paun (pound) Inggris 1500 rupiah

c. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen atau kamar pada alamat.

Contoh: Jalan Raya Margorejo Indah A 203 A Hotel Ramayana Kamar 20

d. Angka digunakan juga untuk menomori karangan dan bagiannya. Contoh: Bab V, Pasal 3, halaman 121

Surat Al-Baqarah : 28

e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut: 1. Bilangan utuh

Contoh: 11 sebelas

23 dua puluh tiga

183 seratus delapan puluh tiga 2. Bilangan pecahan

Contoh: 12 setengah 41 seperempat

3

2 dua pertiga 1% satu persen

2,4 dua empat persepuluh

f. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut:

Contoh: bab II bab ke-2

bab kedua abad XXI

abad ke-21 abad kedua puluh satu

tingkat kesatu

g. Penulisan bilangan yang dapat akhiran-an mengikuti cara yang berikut: Contoh: tahun 30-an atau tahun tiga puluhan

uang 2000-an atau uang dua ribuan

tiga uang 1000-an atau tiga uang seribuan

h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam rincian dan pemaparan.

Contoh: Ita menonton film itu sampai tiga kali.

Diantara 100 anggota yang hadir, 75 orang memberikan suara setuju, 20 suara tidak setuju dan 5 suara blangko.

Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan umum berjumlah 30 bus, 79 helicak dan 115 bemo.

i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.

Contoh: Tiga puluh orang tewas dalam kecelakaan itu. Bukan: 30 orang tewas dalam kecelakaan itu.

j. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

Contoh: Perusahaan itu baru saja mendapat kredit 500 juta rupiah.

k. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

Contoh: Kantor kami mempunyai lima puluh orang pegawai Bukan: Kantor kami mempunyai 50 (lima puluh) orang pegawai.

l. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Contoh: Bersama ini kami kirimkan uang sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)

Bersama ini kami kirimkan 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). IV. TANDA BACA

Dalam dokumen Buku Eyd Lengkap (Halaman 50-54)

Dokumen terkait