• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Pemusik Keras

Dalam dokumen KONSEP DIRI PEMUSIK KERAS (Halaman 67-128)

C. Hasil Penelitian

3. Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Pemusik Keras

Kategori tingkat konsep diri diperoleh dengan memasukan skor total yang diperoleh subjek ke dalam norma kategorisasi skala tingkat konsep diri yang ada. Berikut ini adalah hasil dari pengkategorisasian disertai persentase jumlah subjek dari tiap-tiap kategori.

Tabel 4.3

Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Pemusik Keras

Normatif Rentang Nilai Kategori Frekuensi (orang) Persentase (%) (150 + 1,0 . 30) ≤ x 180 ≤ x Tinggi 24 60 % (150 – 1,0 . 30) ≤ x < (150 + 1,0 . 30) 120 ≤ x < 180 Sedang 16 40 % x < (150 – 1,0 . 30) x < 120 Rendah 0 0 %

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa subjek penelitian paling banyak berada pada tingkat kategori “tinggi” yaitu 24 orang (60 %). Sedang 16 subjek lainnya berada pada kategori “sedang” (40 %).

D. Pembahasan

Berdasarkan pengkategorisasian dengan tiga jenjang, yang terlihat dari 40 subjek yang ada, 24 subyek (60%) mempunyai tingkat konsep diri dengan kategori tinggi, 16 subyek (40%) mempunyai tingkat konsep diri dengan kategori sedang, dan tidak ada satu pun subjek (0%) mempunyai tingkat konsep diri dengan kategori rendah. Berdasarkan data tersebut tampak bahwa

subjek penelitian terbanyak mempunyai tingkat konsep diri dengan kategori tinggi.

Subjek yang tergolong dalam kategori tinggi (60%) sesuai dengan pernyataan Bruno (dalam Sinurat, 1984), subjek pada tingkatan ini adalah orang-orang yang memiliki keyakinan atau pandangan tentang dirinya sendiri yang baik dan menyenangkan. Pemusik keras yang memiliki keyakinan seperti ini diperkirakan akan memandang orang lain sebagai pribadi yang menyenangkan dan baik pula. Menurut Keliat (1992), individu yang memiliki konsep diri yang tinggi dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan lingkungan. Dengan demikian, pemusik keras yang memiliki golongan konsep diri tinggi diperkirakan mampu untuk tidak melakukan inkulturasi dan enkulturasi budaya buruk musik keras barat yang kurang sesuai dengan keadaan budaya di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Secara intelektual, dimungkinkan pemusik keras mampu memilah-milah mana budaya musik keras yang baik yang masih dapat diterima di budayanya. Secara penguasaan lingkungan, pemusik keras mampu berhubungan dengan lingkungannya yang tidak menyerang integritas dirinya. Grinder dan Surakhmad (dalam Astuti, 1996) juga mengatakan bahwa konsep diri yang positif akan berpengaruh pada penyesuaian diri terhadap nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

D. E. Hamachek (Rakhmat, 1999) menambahkan orang yang memiliki konsep diri positif akan memegang teguh prinsipnya dan tidak menutup kemungkinan dia juga mengubah prinsipnya itu bila ternyata prinsipnya itu

salah. Bisa dikatakan individu seperti ini memiliki keyakinan yang tinggi atas perbuatan baik yang dia lakukan dengan nikmat dan cenderung menolak usaha orang untuk mendominasinya. Sehingga dirinya tidak terlalu mencemaskan apa yang akan terjadi dikemudian hari dan bisa bangkit dari keterpurukan. Meskipun demikian individu semacam ini tetap merasa sama dengan orang lain yaitu sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, ia mau dianggap penting dan bernilai oleh orang lain dengan rendah hati, dan memiliki sikap asertif.

Subjek pada kategori sedang (40%). Subjek memiliki konsep diri yang sedang, dalam artian konsep diri yang dimiliki subjek tidak tinggi atau rendah. Subjek dalam penelitian ini memiliki hasrat yang kuat untuk untuk dapat diterima oleh scene. Mereka cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan scene yang ada. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan individu bisa terlibat dalam tindakan buruk yang telah lama mengakar di dalam scene tersebut, seperti halnya: berbusana kurang sopan dengan pakaian bolong dan sepatu butut, memakai aksesoris pada tubuhnya (tattoo dan pierching), meminum minuman keras, melakukan seks bebas, dan membudayakan kekerasan.

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Pemusik keras mendandani tubuhnya secara unik saat konser seperti halnya mencat muka-tubuh, memberdirikan-mencat rambut, atau ber-tatto. Dengan memiliki gambaran diri yang baik, diharapkan pemusik keras memiliki sikap puas dan

menerima keadaan tubuhnya, serta menjalankan aktivitas yang baik/menyehatkan tubuh dan menghindari hal-hal yang dapat merugikan /merusak tubuh.

Ideal diri merupakan aspek penting yang harus ada dalam diri pemusik keras. Dengan memiliki ideal diri yang baik, sebagai individu yang memiliki idealisme yang tinggi, yang cenderung tidak ingin diganggu gugat dalam hal yang berhubungan dengan musik yang mereka buat dan tampilkan, pemusik keras diharapkan dapat menyampaikan idenya dan menyalurkan emosinya secara bebas, atau berperilaku sesuai dengan standar pribadinya, dengan tetap tidak melanggar norma dan hukum yang ada.

Harga diri menunjukkan seseorang berhasil menjalankan perannya sebagai individu sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal dirinya. Dengan memiliki harga diri yang tinggi, diharapkan pemusik keras mendapatkan perasaan bangga dan dihargai ketika dirinya mampu menghibur para penikmat musik keras baik di panggung atau di media lain. Seperti kata seorang pemusik keras yang mengatakan bahwa dirinya sangat senang ketika pernah mengguncang sport hall Kridosono, membuat hampir setiap penonton mengekspresikan dirinya entah dengan menari saling membenturkan anggota tubuh secara ngawur (Body slam), bernyanyi, berteriak, bahkan meloncat dari atas panggung (moushing).

Peran adalah pola perilaku, nilai, sikap dan, tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diharapkan oleh seseorang dalam posisinya di

masyarakat. Pandangan sebagian masyarakat umum yang beredar, musik keras adalah musik yang brutal dan urakan (Utomo dan Natalia, 1999). Dengan memiliki kesadaran yang baik akan peran, diharapkan pemusik keras mampu menempatkan diri dan bertindak dengan memikirkan kepentingan orang lain.

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas juga dapat diartikan sebagai kesadaran akan diri sendiri yang merupakan gabungan dari gambaran diri, ideal diri, harga diri, dan peran. Menurut Christanday (dalam Utomo dan Natalia, 1999) musik heavy metal, salah satu musik yang tergolong musik keras dapat membawa pengaruh yang negatif melalui filsafat dan tujuan (ideologi) dari kelompok itu. Bonta (2002) menyebutkan bahwa musik rock (keras) bermula sebagai medium pemberontakan. Pemusik keras aliran ini, (rock) melakukan ajakan subversif, penggulingan kekuasaan dan perubahan secara revolusioner. Pemusik keras yang ber-idealisme-kan neo-Nazi, yang sebagian besar beraliran rock dan heavy metal memiliki kecintaan terhadap kekerasan, rasisme, dan agresi mereka propaganda-kan melalui lirik-lirik lagu yang mengungkapkan perilaku mereka yang rasis, paranoid, dan agresif (www.kunci.or.id-cultural study yahoo). Dengan memiliki kesadaran yang baik akan identitas-nya, diharapkan pemusik keras memiliki perasaan setara dengan orang lain, mau mengakui dan memperbaiki kesalahannya, dan mengamalkan nilai dan hukum yang berlaku di masyarakat, khususnya dalam

hal pandangan mereka akan ideologi dan idealisme yang mereka perjuangkan yang mungkin bersinggungan dengan tatanan yang baik yang sudah ada.

56 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa para pemusik keras memiliki tingkat konsep diri tinggi (positif). Hal ini terlihat dari data yang diperoleh yaitu 24 subjek (60%) berada pada tingkat konsep diri tinggi. Sedangkan 16 orang subjek (40%) berada pada tingkat sedang. Jumlah total subjek adalah 40 orang. Data diatas mengindikasikan bahwa pemusik keras di kota Jogjakarta tidak melakukan perilaku-perilaku negatif yang ditakutkan, yang berasal dari efek negatif perkembangan budaya musik keras di barat dimana kekerasan, penyalahgunaan narkoba, miras, dan seks bebas adalah hal yang sah-sah saja. Meski demikian langkah antisipasi harus tetap dilakukan karena masih terdapat 16 orang subjek yang berada pada tingkat konsep diri sedang.

B. Saran

1. Bagi Pemusik Keras

Bagi pemusik keras hendaknya memiliki prinsip yang kuat untuk tidak terpengaruh perilaku-perilaku negatif dari para idolanya (pemusik keras) dari barat. Perilaku negatif seperti kekerasan, penyalahgunaan narkoba, miras, dan seks bebas tidak sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian para pemusik keras harus mampu menentukan apa yang terbaik

untuk mengaktualisasikan dirinya tanpa mengganggu kenyamanan dan kepentingan orang lain.

2. Bagi Penikmat Musik Keras

Bagi penikmat musik keras hendaknya melakukan tindakan preventif terhadap pengaruh negatif dari pemusik keras. Agar para penikmat tetap dapat menikmati musik keras tanpa terkena pengaruh negatifnya. Karena kebiasaan meniru sang idola dan ikut-ikutan mungkin terjadi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya lebih memperhatikan karakteristik-karakteristik pemusik keras lebih jauh sehingga data yang ditemukan akan lebih bervariatif dan lebih detail. Selain itu, hendaknya peneliti selanjutnya lebih mengontrol proses pengambilan data, sehingga diharapkan dapat mengurangi faking jawaban serta mengurangi jumlah data yang tidak lengkap.

Pada penelitian ini terdapat kelemahan dalam hal penggunaan kalimat yang kurang tepat pada beberapa item skala yang digunakan, oleh karena itu, peneliti selanjutnya diharapkan lebih mencermati pemilihan kata dalam pembuatan kalimat item skala, sehingga diharapkan tidak mempengaruhi arti dari item tersebut.

Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk mengenal lebih dahulu dunia musik keras agar tidak mengalami kesulitan ketika melakukan pengambilan data. Peneliti bisa datang ke lokasi tiap scene biasa berkumpul dengan mencari informasi dari studio musik, teman, atau salah satu anggota scene. Dengan

pendekatan yang benar dan tidak berlebihan diharapkan mereka mau menerima dengan baik.

Astuti, Y. D. 1996. Konsep Diri dan Sikap Agresi pada Siswa SMU ”17” I di Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Avin, F. H. 1995. Konsep dan Teknik Pengenalan Diri. Jurnal. Buletin Psikologi.

Azwar. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Budi, I. 2004. Studi Deskriptif: Konsep Diri Mahasiswi yang Cenderung Berpakaian Ketat di Kampus. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Hadi. 1996. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

KOMPAS, edisi 12 November 2006. Artikel: Denyut Band “Indie” di Malang. Jakarta. Majalah Popular no. 119. (2003).

Majalah Hai, edisi 1-7 April 2002. No. 19, hal 50-55. Majalah Hai, edisi 8-14 Agustus 2005. No. 32, hal. 41-49. Mardalis. 1990. Metode Penelitian. Jakarta: Erlangga. Nazir. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rakhmat, J. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Salim, Peter & Yenny, S. 1991. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.

Utomo, Kristiani & Johana Natalia. 1999. Hasil Penelitian. Pengaruh Pemberian Musik Klasik Terhadap Perilaku Emosional Anak Usia 5-6 Tahun (vol. 14 – no. 5, Juli-September). Anima.

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/files/2008/12/konsep-diri.pdf http://en.wikipedia.org/wiki/Sid_Vicious

http://id.wikipedia.org/wiki/Kurt_Cobain

http://www.Relevan Magazine.com/modules.(Strang, Cameron.The Light Has Enough Light. Relevan Magazine, 2002)

www.detikbandung.com

www.e-psikologi.com. (Rini, J. F. Konsep Diri. 2002) www.kompas.com

www.kunci.or.id-cultural study yahoo www.music magazine.com

Dalam dokumen KONSEP DIRI PEMUSIK KERAS (Halaman 67-128)

Dokumen terkait