SEMANTIK & ETIMOLOGI I.SEMANTIK
2.1 Pengertian Etimologi
Etimologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari asal-usul kata. Pengertian ini menyiratkan bahwa kata mempunyai sejarah. Dalam perjalanan sejarahnya, kata dapat mengalami perubahan bentuk, baik tulisan ataupun ucapannya dapat berubah. Kata dapat pula mengalami perubahan arti.
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata sejarah yang diserap dari bahasa Arab sajarotun. Kata sajarotun berarti ‘pohon’. Kata itu kemudian dipakai secara kias dengan makna ‘silsilah’. Bagaimana pengertian sejarah saat ini?
Bab ini tidak akan membahas perkembangan arti kata, tetapi hanya akan mengemukakan perubahan bentuk-bentuk kata atau gejala-gajala yang tampak pada perubahan kata yang lazim disebut dengan istilah gejala bahasa.
Ada beberapa gejala bahasa yang tampak pada pembendaharaan kata bahasa Indonesia. Di antaranya adalah sebagai berikut.
2.2 Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian bentuk kaidah fonologi atau morfologi. Adaptasi berdasarkan kaidah fonologi disebut adapatasi fonologis, sedangkan adaptasi berdasarkan kaidah morfologi disebut adaptasi morfologis.
Contoh adaptasi fonologis: pajeg (Jawa) menjadi pajak
voorloper (Belanda) menjadi pelopor voorschot (Belanda) menjadi persekot unit unit (Inggris) menjadi unit
team (Inggris) menjadi tim
coup de etat (Perancis) menjadi kudeta Contoh adaptasi morfologis:
pratama (Sangsekerta) menjadi pertama post card (Inggris) menjadi kartu pos 2.3 Analogi
Analogi adalah pembentukan kata berdasarkan contoh yang telah ada. Dalam bahasa Indonesia ada kata dewa (maskulin) dan dewi (feminin). Mengacu kepada contoh dewa dan dewi, kata putra, siswa, pemuda dianggap sebagai maskulin, dan untuk menyatakan feminin dibentuk kata putri, siswi, dan pemudi.
Berdasarkan kata pramugari yang bermakna ‘pelayan’ dengan konotasi positif, dibentuk kata pramuniaga, pramuwisma, pramusiwi, dan pramusaji.
2.4 Anaptiksis
Anaptiksis adalah perubahan ucapan kata dengan penyisipan bunyi vokal (e) pepet untuk melancarkan ucapan.
Contoh: putra → putera negri → negeri ksatria → kesatria 2.5 Asimilasi
Asimilasi adalah proses perubahan bentuk kata karena dua fonem berbeda disamakan atau dijadikan hampir sama. Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dibedakan atas asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berdasarkan sifat penyamaannya, asimilasi dibedakan atas asimilasi total dan asimilasi parsial.
Contoh asimilasi progresif: colnis → collis (latin: ‘bukit’) Contoh asimilasi regresif: in-moral → immoral adsimilatio → asimilasi al-salam → asalam Contoh similasi total : al-salam → asalam in-relevan → irelevan Contoh asimilasi parsial: in-port → impor in-provisasi → improvisi 2.6 Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan bentuk kata karena dua fonem yang sama dijadikan tidak sama. Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi.
Contoh:
saj jana → sarjana sayur-sayur → sayur-mayur lauk-lauk → lauk-pauk 2.7 Diftongisasi
Diftongisasi adalah perubahan bentuk kata karena perubahan vokal tunggal (monoftong) menjadi vokal rangkap (diftong).
Contoh: anggota → angguta sentosa → sentausa pande → pandai cuke → cukai 2.8 Monoftongisasi
Monoftongisasi adalah perubahan bentuk kata karena perubahan vokal rangkap (diftong) menjadi vokal tunggal (monoftong).
Contoh: pulau → pulo autonomi → otonomi autobiografi → otobiografi lantai → lante santai → sante 2.9 Sandi (Persandian)
Sandi atau persadian adalah perubahan bentuk kata yang terjadi karena peleburan dua buah vokal yang berdampingan, dengan akibat terjadi pengurangan dua buah suku kata. Jumlah suku dalam kata menjadi berkurang satu.
Contoh:
keratuan → keraton buruan → buron durian → duren sajian → sajen
Perhatikan jumlah suku kata! ke – ra – tu – an → ke – ra – ton 1 2 3 4 1 2 3 sa – ji – an → sa – jen
1 2 3 1 2 2.10 Metatesis
Metatesis adalah pertukaran letak fonem dalam suatu kata tanpa menyebabkan perubahan makna dasar kata tersebut.
Contoh:
lajur → jalur serap → resap royal → lontar sapu → usap padma→ podam palsu→ sulap
Catatan: Kata rontal terbentuk dari ron ‘daun’ dan tal ‘sejenis pohon palma’. Daun tersebut dimanfaatkan sebagai tempat menuliskan teks tembang dan karya sastra oleh para pujangga zaman dahulu.
Kata padma berarti ‘bunga teratai’. Kata tersebut biasa dikaitkan dengan kata merah menjadi merah padam ‘yang berarti seperti bunga teratai merah’. Contoh kalimat: mukanya merah padam karena amarah.
2.11 Protesis
Protesis adalah penambahan sebuah fonem pada awal sebuah kata. Protesis lebih sering terjadi pada kata monosilabis (bersuku tunggal).
Contoh:
mpu → empu stri → istri mas → emas sa → esa atus → ratus eram → peram 2.12 Epentesis (Mesogoge)
Epentesis atau mesogoge adalah penambahan sebuah fonem atau lebih di tengah kata.
Contoh
bhasa → bahasa kapak → kampak bhaya → bahaya general → jenderal akasa → angkasa
upama→ umpama 2.13 Paradog (Mesogoge)
Paragog adalah penambahan sebuah fonem di akhir sebuah kata. Contoh:
boek → buku hulu bala → hulubalang bank → bangku conto → contoh
datu → datuk bodo → bodoh pen → pena pati → patih 2.14 Aferesis
Aferesis adalah penanggalan atau penghilangan sebuah fonem atau lebih pada awal sebuah kata.
Contoh:
upawasa → puasa wujud → ujud Tetapi → tapi adhyaksa → jaksa empunya → punya bapak → pak 2.15 Sinkop
Sinkop adalah penanggalan atau penghilangan sebuah fonem atau lebih di tengah sebuah kata.
Contoh:
niyata → nyata pelihara → piara laghu → lagu utpati → upeti
2.16 Apokop
Apokop adalah penanggalan atau penghilangan sebuah fonem di akhir sebuah kata. Contoh:
pelangit → pelangi riang → ria
sikut → siku anugraha → anugrah 2.17 Haplologi
Haplologi adalah penanggalan atau penghilangan satu silabel (suku kata) di tengah kata.
Contoh:
budidaya → budaya
mahardika→ mardika (merdeka) 2.18 Kontraksi
Kontraksi adalah pemendekan atau penyingkatan frasa (kelompok kata) menjadi suatu kata baru.
Contoh:
tidak ada → tiada kamu sekolah → kalian
kelam harian → kelemarin → kemarin
Singkatan berbentuk akronim seperti samsat (sistem administrasi manunggal satu atap), rudal (peluru kendali), ampera (amanat penderitaan rakyat), dan waskat (pengawas melekat) dapat digolongkan sebagai gejala kontraksi
2.19 Onomatope
Onomatope adalah pembentukan kata berdasarkan tiruan bunyi. Contoh: cicak desah dor
ketuk derum meong desis debur
2.20 Kontaminasi
Kontaminasi atau kerancuan adalah perpaduan dua buah struktur yang tidak tepat. Kata yang terbentuk dengan kontaminasi adalah kata yang tidak tepat atau tidak baku.
Contoh:
berulang-berulang dan berkali-kali → berulang-kali memperlebar dan melebarkan → memperlebarkan musna dan punah → musnah
2.21 Hiperkorek
Hiperkorek adalah pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul, sehingga hasilnya justru menjadi salah. Gejala hiperkorek muncul karena adanya kecenderungan gagah-gagahan dari pemakai bahasa, yakni adanya rasa ingin keren arau merasa paling tahu tentang bentuk kata yang benar.
Contoh: Sabtu → saptu Khotbah → khutbah Surga → sorga disahkan → disyahkan kewajiban → kwajiban pasal → fasal asas → azas izin → ijin persen → prosen nasihat → nasehat ahli → akhlu
BAB V
G A Y A B A H A S A
Gaya bahasa ialah pengungkapan perasaan atau pikiran dengan menggunakan pilihan kata dan bentuk tertentu, sedemikian rupa sehingga kesan dan efek yang ditimbulkan pada pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal dan seintensif mungkin.
Gaya bahasa dapat dibedakan atas: 1. Gaya bahasa penegasan
2. Gaya bahasa perbandingan 3. Gaya bahasa pertentangan 4. Gaya bahasa sindiran
5.1 Gaya Bahasa Penegasan