• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

1. Kategorisasi dan Tabulasi Respon

Istilah-istilah yang disebutkan oleh responden dalam kuesioner dikumpulkan seluruhnya, untuk kemudian dilakukan berbagai macam pengolahan data. Hasil dari pengolahan data ini adalah berupa kategorisasi yang menjadi penggolongan dan penjelasan dari sejumlah istilah yang disebutkan oleh responden. Pengolahan data ini juga memunculkan hasil berupa prosentase, yang memiliki ragam interpretasi. Keseluruhan

pengolahan data ini pun akan memberikan suatu gambaran akan metroseksual sebagai suatu representasi dari responden.

Tabel 8. Kategorisasi Respon

No. Kata / Istilah Kategori Kode JML %

1 Fashionable, modis, stylish, trendi, penampilan, high performance, necis, style, up-to-date, nggaya, modern, klimis, beckham wannabe, perlente, dandan, salon, perawatan diri, gaul, atletis, maskulin, takut panas, open-minded, teratur, harum, rapi, bersih, putih, matching, seksi, manis, percaya diri, elegan, lifestyle, gaul, pergaulan Memperhatikan penampilan & perkembangan tren penampilan P 35 40,23 2a “Seks”, pergaulan bebas, free sex, vulgar, pornografi, playboy, tanpa batas, “keindahan”, “hidup” Praktek seksual yang kurang lazim S3 9 10,34 2b Pretty boy, feminin, minder, jijay, homoseksual Kesan pria yang tidak wajar TW 5 5,75 2c Minuman, boros, obat-obatan, dunia malam, hedonis, jaman edan Ketidak- laziman Gaya hidup yang tidak lazim G 6 6,90 21,84

3 Kaya, esmut, bekerja, pekerja, sekunder, mewah, terlihat tajir, kasta, glamour, mahal, uang, berduit, gadget, travel, makan malam, konsumerisme, baju Keuangan yang berlebih U 17 20,69 4 Kota, uptown, perkembangan global, modern, kota besar, budaya kota Berada di kota K 6 6,90 5 Pria, cowok, lelaki, laki-laki

Jenis kelamin pria

S1 4 4,60 6 Berpendidikan, smart, mudah bergaul, pintar Gambaran positif GP 4 4,60

7 Unisex Pandangan seksual S2 1 1,15

Jumlah 87 100

*Prosentase berdasarkan total kata (87 kata)

Dalam tabel kategorisasi respon di atas, istilah-istilah yang disebutkan responden dalam kuesioner dimasukkan ke dalam berbagai kategori sesuai dengan makna dari istilah tersebut. Makna-makna yang dipergunakan adalah makna yang dikemukakan oleh responden untuk menjelaskan istilah-istilah yang mereka gunakan dalam menjelaskan metroseksual. Istilah-istilah yang sama digabungkan sehingga diperoleh satu istilah saja, yang kemudian dimasukkan ke dalam pengkategorian. Pada tiap-tiap kategori dilakukan penghitungan jumlah kata dan prosentasenya.

Prosentase dalam tabel menunjukkan kekuatan dari kategori tersebut dalam merepresentasikan ‘metroseksual’. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa respon yang dominan adalah pada kategori “memperhatikan penampilan & perkembangan tren penampilan” (40,23%), “ketidaklaziman” (21,84%) dan “keuangan yang berlebih” (20,69%). Hal ini menunjukkan bahwa bagi responden, hal yang paling menonjol dari responden mengenai metroseksual adalah pada aspek penampilan dari kalangan metroseksual. Terhadap metroseksual ini, responden juga memunculkan kata-kata yang berorientasi pada hal-hal yang tidak lazim atau tidak wajar. Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan ketidaklaziman yang menjadi bagian dari penggambaran responden mengenai metroseksual. Ketiga hal ini menunjukkan adanya tiga hal yang menjadi ciri dari metroseksual dalam sudut pandang responden, yakni melakukan praktek seksual yang tidak lazim, perilaku pria yang tidak wajar, dan memiliki gaya hidup yang tidak lazim. Hal lain yang menonjol adalah kesan dari kalangan metroseksual sebagai kalangan yang memiliki kondisi keuangan yang berlebih, yang tampak dari gambaran mengenai kondisi keuangan maupun dalam caranya menggunakan uang.

Meskipun dapat memberikan gambaran akan representasi metroseksual pada responden, tujuan utama dari proses pengkategorian ini adalah untuk menemukan kategori-kategori serta kodenya. Berbagai kategori-kategori ini hendak digunakan untuk memberikan kemudahan dalam proses pengolahan data berikutnya. Penggunaan proses

pengkategorian ini dalam memaknai metroseksual dalam sudut pandang responden dirasa terlalu dini sehingga dilakukan pengolahan data lebih lanjut.

Pengolahan data berikutnya adalah menghitung jumlah responden yang memberikan respon pada masing-masing istilah. Istilah-istilah ini merupakan seluruh istilah yang diberikan reponden pada pertanyaan pertama kuesioner. Istilah-istilah yang memiliki makna yang sama persis digabungkan, termasuk jumlah responden yang menyebutkan istilah tersebut. Hasilnya adalah 91 istilah dan 191 respon (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3). Dari hasil ini kemudian diambil istilah-istilah yang memiliki respon terbanyak, dimana menghasilkan 12 istilah yang mendapat respon terbanyak.

Tabel 9.

Rekapitulasi Respon Terbanyak Kategori Istilah Jumlah

Responden

Prosentase Respon

P harum (wangi) 15 44,12

P rapi (tampil rapi) 13 38,24

P clean (bersih) 11 32,35

P fashionable 6 17,65

P dandan 5 14,71

P modis 4 11,76

S1 pria (lelaki, laki-laki, cowok) 8 23,53

TW gay (homoseksual) 6 17,65

U kaya (berduit, modal gede) 5 14,71 K budaya kota (kota, kota besar) 5 14,71

P gaul 6 17,65

P lifestyle (gaya hidup) 5 14,71

Total Respon 110

Keterangan

Istilah yang berada di dalam tanda kurung merupakan istilah yang sama dengan istilah yang disebutkan di luar tanda kurung dalam baris yang bersangkutan.

Kategori

o P: memperhatikan penampilan & perkembangan tren penampilan

o S1: pria

o S3: praktek seksual

o TW: kesan tidak wajar

o U: keuangan yang berlebih

o K: kota

Prosentase respon pada tabel 9 menunjukkan kemampuan istilah-istilah tersebut dalam menggambarkan metroseksual. Artinya, semakin besar nilainya maka semakin banyak pula responden yang menganggap bahwa istilah tersebut cukup penting untuk menggambarkan metroseksual.

Untuk memahami tabel 9, perlu meninjau kembali sifat dari pertanyaan pertama dalam kuesioner. Pertanyaan pertama pada kuesioner merupakan pertanyaan yang terbuka dimana responden diminta untuk menyebutkan berbagai kata yang langsung terlintas dalam benak mereka dalam menanggapi istilah “metroseksual”. Dengan kata lain, penekanan pertanyaan ini adalah pada nilai spontanitas respon yang dapat dimunculkannya. Respon yang diberikan merupakan pemahaman responden yang paling tersedia, dimana kemunculannya adalah tanpa proses refleksi. Dengan landasan pemikiran spontanitas respon pada bagian ini, dapat dilihat bahwa respon yang mendominasi adalah respon-respon yang mengacu pada penampilan. Disusul kemudian respon-respon yang mengacu pada pria, gay, dan kaya. Dengan demikian, penampilan, pria,

gay, dan kaya merupakan hal-hal yang paling menonjol mengenai metroseksual dalam pandangan responden.

Perbandingan antara tabel 9 dengan hasil dari tabel 8 menunjukkan adanya konsistensi dari kategori dominan yang muncul. Kategori “perhatian pada penampilan dan perkembangan tren penampilan”, “ketidaklaziman”, dan “keuangan yang berlebih” turut pula muncul dalam analisa tabel 9. Keseluruhan hasil ini menunjukkan bahwa kategori-kategori tersebut menjadi kategori yang secara konsisten menonjol atau kuat untuk menjelaskan metroseksual dalam sudut pandang responden.

Setelah melihat bagaimana respon spontan responden terhadap kata metroseksual, maka dilanjutkan dengan melihat respon pada level kognitif kedua yang mengacu pada pertanyaan kedua dalam kuesioner. Pada pertanyaan kedua ini, responden diberi kesempatan untuk memilih kata-kata yang bagi mereka cukup penting untuk menggambarkan metroseksual. Dengan memberikan kesempatan memilih, maka responden pun meninggalkan level pertama (spontanitas) dalam menggambarkan metroseksual. Responden pun melakukan proses refleksi dalam pemilihan prioritas kata yang dipilihnya.

Tabel 10.

Prosentase Prioritas Kata

Prosentase Prioritas No Kategori Kode Jumlah Respon Prosentase Respon 1 2 3 4 5 1 Memperhatikan penampilan dan perkembangan tren penampilan P 94 55,29 50,00 61,76 50,00 55,88 58,82 2a Praktek seksual yang tidak lazim S3 12 7,06 8,82 11,76 5,88 2,94 5,88 2b Kesan pria tidak wajar TW 10 5,88 5,88 2,94 5,88 11,76 2,94 2c Ketidak- laziman Gaya hidup yang tidak lazim G 11 33 6,47 19,41 5,88 2,94 11,76 5,88 5,88 3 Keuangan yang berlebih U 24 14,12 8,82 11,76 23,53 8,82 17,65 4 Pria S1 7 4,12 11,76 2,94 - 2,94 2,94 5 Berada di kota K 7 4,12 5,88 2,94 - 8,82 2,94 6 Gambaran positif GP 4 2,35 2,94 2,94 - 2,94 2,94 7 Pandangan seksual S2 1 0,59 - - 2,94 - - JUMLAH 170 100 100 100 100 100 100 Keterangan

Prosentase respon berdasarkan total respon (170)

Prosentase prioritas berdasarkan total responden (34 orang)

Tabel 10 menunjukkan adanya variasi tingkat prosentase kategori dalam jawaban responden pada masing-masing tingkat prioritas. Meski demikian, terdapat kategori-kategori yang memiliki posisi yang cukup kuat dalam masing-masing prioritas untuk menggambarkan metroseksual. Dalam hal ini, kategori yang menyatakan perhatian pada penampilan dan

perkembangan tren penampilan secara konsisten menunjukkan prosentase yang tertinggi pada seluruh level prioritas. Kategori-kategori lainnya relatif berubah-ubah besar prosentasenya dalam masing-masing level prioritas.

Pada prioritas satu, berdasarkan tingkat prosentase, metroseksual direpresentasikan sebagai sebuah istilah yang mengacu pada pria (11,76%), sebagai kalangan yang memiliki praktek seksual yang tidak lazim (8,82%), dan sebagai kalangan yang memiliki kondisi keuangan berlebih (8,82%). Terhadap kalangan metroseksual ini, responden juga menunjukkan asosiasi pada kota (5,88%) dan memiliki kesan pria yang tidak wajar (5,88%), serta dilihat sebagai kalangan yang memiliki gaya hidup yang tidak lazim (5,88%). Gambaran positif mengenai metroseksual memiliki prosentase terendah pada level ini (2,94%).

Pada prioritas kedua, prosentase tertinggi kedua adalah pada kategori praktek seksual yang tidak lazim dan keuangan yang berlebih, dimana keduanya memiliki prosentase sebesar 11,76%. Kategori-kategori lainnya menunjukkan besar prosentase yang setara (2,94%).

Pada prioritas ketiga, prosentase tertinggi kedua adalah kategori keuangan berlebih (23,53%). Selanjutnya diikuti oleh gaya hidup yang tidak lazim (11,76%). Kategori praktek seksual yang tidak lazim dan kesan pria yang tidak wajar memiliki besar prosentase yang sama, yakni sebesar 5,88%). Prosentase terkecil terdapat pada kategori pandangan seksual (unisex), yaitu sebesar 2,94%.

Pada prioritas keempat, prosentase tertinggi kedua terdapat pada kategori kesan pria yang tidak wajar (11,76%). Selanjutnya adalah pada kategori kota (8,82%), keuangan yang berlebih (8,82%), dan gaya hidup yang tidak lazim (5,88%). Prosentase terendah terdapat pada kategori pria, praktek seksual yang tidak lazim, dan gambaran positif mengenai metroseksual, dimana seluruhnya memiliki prosentase sebesar 2,94%).

Pada prioritas kelima, prosentase tertinggi kedua adalah pada kategori keuangan yang berlebih (17,65%). Selanjutnya diikuti oleh kategori praktek seksual yang tidak lazim dan gaya hidup yang tidak lazim, yakni sebesar 5,88%). Kategori-kategori lainnya menempati posisi terendah dengan besar prosentase yang setara (2,94%).

Variasi dalam tingkat prosentase pada masing-masing prioritas menunjukkan bahwa tidak ada pola-pola khusus pada masing-masing kategori untuk menggambarkan metroseksual. Masing-masing kategori selain kategori P (perhatian pada penampilan dan perkembangan tren penampilan) dapat memiliki posisi manapun dalam tiap tingkat prioritas. Hanya kategori P sajalah yang secara konsisten menunjukkan kedudukan yang kuat pada seluruh tingkat prioritas.

Apabila dilihat dari prosentase respon keseluruhan, perhatian pada penampilan menjadi representasi utama atau representasi terkuat dalam pandangan responden mengenai metroseksual (55,29%). Secara berurutan, posisi lima besar prosentase berikutnya adalah pada kategori keuangan yang berlebih (14,12%), praktek seksual yang tidak lazim

(7,06%), gaya hidup yang tidak lazim (6,46%), dan kesan pria yang tidak wajar (5,88%). Adapun ketika tiap-tiap subkategori yang berada pada kategori ketidaklaziman digabungkan, akan memperoleh prosentase yang cukup besar, yaitu 19,41%. Dengan demikian, urutan kategori yang menempati posisi tiga besar pun menjadi kategori perhatian pada penampilan dan perkembangan tren penampilan, ketidaklaziman, dan keuangan yang berlebih. Perbandingan antara tabel 8, 9, dan 10 menunjukkan adanya konsistensi dari kekuatan tiga kategori dalam menjelaskan metroseksual. Ketiga kategori tersebut adalah kategori “perhatian pada penampilan dan perkembangan tren penampilan”, “keuangan yang berlebih”, serta kategori “ketidaklaziman”.

2. Sumber Informasi ‘Metroseksual’

Sumber informasi responden akan metroseksual ditelusuri melalui kuesioner. Segala sumber yang disebutkan kemudian ditabulasi dan dikategorikan menurut jenisnya. Hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 11.

Daftar Sumber Pengetahuan “Metroseksual” Sumber Jumlah Prosentase

Televisi 25 73,53

Media massa

Majalah, tabloid 11 32,35

Pergaulan 8 23,53

*Prosentase berdasarkan total responden (34 orang)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat dua sumber utama pengetahuan responden akan metroseksual, yaitu media massa dan lingkungan pergaulannya. Baik dalam kategori media massa maupun

secara keseluruhan, sumber pengetahuan yang dominan bagi responden adalah televisi.

3. Sikap Terhadap Metroseksual

Sikap responden terhadap metroseksual tidak berujung pada sikap negatif (menolak atau tidak menyetujui) dan sikap positif (menerima atau menyetujui), namun ternyata responden menunjukkan sikap yang ambivalen (menerima sekaligus menolak) dan menerima. Adapun sikap yang dimunculkan oleh responden dalam menanggapi kalangan metroseksual ditujukan pada perilaku kalangan metroseksual yang sangat memperhatikan penampilannya. Berikut ini adalah tabulasi keseluruhan sikap responden terhadap (pria) metroseksual.

Tabel 12.

Sikap Responden Terhadap Metroseksual Sikap Responden Jumlah Responden Prosentase (%) Ambivalen

(menerima & menolak)

1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33 26 76,47 Setuju/menerima 3, 6, 10, 15, 20, 23, 25, 34 8 23,53 Total 34 100

Hasil pada tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memunculkan sikap ambivalen dalam menanggapi metroseksual. Sikap ambivalen ini menunjukkan bahwa responden memunculkan dua bentuk sikap yang berbeda dalam menanggapi metroseksual, yaitu sikap menerima sekaligus menolak terhadap metroseksual.

Perbandingan antara respon kata dengan sikap responden menunjukkan adanya suatu pola respon berdasarkan sikap. Respon yang menunjukkan ketidaklaziman tentang metroseksual hanya terdapat pada responden yang memiliki sikap menerima dan menolak sekaligus (ambivalen). Artinya, terdapat kemungkinan bahwa sikap ambivalen responden terkait dengan penilaian mereka tentang ketidaklaziman metroseksual. Rincian mengenai respon ketidaklaziman pada responden yang bersikap ambivalen dapat dilihat pada tabel 15. Di sisi yang berseberangan, responden yang menunjukkan sikap setuju tidak memunculkan respon yang terkait dengan ketidaklaziman. Respon-respon mereka didominasi oleh respon kata yang berada pada kategori perhatian pada penampilan dan keuangan yang berlebih. Responden-responden yang memiliki sikap setuju adalah responden 3, 6, 10, 15, 20, 23, 25, 34. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya pola pada latar belakang responden yang berkaitan dengan pola respon berdasarkan sikap tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang demografis responden tidak berkontribusi pada respon kata berdasarkan sikap mereka dalam menanggapi metroseksual.

Tabel 13.

Respon Ketidaklaziman Pada Responden yang Bersikap Ambivalen

Sikap Kategori Responden

Praktek seksual yang tidak lazim

1, 4, 12, 21, 29, 30, 32, 33 Kesan pria yang

tidak wajar

1, 2, 7, 8, 16, 18, 27

Ketidak-laziman

Gaya hidup yang tidak lazim 4, 16, 19, 21, 26, 29, 31, 32 Ambivalen Selain ketidaklaziman 5, 9, 11, 13, 14, 17, 22, 24, 28

Dinamika sikap responden ini akan dijelaskan pada bagian berikut. a. Responden yang memiliki sikap ambivalen

Penjelasan mengenai responden yang memiliki sikap ambivalen ini juga akan mengacu pada hasil yang tercantum pada tabel 15. Tabel 15 dapat menunjukkan respon yang berkaitan dengan ketidaklaziman yang dimiliki oleh responden yang ambivalen. Apabila dikaitkan kembali dengan hasil pada tabel 16, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang ambivalen ini memunculkan respon ketidaklaziman dalam menanggapi metroseksual. Akan tetapi, sikap ambivalen yang dimiliki oleh responden tidak secara langsung berkaitan dengan respon ketidaklaziman tersebut.. Kedua bentuk sikap yang bertolak belakang ini (ambivalen) dimiliki oleh responden tidak dalam menyikapi keseluruhan hal yang menjadi ciri metroseksual. Penilaian terhadap metroseksual ini ternyata ditujukan pada konteks dimana kalangan metroseksual ini berada terkait dengan perilakunya yang sangat memperhatikan penampilan.

Dari tabel 15 diketahui bahwa respon yang berada pada kategori ketidaklaziman hanya terdapat pada responden yang memiliki sikap ambivalen. Yang dimaksud dengan ketidaklaziman di sini adalah mengenai praktek seksual yang tidak lazim, kesan pria yang tidak wajar, dan memiliki gaya hidup yang tidak lazim. Dalam hal ini, responden menggambarkan kalangan metroseksual sebagai kalangan yang memiliki ciri-ciri perilaku seperti yang ada dalam kategori ketidaklaziman tersebut.

Responden yang memiliki respon ketidaklaziman yang terkait dengan praktek seksual yang tidak lazim adalah responden 1, 4, 12, 21, 29, 30, 32, 33. Para responden ini mengaitkan kalangan metroseksual sebagai kalangan yang melakukan praktek seks bebas atau memiliki kebiasaan bergonta-ganti pasangan.

"… contohnya itu berganti-ganti pasangan atau berhubungan seks dengan yang bukan pasangannya… Jadi arahnya ke barat, terutama karena mungkin kan berganti-ganti pasangan itu sudah menjadi suatu hal yang wajar." (R4, 30th, pria, wiraswasta).

"ya sebagai orang awam, paling ya… kayak seks bebas itu. Pergaulan yang seperti itu…. Biasanya identik dengan kota…" (R21, 26th, pria, pegawai swasta).

"…bagaimana kita bisa mengadopsi, apa namanya, budaya dari luar. Kaya apa… yah, yang jelek-jelek yang berbau seks. Seks itu sudah bukan lagi sesuatu yang boleh kita lakukan pada pasangan hidup kita yang resmi, tidak lagi seperti itu…” (R32, 28th, wanita, pegawai swasta).

Praktek pergaulan bebas atau seks bebas yang dilakukan oleh kalangan metroseksual dipandang responden sebagai suatu hal yang identik dengan perkotaan. Seks bebas ini dilihat sebagai hal yang bukan menjadi budaya Indonesia, namun merupakan budaya Barat yang diadopsi oleh kalangan metroseksual ini. Dengan kata lain, secara tidak langsung, kalangan metroseksual ini dipandang responden sebagai kalangan yang mengadopsi budaya Barat. Responden juga memandang bahwa hal tersebut sebagai sesuatu hal tidak baik atau tidak wajar untuk dilakukan oleh masyarakat karena melanggar norma yang ada.

Sebagian dari responden juga memiliki pandangan bahwa kalangan metroseksual merupakan kalangan yang memiliki gaya hidup yang tidak lazim. Responden-responden tersebut adalah responden 4, 16, 19, 21, 26, 29, 31, 32. Yang dimaksud dengan gaya hidup tidak lazim di sini adalah gaya hidup yang berkaitan dengan dunia malam, seperti minum minuman keras, boros, dan hedonis.

"aku sering menjumpai mereka waktu aku sering ke dunia malam gitu… dugeman" (R16, 26th, wanita, Customer Service).

"Iya dari behavior mereka misalnya mentingkan keinginan wants-nya misalnya kayak clubbing gitu. Misalnya juga beli barang-barang yang nggak sesuai dengan kebutuhan mereka” (R19, 21th, wanita, konselor).

"Ya kebanyakan mereka mengkonsumsi sih ya. Mereka tidak produktif, tapi mereka kebanyakan memakai barang. Misalnya mereka pake baju yang bermerk. Kalo nggak bermerk nggak mau…

maksudnya merknya high end gitu. Pokoknya merk terkenal yang dengan budget yang nggak sedikit untuk membeli barang itu. Kemudian, mereka juga membeli barang-barang elektronik juga yang mahal-mahal. Atau mungkin… mereka sangat mementingkan, opo, gengsi." (R31, 26th, pria, mahasiswa).

Responden menggambarkan kalangan metroseksual sebagai kalangan yang gemar mengkonsumsi berbagai hal di luar kebutuhan pokok. Kalangan metroseksual ini juga digambarkan sebagai kalangan yang sering berada di tempat-tempat hiburan malam serta hal-hal yang terkait dengan dunia malam. Responden pun menganggap bahwa konsumsi yang dilakukan oleh kalangan metroseksual ini sebagai hal yang berlebihan sehingga memberi kesan boros atau berlebihan.

Sebagian dari responden ini juga memberikan respon yang berkaitan dengan pandangan mengenai perilaku pria yang tidak lazim. Perilaku ini terkait dengan apa yang bagi mereka wajar untuk dilakukan oleh para pria. Responden-responden tersebut adalah responden 1, 2, 7, 8, 16, 18, 27. Para responden ini menggambarkan kalangan metroseksual sebagai kalangan yang berperilaku tidak sesuai dengan gambaran pria pada umumnya. Hal ini dikaitkan dengan perhatian yang lebih pada penampilan yang ditunjukkan oleh para pria metroseksual.

"…tapi kalau sejauh yang diliat, kalo metroseksual pasti kan feminin. Cenderung feminin. Kalo yang feminin kan pasti banyak yang bilang gay, homo, segala macem… Dandan kayak gitu an biasanya yang ngelakuin cewek ya umumnya. Cuman kita

kan ada juga cowok yang melakukannya juga, gitu lho." (R27, 24th, wanita, pegawai swasta).

"Aku ada temen yang setiap ada gaya rambut artis baru dia ikutin. eran aja, spend money banyak untuk di salon buat gaya padahal belum kerja. Setiap ketemuan sama dia, ngomongin gaya rambut atau parfum baru." (R7, 23th, pria, pegawai swasta).

"… dari gaya penampilannya. Ya itu dia pake banyak kosmetik… terkadang ada yang berperilaku… tingkah laku yang agak-agak lebay… feminin. (R18, 23th, pria, mahasiswa).

Perilaku yang sangat memperhatikan penampilan yang ditunjukkan oleh kalangan metroseksual memberi kesan feminin kepada mereka. Hal ini tidak lepas dari pandangan bahwa yang umumnya memberikan perhatian lebih pada penampilan adalah para wanita. Oleh sebab itu, responden pun menganggap bahwa perilaku tersebut tidak wajar untuk dilakukan oleh para pria, dimana timbul kesan bahwa mengenai mereka sebagai orang yang feminin ataupun homoseksual.

Gambaran yang diberikan oleh responden mengenai ketidaklaziman perilaku pria metroseksual tersebut ternyata tidak secara langsung mengarahkan sikap mereka terhadap pria metroseksual. Sikap ambivalen responden terhadap pria metroseksual ini ternyata lebih ditekankan pada perilaku mereka yang memberikan perhatian lebih pada penampilan. Hal ini tidak hanya terdapat pada responden yang memunculkan respon yang ada dalam kategori kesan pria yang tidak

wajar, namun juga pada responden-responden lainnya yang dinyatakan ambivalen. Dengan kata lain, sikap ambivalen ini ditentukan dari sikap yang diberikan responden terkait dengan perilaku memperhatikan penampilan yang dilakukan oleh pria metroseksual. Oleh karena itu, respoden 5, 9, 11, 13, 14, 17, 22, 24, 28 pun turut dimasukkan ke dalam kelompok responden yang ambivalen meski mereka tidak memunculkan respon kata yang berkaitan dengan ketidaklaziman.

Responden dinyatakan memiliki sikap ambivalen karena responden tidak sepenuhnya menolak perilaku yang mementingkan penampilan yang dilakukan oleh pria metroseksual ini. Responden masih memberikan permakluman akan perilaku tersebut tetapi dengan suatu batasan. Tabel berikut akan menampilkan contoh tanggapan yang dikemukakan oleh responden yang menunjukkan ambivalensi sikapnya tersebut.

Tabel 14.

Contoh Tanggapan Ambivalen Responden Responden Tanggapan

9 (26th, pria, pegawai swasta)

40 persen sih ideal kalo profesinya menuntut itu. Karena yang 60 persen ideal lainnya bukan dari penampilan fisik luar. 60 persen sifat dan kepribadiannya sesuai yang diharapkan oleh umum.

11 (36th, pria,

pengajar)

kalau melihat dari definisinya yang paham tentang itu pantas-pantas aja sih asal nggak berlebihan dalam artian harus sering ke salon. Kalau memang berkaitan dengan profesi sih nggak apa-apa. Kalau nggak ya agak lebay gitu.

Ee, metroseksual itu kalo dimasukkan ke ideal atau nggak ideal... ideal bagiku yang bisa menempatkan diri sesuai gendernya di masyarakat... saya nggak masalah kok dengan mereka. Sesukanya aja kalo emang pekerjaannya butuh itu.

14 (26th, wanita, pegawai swasta)

kalo menurut saya sih agak berlebihan ya kalo cowok ampe metroseksual. Berlebihan aja, maksudnya kalo saya tu ngeliat cowok metroseksual tuh malah nggak wajar kalo di keseharian.

Responden memiliki penerimaan terhadap perilaku memperhatikan penampilan fisik yang dimiliki oleh pria metroseksual apabila aktivitas ini dilakukan dalam konteks pekerjaan. Responden memandang bahwa perhatian pada penampilan fisik yang dilakukan oleh pria adalah wajar apabila profesi yang digeluti menuntut untuk hal itu.

Pada sisi yang berseberangan, penolakan diberikan pada perilaku pria metroseksual yang memperhatikan penampilan fisik

Dokumen terkait